PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA KELAS IX-A

SMP KANISIUS JUWANA TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Ignatius Sugeng Pranoto

Guru SMP Kanisius Juwana Kabupaten Pati

 

ABSTRAK

Geometri merupakan cabang matematika yang diajarkan di sekolah untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan visualisasi, berpikir kritis, intuisi, persepsi, problem solving, conjecturing, penarikan kesimpulan dan logika.Materi geometri bangun ruang sisi lengkung mempelajari bangun tabung, kerucut, dan bola yang sering ditemukan dalam kehidupan nyata dan sangat bermanfaat bagi siswa. Sayangnya, pemahaman siswa terhadap materi geometri masih belum optimal pada siswa kelas IX-A SMP Kanisius Juwana. Terutama dalam menghitung luas dan volume.Hal ini terbukti dari siswa kelas IX-A terdapat 26 siswa.Terdapat 15 anak yang mendapatkan nilai di bawah 70 dalam arti nilai mereka kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Ini berarti 57.7% siswa belum menguasai materi yang diberikan guru.Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX-A SMP Kanisius Juwana Tahun 2019/2020 dan (2) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar bangun ruang sisi lengkung siswa kelas IX-A SMP Kanisius Juwana Tahun 2019/2020.Penelitian ini menggunakan setting penelitian tindakan kelas yang dirancang untuk dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan, Jika dilihat dari rata-rata kelas nilai hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan 63. Setelah dilakukan tindakan kemudian meningkat menjadi 72.4 pada siklus I dan meningkat kembali pada siklus II sehingga menjadi 81.5. atau sebaliknya terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yang semula 15 siswa (57.7%) pada pra siklus, menurun menjadi 10 siswa (38.5%) pada siklus I bahkan dalam siklus II semakin menurun hingga menjadi 2 siswa (7.7%). Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: (1) pelaksanaan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) berjalan baik sehingga dapat membantu untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IX-A Tahun 2019/2020, (2) Hasil belajar bangun ruang sisi lengkung dapat meningkat melalui pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

Kata kunci: Pembelajaran kontekstual (CTL), Aktivitas, Hasil Belajar

 

PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan teknologi (Susanto, 2013: 185). Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang bertujuan mendidik siswa untuk mampu berpikir logis, analitis, sistematis, kritis serta kreatif memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Akan tetapi, kenyataannya masih ada anggapan bahwa matematika adalah salah satu mata pelajaran yang menakutkan, sulit dipahami dan kurang menarik bagi siswa pada setiap satuan pendidikan. Kesalahan yang sering terjadi pada peserta didik adalah kesalahan dalam memahami konsep.

Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, di antaranya adalah karakteristik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang. Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru yang tidak menyenangkan atau guru yang membingungkan turut membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika.

Geometri merupakan cabang matematika yang diajarkan di sekolah untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan visualisasi, berpikir kritis, intuisi, persepsi, problem solving, conjecturing, penarikan kesimpulan dan logika (Keith Jones, 2002: 125). Materi geometri bangun ruang sisi lengkung mempelajari bangun tabung, kerucut, dan bola yang sering ditemukan dalam kehidupan nyata dan sangat bermanfaat bagi siswa. Sayangnya, pemahaman siswa terhadap materi geometri masih belum optimal.

Namun pada kenyataannya materi bangun ruang sisi lengkung ternyata tidak mudah dikuasai oleh siswa kelas IX-A SMP Kanisius Juwana. Terutama dalam menghitung luas dan volume. Hal ini terbukti dari siswa kelas IX-A terdapat 26 siswa. Terdapat 15 anak yang mendapatkan nilai di bawah 70 dalam arti nilai mereka kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Ini berarti 57.7% siswa belum menguasai materi yang diberikan guru. Para siswa masih melakukan banyak kesalahan dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan luas dan volume, selain itu siswa mengalami kesalahan pada soal yang bersifat soal cerita berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti meneliti dalam bentuk Penelitian Tindakan kelas dengan mengambil judul “Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Melalui Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Pada Kelas IX-A SMP Kanisius Juwana Tahun Pelajaran 2019/2020”.

Beberapa masalah yang muncul adalah (1) hasil belajar materi bangun ruang sisi lengkung kurang dengan dibuktikan masih banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM); (2) siswa cenderung tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran, perlu adanya pembelajaran yang bervariatif; (3) siswa belum bisa mandiri, masih bekerja sama, saling mencontek dengan teman sebangku dalam mengerjakan soal bangun ruang sisi lengkung; dan (4) penggunaan model pembelajaran yang kurang variatif oleh guru.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

  1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada materi bangun ruang sisi lengkung dapat meningkatkan aktivitas siswa?
  2. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada materi bangun ruang sisi lengkung dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini ada dua. Secara umum penulisan ini bertujuan untuk memberikan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di SMP Kanisius Juwana. Tujuan khususnya adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar materi bangun ruang sisi lengkung pada pembelajaran Matematika bagi siswa kelas IX-A SMP Kanisius Juwana.

Manfaat bagi guru adalah guru memperoleh solusi tentang pembelajaran Matematika materi bangun ruang sisi lengkung yang selama ini dianggap sulit bisa diatasi dengan model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning), guru memperoleh banyak pengalaman untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika dan guru mendapat masukan mengenai model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi anak. Bagi siswa penelitian ini berguna untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Matematika materi bangun ruang sisi lengkung, meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam bergaul di lingkungan sosialnya dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada umumnya. Bagi sekolah adalah meningkatnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika, tumbuhnya motivasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu dan tumbuhnya pembelajaran siswa aktif di sekolah.

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Sardiman (2006: 100) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar keduanya saling berkaitan. Oemar Hamalik (2009: 179) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Aktivitas belajar dapat terwujud apabila siswa terlibat belajar secara aktif. Martinis Yamin (2007: 82) mendefinisikan belajar aktif sebagai usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Pembelajaran akan menghasilkan suatu perubahan dan peningkatan kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan pada diri siswa. Siswa mampu menggali kemampuannya dengan rasa ingin tahunya sehingga interaksi yang terjadi akan menjadi pengalaman dan keinginan untuk mengetahui sesuatu yang baru.

Dalam penelitian tindakan kelas ini aktivitas belajar siswa yang menjadi fokus penelitian yaitu aktifitas visual (visual activities) yaitu melihat dan mengamati gambar-gambar, aktivitas lisan (oral activities) yaitu membaca, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat, serta aktivitas menulis (writing activities) diantaranya menulis laporan kegiatan atau mengisi lembar kerja. Semua aktivitas tadi akan dilaksanakan siswa pada waktu kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompoknya yang memerlukan kerjasama antar anggota kelompok.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Chatarina Tri Anni, dkk, 2007:5). Hasil belajar merupakan faktor yang sangat penting, karena hasil belajar mencerminkan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Bentuk dari hasil belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan guru.

Belajar yang efektif dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Untuk meningkatkan prestasi belajar, perlu diperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal adalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri peserta didik, misalnya: kesehatan, keterampilan, kemampuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri peserta didik, misalnya: ruang belajar yang bersih, sarana dan prasarana yang memadai. Winkel (1996: 266) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.

Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes tertulis (paper and pen), dan penilaian sikap. Adapun penilaian kinerja (performance) dalam hal ini adalah mengerjakan soal yang dibagikan guru pada kelompok-kelompok dengan materi bangun ruang sisi lengkung, serta nilai tes tertulis (paper and pen) materi bangun ruang sisi lengkung yang menjadi tolok ukur penilaian hasil belajar siswa dalam materi bangun ruang sisi lengkung.

Adapun beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

  1. Lingga Nico Pradana (2015) tentang “Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Pendekatan Kontekstual pada Pembelajaran Bangun Ruang Sisi”. Hasil penelitian diperoleh bahwa model pembelajaran NHT-CTL memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada NHT dan pembelajaran langsung, sedangkan model pembelajaran NHT dan pembelajaran langsung memberikan prestasi belajar yang sama.
  2. Toipur dkk (2012) Tentang “Eksperimentasi Model Pembelajaran Thingk Pair Share Dimodifikasi CTL, TPS dan Konvensional Pada Bab Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau Dari Gaya Belajar Peserta Didik”. Dari Hasil Pengelolaan data, didapat sebagai berikut: 1) prestasi belajar matematika peserta didik yang diberikan model pembelajaran TPS yang dimodifikasi dengan CTL sama baiknya dengan TPS dan keduanya lebih baik daripada Konvensional 2) peserta didik dengan gaya belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik memiliki prestasi belajar matematika yang sama, 3) masing-masing kategori gaya belajar, prestasi belajar matematika peserta didik yang diberikan model pembelajaran TPS yang dimodifikasi. dengan CTL sama baiknya dengan TPS dan keduanya lebih baik daripada Konvensional, 4) masing-masing kategori model pembelajaran, peserta didik dengan gaya belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik memiliki prestasi belajar matematika yang sama.

Dari dua hasil penelitian tentang penggunaan model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di atas, menunjukkan adanya perubahan positif dan keefektifan dari model pembelajaran tersebut terhadap peningkatan hasil belajar dan peningkatan kemampuan siswa. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu melihat proses pembelajaran Matematika pada materi bangun ruang sisi datar pada siswa kelas IX-A SMP Kanisius Juwana Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai dari September 2019 sampai dengan bulan Desember 2019 pada semester gasal tahun pelajaran 2019/2020 di SMP Kanisius Juwana, yang beralamat di Jalan Raya Sunan Ngerang No. 44 Juwana, Kabupaten Pati. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX-A SMP Kanisius Juwana tahun Pelajaran 2019/2020 sebanyak 26 siswa.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 Siklus dan tiap Siklus terdiri atas 3 pertemuan dan setiap pertemuan berlangsung selama 2×40 menit. Setiap Siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebelum tindakan dilakukan, guru melakukan observasi awal aktivitas belajar pada KD-KD sebelumnya dan penguasaan materi siswa kelas IX-A pada materi bangun ruang sisi lengkung. Selanjutnya guru melakukan penelitian. dengan prosedur mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pembelajaran matematika pada materi bangun ruang sisi lengkung sebelum dilaksanakan penelitian tindakan, diawali dengan menjelaskan materi pelajaran melalui metode ceramah. Akibatnya siswa cenderung pasif dan kurang antusias dalam pembelajaran. Dengan kata lain, motivasi siswa untuk belajar menjadi kurang. Selanjutnya, guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya. Siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Kemudian siswa diminta untuk latihan mengerjakan soal dengan dibimbing guru. Sebagian besar siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan soal. Hal ini dikarenakan siswa belum menguasai materi bangun ruang sisi lengkung.

Peneliti mendapatkan data hasil belajarbangun ruang sisi lengkung kelas IX-A masih berada di bawah kriteria minimal yang diharapkan. Rata-rata hasil belajar bangun ruang sisi lengkung kelas IX-A hanya mencapai nilai 63. Sedangkan kriteria minimal dari hasil belajar matematika yang diharapkan yaitu sebesar 70.

Secara klasikal, siswa yang telah memenuhi kriteria minimal/ ketuntasan belajar adalah sebanyak 11 siswa (42%). Sedangkan 15 siswa (58%) lainnya masih belum memenuhi kriteria minimal / belum tuntas belajar yang diharapkan.Hal ini berarti siswa kelas IX-A memiliki nilai rata-rata hasil belajarbangun ruang sisi lengkung pada kondisi awal masih sangat rendah.

Berdasarkan hasil observasi pra siklus yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan segera mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan pada siklus I.

Siklus I

Berdasarkan hasil penilaian setelah diadakan kegiatan pada siklus I secara lebih jelas peneliti rekapitulasi ke tabel di bawah ini.

 

 

 

 

 

Tabel Rekapitulasi Proses Belajar Siklus I

Aspek Penilaian Skor Maksimal Jumlah Skor Nilai Persentase Kualifikasi
1. Antusias belajar 104 80 77 77% Baik
2. Mampu bekerja sama 104 80 77 77% Baik
3. Berani bertanya 104 76 73 73% Cukup
4. Berani memberi tanggapan 104 82 79 79% Baik
5. Berani mempresentasikan hasil diskusi 104 74 71 71% Cukup
Rata-rata     75 75% Cukup

 

Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran pada siklus 1 tersebut diatas diketahui bahwa rata-rata pada setiap aspek sudah menunjukkan peningkatan. Antusiasme dalam belajar meningkat searah dengan bekerja sama dalam kelompok diskusi, meskipun masih banyak yang belum berani bertanya. sering kali jika ada teman yang menjawab salah masih disoraki. Jika diklasifikasi proses pembelajaran pada Hasil Belajar bangun ruang sisi lengkung masih belum memiliki aktifitas yang tinggi.

Tabel Persentase Pengamatan Aktifitas Belajar Siswa Siklus 1

Kualifikasi Rentang Nilai Jumlah Persentase
Amat Baik 86 – 100 0 0.0
Baik 71 – 85 11 42.3
Cukup 56 – 70 14 53.8
Kurang 41 − 55 1 3.8
Buruk 0 – 40 0 0.0

 

Hal ini dapat dilihat dari persentase hasil pengamatan pada proses pembelajaran tersebut di atas, diketahui bahwa persentase aktifitas belajar siswa pada Siklus I dengan kualifikasi amat baik 0 siswa ( 0% ), baik 11 siswa ( 42.3% ), cukup 14 siswa ( 53.8% ) dan kualifikasi kurang sebanyak 1 siswa ( 3.8% ).

Dari hasil tes hasil belajar pada bangun ruang sisi lengkung pada siklus I terlihat bahwa nilai terendah adalah 50 dan nilai yang tertinggi 90 serta nilai rata-rata 72.4. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil tes siswa kelas IX-A SMP Kanisius Juwana. Demikian juga terlihat adanya peningkatan ketuntasan belajar yaitu sebanyak 16 siswa (61.5% ) dengan kategori tuntas belajar karena mendapat nilai diatas KKM, dan sebanyak 10 siswa (38.5%) dengan kategori belum tuntas karena mendapat nilai dibawah KKM. Kondisi ini perlu dilakukan tindakan perbaikan Siklus II.

Siklus II

Berdasarkan hasil penilaian setelah diadakan kegiatan pada siklus II secara lebih jelas peneliti rekapitulasi ke tabel di bawah ini.

 

 

Tabel Rekapitulasi Pengamatan Proses Pembelajaran Siklus II

INDIKATOR Skor Maksimal Jumlah Skor Nilai % Kualifikasi
1. Antusias belajar 104 96 92 92% Amat Baik
2. Mampu bekerja sama 104 83 80 80% Baik
3. Berani bertanya 104 83 80 80% Baik
4. Berani memberi tanggapan 104 85 82 82% Baik
5. Berani mempresentasikan hasil diskusi 104 83 80 80% cukup
Rata-rata     83 83% Baik

 

Tabel di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada siklus II sudah tampak semakin meningkat Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sudah menunjukkan kemajuan yang signifikan, sehingga proses pembelajaran menjadi maksimal, perubahan ini dikarenakan peneliti konsultasi dengan teman sejawat masalah pembelajaran siklus I. Kekurangan dalam pembelajaran peneliti lengkapi pada siklus II sehingga mencapai hasil yang maksimal, dan itu membuahkan hasil yang sangat menggembirakan

Tabel Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II

Kualifikasi Rentang Nilai Jumlah Persentase
Amat Baik 86 – 100 6 23.1
Baik 71 – 85 17 65.4
Cukup 56 – 70 3 11.5
Kurang 41 − 55 0 0.0
Buruk 0 – 40 0 0.0

 

Adapun aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus II ini ditunjukkan pada tabel di atas, siswa yang mendapat nilai amat baik 6 anak ( 23.1% ), yang mendapat nilai baik 17 anak (65.4% ) dan yang mendapat nilai cukup sebanyak 3 anak ( 11.5% ).

Dari hasil tes pada bangun ruang sisi lengkung sosial pada siklus II terlihat bahwa nilai terendah adalah 50 dan nilai yang tertinggi 100 serta nilai rata-rata 81,5. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IX-A SMP Kanisius Juwana. Demikian juga terlihat adanya peningkatan ketuntasan belajar yaitu sebanyak 24 siswa (92%) dengan kategori tuntas belajar karena mendapat nilai diatas KKM, dan sebanyak 2 siswa (8%) dengan kategori belum tuntas karena mendapat nilai dibawah KKM.

Refleksi

Setelah melaksanakan hasil penelitian dan mengobservasi, peneliti melakukan refleksi siklus II untuk menilai seberapa jauh keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas. Refleksi pada Siklus II dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil, proses dan aktivitas belajar siswa.

Rekapitulasi peningkatan nilai aktivitas siswa mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II, tercantum dalam tabel di bawah ini.

 

Tabel Rekapitulasi Nilai Aktivitas Siswa Pra Siklus – Siklus I

Aspek Penilaian Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Antusias belajar 68 77 92
2. Mampu bekerja sama 67 77 80
3. Berani bertanya 63 73 80
4. Berani memberi tanggapan 73 79 82
5. Berani mempresentasikan hasil diskusi 70 71 80

 

Dari segi aktivitas belajar jumlah siswa dan persentase pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dengan pencapaian nilai amat baik tidak ada meningkat menjadi 6 siswa (23.1%), dengan kualifikasi baik dari 11 siswa (50%) pada siklus I, dan mengalami peningkatan menjadi 17 siswa (65.4%) dengan kualifikasi baik sebaliknya terjadi penurunan jumlah siswa dan persentasenya, yang belum mencapai nilai baik yaitu dengan kualifikasi cukup, 14 siswa (53.8%) pada siklus I turun menjadi 3 siswa (11.5%) pada siklus II, dan kualifikasi kurang sebanyak 1 siswa (3.8%) pada siklus I turun menjadi tidak ada pada siklus II, artinya sudah lebih dari 85% siswa yang memperoleh nilai aktivitas belajar minimal baik.

Peningkatan ketuntasan hasil belajar dalam proses pembelajaran pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II direkap ke dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.13. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar
Ketuntasan Belajar Pra Siklus Siklus I Siklus II
B. Siswa % B. Siswa % B. Siswa %
Nilai tuntas 11 42.3 16 61.5 24 92.3
Nilai belum tuntas 15 57.7 10 38.5 2 7.7

 

Dari tabel diatas tercatat bahwa ketuntasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Persentase dan jumlah siswa yang tuntas nilai hasil belajar sebelum dilakukan tndakan, yang tuntas belajar sebanyak 11 anak atau sebesar 42.3% dan pada siklus I sebanyak 16 anak atau sebesar 61.5%, di siklus II meningkat menjadi 24 anak atau sebesar 92.3% , sedangkan banyaknya persentase dan jumlah siswa yang belum tuntas pada Pra siklus 15 anak (57.7%), pada siklus I turun menjadi 10 anak (38.5%) dan pada siklus II sebanyak 2 anak (7.7%). Artinya rata-rata nilai hasil belajar siswa telah melebihi kriteria ketuntasan minimal ( KKM ).

PENUTUP

Simpulan

Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa:

  1. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didikpada materi bangun ruang sisi lengkung kelas IX-A semester genap SMP Kanisius Juwana. Dari segi aktivitas belajar jumlah siswa dan persentase pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan dengan pencapaian nilai amat baik tidak ada meningkat menjadi 6 siswa (23.1%), dengan kualifikasi baik dari 11 siswa (50%) pada siklus I, dan mengalami peningkatan menjadi 17 siswa (65.4%) dengan kualifikasi baik sebaliknya terjadi penurunan jumlah siswa dan persentasenya, yang belum mencapai nilai baik yaitu dengan kualifikasi cukup 14 siswa (53.8%) pada siklus I turun menjadi 3 siswa (11.5%) pada siklus II, dan kualifikasi kurang sebanyak 1 siswa (3.8%) pada siklus I turun menjadi tidak ada pada siklus II, artinya sudah lebih dari 85% siswa yang memperoleh nilai aktivitas belajar minimal baik.
  2. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didikpada materi bangun ruang sisi lengkung.Jika dilihat dari rata-rata kelas nilai hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan 63. Setelah dilakukan tindakan kemudian meningkat menjadi 72.4 pada siklus I dan meningkat kembali pada siklus II sehingga menjadi 81.5. atau sebaliknya terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yang semula 15 siswa (57.7%) pada pra siklus, menurun menjadi 10 siswa (38.5%) pada siklus I bahkan dalam siklus II semakin menurun hingga menjadi 2 siswa (7.7%). Artinya rata-rata nilai hasil belajar siswa telah melebihi kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk guru, disarankan guru lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran dan guru lebih berinteraksi (melibatkan) dengan peserta didik, sehingga komunikasi antara guru dengan peserta didik terjalin lebih baik dan lancar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat membantu guru dan peserta didik dalam menyelesaikan materi pembelajaran dengan hasil yang lebih maksimal. Tentunya masih ada model pembelajaran yang lainnya yang bisa diterapkan demi maksimalnya hasil belajar dan kemampuan siswa.
  2. Untuk sekolah, hendaknya mendukung pembelajaran dengan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang menunjang, sehingga kualitas pembelajaran meningkat yang akhirnya menjadikan kualitas guru, siswa dan sekolah dapat terus meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Lisnawaty Simanjuntak, dkk. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta: Rineka Cipta.

Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim Fathani. 2007. Mathematical Intelligence: Cara Cerdas Melath Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.

Martinis Yamin, 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta. Gaung Persada Press dan Center for Learning Innovation (CLI).

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Oemar Hamalik. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sardiman, A.M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: FMIPA UNNES.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif berorientasi kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.