Penggunaan Media Kartu Bergambar Dalam Membaca Permulaan
PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR
DALAM MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS 1 SD GAYOK
Venny Calenthi
Like Suoth
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halmahera
ABSTRACT
This study aims to examine media use in early reading learning for grade 1 elementary students. This means that in carrying out preliminary reading learning for grade 1 elementary school students, the teacher prepares a learning media that attracts attention from grade 1 elementary school students, so that the media more quickly understand and understand what the teacher will explain. The use of pictorial word card media in reading the beginning for grade 1 students is very positive because it can be seen from the results of the study it turns out that the use of pictorial word card media is very helpful for students to more quickly read the beginning. This study uses a qualitative approach with the method of description, data analysis techniques using observation, interviews (teachers and students), the results of the initial reading ability test, and documentation. The results of the research conducted by the authors can be concluded that the use of pictorial word card media in reading the beginning of grade 1 elementary school students can increase the results of learning to read the beginning of grade 1 elementary school students. Thus the abstract of this thesis, which more or less can provide a general description of the contents of this thesis as a whole.
Keywords: Picture word card media, read the beginning
PENDAHULUAN
Membaca permulaan sangat penting bagi siswa kelas rendah karena, melalui membaca permulaan siswa dapat memahami huruf dan bunyi dari bacaan tersebut. Membaca permulaan merupakan salah satu tahap dimana siswa dapat menggabungkan huruf demi huruf menjadi sebuah kata yang yang bermakna dan dapat dimengerti saat dibaca. Namun, sebelum itu siswa harus tahu terlebih dahulu bagaimana bentuk dan bunyi dari tiap-tiap huruf dan bagaimana cara mengelompokan huruf-huruf itu menjadi sebuah kata. Untuk itu, guru juga harus berperan penting dalam mengenalkan huruf pada siswa dan bagaimana bunyi dari tiap-tiap huruf, karena dengan begitu siswa dapat membedakan mana huruf “A” dan mana huruf
“C” dan bagaimana bunyi dari kedua huruf itu maka dengan begitu siswa dapat mengerti dan dapat membuat suatu kata sesuai dengan huruf-huruf yang di kelompokannya.
Lewat kegiatan membacakita dapat mengetahui dan memahami bacaan tersebut, namun jika kita tidak bisa membaca maka kita akan mudah dibodohi oleh orang lain karena kebodohan kita sendiri. Membaca sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari dimana kita selalu dihadapkan dengan namanya perubahan global.
Menurut Herusantosa (dalam K. Istarocha, 2012: 14), tujuan pembelajaran membaca permulaan agar peserta didik mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, peserta didik dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat.
Jadi, untuk melakukan kegiatan membaca permulaan guru harus menyiapkan media yang relatif mudah pembuatannya, karena media merupakan salah satu alat yang mempermudah guru dalam melakukan proses belajar mengajar. Untuk itu media kartu kata bergambar merupakan suatu alat yang dapat mempermudah guru dalam melakukan proses belajar mengajar membaca permulaan pada siswa kelas 1 SD. Kerena didalam media kartu kata bergambar, terdapat sebuah gambar dan kata yang belum semuanya diisi penuh untuk itu bagaimana seorang guru mendampingi siswa dalam mengisi tiap-tiap huruf yang hilang dari kartu kata bergambar tersebut. Sehingga dengan begitu siswa bisa membuat suatu kata dengan mengeja huruf-huruf yang sudah ada di dalam gambar tersebut dan siswa juga dapat mengetahui ternyata dari huruf A+P+E+L jika digabungkan bisa menjadi sebuah kata yang memiliki arti yaitu”APEL”. Setelah itu guru menjelaskan bagaimana sebuah kata APEL dibuat menjadi sebuah kalimat. Dengan begitu siswa dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara membaca, walaupun cara membaca siswa masih mengeja.
Dalam kegiatan membaca permulaan khususnya di kelas rendah dapat dilakukan melalui kartu kata bergambar, karena melalui kartu kata bergambar siswa lebih cepat memahami huruf, kata dan kalimat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kartu adalah kertas tebalberbentuk persegi panjang.
Sedangkan kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Gambar merupakan media yang paling umum dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di lapangan, guru tidak menggunakan media kartu kata bergambar dalam proses pembelajaranmembacapermulaan,siswa masih sering salah membaca huruf, seperti b, d, p, f, dan v, siswa mengalami kesukaran dalam membaca huruf yang sudah di gabungkan, siswa tidak mengenal huruf alfabet dengan baik, siswa sering ribut di dalam kelas, siswa sering mengganggu teman pada saat belajar, siswa lebih suka bermain di dalam kelas, siswa sering keluar masuk kelas,dan siswa sering beralasan tidak membawa alat tulis menulis.
KAJIAN LITERATUR
Pengertian Membaca Permulaan Menurut Anderson dalam Abidin (2010:114) membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding.
Menurut La Barge dan Samuels yang dikutip dari buku Downing and Leong yang terdapat dalam Abidin (2010:115) menyatakan bahwa, proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) visual memory (vm), (b) phonological memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambanglambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat vm, huruf, kata, dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedngkan pada tingkat pm terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari vm dan pm. Akhirnya pada tingkat sm terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat.
Menurut Dalman (2013: 85), membaca permulaan merupakan suatuketerampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca. Membaca permulaan adalah tingkat awal agar orang bisa membaca.
Koswara (2013: 20) mengungkapkan bahwa membaca permulaan umumnya dimulai sejak anak masuk kelas satu SD, atau ketika anak berusia antara 6-7tahun.
Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (2001: 58) membaca permulaan diberikan secara bertahap, yakni pramembaca dan membaca. Pada tahap pramembaca, kepada siswa diajarkan: (1) sikap duduk yang baik pada waktu membaca; (2) cara meletakkan buku di meja; (3) cara memegang buku; (4) cara membuka dan membalik halaman buku; dan (5) melihat dan memperhatikan tulisan.
Membaca permulaan menurut Slamet (2008: 58) mempunyai kedudukan yang sangat penting, keterampilan membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap keterampilan membaca selanjutnya. Dari penjelasan para ahli diatas maka, peneliti menyimpulkan bahwa membaca permulaan merupakan suatu tahap di mana siswa kelas rendah dapat melakukan ketrampilan awal dalam membaca permulaan. Membaca permulaan harus melalui beberapa tahap seperti tahap “Pramembaca dan Membaca”. Pada tahap Pramembaca siswa diajarkan bagaimana sikap duduk yang baik, meletakan buku di meja, cara memegang buku, cara membuka dan membalik halaman buku, serta melihat dan memperhatikan dengan baik tulisan yang ada di dalam buku. Sedangkan pada tahap membaca siswa diajarkan bagaimana mengenal bunyi dari tiap huruf alfabet, bagaimana menggabungkan satu huruf dengan huruf yang lain sehingga membentuk sebuah kata yang bermakna, dan bagaimana membentuk sebuah kata menjadi sebuah kalimat yang dapat di baca. Dengan begitu ketrampilan membaca sangatlah penting, karena sangat berpengaruh pada ketrampilan membaca lanjutan.
Tujuan Membaca Permulaan Pada dasarnya, tujuan membaca menurut Blanton, dkk. (Farida Rahim 2007: 11-12), adalah:
- Memperoleh kesenangan.
- Menyempurnakan membaca nyaring.
- Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik.
- Dapat mengkaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya.
- Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Syafiie (Hairudin, 2008: 3), menyatakan bahwa melalui pembelajaran membaca siswa diharapkan memperoleh informasi serta tanggapan atas berbagai hal, mencari sumber, meyimpulkan, menyaring, menyerap informasi dari bacaan, dan mampu mendalami, menikmati, serta mengambil manfaat bacaan. Jadi, di dalam membaca permulaan bertujuan untuk mendasari kemampuan membaca di tingkat yang lebih lanjut.
Jenis-Jenis Membaca Permulaan Pada umumnya siswa yang duduk di kelas I, II, III dan IV proses membaca yang dilakukan adalah:
- Membaca bersuara (membaca nyaring). Yaitu membaca yang dilakukan dengan bersuara, biasanya dilakukan oleh kelas tinggi / besar. Pelaksanaan membaca keras bagi siswa Sekolah Dasar dilakukan seperti berikut:
- Membaca Klasikal yaitu membaca yang dilakukan secara bersamasama dalam satu kelas.
- Membaca berkelompok yaitu membaca yang dilakukan oleh sekelompok siswa dalam satu kelas.
- Membaca Perorangan yaitu membaca yang dilakukan secara individu.
- Membaca perorangan diperlukan keberanian siswa dan mudah dikontrol oleh guru. Biasa dilaksanakan untuk mengadakan penilaian.
- Membaca dalam hati yaitu membaca dengan tidak mengeluarkan kata-kata atau suara.
- Membaca teknik hampir sama dengan membaca keras. Membaca teknik ialah cara membaca yang mencakup sikap, dan intonasi bahasa. Latihan-latihan yang diperlukan diantaranya:
- Latihan membaca di tempat duduk.
- Latihan membaca di depan kelas.
- Latihan membaca di mimbar.
(Depdiknas;2002:44)
Pengertian Media Pembelajaran Arsyad (2013: 10) menyampaikan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaiakan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar. Lebih lanjut Gagne dan Briggs dalam Arsyad (2013: 4) secara eksplisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali Miarso dalam Rusman (2013, h. 160).
Dari pengertian para ahli di atas maka, peneliti dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah salah satu alat yang mempermudah guru dalam menyampaikan informasi seputar materi yang akan diajarkan dan juga mempermudah siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru. Media pembelajaran juga sangatlah penting dalam proses belajar mengajar karena, melalui media pembelajaran dapat membuat siswa lebih aktif.
Manfaat Media Pembelajaran Daryanto (2013: 5) bahwa proses belajar mengajar hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Dalam proses belajar terdapat pesan yang hendak disampaikan. Pesan tersebut dapat berupa informasi yang mudah diserap oleh penerima, namun juga dapat berupa infomrasi yang abstrak atau sulit untuk diterima. Ketika pesan yang disampaikan tidak dapat diterima oleh penerima maka diperlukan solusi yang dapat mengantarkan pesan tersebut. Media merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk mengantarkan pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan tujuan untuk mengingkatkan pemahaman penerima pesan tersebut.
Sudjana dan Rivai (2013: 2) menyampaikan bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu:1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2) Bahan pelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik. 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata penuturan verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru. Sehingga siswa tidak bosan, dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengjar untuk setiap jam pelajaran. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.
Lebih lanjut Sudjana dan Rivai (2013: 3) menambahkan bahwa media pembelajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berfikir siswa. Hal tersebut juga sejalan dengan teori perkembangan mental piaget, yang menyampaikan bahwa terdapat tahap perkembangan mental seorang individu. Tahap berfikir manusia mengikuti tahap perkembangan berfikir dari kongkrit menuju abstrak.
Hamalik dalam Arsyad (2013: 19) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Lebih lanjut Levie & Lentz dalam Arsyad (2013: 20) mengemukakan bahwa ada empat fungsi media pembelajaran, yaitu 1) fungsi atensi, 2) fungsi afektif, 3) fungsi kognitif, 4) fungsi kompensatoris. Fungsi atensi adalah kemampuan media untuk menigkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran. Fungsi afektif adalah kemampuan untuk dapat terlihat dan dapat dinikmati oleh siswa ketika belajar. Fungsi kognitif dapat diperoleh temuan-temuan informasi dari media tersebut. Dan fungsi kompensatoris memberikan konteks untuk membantu siswa memahami materi.
Jenis Media Pembelajaran
Pengelompokan media pembelajaran dapat dilakukan dengan cara mengelompokan berdasarkan perkembangan teknologi. Menurut Seels Glasgow dalam Arsyad (2013: 35)
Kartu Kata Bergambar
Mohammad Jaruki (2008: 15) bahwa kartu kata bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar.
Arsyad (2011:119-120), mengemukakan bahwa kartu kata bergambaradalah kartu kecil yang berisi gambar, teks atau tanda simbol yang mengingatkandan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Kartukata bergambar biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Kartu kata bergambar berisi gambar-gambar benda-benda, binatang dan sebagainya yang dapat digunakan untuk melatih siswamengeja dan memperkaya kosakata.
Jadi kartu kata bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata danterdapat gambar (Jaruki, 2008:15). Sedangkan menurut Menurut Arief S.Sadiman, dkk (2003: 29) media gambar adalah media yang paling umum dipakai.Dia menggunakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana.
Dari pengertian para ahli diatas maka, peneliti mengambil kesimpulan bahwa kartu kata bergambar adalah suatu media yang terbuat dari kertas karton dan di gunting berukuran 8×12 cm, dan media kartu kata bergambar ini berisi gambar-gambar yang di sesuaikan dengan tema yang akan diajarkan. Media kartu kata bergambar ini sangat efektif dalam mengajarkan siswa kelas rendah dalam membaca permulaan karena, mudah pembuatannya dan dapat membuat siswa lebih cepat paham dengan apa yang akan guru ajarkan.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci (Sugiyono, 2010:15).
Tempat yang diambil dalam penelitian ini adalah SD Negeri Gayok Kecamatan Malifut. Pada kelas satu dengan jumlah murid 12 orang. Dan waktu penelitiannya adalah pada tanggal 12 Februari 2018.
Data yang saya dapat dalam penelitian ini adalah data dari SD Negeri Gayok Kecamatan Malifut.Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas 1 dan seluruh siswa kelas 1 SD Negeri Gayok Kecamatan Malifut yang berjumblah 11 siswa.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Pengamatan (Observasi)
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data secara langsung tentang penggunaan media kartu kata bergambar dalam membaca per mulaan. Sugiyono (2011:145) mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data dengan opservasi digunakan bila penelitian berkenan dengan perilaku manusia, proses kerja, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam penelitian ini sifatnya kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas I, guru bertindak sebagai pelaksana pembelajaran dan peneliti melakukan pengamatan. 2. Wawancara/ Interview
Interview ini disebut juga dengan metode wawancara, yaitu suatu metode pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab secara langsung dengan sumber data. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti (Sugiyono, 2010:317). Interview merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan, untuk dijawab secara lisan juga, ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi.
Tes (Test)
Tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Dalam penelitian ini dengan jalan menyebarkan tes tertulis dan tes lisan kepada siswa kelas I yang berjumblah 11 orang. Tes dilaksanakan di dalam kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan waktu pelaksanaannya selama 4 jam dua kali pertemuan jam pelajaran. 4. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lainlain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode opservasi dan wawancara adalah penelitian kualitatif.
Analisis data dalam penelitian kualitatif di lakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan selesai di lapangan (Sugiyono, 2010:336).
Peneliti kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penggunaan Media Kartu Kata bergambar Dalam Membaca Permulaan
Lewat pembelajaran membaca permulaan siswa dapat memahami bacaan melalui media kartu kata bergambar. Menurut Damyanti Zuchdi dan Budiasih (2001:58) membaca permulaan diberikan secara bertahap yakni pada tahap pramembaca, siswa diajarkan: (1) sikap duduk yang baik pada waktu membaca; (2) cara meletakan buku di meja ; (3) cara memegang buku ; (4) cara membuka dan membalik halaman buku; dan (5) melihat dan memperhatikan tulisan. Setelah siswa membaca dengan menggunakan media kartu kata bergambar dengan tahap pramembaca maka siswa dapat mengetahui cara membaca permulaan dengan baik. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan siswa maka hasil yang diperoleh sesuai dengan teori tersebut di atas.
Dalam pembelajaran membaca permulaan siswa harus melakukan atau mempraktekkan bagaimana cara duduk yang baik, berikut hasil wawancaranya.
“siswa sudah sangat mengetahui bagaimana cara duduk yang baik saat pembelajaran membaca permulaan sedang berlangsung”.(HW.Resp.2,S.K.STU.HRI.Se nin,Tgl.18/02/2019,P.09.00).
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka terungkap bahwa siswa sudah mengetahui bagaimana cara duduk yang baik saat proses pembelajaran membaca permulaan.
Dalam pembelajaran membaca permulaan juga di ajarkan bagaiman meletakan buku di atas meja, berikut hasil wawancaranya.
“siswa sudah mengetahui bagaimana cara meletakan buku bacaan dengan baik sebelum pembelajaran membaca permulaan di mulai”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas maka terungkap bahwa siswa sudah mengetahui cara meletakan buku di atas meja dengan baik.
Dalam membaca permulaan siswa di ajarkan bagaimana cara memegang buku bacaan dengan baik, berikut hasil wawancaranya.
“kalau cara memegang buku yang baiksaat pembelajaran membaca permulaan siswa sudah bisa melakukannya dengan baik, karena bisa di lihat saat siswa di suruh untuk memegang buku saat pembelajaran membaca permulaan akan segega di mulai”.
Dari hasil wawancara di atas maka terungkap bahwa dalam melakukan praktek memegang buku yang baik saat pembelajaran membaca permulaan siswa seluruhnya sudah bisa melakukannya.
Setelah siswa diajarkan cara memegang buku yang baik, siswa juga di ajarkan bagaimana cara membuka dan membalik halaman buku agar supaya buku selalu terjaga dengan baik jangan sampai kalau tidak di ajarkan membuka dan membalik halaman buku maka siswa akan seenaknya saja membuka dan membalik halan buku, berikut hasil wawancaranya.
“saat membuka dan membalik halaman buku, siswa sudah memahaminya dengan baik karena kalau guru membagikan buku bacaan kepada siswa,siswa langsung membuka dan membalik halaman buku denganhati-hati”.
Dari hasil wawancara diatas maka terungkap bahwa sudah banyak siswa yang memahami bagaimana cara membuka dan membalik halaman buku dengan baik.
Saat pembelajaran membaca permulaan siswa di ajarkan bagaiman melihat dan memperhatikan setiap tulisan yang ada di dalam buku, berikut hasil wawancaranya.
“dalam tahap membaca permulaan saat siswa di suruh untuk melihat dan memperhatikan setiap tulisan yang ada di dalam buku bacaan ternyata siswa sudah dapat memperhatikan tulisan-tulisanyang ada di dalam buku bacaan dengan baik. Karena bisa dilihat saat guru menanyakan apa judul dari cerita yang ada di dalam buku bacaan tersebut siswa langsung menjawabnya denganbenar”.
Dari hasil wawancara di atas maka terungkap bahwa siswa sudah dapat memperhatikan setiap tulisan yang ada di dalam buku bacaan tersebut dengan baik.
Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Media Kartu Kata Bergambar
Lewat pembelajaran membaca permulaan siswa dapat memahami bacaan melalui media kartu kata bergambar. Setelah siswa mempraktikan tahap membaca permulaan maka semua siswa dapat membaca dengan baik sesuai dengan kartu kata gambar yang buat oleh guru dan diberikan kepada siswa yang berjumlah 12 siswa. Kartu kata bergambar tersebut dibuat oleh guru berupa tes soal yang berjumlah 5 soal. Dan pada saat membentuk kelompok untuk menentukan mana nama yang sesuai dengan gambar yang sudah di tempelkan, yang dalam setiap kelompok terdiri dari tiga orang siswa. Dari hasil pekerjaan yang dilakukan oleh keempat kelompok tadi, terdapat satu kelompok yang sangat mampu menentukan mana nama yang sesuai dengan gambar, dan ada satu kelompok tergolong baik, satu kelompok tergolong cukup baik, dan satu kelompok tergolong kurang baik.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti maka terdapat empat orang siswa yang berada pada rentang nilai 90%-100%. Hal ini menunjukan bahwa empat orang siswa kelas I SD Negeri Gayok tergolong sangat mampu. Dua orang siswa berada pada rentang nilai 80%-89% baik, dua orang siswa berada pada rentang nilai 70%-79% cukup, dan empat orang siswa berada pada rentang nilai 0%-69% kurang baik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar pada siswa Kelas I SD Negeri Gayok Kecamatan Malifut sangat berdampak positif, karena berdasarkan pengolahan data yang rata-rata kemampuan siswa 70,41%.
Hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan media kartu kata bergambar sangat berpengaruh pada hasil belajar membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Gayok. Dan ini ditandai pula dengan antusiasnya siswa dalam proses pembelajaran dengan kata lain telah berhasil berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar.
Implikasi
Implikasi penggunaan media kartu kata bergambar dalam membaca permulan, sebagai berikut:
Proses
- Minat siswa dalam belajar semakin meningkat
- Siswa dapat belajar dan berperan aktif dan mandiri
- Siswa dapat mengaitkan pengalaman dengan hasil temuannya
- Siswa dapat mendorong dan mengajarkan teman-temannya yang belum mengerti.
Hasil
- Penggunaan media kartu kata bergambar dalam membaca permulaan berdampak positif bagi keberhasilan siswa.
- Siswa mampuh menentukan mana nama dari gambar yang dilihatnya
- Siswa bangga dengan hasil yang ia capai
- Siswa merasa senang, karena dari tidak tahu membaca permulaan, lewat penggunaan media kartu kata bergambar ini ia dapat membaca dengan baik
- Siswa mampu memecahkan masalah
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan media kartu kata bergambar dalammembaca permulaan dan bagaimana kemampuan siswa dalam membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar, ternyata memiliki kemampuan cukup mampu dengan tingkat ketercapaian 70,41% karena berdasarkan nilai yang diperoleh oleh siswa.
Untuk itu pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar melatih para siswa untuk mencari dan menemukan sendiri serta dapat memecahkan masalah yang pada akhirnya berdampak positif pada hasil belajar membaca permulaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. (2010). Strategi Membaca Teori dan Pembelajarannya.Bandung: RIZKY PRESS.
Arsyad, Azhar.2013.Media Pembelajaran. Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Arief Sadiman S., dkk. 2003. Media Pendidikan (pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Depdiknas. 2002. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas.
Dina Indriana. (2011).Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogyakarta: DIVA Press.
Darmiyanti Zuchdi dan Budiasih, 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.Yogyakarta: PAS.
Daryanto.2013. Media Pembelajaran Perannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran.Yogyakarta: GAVA MEDIA.
Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pembelajaran. Jogjakarta: DIVA Press.
Jaruki, Muhammad. 2008.Bahasa Kita Bahasa Indonesia 1.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Koswara, Deded.2013.Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berkesulitan Belajar Spesifik Membantu Anak Berkesulitan Membaca,Belajar Bahasa, Membaca, Menulis, dan Matematika di Sekolah.Jakarta: PT Luxima Metro Media.
Rusman.(2013). Metode-MetodePembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Slamet, St.Y.2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Kelas Rendah.Surakarta: UNS Press.
Syafiie, H. 2008. Bahan Ajar Cetak Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sogiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabet.
Sadiman, Arief. 2009.Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sadiman, S.A. (2009).Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press.
Sadiman, S.A., dkk.(2003). Media Pendidikan. Jakarta: Penerbit Raja.
Sudjana, Naana dan Rivai, Ahmad.2013. Media Pembelajaran Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset.