Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Script
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BERBAHASA TULIS SISWA KELAS VI
Sri Riwayati
SD Negeri Kedalon 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Kedaton 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati melalui penerapan model pembelajaran cript Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus yang masing-masing siklur terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI dengan Kompetensi Dasar mengisi formulir daftar riwayat hidup selama dua siklus, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Penerapan model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan prestasi belajar berbahasa tulis siswa. Hal ini terlihat adanya peningkatan jumlah peserta didik yang mengalami ketuntasan belajar dari siklus I hingga siklus II dan adanya peningkatan nilai rata-rata dari siklus I hingga siklus II; (2) Penerapan model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; (3) Penerapan model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkstksn kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Kata-kata Kunci: Prestasi Belajar, Bahasa Tulis, Cooperative Script
PENDAHULUAN
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru seharusnya menggunakan metode dan model pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih aktif. Karena tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, tulis maupun lisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya sastra (Puji Santosa, 2010). Bahasa memiliki fungsi yang cukup penting sebagai sarana belajar. Keterampilan berbahasa terbagi menjadi empat yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat komponen itu saling berkaitan satu sama lain. Dalam aplikasinya pembelajaran keterampilan berbahasa, khususnya keterampilan menulis di sekolah-sekolah hanya menonjolkan aspek teoritisnya saja dan cenderung mengesam-pingkan aspek praktisnya. Siswa lebih banyak dijejali seluk beluk materi keterampilan menulis, sedangkan pengalaman praktis menulis tidak diberikan secara sungguh-sungguh dan proporsional (Suparno, 2009). Hal ini tentunya akan mengakibatkan menurunnya hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama keterampilan menulis yaitu tentang mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam formulir, didapat hasil yang kurang memuaskan. Dari 36 siswa kelas VI SD Negeri Kedalon 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati yang mengikuti pembelajaran hanya 10 siswa/ 28% yang tuntas (nilai > 75), sedangkan sisanya 26 siswa/ 72% belum tuntas (nilai< 75). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis. Oleh karena itu, motivasi keterampilan mengisi formulir pada siswa kelas VI SD Negeri Kedalon 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati perlu ditingkatkan agar siswa dapat memahami konsep menulis formulir sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis berusaha untuk mengidenti-fikasi masalah tersebut dengan merefleksi diri terhadap pembelajaran yang selama ini dilaksanakan di SD Negeri Kedalon 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Proses identifikasi dilakukan dengan menganalisis rencana pembelajaran yang disusun oleh penulis serta metode/ model pembelajaran yang digunakan oleh penulis. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru seharusnya menggunakan metode dan model pembelajaran yang tepat disesuaikan dengan mata pelajaran yang akan disampaikan. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia model pembelajaran Cooperative Script bisa digunakan. Model pembelajaran Cooperative Script adalah model pembela-jaran dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Peran guru dalam menciptakan dan mengarahkan kegiatan pembelajaran sangat dominan sehingga kualitas dan keberhasilan kegiatan pembelajaran sering bergantung kepada kreatifitas guru dalam memilih dan menerapkan metode dan model pembelajaran. Kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru selain pengelolaan kelas adalah pemilihan metode dan model pembelajaran yang tepat. Hal ini didasari asumsi bahwa ketepatan guru dalam menggunakan metode dan model pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: (1) Kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru; (2) Penyampaian materi masih menggunakan metode ceramah; (3) Kurangnya antusias siswa dalam mengikuti pelajaran; (4) Siswa kurang berani bertanya pada guru; (5) Siswa kurang terampil menjawab dan mengerjakan tes formatif
Dari permasalah tersebut di atas, maka penulis memfokuskan pada penyebab (c) yaitu guru belum menggunakan metode dan model pembelajaran yang tepat, sehingga penulis ingin menerapkan model pembelajaran Cooperative Script. Penulis menganggap pembelajaran kurang berhasil karena model pembelajaran yang digunakan kurang tepat. Diharapkan dengan diterapkannya model pembelajaran Cooperative Script maka prestasi belajar siswa akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Kedalon 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2013/2014?”
Penelitian tentang model pembelajaran Cooperative Script sebagai alternatif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini memiliki tujuan sebagai berikut: (1) Meningkatkan prestasi belajar berbahasa tulis melalui penerapan model pembelajaran cooperative script; (2) Melalui penerapan model pembelajaran cooperative script Meningkatkan kemampuan menulis daftar riwayat hidup dan formulir secara umum.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Model Pembelajaran Co-operative Script
Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya model pembelajaran yang dipandang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar. Model dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial (Agus Suprijono, 2011: 46).
Model pembelajaran Cooperative Script adalah salah satu model pembelajaran yang diperkenalkan oleh Dansereau CS. Dansereau (Komalasari, 2010:63) menjelaskan bahwa Cooperative Script merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian–bagian dari materi yang dipelajari.
Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Dohar (1994: 21) bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
Menurut Slamet (1995: 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sedangkan hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Nurkencana (1986: 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa mata pelajaran. Sedangkan secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang telah dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu. Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasi atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan yang kemudian akan diukur dan dinilai kemudian akan diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
Berbahasa Tulis
Pengertian bahasa menurut para ahli adalah sebagai berikut: Pangabean (1981: 5) Bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melepaskan apa yang terjadi pada sistem syaraf.
Tarigan (1989: 4) Bahasa adalah suatu sistem yang sistematis barangkali untuk sistem generatif; Santoso (1990: 1) Bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar. Walija Wibowo (1990: 4)
Bahasa adalah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan dan pendapat kepada orang lain. Wibowo (2009: 3)
Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang bermakna yang berarti kualisi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbiter dan konfisional yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok orang untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Bahasa tulis merupakan ragam bahasa yang pemakaiannya melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur agar dapat dipahami dengan mudah dan benar. Ragam bahasa tulis memiliki kaidah yang baku dan teratur seperti tata cara penulisan (ejaan), tata bahasa, kosa kata, kalimat, dll. Dapat dikatakan ragam bahasa tulis menuntut adanya kelengkapan unsure tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berbahasa tulis adalah menggunakan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata (diksi), kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide/ gagasan.
Karakteristik Peserta Didik
Siswa kelas VI SD Negeri Kedalon 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati berjumlah 36 siswa, yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Dengan pekerjaan orang tua mereka 1 orang guru TK, 4 tukang, 6 wiraswasta dan yang lainnya sebagai buruh tani dan buruh pabrik.
Penelitian ini dilakukan dengan membpertimbangkan bahwa pada kondisi awal guru belum menerapkan model pembelajaran kooperatif, sehingga prestasi belajar dan kemampuan menulis formulir siswa masih rendah karena semangat belajarnya juga rendah. Dengan guru mengambil tindakan yaitu menerapkan model pembelajaran Cooperative Skript, maka semangat belajarnya meningkat, prestasi belajar meningkat, sehingga kemampuan menulis formulir juga meningkat.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan penggunaan model Cooperative Script yang diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri Kedalon 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati dalam materi pokok menulis formulir daftar riwayat hidup secara signifikan.
METODE PENELITIAN
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah peserta didik SD Negeri Kedalon 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati Kelas VI Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014. Jumlah peserta didik yang dijadikan subjek penelitian adalah 36 orang yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Dengan pekerjaan orang tua mereka 1 orang guru TK, 4 tukang, 6 wiraswasta dan yang lainnya sebagai buruh tani dan buruh pabrik. Kebanyakan mereka tinggal di lingkungan sekitar sekolah dengan jarak tempuh antara 1-2 km. Peserta didik yang tinggal dengan jarak tempuh kurang dari 1 km adalah 14 orang (39%). Peserta didik yang tinggal dengan jarak tempuh 1-2 km sebanyak 22 orang (61%). Kondisi peserta didik tergolong cukup baik akhlaknya dan memiliki semangat belajar.
Setting Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SD Negeri Kedalon 01 yang beralamat di Desa Kedalon Kacamatan Batangan Kabupaten Pati. Waktu penelitian selama satu bulan yaitu sejak bulan September sampai bulan Oktober. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada jadwal kegiatan penelitian sebagai berikut:
Pra Siklus, hari Selasa tanggal 10 September 2013 pukul 11. 00-12. 10 WIB
Siklus I, hari Selasa tanggal 17 September 2013 pukul 11. 00-12. 10 WIB
Siklus II, hari Selasa tanggal 24 September 2013 pukul 11. 00-12. 10 WIB
Desain Prosedur Perbaikan Pembela-jaran
Penelitian tindakan ini direncana-kan terbagi menjadi dua siklus yang masing-masing satu kali pertemuan. Prosedur penelitian ini setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang akan diselidiki. Penentuan pelaksanaan berdasarkan hasil refleksi.
Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut, maka perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan prosedur (1) Rencana (2) Pelaksanaan (3) Pengamatan/ Teknik Pengumpulan Data/ Instrumen, dan (4) Refleksi.
Teknik Analisis Data
Analisis data disajikan melalui tiga tahap, yaitu pengolahan data, paparan data, dan menyimpulkan data. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelom-pokkan data menjadi dua kelompok yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan sebagai berikut:
Data kuantitatif berupa hasil belajar yang dianalisis deskriptif dengan menentukan mean atau rata-rata. Penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk presentase. Hasil perhitungan dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas. Kemudian data kualitatif berupa data hasil pengamatan aktivitas siswa dalm keterampilan membaca dan aktivitas guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, serta catatan lapangan/ lembar peng-amatan. data kualitatif dipaparkan dalam kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Hasil Pra Siklus
Pada waktu pembelajaran awal atau pra siklus belum terjadi proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Terbukti setelah pembelajaran selesai, teman sejawat memberi penilaian yang kurang memuas-kan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya sebagai berikut: (a) Guru kurang menguasai materi; (b) Guru belum bisa mengontrol keaktifan siswa; (c) Guru belum menggunakan alat peraga sehingga siswa belum memahami materi secara jelas; (d) Siswa belum aktif dalam pembelajaran; dan (e) Siswa bermain sendiri ketika guru sedang menjelaskan.
Penilaian aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran pra siklus dapat dilihat dalam data berikut: Dari keterangan tabel 2 di atas menunjukkan aktivitas guru mendapat nilai 32 (cukup) 73% dan siswa mendapat nilai 14 (cukup) 58 %.
Adapun hasil pelaksanaan pem-belajaran pra siklus dapat dilihat dalam data berikut: Dari keterangan di atas dapat diketahui pelaksanaan pembelajaran pra siklus mendapat nilai 11 (cukup) atau 69%.
Berdasarkan data hasil observasi, bahwa siswa yang mendapat nilai di atas 75 sebanyak 10 siswa, atau 28 % sedangkan nilai kurang dari 75 sebanyak 26 siswa atau 72 % dari 36 siswa.
Berdasarkan data tersebut di atas, penguasaan materi pembelajaran pra siklus bahwa dari jumlah 36 siswa yang mendapat nilai 41 sampai 50 sebanyak 2 siswa, yang mendapat nilai 51 sampai 60 sebanyak 8 siswa, nilai 61 sampai 70 sebanyak 16 siswa, nilai 71 sampai 80 sebanyak 6 siswa, nilai 81 sampai 90 sebanyak 3 siswa dan nilai 91 sampai 100 sebanyak 1 siswa.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Proses pembelajaran siklus I sudah menunjukkan peningkatan hasil belajar maupun aktivitas guru dan siswa. Perubahan ini dikarenakan peneliti konsultasi dengan teman sejawat masalah pembelajaran pada pra siklus. Hasil konsultasi kemudian diterapkan dalam pembelajaran berikutnya.
Aktivitas guru dan siswa siklus I sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan pra siklus. Yaitu aktivitas guru menurut teman sejawat mendapat nilai 39 (baik) atau 89% dan siswa mendapat nilai 20 (baik) 83%.
Pelaksanaan pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran siklus I sudah mengalami kemajuan bila dibandingkan pra siklus. . Siswa sudah mulai termotivasi mengikuti pelajaran. Hal itu terjadi karena guru sudah mengguna-kan model pembelajaran Cooperative Script.
Adapun hasil pelaksanaan pembe-lajaran siklus I dapat dilihat dalam data berikut ini: Dari data yang diperoleh, menunjukkan hasil pembelajaran siklus I mendapat nilai 14 atau 87%.
Berikut ini penulis meyajikan data yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I: Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang mendapat nilai di atas 75 sebanyak 23 siswa atau sebanyak 64 %, sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari 75 sebanyak 13 siswa atau sebanyak 36% dari jumlah 36 siswa. Untuk mengetahui Berdasarkan data di atas, penguasaan materi setelah perbaikan pembelajaran yaitu siklus I diperoleh hasil bahwa dari jumlah 36 yang mendapat nilai 41 sampai 50 tidak ada, nilai 51 sampai 60 sebanyak 3 siswa, nilai 61 sampai 70 sebanyak 10 siswa, nilai 71 sampai 80 sebanyak 13 siswa, nilai 81 sampai 90 sebanyak 8 siswa dan nilai 91 sampai 100 sebanyak 2 siswa.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Adapun aktivitas guru dan siswa dalam tahap ini sudah menunjukkan kemajuan yang signifikan, sehingga proses belajar mengajar menjadi maksimal. Hasil aktivitas guru dan siswa dapat dilihat dalam data berikut ini:
Paparan hasil observasi menjelaskan aktivitas guru dan siswa siklus II sudah mengalami peningkatan signifikan. Yaitu aktivitas guru mendapat nilai 42 (baik) atau 98% dan siswa mendapat nilai 23 (baik) atau 96%.
Dalam pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran, hampir sama dengan siklus I hanya penekannya pada penerapan model pembelajaran Cooperative Script. Dalam pembelajaran siklus II ini guru membimbing siswa dalam menerapkan model pembelajaran Cooperative Script.
Adapun hasil pelaksanaan pembelajaran siklus II dapat dilihat dalam paparan data sebagai berikut: Dari data hasil observasi menunjukkan hasil pembelajaran siklus II mendapat nilai 15 atau 94%. Kegiatan siswa sesuai dengan yang diharapkan oleh guru.
Berikut ini penulis menyajikan data yang diperoleh selama melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II yang tertuang pada paparan berikut ini: bahwa siswa yang mendapat nilai di atas 75 sebanyak 32 siswa, sedangkan nilai kurang dari 75 sebanyak 4 siswa dari jumlah 36 siswa. Untuk mengetahui presentasi rentang nilai maka diadakan analisis yang disajikan pada angka-angka berikut: bahwa dari jumlah 36 siswa tak seorang pun yang mendapat nilai di bawah 50, nilai 51 sampai 60 2 siswa, nilai 61 sampai 70 2 siswa, nilai 71 sampai 80 sebanyak 17 siswa, nilai 81 sampai 90 sebanyak 12 siswa dan yang mendapat nilai di atas 91 sebanyak 3 siswa.
Aktivitas guru, siswa, dan pelaksa-naan pembelajaran dari pra siklus sampai siklus II mata pelajaran Bahasa Indonesia materi pokok Mengisi formulir dapat dilihat data hasil pembelajarannya menunjukkan kenaikan yang tajam. Hal ini dapat dilihat data berikut adanya peningkatan prestasi belajar berbahasa tulis mengisi daftar riwayat hidup, setelah dilakukan perbaikan pembelajaran sampai dua siklus. Ketuntasan pra siklus 28%, siklus I 64% dan siklus II 89%. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran telah berhasil dan tidak perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran siklus III. Teman sejawat menilai pembelajaran sudah berjalan baik dan lancar dibanding siklus-siklus sebelumnya.
Pembahasan Hasil Penelitian
Aktivitas Guru
Pembelajaran awal (Pra Siklus) aktivitas guru sudah cukup baik akan tetapi masih ditemukan kekurangan sebagai berikut: (a) Guru belum memanfaatkan alat peraga secara maksimal; (b) Guru belum memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi; (c) Pembelajaran atau penyampaian materi masih didominasi oleh guru; (d) Guru belum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya sehingga masih ada peserta didik yang belum jelas tetapi sudah diberikan post test; (e) Motivasi yang diberikan pada siswa belum maksimal.
Setelah melakukan refleksi pembelajaran awal (pra siklus) peneliti melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut tahap refleksi. Perbaikan pembelajaran pada siklus 1 yaitu menekankan perbaikan model dan metode pembelajaran yaitu menggunakan model pembelajaran Cooperative Script. Aktivitas guru pada siklus 1 mengalami peningkatan, peningkatan ini tampak pada: (a) Sudah dimanfaatkan alat peraga secara maksimal; (b) Pemilihan model dan metode yang tepat; (c) Diberikannya motivasi dan kesempatan siswa untuk bertanya.
Aktivitas Peserta Didik
Aktivitas peserta didik pada pembelajaran awal (Pra Siklus) tergolong kriteria cukup baik tetapi masih ditemukan kekurangan sebagai berikut: (a) Peserta didik kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran; (b) Keaktifan dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan kurang; (c) Kedisiplinan kurang hal ini tampak pada perilaku saat pembelajaran yang masih ditemukan keributan (siswa bicara sendiri dengan temannya)
Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran pada pembelajaran awal (Pra Siklus) tergolong kriteria cukup baik tetapi masih ditemukan kekurangan sebagai berikut: (a) Pembelajaran hanya berpusat pada guru; (b) Guru belum menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi; (c) Kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Setelah melakukan refleksi pembe-lajaran awal (Pra Siklus) peneliti melakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran Baha-sa Indonesia yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Script dan memperbesar alat peraga supaya siswa yang duduk di belakang bisa melihat dengan jelas. Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus 1 mengalami peningkatan, peningkatan ini tampak pada: (a) Pelaksanaan pembelajaran menerapkan model pembelajaran Cooperative Script yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan cara diskusi berpasangan yang berjalan dengan baik; (b) Siswa aktif berdikusi dengan pasangannya; (c) Siswa tidak bicara sendiri.
Tetapi hasil yang didapat belum begitu memuaskan oleh karena itu penulis melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II berdasarkan hasil refleksi permasalah dan kekurangan dalam pembelajaran siklus I. , maka guru harus melakukan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: (a) Mengaktifkan siswa untuk bertanya; (b) Menggunakan metode yang lebih bervariatif; (c) Menyuruh salah satu siswa membacakan soal LKS sebelum dikerjakan; (d) Presentasi lembar kerja bergantian dengan teman pasangan diskusi dan saling menyimak; (e) Guru membimbing siswa saat berdiskusi.
Dari hasil tersebut jelas tampak peningkatan penguasaan materi oleh siswa dan ketuntasannyapun bertambah. Siklus II ini penulis merasa sudah berhasil dan tujuan pembelajaran juga sudah tercapai dengan maksimal sehingga tidak dilanjutkan pada siklus III. Maka dapat disimpulkan bahwa metode Cooperative Script dapat meningkatkan prestasi belajar berbahasa tulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis daftar riwayat hidup pada siswa SD Negeri Kedalon 01 Kecamatan Batangan Kabupaten Pati.
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
Simpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI dengan Kompetensi Dasar mengisi formulir daftar riwayat hidup selama dua siklus, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Penerapan model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan prestasi belajar berbahasa tulis siswa. Hal ini terlihat adanya peningkatan jumlah peserta didik yang mengalami ketuntasan belajar dari siklus I hingga siklus II dan adanya peningkatan nilai rata-rata dari siklus I hingga siklus II; (2) Penerapan model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; (3) Penerapan model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkstksn kerjasama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Saran dan Tindak lanjut
Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa hal yang harus dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya berbahasa tulis dalam mengisi daftar riwayat hidup sebagai berikut: (1) Sebelum pembelajaran berlangsung hendaknya guru membuat rencana pembelajaran; (2) Guru menyiapkan alat-alat peraga yang variatif; (3) Memilih metode/model pembelajaran yang tepat dan variatif disesuaikan dengan kondisi siswa dan sekolah; (4) Mengaktifkan siswa untuk bertanya; (5) Mengaktifkan siswa untuk berdiskusi; (6) Pelaksanaan rutin KKG untuk membahas masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran; (7)
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang, Depdiknas. (2002). Pengembangan Silabus Kurikulum BerbasisKompetensi. Jakarta:Depdiknas
Depdiknas. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka
Donar, Mas’ud Hasan Abdul. (1994). Teori-Teori Belajar. Jakarta:P2LPTK
Djamarah, Syaiful Bahri. (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:UsahaNasional
Nurkencana, Wayan (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional
Pangabean, Maruli. (1981). Bahasa Pengaruh dan Peranannya. Jakarta:Gramedia
Santoso, Kusno Budi. (1990). Problematika Bahasa Indonesia. Bandung:Angkasa
Standart Isi Bahasa Indonesia, Permendiknas Nomor 22. (2006). Pedoman Pengembangan Kurikulum. Jakarta:Depdiknas
Suprijono, Agus. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Tarigan. (1989). Pengajaran Kosakata. Jakarta:Angkasa
Wibowo. (2009). Manajemen Bahasa. Jakarta:Gramedia
Wibowo, Walija. (1990). Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta:IKIP Muhamadiyah Jakarta Press