PENGGUNAAN METODE PENEMUAN UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA

TENTANG KONSEP PENJUMLAHAN PADA SISWA KELAS II

Fatimah

SDN Tambahmulyo 02 Kec. Gabus Pati

ABSTRAK

Hambatan dapat berasal dari guru dan siswa itu sendiri. Hambatan dari guru antara lain kurang dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk lebih menyenangi mata pelajaran Matematika. Guru kurang memahami metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih metode, teknik, maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Sedang hambatan dari siswa antara lain: Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupakan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan; Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif; Guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsepkonsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep penjumlahan bilangan. Untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah perlu menggunakan metode penemuan. Dengan menggunakan Metode Penemuan” kemampuan siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah diharapkan dapat meningkat. Oleh karena itu, dalam penelitian ini bertujuan memberikan sumbangan informasi dan pemikiran tentang bagaimana Metode Penemuan” digunakan dalam pembelajaran membandingkan bilangan cacah. Selain itu juga untuk mengetahui adanya peningkatan prestasi siswa dalam menjumlahkan bilangan cacah. Dengan demikian untuk memperoleh hasil belajar yang lebih berkualitas maka perlu menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran menjumlahkan bilangan cacah.

Kata Kunci: Metode Penemuan, Matematika Kelas II SD


PENDAHULUAN

Prestasi belajar Matematika siswa kelas II SD Negeri Tambahmulyo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten pati tahun pelajaran 2013/2014 belum memuaskan karena rata-rata prestasi belajar siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti oleh siswa. Selain itu, Matematika termasuk dalam tiga mata pelajaran Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).

Berdasarkan hasil pengamatan di dalam kelas dan data hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Tambahmulyo 02, pada semester I tahun pelajaran 2013/2014, di-duga penyebab timbulnya masalah adalah sebagai berikut: (1) Sebagian siswa beranggapan bahwa Matematika merupa-kan mata pelajaran yang tidak menarik, sulit, dan membosankan; (2) Proses pembelajaran Matematika kurang kondusif; (3) Guru masih sering mengalami kesulitan dalam menanamkan konsepkonsep dasar Matematika kepada siswa, khususnya pada konsep membandingkan bilangan; (4) Metode pembelajaran yang digunakan masih berpusat pada guru.

Tujuan pelajaran Matematika di sekolah memberikan gambaran bahwa be-lajar tidak hanya di bidang kognitif saja tetapi meluas pada bidang psikomotor dan afektif. Pembelajaran Matematika diarah-kan untuk pembentukan kepribadian dan pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat Matematika, ini berarti hakikat Matematika merupakan unsur utama dalam pembelajaran Matema-tika. Oleh karenanya hasilhasil pembela-jaran Matematika menampak kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan menggunakan Matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalahmsalah yang dihadapi dalam kehidupan-nya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.

Untuk mewujudkan tujuan pelajar-an Matematika tersebut diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat. Metode penemuan merupakan salah satu metode yang berpusat pada siswa. Metode penemuan dalam kegiatan pembelajaran siswa kelihatan lebih aktif. Di samping itu, daya nalar siswa dapat dikembangan terutama untuk mata pelajaran Matemati-ka.

Anak usia SD ditandai oleh tiga dorongan ke luar yang besar yaitu (1) kepercayaan anak untuk keluar rumah dan masuk dalam kelompok sebaya; (2) kepercayaan anak memasuki dunia permainan dan kegiatan yang memperlu-kan keterampilan fisik, dan (3) kepercaya-an mental untuk memasuki dunia konsep, logika, simbolis, dan komunikasi orang dewasa.

Dengan demikian pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugastugas perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penemuan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika pada Konsep Penjumlahan Kelas II Semester I SD Negeri Tambah-mulyo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan latar belakang perma-salahan sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran Matematika kelas II Semester I SD Negeri Tambahmulyo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014?; (2) Apakah penggu-naan metode penemuan dapat mening-katkan ketuntasan belajar siswa mata pe-lajaran Matematika pada konsep penjum-lahan Kelas II Semester I SD Negeri Tambahmulyo 02 Kecamatan Gabus Kabu-paten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, ditetapkan tujuan penelitian: (1) Meningkatkan ketuntasan belajar siswa Kelas II SD Negeri Tambahmulyo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014; (2) Membantu guru agar terampil menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran Matema-tika; (3) Membantu guru memilih/menen-tukan media pembelajaran pembelajaran Matematika; dan (4) Menggugah kreativitas guru untuk menciptakan suatu pembela-jaran Matematika yang menyenangkan.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil. (M. Djauhar Siddiq, 2008: 3)

B.F. Skinner dalam Nabisi Lapono (2008: 5) bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati, sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan.

Nana Sudjana (1987: 28) Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lainlain aspek yang ada pada individu.

Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu. (M. Djauhar Siddiq, 2008: 9)

Berdasarkan beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas yang dapat membawa perubahan tingkah laku, pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang karena berinteraksi dengan lingkungan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar.

Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran Matematika meru-pakan salah satu mata pelajaran yang ditakuti anak pada umumnya karena mata pelajaran Matematika termasuk dalam mata pelajaran yang diujikan berstandar nasional. Sutawijaya dalam Siti Hawa (2008: 1) Matematika mengkaji benda abstrak (benda pikiran) yang disusun dalam suatu sistem aksiomatis dengan menggunakan simbol (lambang) dan penalaran deduktif. Menurut Hudoyo dalam Siti Hawa (2008: 1) Matematika berkenan dengan ide (gagasangagasan), aturan-aturan, hubunganhubungan yang diatur secara logis sehingga Matematika berkaitan dengan konsep– konsep abstrak. Sebagai guru Matematika dalam menanamkan pemahaman seseorang belajar

Pengertian Ketuntasan Belajar

Wiji Suwarno (2009: 95) Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memper-oleh hasil secara maksimal terhadap ba-han ajar yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang mak-simal, pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorga-nisasi tujuan dan bahan ajar, serta melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian Metode Penemuan

Sund dalam Soli Abimanyu dkk. (2008: 9) berpendapat bahwa penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Sedangkan inquiry (inkuiri) menurut Sund meliputi juga penemuan.

Alasan Digunakan Metode Penemuan

Guru menggunakan metode pene-muan karena metode penemuan itu: (1) Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif; (2) Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betulbetul dikuasai, dan mudah digunakan/ditransfer dalam situasi lain; (3) Siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya; (4) Siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.

Langkahlangkah Pelaksanaan Meto-de Penemuan

Langkahlangkah pelaksanaan me-tode penemuan itu adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan Persiapan; (2) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan; (3) Kegiatan Pembukaan; (4) Kegiatan Inti; dan (5) Kegiatan Penutup

Kerangka Berpikir

Setelah memahami teoriteori yang dikembangkan di atas, selanjutnya peneliti akan menguraikan kerangka pemikiran yaitu dalam pembelajaran Matematika guru belum menggunakan metode penemuan, akibatnya: (a) Hasil belajar siswa belum tuntas; (2) Siswa cepat bosan; dan (3) Pembelajaran tidak menyenangkan.

Setelah guru menggunakan meto-de penemuan dalam pembelajaran Mate-matika, maka: (1) Hasil belajar siswa tuntas; (2) Siswa tidak cepat bosan; dan (3) Pembelajaran menjadi menyenangkan

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang masa-lah di atas, maka penulis dapat merumus-kan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas: Dengan menggunakan metode penemuan diduga dapat meningkatkan ketuntasan belajar mata pelajaran Matematika pada konsep penjumlahan siswa kelas II Semester I SD Negeri Tambahmulyo 02 Gabus Pati tahun pelajaran 2013/2014”.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Tambahmulyo 02 terletak di Desa Tambah-mulyo Kecamatan Gabus Kabupaten Pati. Alasan peneliti memilih SD Negeri Tambahmulyo 02 sebagai tempat penelitian adalah karena pada tahun pelajaran 2013/2014 guru belum menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa masih belum tuntas. Sementara itu, waktu pelaksanaan penelitian selama 6 bulan yaitu mulai bulan Juli sampai dengan Desember 2013.

Subyek dan Objek Penelitian

Subyek penelitian yaitu siswa kelas II SD Negeri Tambahmulyo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati tahun pelajaran 2013/2014 semester I dengan jumlah siswa 20 anak dengan obyek penelitian yaitu penggunaan metode penemuan untuk pembelajaran konsep penjumlahan bilangan cacah mata pelajaran Matematika.

Sumber Data

Data yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Pengumpulan data diperoleh dari berbagai sumber: (1) Nara sumber terdiri dari guru dan siswa kelas II SD Negeri Tambahmulyo 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati; (2) Arsip dan Dokumen Hasil Belajar Siswa; (3) Hasil Pengamatan Pelaksanakaan Pembelajaran; dan (4) Tes Hasil Belajar.

Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk dan sumber data yang dimanfaatkan dalam Penelitian Tindakan Kelas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Wawancara, Observasi, Pencatatan Arsip dan Dokumen dan Tes.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif. Data yang dianalisis berupa rata-rata dan persentase hasil belajar siswa. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.

Indikator Kinerja

Untuk mengetahui keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini, penulis menetapkan indikator kinerja: (1) Rata-rata nilai tes hasil belajar siswa kemampuan membandingkan bilangan cacah di atas nilai KKM, yaitu 65; (2) Siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal sebanyak 70%.

Prosedur Penelitian

Prosedur/langkahlangkah Peneliti-an Tindakan Kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini setiap siklus meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Penetitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Siklus I dilaksanakan pada tanggal 5–19 Agustus 2009. Hasil pelaksanaan Siklus I secara terperinci sebagai berikut:

Pada Siklus I diperoleh data kualitatif dan kuantitatif. Yang termasuk data kualitatif yaitu: Lembar Keaktifan Siswa dan Lembar Kinerja Guru (terlampir). Sedangkan data kuantitatif yaitu nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa diperoleh melalui tes tertulis.

Instrument tes yang digunakan berupa isian singkat. Data hasil belajar siswa sebagai berikut bahwa jumlah siswa ada 19 anak (20–1 = 19), jumlah nilai 1.636, ratarata nilai siswa 86,1, nilai tertinggi 100, dan nilai terendah 60.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Guru (peneliti) mengadakan evaluasi dan refleksi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan observasi yang dikolaborasikan dengan Supervisor Penelitian.

Data yang digunakan untuk merefleksi berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diambil dari pengamatan supervisor sedangkan data kualitatif berupa hasil tes ulangan harian siswa. Hasil ulangan harian siswa pada siklus II dapat dilihat pada hasil observasi berikut: bahwa jumlah siswa ada 19 anak (201 = 19), jumlah nilai 1.690, rata-rata nilai siswa 88,9, nilai tertinggi 100, dan nilai terendah 75.

Pembahasan

Pada Siklus I data nilai tersebut dapat dikelompok seperti berikut:

a. Kelompok A yang mendapat nilai 85 – 100 ada 11 anak, sudah tuntas.

b. Kelompok B yang mendapat nilai 75 – 84 ada 7 anak, sudah tuntas.

c. Kelompok C yang mendapat nilai 65 – 74 ada 0 anak, belum tuntas.

d. Kelompok D yang mendapat nilai < 65 ada 1 anak, belum tuntas.

Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 75 ada 18 anak. Jadi, anak yang sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 18 anak (94,7%) sedangkan yang belum tuntas ada 1 anak (5,39%).

Berdasarkan hasil pengamatan/ob-servasi dan evaluasi pembelajaran Matema-tika untuk kompetensi dasar Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500 pada Siklus I sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya:

a. Siswa tidak takut lagi pada mata pelajaran Matematika. b. Siswa sudah aktif belajar di dalam kelas.

b. Siswa tidak ada yang mengantuk saat dijelaskan pada konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.

c. Siswa tidak bosan lagi saat pembelajaran pada konsep Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.

d. Rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 19,12% (dari 73,5 menjadi 86,1).

Sedangkan pada Siklus II data nilai tersebut di atas dapat dikelompok seperti berikut:

a. Kelompok A yang mendapat nilai 85 – 100 ada 12 anak, sudah tuntas.

b. Kelompok B yang mendapat nilai 75 – 84 ada 7 anak, sudah tuntas.

c. Kelompok C yang mendapat nilai 65 – 74 ada 0 anak, belum tuntas.

d. Kelompok D yang mendapat nilai < 65 ada 0 anak, belum tuntas.

Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 75 ada 19 anak. Jadi, anak yang sudah tuntas dalam pembelajaran hanya 19 anak (100%) sedangkan yang belum tuntas tidak ada (0%).

Berdasarkan hasil pengamatan/observasi dan evaluasi pembelajaran Matematika pada Siklus I sudah ada peningkatan sebagai berikut:

a. Siswa tidak takut lagi pada mata pelajaran Matematika.

b. Siswa sudah aktif belajar di dalam kelas.

c. Siswa tidak ada yang mengantuk saat dijelaskan pada konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.

d. Siswa tidak bosan lagi saat pembelajaran pada konsep Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500.

e. Rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9).

Untuk mengetahui keberhasilan dalam penelitian ini, perlu adanya perbandingan antara hasil ulangan Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan/ob-servasi dan evaluasi pembelajaran Matematika untuk kompetensi dasar membandingkan bilangan sampai 500 pada Siklus II sudah ada peningkatan di beberapa hal, di antaranya:

a. Siswa lebih menyukai mata pelajaran Matematika.

b. Siswa lebih aktif belajar di dalam kelas.

c. Semua siswa sudah tuntas dalam belajar.

d. Rata-rata hasil belajar siswa terjadi peningkatan sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mulai dari Sebelum Siklus I sampai dengan Siklus II dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode penemuan dapat meningkatkan kemampu-an menjumlahkan bilangan cacah pada mata pelajaran Matematika. Pada akhir Siklus II terjadi peningkatan ratarata hasil belajar siswa yaitu sebesar 3,3% (dari 86,1 menjadi 88,9). Jumlah siswa yang sudah tuntas ada 19 anak (100%), dan yang belum tuntas tidak ada (0%).

Penggunaan metode penemuan dapat meningkatkan kreatifitas siswa kare-na dengan menggunakan metode penemu-an memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif. Di samping itu, pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan betulbetul dikuasai, dan mudah digunakan/ditransfer dalam situasi lain, siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna dalam kehidupannya, siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini maka saransaran yang perlu penulis sampaikan yaitu:

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya dalam melaksana-kan pembelajaran pada konsep penjumlahan bilangan cacah menggunakan metode penemuan.

b. Guru hendaknya menguasai/teram-pil dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran.

2. Bagi Siswa

a. Siswa harus lebih banyak belajar belajar Matematika karena pelajar-an Matematika sangat bermanfaat dalam kehidupan seharihari.

b. Dalam pembelajaran hendaknya siswa harus lebih berani menge-mukakan pendapat dan menum-buhkan rasa ingin tahu.

3. Bagi Sekolah

a. Sekolah hendaknya memfasilitasi segala kebutuhan yang diperlukan guru guna memperlancar proses pembelajaran.

b. Sekolah perlu memberi kesem-patan kepada guru untuk senan-tiasa mengembangkan profesinya melalui kegiatan pelatihan, penataran, ataupun forom KKG.

DAFTAR PUSTAKA

M. Djauhar Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Mark K. Smith, dkk. 2009. Teori Pembelajaran & Pengajaran. Yogyakarta: Mirza Media Pustaka.

Nabisi Lapono, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Nana Sudjana. 1987. Dasardasa Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Siti Hawa. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Soli Abimanyu, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Wiji Suwarno. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta. Gaung Persada Press.