PENGGUNAAN METODE AUDIO LINGUAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIII-B

MTs NEGERI 12 MADIUN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2018-2019

 

Endang Sri Hartati

MTs Negeri 12 Madiun

ABSTRACT

 Learning English has the aim of practicing a pattern of thinking systematically, logically, critically, creativelly, and consistenly. The application of Audio-Lingual Method in this research is use of methods in learning English which are expected to improve the quality of teaching and learning processes and student learning outcomes. This research is based on the problems: (a) Does The Audio-Lingual Learning Method affect learning outcomes of English? (b)Want to know how high is the level of mastery English subject matter with the application learning model Audio-lingual method. The objectives of this research are: (a)To reveal of affect the Audio-Lingual Learning Method on the results of learning English. (b)Want to know how far understanding and mastery of English subjects after the application of Audio-Lingual Learning Method. This research uses action-research as many as three rounds. Each round consist of four stages, namely: planning, action, observation, and reflection. The target of this researh was classVIII-B students MTsN 12 Madiun. Data obtained in the form formative test results, observation sheets of teaching and learning activities.  From the results of the analysis, it was found that student learning achievement had increased from cycle one to cycle three, that is: cycle 1(67,6%), cycle 2 (80%), and cycle 3 (90%). The conclusion of this research is The Audio-Lingual Method can positively influence on learning motivion of Grade VIII-B students MTsN 12 Madiun, and this learning model can be used as an alternative in the teaching learning process or English language learning.

Keyword: English, Audio-Lingual Method, Student Learning Outcomes.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Masalah pendidikan merupakan masalah sepanjang sejarah manusia, melalui proses pendidikan pula menusia membangun kebudayaan serta peradaban. Proses pendidikan dapat dilakukan dengan belajar di sekolah formal yang terlembagakan meskipun sejatinya belajar dapat dilakukan di mana saja.

Baharuddin (2007) mengatakan bahwa pendidikan pada diri manusia ejatinya mengacu pada pengembangan fitrah manusia, yang dengan pendidikan, harapannya selain menjaga kesucian fitrah juga mengembangkan potensi manusia secara keseluruhan.

Optimalisasi peran pendidikan dalam meningkatkan SDM bangsa Indonesia menurut Syah (2001) dapat dilakukan melalui peningkatan mutu pendidikan dan terus menerus memperbaharuinya dengan berbagai penelitian yang komperhensif, sehingga interaksi belajar dan mengajar dapat berjalan optimal.

Pada Aspek metode pengajarannya, Bireun (2002) masih memandang sebagai sumber penyebab pelajaran bahasa inggris menjadi objek keluhan siswa. Hal ini mengakibatkan pelajaran bahasa inggris mendapat penerimaan yang kurang disukai, hanya sebagai pelajaran pelengkap, bahkan yang lebih parah lagi pelajaran bahasa inggris diberikan secara tumpang tindih dan diulang-ulang.

Menurut Winkel (1996) pada saat mempelajari materi untuk pertama kali seseorang mengolah bahan pelajaran (fase fiksasi), yang kemudian disimpan dalam ingatan (fase retensi) akhirnya pengetahuan dan pemahaman yang telah diperoleh diproduksi kembali, artinya proses transfer pengetahuan kepada anak didik merupakan investasi yang sangat penting dalam pembentukan karekter bangsa, sebab informasi yang masuk ke dalam kognisi anak didik selain disimpan dalam ingatan juga diproduksi kembali dalam bentuk aksi yang lebih nyata.

Hal ini kemudian diperkuat oleh Higbee (2003) yang menyatakan bahwa kemampuan untuk mengingat sesungguhnya tergantung pada metode yang digunakan, serta bagaimana latihan yang dilakukan dengan metode mengingat itu, metode ini secara tidak langsung merujuk kepada audio lingual. Metode Audio Lingual memiliki teknik yang bervariasi untuk menyelesaikan problem ingatan seperti untuk mengingat barang-barang yang banyak bisa digunakan teknik pancang, untuk menghapal pidato bisa dibantu dengan teknik loci.

Dari hal tersebut peneliti akhirnya mengambil sebuah judul “ Penggunaan Metode Audio Lingual untuk Meningkatkan Prestasi Berlajar Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII MTsN 12 Kab.Madiun Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Tujuan Penelitian

Berdasar atas rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengungkap pengaruh Metode Audio Lingual terhadap kreatifitas siswa dalam pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII MTSN Sidorejo Wungu Kab.Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016.
  2. Ingin mengetahui seberapa jauh kreatifitas siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris setelah diterapkannya Metode Audio Lingual pada siswa Kelas VIII MTSN Sidorejo Wungu Kab.Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016.

Batasan Masalah

Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:

  1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas VIII MTSN Sidorejo Wungu Kab.Madiun Tahun Pelajaran 2015/2016.
  2. Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Pembelajaran Bahasa Inggris

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di sisi lain Wittrock dikutip Good dan Brophy mendefinisikan: ”Learning is the term we use to describe the process involve in changing through experience. It is the process of acquiring relatively permanent change in understanding, attitude, knowledge, information, ability, and skill experience”.

Sebagaimana diketahui, bahasa Inggris merupakan alat komunikasi secara lisan dan tulis. Sedangkan berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,teknologi dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana yaitu kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa yaitu; reading, listening, writing, dan speaking. Ke empat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat.

Pengertian Metode Pembelajaran Bahasa Inggris

Method is approaches to designing language program and material reflect a commitment to finding more efficient and more effective ways of teaching language. Jadi, metode dalam pembelajaran bahasa Inggris merupakan proses penyajian pelajaran atau materi bahasa untuk menemukan suatu cara yang lebih efisien dan efektif dalam proses pengajaran bahasa Inggris. Metode pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah apa yang dimaksud oleh tujuan pembelajaran itu sendiri. Semua situasi pembelajaran yang berlangsung baik maksimal maupun kurang maksimal- mencakup beberapa aspek, yaitu: a) pemilihan bahan, b) peningkatan bahan dan c) cara-cara penyajian materi pembelajaran serta cara-cara pengulangan materi tersebut.

Pengertian Metode Audio-Lingual

Pada dasarnya metode Audio-Lingual hampir sama dengan metode lainnya. Adapun metode yang muncul sebelum metode ini adalah metode direct (Direct Method). The Audio-Lingual method is the method which focuses in repetition some words to memorize. Audio-Lingual method is a method which use drills and pattern practice in teaching language. Adapun Jill Kerper Mora dari San Diego University menyebutkan: “This method26 is based on the principles of behavior psychology. It adapted many of the principles and procedures of the Direct Method, in part as a reaction to the lack of speaking skills of the Reading Approach”.

Metode Audio-Lingual ini merupakan sebuah metode yang pelaksanaannya terfokus pada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, teks bacaan. Adapun dalam praktiknya siswa diajak belajar (dalam hal ini bahasa Inggris secara langsung) tanpa harus mendatangkan native language.

Penerapan Metode Audio-Lingual

Metode Audio-Lingual sangat mengutamakan drill. Metode ini muncul karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam bahasa dan target. Padahal,untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat misalnya perang, kunjungan dan seterusnya. Dalam Audio-Lingual yang berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal kata dan pelatihan berkali-kali secara intensif pada pola-pola kalimat. Guru dapat memaksa siswa untuk mengulang sampai tanpa kesalahan.

 

 

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.

Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat Memberi Pertanyaan dan Menjawab antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.

Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di MTs N 12 Madiun.

Waktu/Jadwal Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2019, semester Genap.

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VIII-B MTs Negeri 12 Kab. Madiun tahun pelajaran 2015/2016.

Rancangan Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.

Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal.

Analisis Data

Dalam rangka menyusun dan mengolah data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut.

  1. Merekapitulasi hasil tes
  2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara individu mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.
  3. Menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Persiklus                

Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 75 lebih dari atau sama dengan 85%, sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 75.

Siklus I

Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan Metode Audio Lingual, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 September 2019 di Kelas jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.

Aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat nilai kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.

Dengan menerapkan pembelajaran dengan Metode Audio Lingual diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70 dan ketuntasan belajar mencapai 69% atau ada 16 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ³ 75 hanya sebesar 69% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran dengan Metode Audio Lingual.

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

  • Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
  • Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu
  • Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung

Revisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

  • Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
  • Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
  • Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

Siklus II

Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 September 2019 dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II.

Aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakn oleh guru dengan menerapkan metode pembelajarn kooperatif Audio lingual mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namun demikian penilaian tesebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Dengan penyempurnaan aspek-aspek I atas alam penerapan metode pembelajarn Audio lingual diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa ynag telah mereka lakukan

Nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 75 dan ketuntasan belajar mencapai 78% atau ada 18 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan kemampuan berbicara siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan pembelajaran dengan Metode Audio Lingual.

Refleksi

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut.

  • Memotivasi siswa
  • Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
  • Pengelolaan waktu

Revisi Rancangan

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:

  • Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
  • Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
  • Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
  • Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
  • Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.

Siklus III

Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.

Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 September 2019 di II dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Audio lingual mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.

Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif Audio lingual diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 82 dan dari 23 siswa telah tuntas sebanyak 21 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 91% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan kemampuan berbicara pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan Metode Audio Lingual sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

Refleksi

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran dengan Metode Audio Lingual. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
  • Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
  • Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
  • Kemampuan berbicara siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.

Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran dengan Metode Audio Lingual dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta kemampuan berbicara siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pengajaran Metode Audio Lingual dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembahasan

Ketuntasan Kemampuan berbicara Siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan Metode Audio Lingual memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 69%, 78%, dan 91%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model pengajaran Metode Audio Lingual dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pad setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris dengan model pengajaran Metode Audio Lingual yang paling dominan adalah, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pengajaran konstekstual model pengajaran audio lingual dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Model Pembelajaran Metode Audio Lingual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris.
  2. Pembelajaran dengan Metode Audio Lingual memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (69%,), siklus II (78%), siklus III (91%).
  3. Model pengajaran Metode Audio Lingual dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan.
  4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
  5. Penerapan pembelajaran dengan Metode Audio Lingual mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan kreatifitas belajar siswa.

Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

  1. Untuk melaksanakan model pengajaran Metode Audio Lingual memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran dengan Metode Audio Lingual dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
  2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
  3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut
  4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Tindakan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek) Edisi Revisi V. Jakarta: Rhineka Cipta

 

Billie, MCunningham. 2008. Using Action Research and The Classroom Learning Environment. Issues in Accounting Education Journal. Sarasota: Feb 2008.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: CV. Timur Putra Mandiri

Kifutu, Susan, Background and Characteristics of the Audio-Lingual Method, http://www.tcnj.edu diakses pada tanggal 21 Februari 2009

Larsen, Diane and Freeman. 1986. Techniques and Principles in Language Teaching. Oxford: Oford University Press

Mulyasa, E. 2003. Media dan Laboratorium dalam Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) dan P dan K, 2003)

Murni, Wahid. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UM Press

NK, Roestiyah, 2001. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Pennycook, A. 1995. “English in the World/The World in English”. In J. Tollefson (Ed), Power and Inequality in Language Education. Cambridge: Cambridge University Press

Richards. 1986. Approaches And Method in Language Teaching. New York: Cambridge University Press

________. 2006. http://blog.hjenglish.com/ , diakses tanggal 6 April 2009