Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa
PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DAN KEAKTIFAN SISWA MATERI TEKANAN PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 3 JUWANA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Suko Wibowo
Guru Ilmu Pengetahuan Alam SMP Negeri 3 Juwana Kabupaten Pati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA dan keaktifan siswa materi Tekanan pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Juwana Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas pada peserta didik kelas VIII G SMP Negeri 3 Juwana. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Juwana pada semester gasal Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 25 peserta didik. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap dari setiap siklusnya,yaitu: perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Indikator hasil belajar pada penelitian ini berupa tercapainya ketuntasan belajar secara individu maupun klasikal. Adapun teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik observasi dan teknik dokumentasi sedangkan alat pengumpul datanya secara tes hasil belajar dan instrument keaktifan. Data hasil pengamatan tes atau nilai evaluasi diolah dengan deskriptif analitis untuk menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian keberhasilan tiap siklus. Dari hasi observasi di kelas VIII dapat diketahui bahwa metode pembelajaran yang digunakan oleh guru mata pelajaran IPA khususnya fisika belum secara penuh mengedepankan pembelajaran aktif dan cenderung terjadi komunikasi satu arah, artinya peserta didik cenderung pasif dalam pembelajaran.Hal ini juga tampak dengan adanya hasil belajar yang belum maksimal. Pada kondisi awal sebelum diterapkan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen hasi belajar peserta didik yaitu 69 dengan ketuntasan belajar 58%. Setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen hasil belajar peserta didik meningkat. Pada siklus I, rata-rata nilai hasil belajar peserta didik 74 dan ketuntasan belajar 78%. Pada siklus II, rata-rata nilai hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 81 dengan ketuntasan belajar 89%. Dari data tersebut, jelas bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik.Selain itu Keaktifan siswa juga meningkat dari pra siklus, siklus I dan siklus II.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Tekanan, Metode Eksperimen serta Keaktifan Siswa
PENDAHULUAN
Hasil observasi yang dilakukan peneliti, pembelajaran yang berlangsung di kelas VIIIG SMP Negeri 3 Juwana belum dapat mengembangkan kreativitas pemikiran dan memberikan pengalaman langsung kepada siswa selama proses pembelajaran fisika. Hal ini terlihat ketika guru banyak menggunakan verbalisme dan kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tersebut menyebabkan siswa cenderung cepat merasa bosan dan kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Faktor lain yang mendasari peneliti untuk melakukan penelitian pada konsep Tekanan karena hasil belajar siswa kelas VIIIG SMP Negeri 3 Juwana masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kriteria ketuntasan minimal di SMP Negeri 3 Juwana pada pelajaran IPA untuk kelas VIII adalah 76, namun siswa hanya memperoleh nilai rata-rata 69.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa baik secara perseorangan ataupun kelompok, untuk melakukan suatu proses atau eksperimen dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya (Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran,2010: 220). Metode eksperimen dianggap sesuai untuk pembelajaran fisika karena mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal.
Metode eksperimen dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku. Guru dapat mengembangkan keterlibatan siswa secara aktif selama proses pembelajaran baik itu fisik, mental, maupun emosional dalam metode eksperimen. Keterlibatan itu diharapkan akan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan, sehingga hasil belajar siswa juga akan meningkat. Metode eksperimen memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan prosesnya sehingga memberikan pengalaman secara langsung yang dapat tertanam dalam ingatannya agar memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul: “Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dan Keaktifan Siswa Materi Tekanan Pada Kelas VIII G SMP Negeri 3 Juwana Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017 / 2018 ”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA dan keaktifan siswa materi Tekanan pada siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Juwana Tahun Pelajaran 2017/2018.
LANDASAN TEORI
Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. (Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, 2000: 196)
Menurut Syaiful Sagala, ”metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari” (Konsep dan Makna Pembelajaran, 2010: 220) Roestiyah N.K menyatakan bahwa ”metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru” (Strategi Belajar Mengajar, 2001: 80)
Metode eksperimen merupakan metode yang dikembangkan dengan tujuan untuk membimbing siswa agar mampu menemukan jawaban-jawaban sendiri dari fenomena-fenomena yang dihadapi melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar dan bimbingan serta pengarahan dari guru. Dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa baik secara perorangan maupun kelompok untuk melakukan suatu eksperimen dengan mengalami sendiri suatu pengetahuan baru bagi siswa.
Menurut Udin S. Winataputra yang dikutip oleh Komang Widarmika, karekteristik metode eksperimen serta hubungannya dengan pengalaman belajar siswa antara lain: 1) Ada alat bantu yang digunakan, 2) Siswa aktif melakukan percoban, 3) Guru membimbing, 4) Tempat dikondisikan, 5) Ada pedoman untuk siswa, 6) Ada topik yang di eksperimenkan, dan 7) Ada temuan-temuan dari pelaksanaan eksperimen.
Adapun pengalaman belajar yang diperoleh siswa dari penerapan metode eksperimen antara lain: 1) Mengamati sesuatu hal, 2) Menguji hipotesis, 3) Menemukan hasil percobaan, 4) Membuat kesimpulan, 5) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa, dan 6) Menerapkan konsep informasi dari eksperimen.
Hasil Belajar
Menurut James O. Wittaker seperti yang dikutip oleh Wasty Soemanto, “belajar adalah sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman” (Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, 2003: 104). Dalam buku teori-teori belajar, Ratna Wilis Dahar mengutip definisi belajar menurut Gagne, “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman” (Teori-Teori Belajar, 1996: 114).
Menurut Aunurrahman, belajar dapat diartikan dengan perubahan tingkah laku (Belajar dan Pembelajaran, 2010: 32). Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Menurut Muhibbin Syah, “belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman akan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.
Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar dan menjadi indikator keberhasilan seorang siswa dalam mengikut pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tidak mengajar (Dimyati dan Mudjiono, 3). Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. (Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Rosdakarya, 2005: 22).
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana semua siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dirangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis dan serta dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Perbuatan belajar merupakan perbuatan yang sangat kompleks dan proses yang berlangsung pada otak manusia. Dengan melakukan perbuatan belajar tersebut peserta didik akan menjadi aktif di dalam kegiatan belajar. Jenis-jenis keaktifan belajar siswa dalam proses belajar sangat beragam.
METODE PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas (classroom action research) ini dilaksanakan mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, dengan komponen tindakannya adalah perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Juwana. Subjek pelaku tindakan adalah peneliti. Sedangkan subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Juwana yang berjumlah 36 peserta didik. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2017 atau Semester gasal Tahun Pelajaran 2017/2018.
Sumber data yang diperoleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar IPA dan hasil pengamatan keaktifan siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Juwana Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018 materi Tekanan. Data yang diambil adalah hasil pengamatan terhadap analisis hasil ulangan harian mata pelajaran IPA siswa kelas VIII G SMP Negeri 3 Juwana semester gasal Tahun Pelajaran 2017/2018 materi Tekanan. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa diperoleh dari pengamatan keaktifan pada saat siswa melakukan praktikum dan pada saat diskusi dengan menggunakan instrumen pengamatan.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan teknik dokumentasi. Alat pengumpul data berupa tes hasil belajar. Penelitian ini digunakan metode deskriptif analitis dengan membandingkan hasil belajar sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan. Sedangkan untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa diperoleh melalui rentangan nilai pencapaian total pada masing-masing aspek yang diamati.
Prosedur Penelitian
Kegiatan dirancang dengan penelitian tindakan kelas, kegiatan diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dibebankan padanya. Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 3 bulan. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian tentang hal-hal yang terjadi dikelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat diimplentasikan pada kelompok yang bersangkutan dengan ciri utama adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran.Tahapan langkah disusun dalam siklus penelitian. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pra siklus dan siklus, yang terdiri atas dua siklus yang direncanakan. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pra Siklus
Hasil belajar peserta didik sebelum pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen menunjukkan nilai rata-rata peserta didik sebesar 69 dan persentase ketuntasan klasikal sebesar 58% masih belum memenuhi indikator yang ditentukan yaitu rata-rata nilai peserta didik minimal 76 dan ketuntasan klasikal 85% sebagaimana tertera pada table rekapitulasi hasil belajar peserta didik pra Siklus sebagai berikut berikut:
NO |
PENCAPAIAN |
HASIL |
1 | Jumlah Nilai | 2490 |
2 | Rata – rata nilai | 69 |
3 | Nilai minimum | 40 |
4 | Nilai maksimum | 90 |
5 | Jumlah peserta didik tuntas belajar | 21 |
6 | Jumlah peserta didik tidak tuntas belajar | 15 |
7 | Persentase Ketuntasan Klasikal | 58% |
Masih rendahnya hasil belajar IPA menunjukkan bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA. Hal ini dikarenakan beberapa konsep yang ada dalam IPA bersifat abstrak. Selain itu juga disebabkan oleh metode pembelajaran yang diterapkan guru bersifat monoton dan kurang bervariasi. Dikatakan kurang bervariasi, karena guru mendominasi pembelajaran dengan metode ceramah dan tidak melibatkan peserta didik secara aktif. Sedangkan untuk keaktifan belajar siswa diperoleh data sebagai berikut:
N | Aspek perilaku siswa | Jumlah skor | Nilai | Kategori |
1 | Aktif menggunakan alat | 41 | 38 | Rendah |
2 | Aktif mengkomunikasikan | 44 | 41 | Rendah |
3 | Aktif rasa ingin tahu | 39 | 36 | Rendah |
4 | Aktif meneliti dan mencermati | 38 | 35 | Rendah |
5 | Aktif tanggung jawab | 45 | 42 | Rendah |
Hasil pengamatan keaktifan dalam pembelajaran pada pra-siklus ditemukan kondisi sebagai berikut.
- Siswa kurang merespon proses pembelajaran yang berlangsung.
- Siswa tidak tertarik dengan penjelasan materi yang disampaikan guru dengan metode ceramah konvensional.
- Siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran, tidak berani menjawab pertanyaan yang disampaikan guru.
- Siswa tidak pernah mengajukan pertanyaan berkaitan dengan materi, walau diberi kesempatan oleh guru.
- Siswa sering menertawakan temannya yang salah menjawab pertanyaan dari guru.
- Beberapa kali guru memperingatkan siswa untuk konsentrasi mengikuti pelajaran, dan jarang direspon siswa.
- Tingkat kerjasama dengan teman sangat rendah.
- Jarang menghasilkan kerja yang memuaskan, jika diberi tugas, ataupun pekerjaan rumah.
Siklus 1
Siklus I merupakan pembelajaran dengan materi pokok Tekanan pada zat padat dan Tekanan Hidrostatis yang meliputi pengertian dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari.Dengan menggunakan metode eksperimen mulai diperkenalkan pada peserta didik dalam pembelajaran ini. Siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal 2 – 5 November 2017 masing-masing pertemuan 3 x 40 menit. Tes akhir Siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 November 2017 dengan alokasi waktu 80 menit. Hasil dari tahapan-tahapan siklus I diuraikan sebagai berikut:
NO |
PENCAPAIAN |
HASIL |
1 | Jumlah Nilai | 2690 |
2 | Rata – rata nilai | 74 |
3 | Nilai minimum | 45 |
4 | Nilai maksimum | 85 |
5 | Jumlah peserta didik tuntas belajar | 28 |
6 | Jumlah peserta didik tidak tuntas belajar | 8 |
7 | Persentase Ketuntasan Klasikal | 78% |
Sedangkan untuk keaktifan belajar siswa diperoleh data sebagai berikut:
No | Aspek perilaku siswa | Jumlah skor | Nilai | Kategori |
1 | Aktif menggunakan alat | 68 | 63 | Sedang |
2 | Aktif mengkomunikasikan | 71 | 66 | Sedang |
3 | Aktif rasa ingin tahu | 68 | 63 | Sedang |
4 | Aktif meneliti dan mencermati | 77 | 71 | Sedang |
5 | Aktif tanggung jawab | 82 | 76 | Sedang |
Setelah melakukan pembelajaran pada siklus I didapatkan hasil bahwa jumlah ketuntasan belajar klasikal peserta didik dengan nilai ≥ 76 hanya 28 peserta didik. Jumlah ini belum memenuhi indicator keberhasilan karena hanya mencapai ketuntasan belajar klasikal sebesar 78%. Secara umum hasil belajar yang dilakukan pada siklus 1 sudah mengalami kenaikan tetapi masih kurang sesuai dengan yang diharapkan, karena belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu 85%. Keaktifan siswa juga mengalami kenaikan. Dari hasil yang di dapatkan pada siklus I ini maka peneliti melakukan analisis terhadap pembelajaran eksperimen yang dikembangkan,untuk mengetahui kekurangan tindakan pada siklus I serta menyusun rencana untuk melakukan perbaikan pada siklus II sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat
Siklus 2
Siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I, pembelajaran pada siklus II masih mempelajari materi pokok Tekanan dengan pembahasan tentang Hukum Archimedes dan contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada tanggal 9 – 12 November 2017. Masing-masing pertemuan 3 x 40 menit dan 2 x 40 menit. Tes akhir Siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 November 2017 dengan alokasi waktu 80 menit. Hasil dari tahapan-tahapan siklus II diuraikan sebagai berikut.
NO |
PENCAPAIAN |
HASIL |
1 | Jumlah Nilai | 2915 |
2 | Rata – rata nilai | 81 |
3 | Nilai minimum | 65 |
4 | Nilai maksimum | 90 |
5 | Jumlah peserta didik tuntas belajar | 32 |
6 | Jumlah peserta didik tidak tuntas belajar | 4 |
7 | Persentase Ketuntasan Klasikal | 89% |
Sedangkan untuk keaktifan belajar siswa diperoleh data sebagai berikut
No | Aspek perilaku siswa | Jumlah skor | Nilai | Kategori |
1 | Aktif menggunakan alat | 94 | 87 | Tinggi |
2 | Aktif mengkomunikasikan | 92 | 85 | Tinggi |
3 | Aktif rasa ingin tahu | 90 | 83 | Tinggi |
4 | Aktif meneliti dan mencermati | 102 | 94 | Tinggi |
5 | Aktif tanggung jawab | 94 | 87 | Tinggi |
Berdasarkan hasil pelaksanaan dan pengamatan yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa pada siklus II pembelajaran sudah cukup baik dari pada siklus sebelumnya. Meningkatnya hasil belajar peserta didikyang ditandai dengan rata-rata hasil belajar peserta didik dan ketuntasan belajar peserta didik sudah mencapai indikator keberhasilan yang dicapai yaitu 32 peserta didik yang tuntas dengan ketuntasan klasikal sebesar 89%. Sehingga peneliti dan guru memutuskan tidak perlu diadakan siklus berikutnya.
Pelaksanan observasi dan pengamatan serta penilaian dari pra-siklus sampai pada siklus ke-2 didapatkan hasil sebagai berikut. Hasil ulangan harian pada tahap siklus ke-2 tampak perubahan perbaikan jika dibandingkan dengan tahap pra-siklus dan siklus ke-1. Hasil ulangan harian setelah menggunakan metode pembelajaran Eksperimen pada sikus ke-2, dapat diketahui bahwa dari 36 siswa,yang mendapatkan nilai di atas KKM adalah 32 siswa.Ini menandakan bahwa kreteria ketuntasan klasikal sebesar 85% sudah bisa tercapai. Data prosentase kenaikan hasil ulangan harian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel kenaikan hasil ulangan harian pra-siklus, siklus ke- 1 sampai siklus ke-2
No | Hasil ulangan harian | Pra
siklus |
Siklus
ke-1 |
Siklus
ke-2 |
1 | Tak tuntas | 15 | 8 | 4 |
2 | Tuntas | 21 | 28 | 32 |
3 | Rata-rata | 69 | 74 | 81 |
4 | Prosentase | 58% | 78% | 89% |
Hasil pengamatan aspek keaktifan belajar siswa pada proses pembelajaran dari pra-siklus sampai siklus ke-2, didapatkan hasil data semua aspek mengalami peningkatan menjadi baik kategorinya. Penyebab meningkatnya keaktifan belajar siswa diyakini karena proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran Eksperimen, sehingga hasil pengamatannya mendapatkan hasil yang lebih baik. Data prosentase kenaikan hasil pengamatan proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel kenaikan hasil pengamatan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran pra-siklus, siklus ke- 1 sampai siklus ke-2
No | Aspek perilaku siswa | Pra
siklus |
Siklus
ke-1 |
Siklus
ke-2 |
1 | Aktif menggunakan alat | 38 | 63 | 87 |
2 | Aktif mengkomunikasikan | 41 | 66 | 85 |
3 | Aktif rasa ingin tahu | 36 | 63 | 83 |
4 | Aktif meneliti dan mencermati | 35 | 71 | 94 |
5 | Aktif tanggungjawab | 42 | 76 | 87 |
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut.
- Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar pada materi Tekanan di SMP Negeri 3 Juwana. Keberhasilan dengan menggunakan metode eksperimen sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di kelas VIII G SMP Negeri 3 Juwana semester gasal tahun pelajaran 2017/2018 ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas yang pada kondisi awal 69 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 74 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 81. Selain itu prosentase ketuntasan belajar juga meningkat dari kondisi awal 58% meningkat menjadi 78% dan mengalami peningkatan kembali menjadi 89%.
- Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen juga mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hal ini terbukti dengan terjadinya peningkatan keaktifan menggunakan alat, keaktifan mengkomunikasikan, keaktifan rasa ingin tahu, keaktifan meneliti dan mencermati dan keaktifan tanggung jawab yang dilakukan siswa dari konsisi awal, siklus I dan kemudian terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada siklus II.
Saran
- Dalam proses kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menerapkan metode pembelajaran sehingga peserta didik tidak akan merasa bosan ketika pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung.
- Perlu dilakukan penelitian serupa dengan materi pokok yang berbeda.
- Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen agar tetap dilakukan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta.
Bogdan dan Biklen, 1992. Riset Kualitatif Untuk Pendidik. Dikti. Depdikbud.
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm 1
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010)
Daryanto. Strategi dan Tahapan Mengajar Bekal Keterampilan Dasar Bagi Guru. Bandung CV. Yrama Widya. 2013
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006)
Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009)
Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009)
N.K., Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2001.
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999)
Sriyono,dkk, Teknik Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta,1992)
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT AsdiMahasatya, 2006).
Sagala Syaiful, Konsep dan makna pembelajaran, Bandung: Alfabeta. 2010
Wilis Ratna Dahar. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. 1996.
Yamin, Martinis, Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Referensi. 2013.