Penggunaan Benda Filateli Sebagai Sumber Pembelajaran Ilmu Sejarah
PENGGUNAAN BENDA FILATELI
SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN ILMU SEJARAH DI INDONESIA
Christopher Alexander Setiawan Tampenawas
Komisi Youth Pengurus Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia
ABSTRACT
Philatelic is a hobby of collecting or collecting postal items that are still valid or that have not been valid, this hobby has been a trend in Indonesia in the past, now this hobby began to diminish the demand but the philately can not be said to have died there are groups of people who are still a collecting postal items, and we can also enjoy the philatelic objects that are considered historic in postal museums or stamps museum in Indonesia. Philatelic objects can also be primary history source that makes philatelic objects such as Stamps, Letters, Postcards, Postal Stationary as a source of history that can help learning history in Indonesia.
Keywords: Philatelic, historical source, history
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Filateli adalah sebuah hobi mengoleksi atau mengumpulkan barang-barang pos yang masih berlaku ataupun yang sudah tidak berlaku, Filateli juga sering disebut “King of Hobbies, hobbies of kings†kalimat itu muncul karena banyak sekali pimpinan negara atau tokoh penting dari negara-negara yang memiliki hobi filateli seperti Ratu Elizabeth II dan presiden franklin delano Roosevelt. Dalam filateli juga banyak sekali ilmu yang bias didapat terlebih ilmu sejarah yang terkandung dalam benda filateli tersebut. Dan kelebihan dari hobi ini adalah hobi ini memiliki banyak manfaat yang ada pada design benda filateli maupun latar belakangnya.
Ada beberapa fungsi dan manfaat dari benda-benda filateli selain sebagai benda koleksi yang indah untuk kesenangan semata tetapi ada pula fungsi dari benda filateli di masa ini adalah untuk berkompetisi, ada kompetisi dan eksebisi benda filateli yang diadakan di Indonesia maupun di dunia, selain itu benda filateli yang memiliki nilai sejarah lebih atau memiliki tingkat kelangkaan yang lebih dimasa modern ini menjadi barang yang memiliki nilai investasi tinggim disisi lain benda filateli juga memiliki banyak sekali nilai sejarah yang terkandung dan dapat menjadi pembelajaran, dapat dilihat dari latar belakang pembuatannya maupun gambar yang ada didalamnya
Di Indonesia ada banyak sarana pembelajaran ilmu sejarah yang paling sering diterapkan adalah dengan cara tinaju pustaka atau membaca dari buku sejarah yang ada dan juga lewat bukti-bukti atau sumber-sumber sejarah yang lain sumber primer, sekunder maupun sumber sejarah tersier. Benda filateli pun dapat menjadi salah satu sumber sejarah primer yang dapat di jadikan sebagai sarana pembelajaran ilmu sejarah di Indonesia dalam lingkup dunia Pendidikan ataupun untuk keperluan penelitian,
Penulis dalam rangka mengenalkan kegunaan benda filateli, juga akan menerangkan bagaimana menggunakan benda filateli sebagai sarana pembelajaran ilmu sejarah dalam bidang pendidikan maupun untuk kepentingan riset untuk pembuatan buku maupun riset untuk perlombaan. hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi penjelasan mengenai benda filateli dan hubungannya dengan pembelajaran ilmu sejarah.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut dan untuk memanfaatkan kegunaan dari benda filateli dalam aspek pembelajaran ilmu sejarah terlebih dalam bidang pendidikan di Indonesia, dan untuk membuat cara pembelajaran baru dalam pendidikan dengan menggunakan media benda filateli sebagai bagian dari sarana untuk memahami serta mempelajari sejarah.
KAJIAN TEORI
Pengertian filateli:
Kata Filateli dan pengertian dari filateli memiliki banyak perjalanan dan perubahan pada mulanya yang pertama kali menyatakan pendapat adalah Georges Herpin ia berpendapat bahwa The word “philatelic” is derived from the French “philatélie”, a combination of the Greek root φιλ (phil), meaning “likes”, and ἀτÎλεια (ateleia), meaning “not paying duties and taxes” and forming the word “philately. (Georges Herpin 1864)
Kemudian karena perkembangan zaman pengertian itu pun mulai berkembang, selanjutnya Williams, L.N berpendapat The origins words of Philately is from the French word philatélie, from phil- + Greek ateleiatax exemption, from atelēs free from tax, from a- + telos tax; perhaps akin to Greek tlēnai to bear; from the fact that a stamped letter frees the recipient from paying the mailing charges, in the modern days philately technically is the study or collection of postage stamps or others postal materials. (Carlton, R. Scott. 1997)
Di Indonesia ada sesorang filatelis senior juga yang mengungkapkan pengertian apa itu filateli dalam bukunya yang diterbitkan dalam bentuk E-book, filatelis itu berpendapat bahwa:
Philateli berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaotu Philos yang berarti Teman dan Ateleia yang berarti Bebas Bea. Pholos atau philo bis berarti pula Aku Cinta. Kini diganti penulisan menjadi Filateli. Dari penjabaran tersebut dapat digabungkan sehingga arti Filateli menjadi Membebaskan Teman atau Kawan dari Bea Pos (Richard Susilo 2002)
Definisi Benda filateli:
Flateli selalu identik dengan kegiatan pengumpulan prangko untuk koleksi. Padahal filateli itu tak cuma kegiatan atau hobi mengumpulkan prangko semata tetapi juga meliputi seluruh benda-benda pos selain prangko, seperti kartu pos, souvenir sheet (carik kenangan), Sampul Hari Pertama/SHP (first day cover), International Reply Coupon (IRC), sampul surat, sampul peringatan, dan materai. Walau materai tadinya tak termasuk sebagai benda filateli meskipun dijual atau diterbitkan oleh dinas pos, namun organisasi filatelis sedunia dan se-Asia sudah membuka topik Revenue Stamps, sehingga berbagai bentuk penerimaan negara, seperti meterai, cukai, retribusi, dan sebagainya, bisa dimasukkan sebagai bahan koleksi.
(Abdi Husairi Nasution 2012)
Pengertian Sumber Belajar:
Sumber belajar pada dasarnya adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau asal belajar seseorang. Sumber belajar ini sangat penting dalam pengajaran, sumber belajar ini harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat menungjang tercapainya tujuan pengajaran (Prasetyo 2002:15)
Nana Sudjana (2001:76) menyebutkan bahwa sumber belajar adalah segala yang bias dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar baik secara langsung maupun secara tidak langsung,sebagian atau secara keseluruhan. Mohammad Ali (1988) juga mengemukakan bahwa sumber belajar adalah bahan-bahan yang dapat digunakan dalam pengajaran untuk membantu guru (dosen) maupun peserta didik (mahasiswa) dalam usaha mencapai tujuan.
Menurut Nana Sudjana (2001) sumber belajar dalam pengertian sempit misaslnya buku-buku atau bahan-bahan tercetak lainya. Pengertian sumber belajar tersebut sama sempitnya bila diartikan sebagai semua sarana pengajaran yang dapat meyajikan pcasn secara auditif maupun visual saja.
Nana Sudjana pun berpendapat bahwa pengalaman itu sumber belajar, bahwa pengalaman yang dapat memberikan sumber belajar diklasifikasikan menurut jenjang tertentu.
Pemilihan sumber belajar:
Esther Arianti (2003) menuliskan bahwa pemilihan sumber belajar, kriterian berdasarkan tujuan adalah
1. Sumber belajar guna memotivasi
2. Sumber belajar untuk tujuan pengajaran
3. Sumber belajar untuk memecahkan masalah
4. Sumber belajar untuk prestasi
Manfaat pengajaran Sejarah:
Prinsip belajar dari masa lampau merupakan salah satu unsur penting dalam belajar sejarah, secara rinci Ester Arianti (2003) memaparkan bahwa manfaat dari pengajaran sejarah adalah:
1. Manfaat edukatif
2. Manfaat Inspiratif
3. Manfaat Rekreatif
4. Manfaat Instruktif
5. Manfaat Kewaspadaan
(Ester Arianti 2003)
Pengertian sumber sejarah:
Beberapa ahli mengumukakan pendapatnya tentang pengertian sumber sejarah yang diantaranya adalah:
Sumber-sumber sejarah adalah segala sesuatu yang berwujud dan tidak berwujud serta berguna bagi penelitian sejarah sejak zaman purba sampai sekarang. (Muh Ali)
Sumber sejarah adalah kumpulan benda kebudayaan untuk membuktikan sejarah. (Muhammad Yamin)
Sumber sejarah adalah warisan yang berbentuk lisan, tertulis, dan visual. (Sidi Gazalba 1981)
Sumber Sejarah berdasarkan bentuknya dibagi menjadi tiga:
1. Benda peninggalan atau visual
Benda peninggalan sejarah ini berupa bangunan seperti candi, patung-patung, keraton, uang kuno, artefak dan masih banyak lagi benda-benda yang berupa peninggalan sejarah lainya yang dapat Anda temui di museum-museum sejarah. (Samsul Farid 2016)
2. Tulisan atau dokumen
Peninggalan sejarah berbentuk tulisan ini dapat berupa tulisan-tulisan yang mencatat peristiwa yang terjadi di masa lampau atau laporan-laporan berbentuk tulisan yang memuat fakta-fakta sejarah. Contoh dari sumber sejarah berbentuk tulisan ini adalah prasasti, surat perjanjian, arsip-arsip kerajaan atau keraton, atau dokumen-dokumen lain yang dapat dijadikan sumber sejarah (Samsul Farid 2016)
3. Sumber Artefak
Sumber sejarah berikutnya adalah berbentuk lisan atau ungkapan yang berasal dari saksi atau pelaku sejarah sehingga dapat dipertanggujawabkan ungkapan cerita itu. Sumber sejarah berupa lisan ini dapat diperoleh dengan menanyakan langsung dari pelaku atau saksi sejarah (wawancara), atau dari cerita turun temurun yang dapat dipertanggungjawabkan keaslianya. Contoh dari sumber sejarah ini adalah cerita atau ungkapan yang mengandung peristiwa masa. Brarti, jika seseorang bercerita biografi pahlawan. (Samsul Farid 2016)
Berdasarkan sifatnya sumber sejarah dibagi menjadi:
1. Sumber Primer
Sumber primer disebut juga sumber utama atau sumber asli. Merupakan informasi yang diperoleh secara langsung dari pelaku atau saksi peristiwa bersejarah. Contoh sumber primer tertulis adalah arsip-arsip. Arsip dianggap sebagai sumber primer karena ditulis pada saat terjadinya peristiwa yang dilaporkan. Untuk sumber primer yang berupa keterangan lisan, contohnya antara lain adalah naskah teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sumber primer dapat menjadi sumber utama untuk melihat dan memahami kebenaran terhadap kejadian masa lalu. (Samsul Farid 2016)
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder berisi informasi atau keterangan yang diperoleh dari perantara, tetapi tidak memiliki hubungan secara langsung terhadap terjadinya peristiwa sejarah. Sumber ini disebut juga dengan sumber kedua. Contoh sumber sekunder tertulis adalah surat kabar sumber yang ditulis oleh sejarawan berdasarkan sumber primer atau sumber yang bukan merupakan kesaksian langsung pada periode sejarah yang diteliti oleh sejarawan. (Samsul Farid 2016)
3. Sumber Tersier
Sumber tersier merupakan keterangan lisan yang diperoleh atau disampaikan oleh pihak ketiga atau lebih. Pihak ketiga ini misalnya saksi ahli, yaitu seseorang yang memiliki keahlian pada bidang tertentu. Contohnya ahli sejarah, ahli antropologi, dan ahli arkeologi.
Sumber sejarah menjadi sangat penting untuk mengetahui kabar kehidupan masa lampau, hal ini dapat dilakukan melalui penelitian. Untuk merekontruksi kembali peristiwa-peristiwa masa lampau menjadi suatu kisah diperlukan adanya sumber sejarah, bukti, serta fakta-fakta sejarah. Dari sumber sejarah dapat diperoleh informasi yang menjelaskan tentang terjadinya suatu peristiwa tertentu. Dengan demikian sumber sejarah sangat penting dalam penulisan sejarah. (Samsul Farid 2016)
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan pendekatan melalui ilmu sejarah dan ilmu pendidikan yang dilakukan sesuai dengan judul dan tujuan dari jurnal ini bahwa aspek yang harus diteliti adalah benda filateli sebagai sumber atau media pembelajaran ilmu sejarah di Indonesia.
HASIL PENELITIAN
Sejarah dan Perkembangan filateli di Indonesia:
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah panjang dalam perkembangan filateli yang ada, awalnya aktifitas filateli di Indonesia sebetulnya telah terlihat dari dimulainya aktifitas surat menyurat yang dilakukan masyarakat Nusantara pada zaman kerajaan-kerajaan. Tetapi Indonesia baru mengenal adanya cap pos adalah tahun 1789 yaitu cap VOC yang digunakan sebagai tanda bahwa surat tersebut berasal dari VOC. Dari tahun 1789 Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda belum mengenal adanya prangko, masa-masa ini dinamakan masa Pre Stamps (masa sebelum prangko).
Pranko pertama di dunia yang berasal dari kerajaan Britania raya mulai dikenalkan oleh Rowland Hill yang sekarang dikenal sebagai bapak prangko dunia, yang menggantikan sistem pos terdahulu yaitu sistem pembayaran oleh penerima (ongefrankeerd) dengan sistem yang mengirim adalah yang membayar bea, prangko pertama ini dikenalkan pada tahun 1840 di Inggris bergambar Ratu Victoria dan berwarna hitam yang saat ini terkenal dengan sebutan the penny black.
Indonesia baru mengenal prangko pertamanya pada tahun 1864 yang saat itu masih tertulis Ned Indie (Hindia Belanda) dan bergambar raja belanda saat itu yaitu raja Willem III Van Oranje yang merupakan raja Belanda yang sedang memerintah. Perkembangan perfilatelian di Indonesia pun semakin berkembang dan bervariasi dikarenakan situasi dan keadaan politik Indonesia dari masa kemasa, mulai dari masa Hindia Belanda, Pendudukan Jepang , perang mempertahankan kemerdekaan sampai pada masa kini.
Aktifitas perfilatelian atau aktifitas mengkoleksi benda-benda pos mulai berkembang dan terorganisir pada saat dibentuknya Perkumpulan Filateli Indonesia (PFI) yang dibentuk pada tahun 1922, pada awalnya komunitas ini bernama VPNI (Vereniging van Postzegelverzamelaar in Nederlands Indie) yang berarti persatuan atau perkumpulan pengumpul prangko di Hindia Belanda, yang kepengurusannya dan anggotanya di dominasi oleh orang Belanda yang tinggal di Indonesia.
Dalam perkembangannya Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 pada awal-awal kemerdekaan Indonesia kepengurusan dalam organisasi ini mengalami kekosongan dikarenakan situasi politik yang sedang terjadi di Indonesia dan karena kebanyakan anggota dan pengurusnya merupakan orang Belanda, pada tahun 1947 perkumpulan ini berganti nama menjadi AVPI (Algemene Vereniging voor Philatelisten in Indonesie) dengan menghilangkan kata Hindia Belanda (Nederlands Indie) digantikan dengan kata Indonesia (Indonesie) dan sejak saat itu sudah digunakan kata Philatelisten (Filateli) menggantikan kata pengumpul prangko (Postzegelverzamelaar) walaupun masih menggunakan bahasa Belanda, selama ada eksistensi AVPI mereka banyak menggerakan aktifitas-aktifitas seperti surat menyurat antar negara dan aktifitas yang sampai sekarang masih menjadi aktifitas para filatelis adalah saling tukar menukar benda filateli. Dan pada tahun 1950an berubah menjadi Perkumpulan Philatelis Indonesia, sejak itu majalah-majalah filateli dan yang berhubungan denganan aktifitas filateli mulai di tulis dengan dua Bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Belanda, dan pada tahun 1985 berubahlah menjadi Perkumpulan Filatelis Indonesia atau yang eksistensinya sekarang disebut dengan PFI
Disamping itu banyak sekali pergerakan yang dilakukan perkumpulan filatelis Indonesia untuk memajukan perfilatelian di Indonesia seperti keaktifan dan kompetensinya dalam ajang-ajang ataupun pameran-pameran di level Internasional dan memperjuangkan benda filateli Indonesia di kancah internasional. Walaupun sekarang hobi filateli sudah mulai ditinggalkan masyarakat Indonesia yang dulu sempat menjadi primadona tetapi eksistensi dan fungsi-fungsi dari benda filateli masih sangat berguna dan relevan di zaman modern ini.
Klasifikasi kelas dalam filateli:
Dalam hobi filateli juga ada beberapa kelas yang dibuat dan diperuntukan bagi kolektor ataupun bagi kepentingan riset dibidang sejarah dengan ilmu bantu filateli, sesuai kbbi arti filateli adalah koleksi dan penyelidikan tentang prangko, materai dan benda pos lainnya, kelas dalam filateli dibagi menjadi:
· Traditional Philately
Dalam Traditional Philately yang merupakan cabang dari filateli adalah mempelajari tentang perjalanan prangko dari awal pembuatannya sampai pada penggunaannya, dimulai dari gambaran sang designer prangko sampai dengan penggunaan prangko tersebut dalam aktifitas pos
· Postal History
Postal History atau sejarah pos adalah cabang dari filateli yang mempelajari sejarah aktifitas pos di suatu negara, kelas ini mencakup, cap pos, tarif pengiriman bea pos dan rute pengirimannya, dalam kelas ini kita belajar bagaimana perubahan cap tarif dan rute pada sejarah pos suatu negara.
· Postal Stationary
Kelas postal stationary adalah kelas yang mempelajari tentang prangko atau bea yang dicetak langsung dengan amplop,kartupos,warkatpos,aerogrammes dan benda-benda pos lainnya yang digunakan untuk mengirim. Yang digunakan sebagai pengganti prangko sebagai bea Stationary pun berfungsi sebagai bea.
· Aerophilately
Aerophilately adalah kelas dimana mempelajari tentang air mail atau surat yang dikirim menggunakan jasa pos udara, kelas yang merupakan cabang dari postal history ini mengkhususkan diri pada surat yang dikirim dengan pos udara
· Thematic Philately
Kelas Thematic Philately adalah kelas yang mempelajari benda filateli berdasarkan temanya yang dibagi menjadi alam, budaya dan teknologi
· Revenue Philately
Dalam kelas Revenue philately akan ada pembahasan tentang materai dan penggunaannya dalam konteks filateli.
· Maximumphilately
Kelas yang mempelajari benda filateli khusus maximum card.
· Open Philately
Kelas dalam kompetisi filateli yang dalam kelas ini boleh memasukan benda non filateli sebagai sumber yang mendukung penelitian filateli.
· Youth Philately
Kelas dalam kompetisi filateli yang hanya boleh di ikuti oleh remaja yang berumur dibawah 21 tahun, dalam youth philately koleksi remaja tersebut berjenis koleksi-koleksi seperti kelas diatas tetapi dengan regulasi yang berbeda dan sistem penilaian yang berbeda pula dari kelas-kelas diatas. Youth Philately dibagi menjadi 3 bagian youth A youth B dan youth C, klasifikasi tersebut dibuat berdasarkan umur pesertanya dan masing-masing memiliki regulasi yang berbeda.
Kelas-kelas yang dipaparkan diatas merupakan kelas-kelas yang menjadi standart Internasional dalam ajang kompetisi maupun pameran prangko yang ada di dunia, selain kelas-kelas diatas masih ada beberapa cabang kelas dalam filateli seperti marchophilly yang dianggap bagian dari postal history yaitu mengkoleksi dan mempelajari sejarah pos khusus pada bagian cap pos saja.
Dari kelas-kelas tersebut kita dapat memilih dan mengkatagorikan Filateli sebagai sumber pembelajaran ilmu sejarah lewat kelas-kelas tersebut kita dapat menentukan apa yang ingin kita pelajari.
Hubungan antara benda filateli dengan ilmu sejarah sebagai media pembelajaran
Hubungan benda filateli dengan ilmu sejarah sangat terlihat dengan adanya latar belakang historis di semua pembuatan benda filateli, latar belakang historis tersebut ada karena pada saat benda filateli tersebut dicetak ataupun benda filateli tersebut dikirimkan terdapat cerita dibalik kejadian tersebut.
Pada masa Hindia Belanda benda filateli yang dicetak menggambarkan kehidupan masyarakat di masanya dan beberapa kegiatan-kegiatan yang dibuat prangko, seperti seri pariwisata, seri palang merah dan seri queen Wilhelmina yang menggambarkan kepala negara Belanda saat itu. Tetapi pada masa pendudukan jepang benda filateli yang di cetak pun berubah menjadi bernuansa Jepang dengan huruf katakana dan Jepang membuat cetak tindih terhadap prangko yang bergambar ratu Belanda, dari situ kita dapat menyimpulkan bahwa keadaan politik disuatu negara menentukan benda filateli yang di keluarkan karena saat itu prangko merupakan salah satu cara untuk menyatakan eksistensi suatu pemerintahan baru atau adanya penguasa baru di suatu wilayah, kejadian yang meliputi kegiatan politik atau pergantian kekuasaan suatu negara di masa lampau akan menjadi sebuah sejarah.
Adapun pada masa perang mempertahankan kemerdekaan, saat itu kantor pos terbagi menjadi dua kantor pos NICA dan kantorpos Republik, dan prangko yang di keluarkan pun berbeda dan juga layanan posnya pun berbeda, desain benda filateli di kantor pos republik sangat bernuansa perjuangan dan militer,seperti ada seri bandung lautan api, dan seri semangat banteng, sedangkan NICA mengeluarkan gambar ratu belanda yaitu Wilhelmina sebagai prangko yang berlaku di wilayah kekuasaan NICA saat itu.
Sampai saat ini tujuan pembuatan dan penerbitan benda filateli pasti dipengaruhi oleh adanya suatu peristiwa yang dianggap penting untuk diingat, hubungan antara benda filateli dengan sejarah pun sangat terlihat dari gambar design yang dibuat dan juga latar belakang pembuatan atau pencetakan barang filateli tersebut.
Dalam konsep pembelajaran kita mengetahui bahwa sumber belajar adalah dapat berupa benda ataupun sumber sejarah yang dapat menunjang sistem pembelajaran yang akan disampaikan oleh pengajar, juga media benda filateli ini juga dapat menjadi warna baru dan media baru dalam menyampaikan pengajaran sejarah di Indonesia yang membuat pelajaran sejarah semakin menarik, dengan demikian pengenalan benda filateli dalam dunia pendidikan akan terlihat dan hobi yang berdampak positif bagi masyarakat Indonesia terlebih para pemuda masa kini dapat menjadi hobi yang menunjang dalam memenuhi keingintahuan pada ilmu sejarah dengan media yang unik yaitu filateli.
KESIMPULAN
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa benda filateli yang didalamnya termasuk prangko,surat kartu pos, warkat pos,sampul hari pertama, carik kenangan, maximum card dapat dijadikan sumber dan media pembelajaran ilmu sejarah di Indonesia, adanya hubungan yang erat antara benda filateli dengan sejarah itu sendiri karena dicetaknya ataupun di terbitkannya suatu benda filateli pasti dikarenakan suatu peristiwa yang perlu diingat, hal itu menunjukan bahwa fungsi benda filateli sebagai pengingat peristiwa bersejarah, dan benda filateli pun dapat berbentuk manuskrip yang menjadikannya sebagai sumber sejarah primer yang sangat bermanfaat dan membantu dalam pembelajaran ilmu sejarah dalam konteks pendidikan ataupun kepentingan riset, hal itu pun dapat memberikan warna baru dalam konteks pendidikan formal disekolah dengan masuknya benda filateli dapat dijadikan metode dalam mempelajari ilmu sejarah lebih dalam lagi, dan filateli pun dapat dilihat sebagai ilmu yang mempelajari tentang prangko, materai dan benda pos lainnya. Dengan demikian disimpulkan bahwa benda filateli dapat menjadi sumber pembelajaran ilmu sejarah di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Arianti, Ester. 2003. “Relevansi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia dengan peninggalan sejarah sebagai sumber belajarâ€. Tesis Pasca Sarjana Universitas sebelas maret Surakarta
Bulterman,P.R. 1981. Poststempels Neferlands Indie 1864-1850: Deventer: Davo
Farid, Samsul. 2016. Sejarah Indonesia untuk SMA-MA/SMK kelas X: Bandung: Yrama Widya
Herpin, Georges. 1864. “Bapteme” in Le Collectionneur de Timbres-Postes, Vol.I:
Kusuma, Indra. 2014. The Indra kusuma Stamp Collection the struggle for Indonesian Independence: Surabaya: Dai Nippon
Levrault, Oscar Berger. 1888. Catalogue Des Alsatica de la Bibliotheque de Oscar Berger- Levrault: Starsbourg:
Gazalba, Sidi. 1981. Pengantar sejarah sebagai ilmu: untuk tingkat pengetahuan menengah dan perguruan tinggi: Jakarta: Bhratara
Scott, R Carlton. 1997. The International Encyclopaedic Dictionary of Philately, Iola WI: Krause Publications
Susilo, Richard. 2002. Mengenal Filateli di Indonesia: Tokyo: http://officepromosi.com/1/ MENGENAL-FILATELI-DI-INDONESIA.pdf
West, Chris. 2013. A History of Britain in Thirty-six Postage Stamps: New York: Picador
Williams, L.N. & M. 1971. Fundamentals of Philately. State College: The American Philatelic Society,
Wolff De Beer, W.S. 1971. DE POSTSTEMPELS IN NEDERLANDS OOST INDIE 1789 Den Haag: J.L, Van Dieten