PENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR PKn

MATERI ORGANISASI DI LINGKUNGAN SEKOLAH

MELALUI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

PADA SISWA KELAS 5 SD NEGERI SIDOHARJO 1

KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

V. Sri Murwani

SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen

 

ABSTRAK

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD dan merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep PKn. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep PKn dan mengakibatkan kesalahan dalam mengerjakan soal sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada. Keberhasilan pembelajaran para siswa dapat dilihat dari penguasaan materi dan dapat dilihat nilai yang diperoleh siswa. Hal ini terlihat dari pembelajaran PKn materi organisasi di lingkungan sekolah pada siswa kelas 5 SDN Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen dari hasil ulangan harian tingkat penguasaan materi sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan data bahwa dari 27 siswa hanya 13 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (sesuai KKM) atau 48,2% tingkat ketuntasan klasikal sehingga masih terdapat 14 siswa atau 51,8% yang belum tuntas. Hal ini masih menunjukkan proses pembelajaran yang kurang berhasil. Pada pembelajaran siklus 1 dengan menggunakan metode Numbered Head Tohether (NHT) jumlah siswa yang dinyatakan tuntas mencapai 77,8% yaitu 21 siswa, sisanya dinyatakan belum tuntas. Pada pembelajaran siklus 2 jumlah siswa yang dinyatakan tuntas menjadi 100%, semua siswa dinyatakan tuntas.

Kata Kunci: Aktifitas, Hasil Belajar PKn, Organisasi di lungkungan sekolah, Metode  Numbered Head Together (NHT)

 

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang melaksanakan hak-hak kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan dari mata pelajaran ini adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi, (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, dan (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (BadanStandarNasionalPendidikan. 2006: 21.22).

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD dan merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menerapkan konsep PKn. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam memahami konsep PKn dan mengakibatkan kesalahan dalam mengerjakan soal sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya mutu pembelajaran dapat diartikan kurang efektifnya proses pembelajaran. Penyebabnya dapat berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada.

Keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar sangat ditentukan berbagai komponen. Salah satunya adalah bagaimana guru memilih metode dan pendekatan pembelajaran yang disajikan dihadapan siswa agar lebih mudah dipahami dan menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka mampu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Metode Numbered Head Together (NHT) adalah salah dari bagian model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa (La Iru dan La Ode Safiun Arihi, 2002:59)

Keberhasilan pembelajaran para siswa dapat dilihat dari penguasaan materi dan dapat dilihat nilai yang diperoleh siswa. Hal ini terlihat dari pembelajaran PKn materi organisasi di lingkungan sekolah pada siswa kelas 5 SDN Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen dari hasil ulangan harian tingkat penguasaan materi sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan data bahwa dari 8 siswa hanya 3 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (sesuai KKM) atau 37,5% tingkat ketuntasan klasikal sehingga masih terdapat 5 siswa atau 62,5% yang belum tuntas. Hal ini masih menunjukkan proses pembelajaran yang kurang berhasil.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalahnya sebagai berikut:

1.     Apakah penerapan metode Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi organisasi di lingkungan sekolah matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui metode Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas 5 semester 2 SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2017/2018?

2.     Apakah penerapan metode Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan siswa mempelajari materi organisasi di lingkungan sekolah matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui metode Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas 5 semester 2 SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2017/2018?

3.     Bagaimanakah penerapan metode Numbered Head Together (NHT) sehingga meningkatkan hasil belajar siswa materi organisasi di lingkungan sekolah matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui pada siswa kelas 5 semester 2 SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2017/2018?

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1.     Untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi organisasi di lingkungan sekolah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas 5 semester 2 SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2017/2018.

2.     Untuk meningkatkan keaktifanr siswa dalam mempelajari materi organisasi di lingkungan sekolah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas 5 semester 2 SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2017/2018.

3.     Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan penggunaan metode Numbered Head Together (NHT) materi organisasi di lingkungan sekolah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas 5 semester 2 SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2017/2018.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD

Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dikemukakan bahwa “Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”.

Metode Numbered Head Together (NHT)

Metode Numbered Head Together (NHT) adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif structural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (La Ira dan La Ode Safiun Arihi, 2002: 59). Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen (dalam Ibrahim, 2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap sumber struktur kelas tradisional. Pembelajaran ini pertama kali diperkenalkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk meliabatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran.

Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas pembelajaran, menurut pendapat Oemar Hamalik dalam Abdul Rahman, dalam bukunya yang berjudul Proses Belajar Mengajar (2003:58), beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud aktivitas pembelajaran adalah aktivitas jasmaniah dan aktivitas mental. Kemudian beliau juga menggolongkan aktivitas pembelajaran ini dalam beberapa hal, beberapa hal tersebut, diantaranya: (1) Aktivitas lisan (oral activities), antara lain: bercerita, membaca,tanya jawab, menyanyi, dan diskusi. (2) Aktivitas visual (visual activities), antara lain: membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demnstrasi. (3) Aktivitas mendengarkan (listening activities), antara lain: mendengarkan penjelasan guru, pengarahan guru, dan ceramah.

Aktivitas menulis (writing activities)

Dari hal-hal di atas, semua harus diaktifkan, baik aktivitas mendengar, visual, lisan, dan menulis, agar pembelajaran aktif dapat terlaksana dengan baik. Dalam pembelajaran aktif, harus dikondisikan siswa terlibat langsung, senang, semangat, dan penuh gairah, tetapi tetap dalam kondisi belajar.

Untuk keberhasilan mengkondisikan kelas seperti yang diharapkan, harus memperhatikan prinsip dasar belajar, yaitu: (1)dalam pembelajaran harus melibatkan seluruh pikiran dan tubuh, (2)belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi, (3)untuk membantu proses pembelajaran diperlukan adanya kerja sama, (4) pembelajaran berlangsung secara simultan dan banyak tingkatan, (5) belajar adalah berasal dari mengerjakan pekerjaan, (6) dalam pembelajaran emosi positf sangat membantu, (7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Dari paparan tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa aktivitas pembelajaran siswa, adalah aktivitas jasmaniah dan mental siswak, yang terdiri dari aktivitas lisan, aktivitas visual, aktivitas mendengarkan, dan aktivitas menulis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pembelajaran siswa, dipengaruhi oleh kondisi perbuatan belajar siswa itu sendiri. Robert M. Gagne dalam bukunya Soetomo (1993;135) Menyebutkan bahwa kondisi perbuatan pembelajaran siswa, dibagi menjadi dua, yaitu: kondisi pembelajaran intern dan kondisi pembelajaran ekstern.

Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran PKn menempati kedudukan yang penting dalam upaya pembentukan karakter bangsa melalui pembentukan perilaku PKn pada siswa. Kenyataan pelaksanaan pembelajaran PKn yang telah berlangsung hingga saat ini belum memberikan penekanan ke arah pembentukan perilaku pada siswa karena diperlukan perubahan paradigma pembelajaran PKn.

Rendahnya hasil belajar PKn disebabkan rendahnya motivasi siswa untuk belajar PKn karena siswa menganggap pelajaran PKn kurang penting, mudah, dan sangat membosankan akibat dari pembelajaran yang berpusat pada guru. Jadi permasalahan yang mendasar adalah terletak pada metode pembelajaran PKn, sedangkan metode pembelajaran sendiri merupakan komponen strategis dalam sistem pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu alternatif terhadap permasalahan yang ada adalah dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Head Together. Pendekatan Numbered Head Together berarti dalam pembelajaran mulai dari awal sampai akhir selalu diwarnai oleh aktivitas siswa melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan oleh guru. Dengan menggunakan Numbered Head Together diharapkan kualitas pembelajaran PKn akan meningkat.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Melalui metode Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatan aktifitas dan hasil belajar PKn materi memahami sistem pemerintahan kabupaten, kota, dan provinsi pada siswa kelas V SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018”

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Subjek dalam penelitian adalah semua siswa kelas 5 semester 2 SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen, yang berjumlah 8 siswa terdiri dari siswa laki-laki 4 orang dan perempuan 4 orang. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui progam perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen, yang beralamat di Jalan Raya Sragen Gemolong Km 5 kode pos 57281 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Waktu yang digunakan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas, ini dilakukan sekama 5 (lima) bulan dimulai dari bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Mei 2018 yang dapat dilihat pada tabel jadwal sebagai berikut:

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Prosedur kerja dalam penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang minimal terdiri atas 2 siklus. Masing-masing siklus meliputi: perencanaan, tindakan, dijelaskan dengan observasi dan refleksi. Prosedur kerja tersebut secara garis besar dapat deskripsi umum penelitian tindakan kelas.

Teknik Analisis Data

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan dokumentasi, dan observasi, serta metode tes, maka instrumen tes tertulis yang diberikan kepada siswa berupa tes formatif berjumlah 10 soal dengan kriteria penilaian yaitu setiap jawaban yang benar diberikan skor 10, dan setiap jawaban yang salah diberikan skor 0. Adapun nilai akhir adalah jumlah skor perolehan dikalikan 10, dengan demikian dapat diketahui nilai masing-masing siswa.

Indikator Kinerja

Indikator pencapaian keberhasilan penelitian penggunaan metode Numbered Head Together (NHT) dalam meningkatkan hasil belajar PKn materi organisasi di lingkungan sekolah pada siswa kelas V SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen, adalah jika:

1.     Ketuntasan belajar secara individual, jika siswa sudah memperoleh nilai > 70 (lebih dari atau sama dengan tujuh puluh), sehingga siswa yang memperoleh nilai < 70 (kurang dari tujuh puluh) maka belum tuntas belajarnya.

2.     Ketuntasan belajar secara klasikal, jika lebih dari 80% siswa sudah tuntas belajarnya.

3.     Observasi aktivitas belajar, jika lebih dari 80% siswa telah baik aktivitas belajarnya/kinerjanya dalam belajar di kelas.

Teknik Analisis Data Instrumen

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan dokumentasi, dan observasi, serta metode tes, maka instrumen tes tertulis yang diberikan kepada siswa berupa tes formatif berjumlah 10 soal dengan kriteria penilaian yaitu setiap jawaban yang benar diberikan skor 10, dan setiap jawaban yang salah diberikan skor 0. Adapun nilai akhir adalah jumlah skor perolehan dikalikan 10, dengan demikian dapat diketahui nilai masing-masing siswa.

Teknik Pengukuran Pencapaian Penelitian

Indikator pencapaian keberhasilan penelitian penggunaan metode Numbered Head Together (NHT) dalam meningkatkan hasil belajar PKn materi organisasi di lingkungan sekolah pada siswa kelas V SD Negeri Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen, adalah jika:

1.     Ketuntasan belajar secara individual, jika siswa sudah memperoleh nilai > 70 (lebih dari atau sama dengan tujuh puluh), sehingga siswa yang memperoleh nilai < 70 (kurang dari tujuh puluh) maka belum tuntas belajarnya.

2.     Ketuntasan belajar secara klasikal, jika lebih dari 80% siswa sudah tuntas belajarnya.

3.     Observasi aktivitas belajar, jika lebih dari 80% siswa telah baik aktivitas belajarnya/kinerjanya dalam belajar di kelas.

Observasi kinerja guru dalam mengajar, jika lebih dari indikator aktivitas mengajar guru telah baik aktivitas mengajarnya/kinerjanya dalam mengajar di kelas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Berdasarkan pengamatan, keaktifan siswa dalam pembelajaran masih rendah. Hal ini salah satu penyebabnya adalah guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Hal ini dapat dilihat hasil pengamatan awal keaktifan siswa sebagai berikut:

Berdasarkan pengamatan awal, tersebut di atas, bisa dijelaskan bahwa tingkat keaktifan siswa masih rendah, karena dalam kategori Sedang dan Kurang. Sehingga guru perlu memacu aktifitas siswa dalam pembelajarannya.

Mengingat aktifitas yang masih rendah, maka berpengaruh terhadap hasil tes formatif. Banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yang ditetapkan sebesar 70 ketika tes formatif diadakan. Hasil tes formatif mengenai materi organisasi di lingkungan sekolah adalah sebagai berikut: nilai tertinggi 80, nilai terendah 40, nilai rata-rata 60 dengan tingkat ketuntasan sebanyak 3 siswa (37,5%). Artinya, masih sebanyak 5 siswa yang belum tuntas (62,5%).

Pembahasan Hasil Siklus 1

Pengamatan terhadap tindakan siklus 1 dilakukan selama proses kegiatan berlangsung. Pengamat yaitu peneliti dan teman sejawat yang mengikuti keseluruhan proses tindakan yang dilaksanakan.

Pengamatan terhadap hasil belajar berupa data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes formatif pada akhir siklus 1 dan pengamatan terhadap aktivitas siswa diperoleh dari hasil pengamatan selama kegiatan siklus 1. Pengamatan terhadap aktivitas siswa diperoleh menggunakan lembar observasi yang diisi oleh peneliti dan teman sejawat. Keaktifan siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut: Keaktifan siswa dalam belajar memperoleh nilai rata-rata Baik, namun masih ada 3 siswa yang masih memperoleh kategori sedang.

Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar siswa berupa tes formatif dapat diperoleh data nilai siswa. Selanjutnya hasil tes formatif pada siklus I tersebut sebagai berikut: nilai tertinggi 90, nilai terendah 50, nilai rata-rata 70. Tingkat ketuntasan sebesar 62,5%, karena masih ada siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa (37,5%).

Berdasarkan analisis yang digambarkan dalam bentuk deskripsi, terlihat jelas perbandingannya bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 40-49 sebanyak 0 siswa, nilai 50-59 sebanyak 1 siswa, nilai 60-69 sebanyak 2 siswa, nilai 70-79 sebanyak 2 siswa, nilai 80-89 sebanyak 2 siswa, dan nilai 90 – 100 sebanyak 1 siswa dengan nilai rata-rata 70.

Berdasarkan data hasil tes formatif di atas menunjukkan bahwa terdapat 5 siswa sudah tuntas karena nilai di atas KKM yaitu 70. Dan masih terdapat 3 siswa yang belum tuntas karena nilai di bawah KKM (70).

Pembahasan Siklus II

Kegiatan observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Observer, yaitu peneliti dan teman sejawat. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui secara detail keaktifan siswa, peran siswa dalam memahami materi organisasi di lingkungan sekolah, peran guru dalam pembelajaran, serta kecepatan dan ketepatan siswa dalam memahami materi tersebut. Untuk aktifitas siswa dalam pengamatan siklus II dapat dilihat pada laporan berikut:skor rata-rata aktifitas siswa dalam menerima pembelajaran sesar 3,7, artinya dengan kategori Amat Baik. Namun demikian masih ada dua siswa yang Baik. Namun demikian, sesuai dengan indikator penelitian, maka peningkatan aktifitas siswa sudah dibilang baik sekali.

SIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

Simpulan

Dari hasil analisis tes formatif yang dilaksanakan pada bab dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn materi organisasi di lingkungan sekolah siswa kelas 5 semester 2 SDN Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat ditunjukkan dari masing-masing siklus mengalami kenaikan yang signifikan.

Pra siklus nilai rata-rata 67,4. Dari 27 siswa ketuntasan yang dicapai hanya 48,2% yaitu 13 siswa, sedangkan yang belum tuntas mencapai 51,8% yaitu 14 siswa.

Siklus 1 nilai rata-rata 77,4. Nilai tertinggi dicapai siswa 100 terendah adalah 50, dari 27 siswa ketuntasan yang dicapai 77,8% yaitu 21 siswa. Ini berarti hasil belajar PKn siswa kelas 5 SDN Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen dalam katagori cukup.

Siklus II nilai rata-rata 84,1. Dari 27 siswa ketuntasan yang dicapai 100% yaitu 27 siswa. Ini berarti hasil belajar mata pelajaran PKn siswa kelas 5 SDN Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen dalam katagori sangat baik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian penutup PTK ini, antara lain:

Bagi sekolah

Hendaknya meningkatkan dan mendayagunakan metode numbered had together (NHT) sebagai salah satu metode belajar yang perlu diberdayakan di sekolah karena dari hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Sidoharjo 1 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.

Bagi Guru

Guru hendaknya menerapkan metode Numbered Head Together (NHT) atau metode-metode lainnya dalam pembelajaran karena akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Bagi Siswa

Siswa hendaknya aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Numbered Head Together (NHT) yang diberikan oleh guru sehingga pembelajaran PKn akan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006). Standar Isi. Jakarta: BSNP

Multiono, A; Zainu, Asmani. (2003). Tes dan Asesmendi SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Suciati dkk. (2002). Teori Belajar dan Pembelajaran 2. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wardani, IGAK, & Kuswaya Wihardit. (2013), Penelitian Tindakan Kelas, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Wardhani, IGAK, dkk. (2013). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin S. (2011). Pembelajaran PKn di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamdayana, Jumanta. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia.