PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI

DENGAN MENGGUNAKAN POLA PERMAINAN

UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK KELOMPOK B

TK DESA SUGIHAN 02 KECAMATAN BENDOSARI

SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Wartini

TK Desa Sugihan 02 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan adalah untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan bagi anak Kelompok B TK Desa Sugihan 02 Kecamatan Bendosari pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 melalui penggunaan metode jarimatika. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan di TK Desa Sugihan 02 Kecamatan Bendosari Sukoharjo. Penelitian dilakukan selama 3 bulan pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian adalah anak kelompok B semester 2 di TK Desa Sugihan 02 Kecamatan Bendosari Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 32 anak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan dapat meningkatkan kreativitas anak Kelompok B TK Desa Sugihan 02 Kecamatan Bendosari pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya jumlah anak yang memiliki kreativitas dengan kategori Baik pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Jumlah anak yang mempunyai kreativitas dengan kategori Baik mengalami peningkatan dari sebanyak 16 anak (50.00%) pada kondisi awal, meningkat menjadi 23 anak (71.88%) pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 30 anak (93.75%) pada akhir tindakan Siklus II.

Kata Kunci: Kreativitas, metode demonstrasi, pola permainan.


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai potensi yang kreatif. Hanya saja dalam perjalanan hidupnya ada yang mendapatkan kesempatan untuk mengem-bangkan potensi kreatifnya. Ada pula yang kehilangan potensi kreatifnya karena tidak mendapatkan kesempatan ataupun tidak menemukan lingkungan yang memfasilitasi berkembangnya potensi kreatif. Sungguh sangat disayangkan apabila potensi kreatif tersebut menghilang pada diri manusia.

Kreativitas merupakan proses yang dinamis dalam diri seseorang yang dapat menghasilkan beberapa pilihan atau alternatif suatu masalah, dan pertanyaan yang dihadapi seseorang. Kreativitas akan terlahir apabila kaya kreatif dan inovatif berguna dalam kehidupan manusia. Kreati-vitas sesungguhnya merupakan fenomena yang interen dalam kehidupan manusia yang sudah ada sepanjang sejarah manusia (Suyono, 2001:21).

Kenyataan di lapangan menunjuk-kan bahwa banyak anak-anak yang masih kurang optimal dalam mengembangkan kemampuan multiple intelligences mereka, khususnya dalam hal pengembangan kreativitas. Kondisi yang sama juga terjadi pada anak kelompok B semester 2 di TK Desa Sugihan 02, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya kemampuan berkreasi. Rendah-nya kreativitas anak terlihat dari banyaknya anak yang belum memiliki kecepatan dan keluwesan membuat bentuk saat pembela-jaran menggunakan plastisin. Ditinjau dari kreasi bentuk, masih banyak anak yang belum rapi dalam membuat bentuk dan membuat bentuk baru.

Hasil penilaian terhadap kreativitas anak, menunjukkan bahwa dari 32 anak yang ada, baru ada 16 anak (50.00%) yang sudah memiliki kreativitas dengan klasifikasi Baik. Sisanya sebanyak 16 anak (50.00%) masih memiliki kreativitas dengan kategori cukup baik dan kurang baik, yaitu sebanyak 5 anak (15.63%), kategori cukup baik dan 11 anak (34.38%) termasuk kategori kurang baik.

Berdasarkan pengamatan peneliti di Kelompok B di TK Desa Sugihan 02, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, menunjukkan bahwa: sebagian besar anak kurang termotivasi dalam mengembangkan kreativitasnya, hal ini dikarenakan guru kurang memperhatikan anak belajar, penjelasan guru kurang menarik perhatian anak, anak cenderung melakukan aktivitasnya sendiri di luar arahan guru, guru kurang merespon pertanyaan anak dan ketika guru memberikan pertanyaan anak juga tidak merespon.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kreativitas pada anak, diantaranya adalah dengan kegiatan permainan yang melibatkan kerja otak. Salah satu bentuk permainan yang dapat meningkatkan kreativitas anak yaitu melalui metode demonstrasi dengan pola permainan.

Metode demonstrasi tersebut me-rupakan sebuah metode mengajar dengan menggunakan alat peragaan (meragakan) untuk memperjelas pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana untuk melakukan/jalannya suatu proses pembuatan tertentu kepada siswa. Metode demonstrasi juga bisa diartikan sebagai salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses ataucara melakukan sesuatu. Dengan demikian maka melalui peragaan dengan pola permainan yang dilakukan guru diharapka dapat memacu anak mengembangkan kreativitas mereka.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan penelitian tentang peningkatan kreativitas pada anak usia dini. Adapun judul dalam penelitian ini adalah “Penggunaan Metode demonstrasi Dengan Menggunakan Pola Permainan Untuk Meningkatkan Kreativitas Anak Kelompok B TK Desa Sugihan 02 Kecamatan Bendosari Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut :Apakah melalui penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan dapat meningkatkan kreativitas pada anak kelompok B TK Desa Sugihan 02, Keca-matan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2013/2014?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kreativitas pada anak kelom-pok B TK Desa Sugihan 02, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 melalui penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peserta didik mendorong anak mengembangkan kreativi-tas melalui pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan dengan pola permain-an. Manfaat bagi guru menambah pengeta-huan mengenai penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan untuk membantu anak dalam mengembangkan kreativitas mereka. Manfaat bagi sekolah meningkatkan mutu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) melalui peningkatan kreativitas anak didik, dan dijadikan sebagai metode alternatif dalam meningkatkan kreativitas pada anak usia dini.

LANDASAN TEORI

Konsep Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Menurut Depdiknas (2010: 5) pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, selanjutnya dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini merupa-kan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah (Santrock, 2012: 348): (1) Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja; (2) Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang kemam-puan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas; (3) Tahap konkret operasional, 7 – 11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi; (4) Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerak-an jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 2010: 251). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus. Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.

Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock, 2012: 225).

Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.

Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (2010: 252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.

Kreativitas Anak Usia Dini

Kreatif merupakan suatu sifat yang dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kreativitas. Hal ini dikarenakan hanya orang kreatif yang mempunyai ide gagasan kreatif dan original. Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini. Anak dikatakan kreatif apabila mampu mengha-silkan produk secara kreatif serta tidak tergantung dengan orang lain yang berarti bahwa dalam memuaskan diri bukan karena tekanan dari luar. Munandar (Rachmawati, 2005: 28) menyatakan bahwa kreativitas dapat dibedakan menjadi tiga pengertian, yaitu: Pertama, kemampuan untuk membuat kondisi baru, berdasarkan data, informasi, dan unsur-unsur yang ada (daya cipta). Kedua, kemampuan menggunakan data atau informasi yang tersedia. Ketiga, kemampu-an yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, kemurnian (orisinal) dalam mengembangkan dan memperkaya gagasan.

Kreativitas sesungguhnya tidak perlu hal-hal yang baru sama sekali, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya yaitu berdasarkan informasi, data atau pe-ngalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya (Munandar, 2004: 47). Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki makin besar kemungkinan seseorang memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan tersebut untuk bersibuk diri secara kreatif.

Kreativitas adalah suatu kemam-puan untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah, dan ide serta mempunyai maksud dan tujuan yang ditentukan. Kreativitas dalam bidang seni diartikan sebagai berkarya yaitu suatu kemampuan untuk mewujudkan karya seni sebagai hasil kreativitasnya. Kreativitas dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan yang ditandai dengan empat aspek kreativitas: kelancaran (fluency), ke-luwesan (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).

Peningkatan kreativitas dapat dilakukan dengan berbagai macam kegiatan eksperimen dan eksplorasi yang dapat dilakukan oleh anak. Tugas guru, orang tua, dan orang-orang yang dekat dengan anak perlu memahami bagaimana memfasilitasi anak agar kreativitas itu muncul sebagai kekuatan yang sangat diperlukan bagi kehidupannya kelak. Ciri-ciri Kreativitas Anak menurut pendapat Munandar (2004: 71) meliputi: 1)Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam; 2)

Sering mengajukan pertanyaan yang baik; 3)Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah; 4)Bebas dalam menyatakan pendapat; 5)Mempu-nyai rasa keindahan yang dalam; 6)Menon-jol dalam salah satu bidang seni; 7)Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/ sudut pandang; 8)Mempunyai rasa humor yang luas; 9)Mempunyai daya imajinasi; dan 10)Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

Penerapan pendekatan 4 P (Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk) dalam mengembangkan kreativitas menu-rut Munandar (2004: 89) dapat mempe-ngaruhi perilaku anak dalam menampilkan ciri-ciri pribadi kreatif.

Keempat segi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama, Segi pribadi, kreativitas adalah hasil keunikan pribadi dalam berinteraksi dengan lingkungan dan merupakan penggambaran adanya berbagai ciri khusus dalam tiap individu. Cirinya antara lain berupa rasa ingin tahu, mempunyai minat yang luas, berani mengambil resiko, mempunyai prakarsa, kepercayaan diri, tekun, dan ulet dalam mengerjakan tugas yang diminati dan diyakini.

Kedua, segi pendorong, merupa-kan suatu kondisi yang memotivasi sese-orang pada perilaku kreatif. Pendorong kreativitas ini dapat berupa hasrat yang kuat pada diri individu dan dapat pula berupa penghargaan dari orang lain (orangtua, guru), serta tersedianya sarana dan prasarana penunjang sikap kreatif.

Ketiga, segi proses, kreativitas adalah hasil dari tahapan pengalaman seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kreativitas ditinjau dari segi proses yaitu sebagai suatu kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah ada dalam pikiran.

Keempat, segi produk, kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta atau menghasilkan produk-produk baru atau kombinasi dari hal sebelumnya yang sudah ada. Produk tersebut dapat berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, maupun teknologi baru yang memungkinkan manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Karakteristik kreativitas anak dalam penelitian ini adalah kreativitas yang menunjukkan kelancaran anak dalam memproduksi gambar. Kreativitas anak yang menunjukkan keluwesan anak dalam menceritakan hasil gambarnya. Kreativitas anak yang menunjukkan keaslian gambar anak, dan kreativitas anak yang dilihat dari elaborasi atau penjelasan anak mengenai pengembangan ide anak dari hasil gambar yang telah dibuatnya.

Menurut Munandar (2004: 45-46) kreativitas penting untuk dipupuk dan dikembangkan melalui pendidikan sejak usia dini dengan alasan karena orang dapat mewujudkan dirinya. Seorang ahli, Maslow (Munandar, 2004: 46), menyebutkan bahwa kreativitas merupakan manifestasi dari individu yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya. Selain itu, kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Alasan yang berikutnya kreativitas dapat memberikan kepuasan terhadap individu serta dengan kreativitas memungkinkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

Menurut Seto Mulyadi (Tientje, dkk., 2004: 5) mengatakan bahwa pengembangan kreativitas harus dimulai sejak dini. Bagi anak usia dini, bermain adalah awal dari timbulnya kreativitas. Apapun kegiatannya hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga dalam pengembangan kreativitas tidak ada paksaan.

Pengembangan kreativitas dalam penelitian ini adalah suatu daya atau kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak pada kelompok B TK Desa Sugihan 02, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 untuk menunjukkan keberanian, dalam membuat gambar atau coretan, berani mengeluarkan ide atau gagasan dari hasil gambar yang telah dibuatnya. Pengembangan kreativitas dalam penelitian ini diupayakan melalui pemberian kebebasan kepada anak dalam menggambar dan pemilihan media maupun alat yang digunakan untuk menggambar.

Metode Demonstrasi

Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan metode demonstrasi adalah sebagai berikut: 1)Guru menyusun tujuan instruksional yang hendak dicapai anak didik; 2)Guru menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan; 3)Guru mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran; 4)

Guru memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan; 5)Guru melaksanakan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari anak didik; 6)Guru memberikan penguatan terhadap hasil demonstrasi; dan 7)Guru bersama-sama anak didik menyimpulkan pembelajaran.

Pola Permainan

Bermain menurut Mulyadi (2004), secara umum sering dikaitkan dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan. Terdapat lima pengertian bermain, yaitu: 1)Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak; 2)Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat intrinsik; 3)

Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh anak; 4)Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak; dan 5)Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan seuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan sebagainya.

Huizinga (dalam Caillois, 2001: 332) mendefinisikan konsep bermain sebagai: “(a) A voluntary activity existing out-side ‘ordinary’ life; (b) Totally absorbing; (c) Unproductive; (d) Occurring within a circumscribed time and space; (e) Ordered by rules; (f) Characterized by group relationships which surround themselves by secrecy and disguise”. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Huizinga, permainan dikatakan sebagai aktivitas sukarela yang ada di luar sisi kehidupan biasa, penyerapan total, bersifat tidak produktif, terjadi dalam waktu dan ruang yang terbatas, diatur oleh peraturan, dan ditandai dengan hubungan kelompok yang mengelilingi kerahasian diri dan penyamaran.

Tahapan kegiatan bermain menu-rut Piaget adalah sebagai berikut (Santrock, 2012).

Permainan Sensori Motorik (± 3/4 bulan – ½ tahun)Bermain diambil pada periode perkembangan kognitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutankenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi merupakan pengulangan dari hal-hal sebelumnya dan disebut reproductive assimilation (Santrock, 2012).

Permainan Simbolik (± 2-7 tahun). Permainan ini merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia 2-7 tahun ditandai dengan bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka, ruang, kuantitas dan sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar bertanya, tidak terlalu memperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya terus (Santrock, 2012).

Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8-11 tahun).Pada usia 8-11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan (Santrock, 2012).

Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas). Kegiatan bermain lain yang memiliki aturan adalah olahraga. Kegiatan bermain ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik-baiknya (Santrock, 2012).

Tahapan kegiatan bermain menurut Hurlock adalah sebagai berikut (2010):Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage).Berupa kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang diraihnya (Hurlock, 2010).

Tahapan Mainan (Toy stage).Tahap ini mencapai puncknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya (Hurlock, 2010).

Tahap Bermain (Play stage). Biasanya terjadi bersamaan dengan mulai masuk ke sekolah dasar. Pada masa ini jenis permainan anak semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permain-an yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa (Hurlock, 2010).

Tahap Melamun (Daydream stage).Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal. Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain (Hurlock, 2010).

Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira, tidak memiliki tujuan ekstrinsik, melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain (seperti perkembangan kreativitas), dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuia dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.

Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa kreativitas, pada anak Kelompok B di TK Desa Sugihan 02, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukohar-jo semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 belum optimal. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya kemampuan berkreasi pada anak dalam membuat bentuk maupun kerapian bentuk yang dibuat.

Rendahnya kreativitas pada anak terlihat dari banyaknya anak yang belum dapat membuat bentuk-bentuk dan kerapian bentuk yang dibuat. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa dari 32 anak yang ada, baru ada 16 anak (50.00%) yang sudah memiliki kreativitas dengan klasifikasi Baik. Sisanya sebanyak 16 anak (50.00%) masih memiliki kreativitas dengan kategori cukup baik dan kurang baik, yaitu sebanyak 5 anak (15.63%), kategori cukup baik dan 11 anak (34.38%) termasuk kategori kurang baik.

Berangkat dari kenyataan tersebut diperlukan suatu upaya untuk meningkat-kan kreativitas anak didik. Salah satu upaya yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan metode demonstrasi dengan pola permainan. Melalui metode demonstrasi dengan pola permainan tersebut anak seolah dituntut untuk menjadi lebih tekun, telaten dan teliti tanpa merasa bosan. Dengan pembelajaran metode demonstrasi dengan pola permain-an yang diberikan secara benar diharapkan kreativitas anak akan semakin berkem-bang.

Hipotesis Tindakan

Merujuk pada perumusan masalah, kajian teori, dan kerangka pemikiran yang sudah dikemukakan pada bagian sebelum-nya, selanjutnya dapat dirumuskan hipote-sis tindakan sebagai berikut: “melalui penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan dapat meningkatkan kreativitas pada anak kelompok B TK Desa Sugihan 02, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2013/2014”.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di TK Desa Sugihan 02 Kecamatan Bendosari Kabupa-ten Sukoharjo. Penelitian dilaksanakan pa-da semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan selama 2 (dua) bulan, yaitu dimulai pada bulan April 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B semester 2 TK Desa Sugihan 02, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukohar-jo tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 32 anak.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa peningkatan kreativi-tas pada anak usia dini menggunakan metode demonstrasi dengan pola permain-an. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, dan dokumen. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari instrumen observasi. Data yang diperoleh dalam penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data dapat diper-tanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam penarikan kesimpulan. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain adalah menggunakan teknik triangulasi, dan memperpanjang masa pengamatan (Sutama, 2012: 122).

Prosedur analisisnya menggunakan model alur dari Kemmis dan Taggart yang intinya mengidentifikasi perkembangan dan perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek sampel diberi perlakuan khusus atau dikondisikan pada situasi tertentu dengan pembelajaran tindakan dalam kurun waktu tertentu dan berulang-ulang sampai program dinyatakan berhasil (Wiriaatmadja, 2006: 62).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif – kuantitatif. Analisis data secara kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif, seperti hasil observasi dan studi dokumentasi. Tahapan analisis data deskriptif kualitatif terdiri dari: pemaparan data, reduksi (data yang sudah ada di cek dan dicatat kembali), kategorisasi (data dipilah-pilah), penafsiran dan penyimpulan.

Analisis data deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisa data kuantitatif, seperti hasil tes ataupun data kualitatif yang sudah dikuantifikasi, misalnya data hasil pengamatan. Data kuantitatif berupa skor hasil pengamatan kreativitas pada anak (Arikunto, 2010: 189).

Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terdiri dari indikator sikap ilmiah dan hasil belajar. Atas dasar hal tersebut, maka indikator kinerja penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut ini:

1. Daya serap terhadap pelajaran yang diajarkan dapat mencapai prestasi yang tinggi, yaitu kreativitas anak dengan metode demonstrasi dengan menggunakan pola permainan meningkat. Anak lebih kreatif dan lebih mandiri.

2. Pembelajaran dianggap berhasil apabila jumlah anak yang sudah mampu mengembangkan kreativitas dengan kategori baik > 80.00% dari jumlah anak didik.

Prosedur Penelitian

Prosedur PTK ini mnegikuti prinsip-prinsip PTK, yaitu terdiri dari beberapa tahap diantaranya; tahap planning (rencana tindakan), implementing (tindakan), observing (observasi), dan reflecting (refleksi) yang kemudian diikuti dengan perencanaan ulang pada siklus kedua, dan seterusnya.

Tahapan pelaksanaan tindakan atau acting meliputi segala tindakan yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pemelajaran RKM dan RKH dengan materi pengembangan kemampuan kognitif. Tahapan pengamatan atau observing meliputi pembuatan instrumen penelitian, pengumpulan data berupa nilai evaluasi anak setelah mendapatkan tindakan, menganalisa data dan menyusun langkah – langkah perbaikan Tahapan refleksi dilakukan melalui diskusi teman sejawat dan masukan dari para ahli.

Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus tidakan dan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi hasil tindakan.

Semua kegiatan dari siklus I, dan II dilaksanakan dengan tahap perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observer) serta refleksi (reflect). Tahapan perencanaan atau planning meliputi pembuatan perangkat pembelajaran, persiapan sarana dan prasarana penelitian serta menentukan indikator kinerja

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan hasil identifikasi awal, dapat diketahui bahwa kreativitas anak kelompok B di TK Desa Sugihan 02 Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo masih kurang optimal. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di atas, dapat diketahui bahwa jumlah anak dengan kreativitas kategori Baik adalah sebanyak 16 anak atau 50.00%. Jumlah anak dengan kreativitas kategori cukup baik adalah sebanyak 5 anak atau 15.63%. Jumlah anak dengan kreativitas kategori kurang baik adalah sebanyak 11 anak atau 34.38%. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan kreativitas pada anak tersebut.

Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kemampuan mengembangkan kreativitas pada anak. Upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan metode demonstrasi dengan pola permainan.

Deskripsi Tindakan Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran pe-ngembangan kreativitas tindakan Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, yaitu pada minggu ke 2 dan ke 3 bulan April 2014. Tema pembelajaran pada tindakan Siklus I adalah Alam Semesta dengan sub tema gejala Alam.

Demonstrasi dilakukan tanpa bimbingan guru. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tindakan Siklus I adalah dengan metode demonstrasi dengan pola permainan menggunakan kelompok besar, yaitu kelas dibagi ke dalam 4 kelompok sehingga masing-masing kelompok beranggotakan 8 orang anak.

Hasil-hasil pengamatan tindakan Siklus I dapat dipaparkan sebagai berikut. Kreativitas anak dinilai berdasarkan 4 aspek penilaian yang terdiri dari 4 indikator. Skoring diberikan dengan rentang skor antara 1 – 4, sehingga skor yang diperoleh setiap anak terentang antara 4 – 16. Berdasarkan hasil skoring terhadap 4indikator, dapat diketahui bahwa kreativitas anak kelompok B mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah anak dengan kreativitas kategori Baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 kali pertemuan, dapat diketahui bahwa jumlah anak dengan kreativitas kategori Baik mengalami peningkatan pada setiap kali pengamatan. Pengamatan hari ke-1 tindakan Siklus I menunjukkan bahwa jumlah anak dengan kreativitas kategori Baik adalah sebanyak 18 anak (56.25%). Jumlah tersebut meningkat pada pengamatan hari ke-2, yaitu menjadi 20 anak (62.50%). Jumlah anak dengan kreativitas kategori Baik pada pengamatan hari ke-3 mengalami peningkatan menjadi 23 anak (71.88%).

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus I, selanjutnya dapat dikemukakan refleksi hasil tindakan sebagai berikut:

Guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RKH yang disusun sebelumnya dengan cukup baik; Hasil pengamatan terhadap aktivitas anak menunjukkan bahwa pada pembelajaran tindakan Siklus I, anak masih sering berlari kesana-kemari dengan teman-temannya. Model atau bentuk demonstrasi yang telah diajarkan oleh guru kurang mendapat perhatian dari anak didik, sehingga sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berlarian kesana-kemari, dan model bentuk-bentuk seperti silider dan kubus kurang menarik perhatian dari anak didik. Oleh karena itu diperlukan pengulangan model pembelajaran dengan menggunakan model demonstrasi yang dilakukan oleh guru pengajar, sehingga nantinya anak didik akan lebih terfokus pada model pembelajaran.

Pembelajaran metode demonstrasi dengan pola permainan pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan kreativitas anak didik. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah anak dengan kreativitas kategori Baik dari sebanyak 16 anak (50.00%) pada kondisi awal, meningkat menjadi 23 anak (71.88%) pada tindakan Siklus I.

Peningkatan kreativitas anak pada tindakan Siklus I belum optimal. Hal ini diindikasikan dengan belum terpenuhinya indikator kinerja bahwa jumlah anak dengan kreativitas kategori Baik mencapai > 80.00% dari jumlah anak. Dengan demikian diperlukan upaya perbaikan pada tindakan Siklus II.

Deskripsi Tindakan Siklus II

Pembelajaran tindakan Siklus II dilaksanakan selama 3 (tiga) kali pertemuan, yaitu pada minggu ke 2 dan minggu ke 3 bulan Mei 2014. Tema yang diberikan pada pertemuan II adalah lingkunganku. Pelaksanaan pembelajaran tindakan Siklus II dilakukan selama 3 kali pertemuan.

Berdasarkan hasil skoring terhadap 4 indikator, dapat diketahui bahwa kreativitas anak kelompok B mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah anak dengan kreativitas kategori Baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh pada tindakan Siklus II, selanjutnya dapat dikemukakan refleksi hasil tindakan sebagai berikut ini:

1) Guru sudah melaksanakan pembela-jaran sesuai dengan RKH yang disusun sebelumnya dengan lebih baik;

2) Hasil pengamatan menunjukkan bahwa anak sudah tidak lagi berlari ke sana kemari. Anak sudah lebih fokus dalam mengikuti permainan.

3) Pembelajaran metode demonstrasi dengan pola permainan pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan kreativitas anak didik. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah anak dengan kreativitas kategori Baik dari sebanyak 23 anak (71.88%) pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi 30 anak (93.75%) pada tindakan Siklus II.

4) Peningkatan kreativitas anak pada tindakan Siklus II sudah cukup optimal. Hal ini diindikasikan dengan hasil yang diperoleh di mana anak dengan kreativitas kategori Baik sudah mencapai 30 anak (93.75%) atau > 80.00% dari jumlah anak. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan dapat meningkatkan kreativitas pada anak kelompok B TK Desa Sugihan 02, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.

Pembahasan Hasil Tindakan

Hipotesis tindakan yang menya-takan bahwa “melalui penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan dapat meningkatkan kreativitas pada anak kelompok B TK Desa Sugihan 02, Kecamat-an Bendosari, Kabupaten Sukoharjo semes-ter 2 tahun pelajaran 2013/2014” terbukti kebenarannya. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kreativitas anak didik pada setiap siklus tindakan yang dilakukan.

Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa kreativitas, pada anak Kelompok B di TK Desa Sugihan 02, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukohar-jo semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 belum optimal. Hal ini diindikasikan dengan rendahnya kemampuan berkreasi pada anak dalam membuat bentuk maupun kerapian bentuk yang dibuat.

Rendahnya kreativitas pada anak terlihat dari banyaknya anak yang belum dapat membuat bentuk-bentuk dan kerapian bentuk yang dibuat. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa dari 32 anak yang ada, baru ada 16 anak (50.00%) yang sudah memiliki kreativitas dengan klasifikasi Baik. Sisanya sebanyak 16 anak (50.00%) masih memiliki kreativitas dengan kategori cukup baik dan kurang baik, yaitu sebanyak 5 anak (15.63%), kategori cukup baik dan 11 anak (34.38%) termasuk kategori kurang baik.

Mengacu pada kondisi tersebut maka guru berupaya meningkatkan kreativitas anak. Upaya yang dilakukan guru adalah menerapkan metode demonstrasi dengan pola permainan dengan tujuan meningkatkan kreativitas anak. Pembelajaran pada tindakan Siklus I dilakukan dengan kelompok besar. Anak dikelompokkan ke dalam 4 kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 8 anak.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kreativitas pada anak mengalami peningkatan dibandingkan kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa anak dengan kreativitas kategori Baik adalah sebanyak 23 anak (71.88%), kategori Cukup Baik adalah sebanyak 6 anak (18.75%), dan kategori Kurang Baik adalah sebanyak 3 anak (9.38%). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran metode demonstrasi dengan pola permainan pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan kreativitas anak didik.

Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dirasa belum optimal. Hal ini diindikasikan dengan belum tercapainya indikator kinerja yang ditetapkan yaitu sebanyak > 80.00% sudah mempunyai kemampuan dengan kategori baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan pada tindakan Siklus II.

Perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan kelompok kecil. Anak dikelompokkan ke dalam 8 kelompok sehingga setiap kelompok terdiri dari 4 anak dengan disertai bimbingan guru.

Upaya ini ternyata berhasil meningkatkan kreativitas pada anak secara lebih optimal. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah anak dengan kreativitas kategori baik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa anak dengan kreativitas kategori Baik adalah sebanyak 30 anak (93.75%), kategori Cukup Baik adalah sebanyak 2 anak (6.25%), dan kategori Kurang Baik sudah tidak ada lagi (0.00%).

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari kondisi awal hingga akhir tindakan Siklus II, selanjutnya dapat diringkaskan tentang pelaksanaan pembelajaran peningkatan kreativitas anak melalui penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan ke dalam tabel sebagai berikut ini.

Tabel 10

Ringkasan Hasil Penelitian

Tahap Awal

Tindakan Siklus I

Tindakan Siklus I

Kreativitas anak kurang optimal

Hasil pengamatan:

Kreativitas kategori Baik adalah 16 anak (50.00%); kategori Cukup Baik sebanyak 5 anak (15.63%); kategori Kurang Baik sebanyak 11 anak (34.38%)

Kreativitas anak meningkat

Hasil pengamatan:

Kreativitas kategori Baik adalah 23 anak (71.88%); kategori Cukup Baik sebanyak 6 anak (18.75%); kategori Kurang Baik sebanyak 3 anak (9.38%)

Kreativitas anak meningkat

Hasil pengamatan:

Kreativitas kategori Baik adalah 30 anak (93.75%); kategori Cukup Baik sebanyak 2 anak (6.25%); kategori Kurang Baik sudah tidak ada (0.00%)

P E N U T U P

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian tindakan tentang peningkatan kreativitas pada anak kelompok B di TK Desa Sugihan 02 Kecamatan Bendosari Sukoharjo semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: Melalui penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan dapat meningkatkan kreativitas anak Kelompok B TK Desa Sugihan 02 Kecamatan Bendosari pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini diindikasikan dengan meningkatnya jumlah anak yang memiliki kreativitas dengan kategori Baik pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Jumlah anak yang mempunyai kreativitas dengan kategori Baik mengalami peningkatan dari sebanyak 16 anak (50.00%) pada kondisi awal, meningkat menjadi 23 anak (71.88%) pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 30 anak (93.75%) pada akhir tindakan Siklus II.

Implikasi

Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh tersebut di atas, selanjutnya dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1)Penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan dapat membantu anak yang masih terlihat kurang kreatif menjadi lebih kreatif; 2)Penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan dapat memberikan pengaruh positif baik dalam pendidikan dan sosial pada guru maupun anak didik; 3)Penggunaan metode demonstrasi dengan pola permainan merupakan salah satu cara praktis dan menyenangkan untuk membantu anak didik dalam mengembangkan kreativitas.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, selanjutnya dapat disampaikan saran-saran kepada guru TK agar menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan dan mampu mendorong anak dalam mengembangkan kreativitas mereka. Saran bagi lembaga PAUD mendorong para guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif dan inovatif guna meningkatkan kreativitas anak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan: untuk Guru, Kepala Sekolah & Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.

Caillois, R. 2001. Man, Play, and Games. Urbana and Chicago, University of Illinois Press.

Hurlock, Elizabeth B.. 2010. Psikologi Perkembangan (terjemahan), Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kemdiknas. 2007. Buku 3: Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Mulyadi, S., 2004. Bermain dan Kreativitas (Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain). Jakarta: Papas Sinar Sinanti.

 

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.