PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

MENULIS AKSARA JAWA DENGAN MENERAPKAN AKSARA REKAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER BAGI SISWA KELAS VIII H

SMP NEGERI 2 SLAWI SEMESTER GENAP

TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Puji Warsih

SMP Negeri 2 Slawi Kabupaten Tegal

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar menulis Aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam mata pelajaran Bahasa Jawa bagi siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi Tahun Pelajaran 2019/2020. Hasil penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam 2 siklus, penelitian dapat disimpulkan bahwa rata-rata presentase aktivitas dan hasil belajar siswa pada kondisi awal aktivitas 44,13% hasil belajar 58,93%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I aktivitas meningkat 67,06% sedangkan hasil belajar meningkat menjadi 74% dan pada siklus II aktivitas 80,8% sedangkan hasil belajar mencapai 78,4%. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan sebagaimana analisis nilai tes hasil belajar diketahui pada kondisi awal presentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 26,7% pada siklus I sebesar 70% dan pada siklus II mencapai 83,3%. Saran guru untuk guru lain adalah perlunya menerapkan pemebalajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) cukup signifikan dampak positif penerapan terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa materi menulis Aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan.

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Model Kooperatif, Tipe Numbered Head Together

PENDAHULUAN

Dalam pembelajaran bahasa Jawa siswa dituntut untuk menguasai lima standar kompetensi. Standar kompetensi tersebut, yaitu: 1). Menyimak yaitu suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ajaran atau bahasa lisan; 2). Membaca yaitu kegiatan memahami teks bacaan yang tujuan untuk memperoleh informasi dari teks yang dibaca; 3). Menulis yaitu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi dengan menggunakan aksara; 4). Apresiasi sastra yaitu memberikan penilaian terhadap karya sastra; 5). Berbicara yaitu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

Berdasarkan pengamatan awal semester genap Tahun Pelajaran 2019/2020 pada siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi diperoleh hasil dari jumlah 30 siswa, hanya 8 siswa (26,7%) yang mampu menulis Aksara Jawa dengan benar dan 22 siswa (73,3%) siswa yang belum benar menulis Aksara Jawa. Tentunya angka yang kecil bila dibandingkan keinginan pemerintah untuk tetap melestarikan dan eksisnya Aksara Jawa dikalangan pendidikan.

Hal ini terjadi bukan semata-mata faktor siswa tetapi banyak yang berpengaruh dinataranya guru yang kurang menerapkan metode atau model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar atau strategi pembelajaran sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal. Tidak dipungkiri metode ceramah sering kali masih dominan dalam menyampaikan meteri kepada siswa padahal metode ini disadari betul benyak sekali kelemahannya.

Dengan menyadari kelemahan yang ada dalam tiap metode dan model pembelajaran tentu akan membawa dampak perubahan nyata baikbagi siswa maupun bagi guru. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together merupakan model pembelajaran yang dijadikan alternatif pembelajaran yang memiliki konsep memberdayakan siswa untuk aktif dalam belajar.

Beberapa penyebab terjadinya masalah yang dapat di identifikasikan adalah sebagai berikut: (1) Guru masih menggunakan metode tradisional, (2) Kurangnya pemakaian media, (3) Keterbatasan media pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian adalah: (1) Bagaimanakah dengan menggunakan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran menulis Aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020? (2) Bagaimanakah dengan menggunakan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran menulis Aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020? (3) Bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi selama penggunaan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam pembelajaran menulis Aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan bagi kelas VIII H Semester Genap SMP Negeri 2 Slawi Tahun Pelajaran 2019/2020?.

Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Meningkatkan aktivitas belajar menulis Aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together bagi siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020. (2) Meningkatkan hasil belajar siswa menulis Aksara Jawa dengan menerapkan Aksara rekan melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together bagi siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020. (3) Mendiskripsikan kendala-kendala yang dihadapi selama penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together sebagai upaya meningkatkan hasil belajar menulis Aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan bagi siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Belajar

Menurut Winkel (1996:53) belajar adalah “suatu aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi yang aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan”. Kemudian Hamalik (1989:28) mendefinisikan belajar adalah “suatu pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan“.

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, baik dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain, seperti di museum, di laboratorium, dan dimana saja.

Sedangkan menurut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010: 35) belajar didefinisikan sebagai “suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman “Slamet (2003: 5) menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya“.

Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar siswa adalah aktivitas yang bersifat fisik ataupunmental (Sardiman, 2005:96). Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau rohani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar yang optimal. Dalam aktivitas belajar ini siswa haruslah aktif mendominasi dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Dengan kata lain dalam beraktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang dijumpai di sekolah-sekolah yang melakukan pembelajaran secara konvensional.

Menurut Nasution (2008:89), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang siswa akan berpikir selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka siswa tidak berfikir. Oleh karena itu agar siswa aktif berfikir maka siswa harus diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas.

Hasil Belajar

Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan pengajaran, pengalaman belajar mengajar dan hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006: 26).

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dipahami siswa. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan (Arikunto Suharsimi, 2009: 24).

Hasil tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misal dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkaan bahwa hasil belajar merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Pencapaian hasil belajar siswa itu tinggi, maka dapat dikatakan bahwa proses belajar mengajar itu berhasil.

Menulis

Tarigan (1986: 21) mengemukakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan gambar-gambar grafis yang menggambarkan suatu bahasa dan dapat dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membacanya bila ia mengerti bahasa dan gambaran grafis tersebut.

Tarigan (1986: 8) berpendapat bahwa menulis adalah suatu kemampuan berbahasa yang tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus dilalui dengan latihan dan praktik yang banyak serta teratur. Menulis menuntut adanya pengetahuan, pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, kemampuan-kemampuan khusus, dan pengajaran langsung untuk menjadi seorang penulis yang baik.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa tujuan menulis adalah untuk membantu siswa untuk mengerti bagaimana cara pengekspresian diri mereka ke dalam bentuk tulisan yang tepat dan penuh keyakinan. Hal ini akan mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan menulis mereka dalam bentuk tulisan yang tepat dan serasi.

Aksara Jawa

Urut-urutan aksara Jawa yang masih legena disebut dentawyanjana, yang berasal dari kata denta (gigi) dan kata wyanjana (suara). Aksara Jawa biasa juga diberi makna carakan, yaitu urut-urutan aksara Jawa yang dimulai dari huruf ha sampai nga (Padmosoekotjo, 1989: 13).

Pedoman menulis aksara Jawa tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu penulisan aksara legena dan pasangan-nya, sandhangan aksara Jawa, pemakaian tanda baca, angka Jawa, aksara swara, aksara murda, dan aksara rekan. Pedoman penulisan aksara Jawa yang diuraikan oleh Padmosoekotjo tersebut lebih rinci sebagai berikut. (1) Aksara Jawa legena dan pasangan-nya, (2) Sandhangan Aksara Jawa, (3) Sandhangan Wyanjana yang berjumlah tiga sandhangan.

Padmosoekotjo dalam buku Wewaton Panulise Basa Jawa Nganggo Aksara Jawa (1989: 13-52) juga menjelaskan bahwa selain kedua puluh aksara Jawa di atas, terdapat juga jenis aksara murda dan aksara rekan. Aksara murda sebenarnya tidak ada, tetapi yang sering disebut dengan aksara murda itu adalah aksara mahaprana, yaitu aksara yang memang harus diucapkan dengan nada dan nafas yang banyak.

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Suatu proses pembelajaran tidak akan berhasil apabila tidak didukung oleh penggunaan teknik, metode atau model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Sebab pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan. Agar pembelajaran ini lebih berhasil maka pendidik menerapkan suatu pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat tercapai dengan lebih efektif dan efesien.

Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas (Ibrahim, 2000: 28). Lie (2002: 18) juga perpendapat bahwa model pembelajaran Numbered Heat Together (NHT) merupakan suatu sistem kerja / belajar kelompok yang terstruktur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian kerjasama dan proses kelompok dimana siswa menghabiskan sebagian besar waktunya dikelas dengan bekerja sama antara 4–5 orang dalam satu kelompok.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Kerangka Berpikir

Menulis merupakan salah satu dari empat kemampuan berbahasa yang diajarkan di sekolah, termasuk di SMP. Kemampuan menulis penting artinya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan menulis perlu ditingkatkan untuk memperlancar komunikasi secara tertulis. Semakin baik kemampuan menulis seseorang, maka semakin baik pula pola pikirnya.

Aktivitas menulis, termasuk menulis dengan menggunakan aksara Jawa adalah salah satu kemampuan berbahasa yang harus dapat dikuasai oleh siswa, namun banyak diakui bahwa pembelajaran menulis aksara Jawa adalah pelajaran yang belum dikuasai dengan maksimal. Kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam pembelajaran menulis aksara Jawa.

Pembelajaran menulis aksara Jawa yang dilakukan di Sekolah Menengah Pertama termasuk SMP Negeri 2 Slawi masih menggunakan metode yang tradisional dan belum memanfaatkan media pembelajaran. Cara tersebut kurang menarik minat siswa dalam belajar menulis aksara Jawa.

Untuk mengatasi hal-hal tersebut, hendaknya guru lebih kreatif untuk memberi motivasi kepada siswa. Guru hendaknya dapat berinovasi terutama dalam hal model pembelajaran. Fungsi model pembelajaran adalah untuk membantu guru dalam menyampaikan materi kepada siswa. Semakin baik model itu dibuat dan dirancang, maka semakin baik pula fungsinya sebagai penyalur materi.

Tindakan yang dilakukan pada siklus I pada model pembelajaran Numbered Head Together adalah siswa berkelompok dengan anggota kelompok 4 – 5 siswa yang dipilih secara acak oleh siswa sendiri, dan masing-masing mendapat nomer urut yang dipasang di kepala. Mereka berkelompok untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru kemudian siswa yang dipanggil nomornya maju.

 

 

METODE PENELITIAN

Obyek Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas kali ini obyek tindakannya adalah peningkatan aktivitas hasil belajar menulis Aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan siswa kelas VIII H Semester Genap SMP Negeri 2 Slawi Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 30 siswa.

Hasil ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika siswa memperoleh nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran bahasa Jawa sebesar 72. Sedangkan secara klasikal ditetapkan jika jumlah siswa yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas mencapai 75%.

Setting Lokasi dan Subyek Penelitian

Setting Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Slawi Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 8 Dukuhsalam Slawi pada kelas VIII H Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.

Subyek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020 yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan jumlah keseluruhan 30 siswa.

Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 6 bulan, dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2020 yaitu bagi siswa kelas VIII H Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Dari semua komponen pengumpulan data tersebut dipergunakan untuk memperoleh data tentang hasil penelitian.

Analisis Data

Pada penelitian tindakan kelas, amalisis data yang dilakukan oleh peneliti telah dilakukan sejak awal penelitian. Analisis tersebut dilakukan pada setiap aspek dan proses kegiatan penelitian. Melalui observasi atau pengamatan tentang kegiatan pembelajaran di kelas, peneliti langsung menganalisis situasi atau suasana kelas. Pengamatan juga dilakukan pada cara guru mengajar, hubungan guru dengan siswa, dan interaksi dengan siswa lain. Pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif.

Sumber Data

Menurut Suharsimi Arikunto (2009:172) sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Jadi jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dari siswa kelas VII H SMP Negeri 2 Slawi, sedangkan data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi: (1) Data Primer, (2) Data Sekunder.

Indikator Kinerja

Adapun kriteria keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

  1. Keberhasilan penelitian pada keaktifan siswa ditetapkan apabila siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelsjarsn bahasa jawa ysitu 72
  2. Adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis aksara Jawa selama proses pembelajaran, yang ditandai dengan adanya reduksi kesalahan penulisan aksara Jawa siswa, dan kemampuan menulis aksara Jawa siswa kelas VIII H Semester Genap SMP Negeri 2 Slawi Tahun Pelajaran 2019/2020 menjadi
  3. Peningkatan hasil belajar yang ditandai siswa dapat mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMP Negeri 2 Slawi untuk mata pelajaran bahasa Jawa yaitu 72.

Prosedur penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang merupakan perbaikan berdasarkan permasalahan yang dijumpai di kelas. Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas empat tahapan yang meliputi; perencanaan (Planning), Pelaksanaan tindakan (Acting), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflection).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Berdasarkan hasil tes pra tindakan tersebut maka dapat diketahui kemampuan setiap siswa dalam menulis aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan yang masih rendah sehingga dapat diambil langkah-langkah persiapan sebelum pelaksanaan tindakan. Pada saat dilakukan tes pra tindakan juga dapat diketahui kendala-kendala atau hambatan apa saja yang dialami siswa dalam menulis aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan.

Hal ini dapat menjadi acuan dalam proses belajar mengajar menulis aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menulis aksara Jawa dengan menerapkan aksara Rekan.

Berdasarkan tabel diatas besarnya presentase aktivitas siswa pada tiap indakator observasi dalam pembelajaran menulis aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan pada kondisi awal yang dilakukan bagi siswa kelas VIII H secara jelas masih kurang, aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Hal ini menyebabkan situasi di dalam kelas kurang kondusif.

Pada laporan pengamatan, diperoleh hasil akhir dengan rata-rata 44,13%. Untuk aktivitas siswa pada kondisi awal yang berarti aktivitas siswa dalam pembelajaran rendah. Penyebab rendahnya aktivitas siswa disebabkan oleh metode pembelajaran yang tidak sesuai dan kurang menarik.

Kegiatan pembelajaran berlangsung satu arah yang didominasi oleh guru sehingga berdampak hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar pada pembelajaran menulis aksara Jawa dengan menerapkan aksara Rekan kurang memuaskan, seperti terlihat dalam data nilai kondisi awal berikut ini:

Berdasarkan tabel diatas data dalam presentase ketuntasan belajar yang diperoleh pada proses pembelajaran kondisi awal.

Identifikasi terhadap penyebab terjadinya masalah sebagaimana telah dianalisa adalah pengguna metode pembelajaran yang belum tepat pada kondisi awal sehingga belum meningkatkan aktivitas belajar siswa seperti hasil belajar siswa yang tuntas hanya 8 anak (26. 7%).

Deskripsi Hasil Tindakan Siklus I

Pada akhir pelaksanaan siklus I, tanggal 13 Februari 2020 dilaksanakan tes untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis aksara Jawa beraksara Rekan siswa kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT).

Observasi Aktivitas Siswa

Hasil observasi aktivitas siswa pada pembelajaran siklus I diperoleh hasil seperti pada laporan dibawah ini: Dari tabel diatas, persentase aktivitas siswa pada kondiwi awal dibandingkan dengan siklus I mengalami peningkatan pada tiap indikatornya. semangat dan aktivitas diskusi cukup baik, menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok lain lancar. sehingga kerja sama menyelesaikan tugas cukup lancar.

Nilai Tes Hasil Belajar

Setelah melihat hasil tes siklus I, diperoleh gambaran kenaikan nilai tes yang baik sehingga rata-rata kelas mengalami peningkatan dan jumlah ketuntasan belajar semakin membaik. Nilai tes hasil belajar pada siklus I diperoleh sebagai berikut: Berdasarkan laporan nilai pada siklus I dapat diketahui bahwa terdapat 9 siswa (30%) yang masih belum tuntas atau mendapatkan nilai dibawah ketuntasan belajar klasikal yaitu 72, siswa yang memperoleh nilai diatas nilai ketuntasan minimal 21 siswa (70%).

Deskripsi Hasil Tindakan Siklus II

Berdasarkan hasil tes pada siklus I diperoleh hasil yang menyatakan bahwa peningkatan kemampuan menulis aksara Jawa dengan menerapkan aksara Rekan bagi siswa kelas VIII H masih dibawah standar kriteria ketuntasan minimal, maka tindakan dilanjutkan pada siklus II.

Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Pada proses pembelajaran siklus II, terlihat semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas sangat bagus, begitu juga dalam hal berdiskusi dengan teman kelompok. masing-masing memberi jawaban ke kelompok lain dan menanggapinya. sehingga terlihat kerjasama yang bagus.

Berdasarkan lapotan diatas besarnya persentase aktivitas diatas pada siswa tiap indikator mengalami peningkatan. Dari laporan aktivitas siswa diatas yang telah dilakukan pada kegiatan pembelajaran menulis Aksara Jawa dengan menerapkan aksara Rekan dalam siklus II.

 

 

Nilai Tes Hasil Belajar

Nilai tes hasil belajar pada siklus II sudah ada peningkatan hasilnya dibandingkan pada siklus I., dengan rincian perolehan nilai sebagaimana laporan berikut ini:

Berdasarkan tabel nilai siswa pada siklus II diatas dapat diketahui terdapat 25 (83,3%) siswa yang telah tuntas sedangkan yang belum tuntas belajar sebanyak 5 (16,7%) siswa. Hal ini berarti mengalami peningkatan dari hasil belajar siklus I.

Pembahasan

Pembelajaran dengan menerapkan berbagai metode dan model pembelajaran ternyata dapat membawa keberhasilan lebih pada siswa maupun guru serta mendapatkan pengalaman yang baru. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) guru dapat memotivasi siswa dan mendorong siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Dengan Numbered Head Together (NHT) siswa belajar untuk bekerja sama saling mengisi, memotivasi dan bertanggungjawab terhadap tugas pelajaran. Mereka merasa terpacu dan tertantang untuk dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Keaktifan siswa dalam kondisi awal biasa saja kemudian meningkat pada siklus I dan lebih terpacu lagi pada siklus II yang menghasilkan nilai mereka pun meningkat.

Dan Keberhasilan penelitian ini dapat diketahui dari data hasil tes yang diberikan kepada siswa diakhir pelaksanaan, baik tes siklus I maupun tes siklus II. Pemberian tes dilakukan dengan menyesuaikan materi yang telah diberikan kepada siswa sehingga materi yang telah diserap siswa dan kemampuan menulis yang dimiliki siswa dapat diasah dan ditungkatkan.

Pembelajaran melalui model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) memberi peluang untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bagi semua siswa. Hal ini telah dibuktikan pada pembelajaran menulis aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan bagi siswa Kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi yang mencapai keberhasilan dalam meningkatkan aktiviats dan hasil belajarnya.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis aksara Jawa dengan menerapkan aksara Rekan melalui model pembelajaran Kooperatip Tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar menulis aksara Jawa bagi Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 2 Slawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2019/2020 adalah sebagai berikut:

  1. Aktivitas siswa pada pembelajaran menulis aksara Jawa dengan menerapkan Aksara Rekan meningkat dari kondisi awal 44,15%, pada siklus I naik menjadi 67,06% dan pada siklus II mencapai 80,08% selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatip Tipe Numbered Head Together (NHT) yang berarti siswa lebih aktip dan bekerja sama dengan kelompoknya.
  2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa yang mengalami peningkatan dari kondisi awal 58,9%, pada siklus I naik menjadi 74, dan pada siklus II menjadi 78,4. Begitu juga dengan prosentase ketuntasan belajar yang terus mengalami kenaikan pada kondisi awal siswa yang tuntas 26,7%, pada siklus I menjadi 70% dan 83,3% ketuntasan yang dicapai pada siklus II. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatip Tipe Numbered Head Together (NHT) terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini karena siswa menggunakan waktu yang tersedia selama kegiatan belajar mengajar aktif berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya, mengemukakan jawaban dan bertanggungjawab.
  3. Dengan capaian kenaikan aktivitas dan hasil belajar siswa selama proses belajar mengajar bukan tanpa kendala.

Saran

Saran yang dapat diberikan peneliti berdasarkan simpulan hasilpenelitian sebagai berikut:

  1. Guru sebaiknya mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun instrumen pembelajaran dan menerapkan metode, pendekatan atau model pembelajaran, sebab dengan referensi metode, model dan pendekatan pembelajaran dapat memvariasikan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dapat menarik siswa tumbuh giat belajar, salah satu model Pembelajaran yang bisa diterapkan yaitu Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
  2. Guru dalam kegiatan belajar mengajar sebaiknya menggunakan metode dan model pembelajaran yang bervariasi untuk menghindari kejenuhan pada siswa, sehingga dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa.
  3. Siswa diupayakan untuk bekerja sama atau berdiskusi untuk saling membantu dalam prose belajar mengajar dan pemecahan masalah. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Azhar Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Hamalik. 1989. Komputerisasi Pendidikan Nasional. Bandung: Mandar Maju.

Hipple, Theodore W. 1973. Testing English As a Second Language. New Dehli: Tata Mc. Graw Hill

Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Suarabaya: University Press

Lie, A. 2002. Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia

Nasution S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:PT Bumi Aksara.