PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BOLA VOLI MELALUI MODIFIKASI BOLA VOLI MINI

BAGI SISWA KELAS VI SDN GAGAAN TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sriyanto Sugino

SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PJOK tentang permainan bola voli melalui modifikasi bola voli mini pada siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 21 anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus tindakan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Pengumpulan data dengan teknik tes diambil dari hasil tes unjuk kerja yang dilakukan pada skhir siklus. Adapun teknik nontes datanya diambil dari lembar observasi dan dokumen foto pembelajaran. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif. Data hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa. Pada pembelajaran pra siklus, aktivitas belajar siswa masuk kategori “rendah”. Pada pembelajaran siklus I, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi “sedang” dan pada siklus II aktivitas belajar siswa meningkat lagi menjadi “tinggi”. Hasil belajar juga menunjukkan peningkatan pada setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus, rata-rata nilai tes unjuk kerja adalah 69,52 dengan ketuntasan belajar sebesar 42,86%. Pada pembelajaran siklus I, rata-rata nilai tes unjuk kerja meningkat menjadi 74,05 dengan ketuntasan belajar 66,67%. Hasil belajar siklus II kembali meningkat. Rata-rata nilai tes unjuk kerja adalah 78,81 dengan ketuntasan belajar 85,71%.

Kata Kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, modifikasi bola voli mini.

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan sering dikaburkan dengan konsep lain. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan sering disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan yang sebenarnya. Walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogik.

Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Sudah tentu proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antarpelakunya untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.

Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan adalah bagian dari pendidikan nasional, artinya Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan tidak terfokus pada aspek motoriknya saja, tetapi juga terdapat aspek kognitif dan afektif. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan adalah pendidikan melalui aktivitas yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.

Jadi Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, afektif, psikomotorik serta fisik.

Pada hakekatnya, pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan di sekolah-sekolah umumnya disampaikan dalam bentuk permainan dan olahraga. Materi dan isi pembelajaran hendaknya diberikan secara bertahap sehingga tujuan pokok pembelajaran dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk itu para guru seharusnya memiliki rencana pembelajaran yang didalamnya berisi bekal pengetahuan dan ketrampilan tentang setrategi dan struktur mengajar untuk peningkatan belajar anak.

Kenyataan di lapangan Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan yang ada saat ini belum dikelola sebagaimana mestinya, sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, baik dari segi kognitif, motorik, afektif dan fisik. Model pembelajaran yang tidak sesuai karakteristik anak, tidak ada kreativitas akan membuat anak merasa bosan, sehingga anak tidak bergairah untuk melakukan pembelajaran. Sebagai contoh pada pembelajaran voli. Pembelajaran seringkali tidak sesuai karakteristik anak, sehingga kesenangan anak tidak terfikirkan. Hal tersebut membuat pembelajaran yang kurang maksimal sehingga hasil pembelajarannya juga kurang maksimal.

Maka seorang guru diharapkan bisa memodifikasi dari pembelajaran yang ada agar anak tidak cepat bosan, sehingga anak bergairah dan dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Bukti kurang maksimalnya pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan di SDN Gagaan Kecamatan Kunduran terlihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Pada pembelajaran bola voli, aktivitas belajar siswa masih rendah. Dari aktivitas yang rendah berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah pula. Dari 21 siswa kelas VI SDN Gagaan, ketika dilakukan tes unjuk kerja pada akhir pembelajaran pra siklus, dengan KKM 75 hanya 9 siswa yang tuntas belajar. Sisanya sebanyak 12 siswa tidak tuntas belajar. Nilai rata-rata klasikal adalah 69,52.

Pengembangan pembelajaran permainan bola voli pada Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan melalui modifikasi sangatlah tepat dilakukan, karena selain variasi mengajarnya banyak, penyesuaian terhadap kemampuan anak sehingga mereka tidaklah terlalu bosan mengikuti pembelajaran, termotivasi dan bergairah untuk bergerak. Proses Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan di SDN Gagaan Kecamatan Kunduran kondisinya kurang sesuai karakteristik anak sekolah dasar, permainan-permainan kecil yang mengundang tawa dan perasaan senang yang menjadi karakteristik anak sekolah dasar masih belum digali secara maksimal, sehingga anak kurang aktif, cenderung membosankan, strategi pembelajaran yang dilakukan juga masih senantiasa menggunakan pendekatan drill atau perlakuan terus menurus layaknya pelatihan yang digunakan untuk mencetak seorang atlet, hal itu kurang tepat untuk dilakukan pada pembelajaran penjasorkes untuk siswa Sekolah Dasar (SD) karena tidak mengedepankan proses pada pembelajaran penjasorkes, dan oleh sebab itu pembelajaran permainan bola voli perlu dilakukan modifikasi dan juga perubahan dalam strategi pembelajaran.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:

1.       Bagaimana modifikasi bola voli mini dapat meningkatkan aktivitas siswa pada permainan bola voli bagi siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018?

2.       Bagaimana modifikasi bola voli mini dapat meningkatkan hasil belajar permainan bola voli bagi siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

1.     Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VI SDN Gagaan pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan.

2.     Tujuan Khusus

a.     Meningkatkan aktivitas siswa pada permainan bola voli bagi siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui modifikasi bola voli mini.

b.     Meningkatkan hasil belajar permainan bola voli bagi siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018 melalui modifikasi bola voli mini.

Manfaat Penelitian

a.     Bagi siswa

a.     Dapat meningkatkan aktivitas siswa terhadap materi pelajaran untuk meningkatkan hasil belajarnya.

b.     Dapat memberikan sumbangan bagi siswa dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa pada materi permainan bola voli.

b.     Bagi guru

a.       Guru memiliki kreatifitas dalam mengembangkan modifikasi media pembelajaran untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.

b.       Guru terbiasa menciptakan situasi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

c.     Bagi sekolah

a.     Meningkatkan kualitas pembelajaran di SDN Gagaan

b.     Menambah referensi terutama tentang kreatifitas memodifikasi suatu media pembelajaran untuk mengatasi masalah pembelajaran.

 

 

 

KAJIAN TEORI

Pengertian Pembelajaran

Menurut paham konvensional (Darsono, 2000;24), pendidikan dalam arti sempit diartikan bantuan kepada siswa terutama pada aspek moral atau budi pekerti, sedangkan pengajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik dibatasi pada aspek intelektual dan keterampilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian pendidikan, pembelajaran dan pengajaran mempunyai hubungan yang konseptual yang tidak berbeda, kalau dicari perbedaannya, pendidikan memiliki cakupan yang cukup luas yaitu mencakup baik pengajaran maupun pembelajaran, dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran.

Menurut Darsono (2000:24) pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan terjadi perubahan tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.

Aliran behavioristik mengemukakan bahwa pembelajaran adalah usaha guru terbentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Sedangkan aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari (Darsono, 2000:24).

Pembelajaran adalah suatu proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi (Munif Chatib, 2009). Humanistic dalam Sugandi (2004:9) mendeskripsikan pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Jadi pembelajaran bisa diartikan proses belajar antara dua orang atau lebih yaitu antara guru sebagai pemberi informasi dengan siswa sebagai penerima informasi untuk mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari sesuai dengan minat dan kemampuannya. Menurut Brunner (dalam Nasution, 2000:15), proses belajar dapat dibedakan tiga fase, yakni: informasi, transformasi, dan evaluasi.

Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar peserta didik adalah aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental (Sardiman, 2005:96). Aktivitas belajar adalah serangkaian kegiatan fisik atau jasmani maupun mental atau rohani yang saling berkaitan sehingga tercipta belajar yang optimal. Dalam aktivitas belajar ini peserta didik haruslah aktif mendominasi dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Dengan kata lain dalam beraktivitas peserta didik tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang dijumpai di sekolah-sekolah yang melakukan pembelajaran secara konvensional.

Proses pembelajaran dikatakan efektif bila peserta didik secara aktif ikut terlibat langsung dalam pengorganisasian dan penemuan informasi (pengetahuan), sehingga mereka tidak hanya menerima secara pasif pengetahuan yang diberikan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar tugas guru adalah mengembangkan dan menyediakan kondisi agar peserta didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Menurut Nasution (2000:89), aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas tersebut harus selalu terkait. Seorang peserta didik akan berpikir selama ia berbuat, tanpa perbuatan maka peserta didik tidak berfikir. Oleh karena itu agar peserta didik aktif berfikir maka peserta didik harus diberi kesempatan untuk berbuat atau beraktivitas.

Pengertian Hasil Belajar

Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010:4) belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beeberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah bertambahnya jumlah pengetahuan, adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi, ada penerapan pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan mengaitkan dengan realitas, dan adanya perubahan sebagai pribadi.

Bila terjadi proses belajar, maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik (Sardiman, 2005:9)

Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses artinya dalam belajar akan terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau persoalan, menyimak, dan latihan. Itu sebabnya, dalam proses belajar, guru harus dapat membimbing dan memfasilitasi siswa supaya siswa dapat melakukan proses-proses tersebut. Proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi adanya perubahan tingkah laku siswa yang disebabkan oleh proses-proses tersebut. Jadi, seseorang dapat dikatakan belajar karena adanya indikasi melakukan proses tersebut secara sadar dan menghasilkan perubahan tingkah laku siswa yang diperoleh berdasarkan interaksi dengan lingkungan. Perwujudan perubahan tingkah laku dari hasil belajar adalah adanya peningkatan kemampuan siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Perubahan tersebut sebagai perubahan yang disadari, relatif bersifat permanen, kontinu, dan fungsional (Sri Anitah; 2007:2.5).

Proses belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus diingat, meskipun tujuan pembelajaran itu dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil belajar yang diperoleh mesti optimal. Karena hasil yang baik itu dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain, dan terutama bagaimana aktifitas siswa sebagai subjek belajar.

Menurut Nana Sujana sebagaimana yang dikutip oleh Kunandar (2011:273) hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui jasmani, jasmani adalah kata sifat dengan asal kata jasat yang berarti tubuh atau badan. Dengan pandangan ini maka jasmani berkaitan dengan perasaan, hubungan pribadi, tingkahlaku kelompok, perkembangan mental dan sosial, intelektual serta estetika.

Pendidikan jasmani dilakukan dengan sarana jasmani, yakni aktivitas jasmani yang pada umumnya dilakukan pada tempo yang cukup tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar ketangkasan dan keterampilan, yang tidak perlu terlalu tepat, terlalu halus dan sempurna atau berkualitas tinggi. Agar diperoleh manfaat bagi anak-anak didik mencakup bidang-bidang non fisik seperti intelektual. Sosial, estetika, dalam kawasan-kawasan kognitif maupun afektif (H. Abdul Kadir, 1992:4).

Pengertian pendidikan jasmani olahraga kesehatan adalah proses pendidikan keseluruhan yang mengacu pada aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan fisik yang terangkum dalam kurikulum pendidikan, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jasmani, mental, emosional dan sosial, serta menjadikan manusia yang seutuhnya sehat jasmani dan rohani untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

Pengertian Modifikasi

Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para guru agar pembelajaran mencerminkan developmentally appropriate practice (DAP). Untuk itu DAP yang di dalamnya memperhatikan ukuran tubuh siswa harus selalu menjadi prinsip utama dalam memodifikasi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

Suherman (2000:1) menyatakan inti dari modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar potensi yang dapat memperlancar siswa dalam belajarnya.

Menurut Yoyo Bahagia, dkk (2000:1) esensi modifikasi adalah menganalisa sekaligus mengembangkan materi pembelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial yang dapat memperlancar siswa dalam belajarnya. Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari tingkat yang rendah ketingkat yang lebih tinggi, yang tadinya kurang terampil menjadi terampil.

Permainan Bola Voli Mini

Menurut Poewadarminta (2003:689) bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang dan permainan adalah bermain. Telah diakui kebenarannya bahwa hidup manusia sejak dari kecil tumbuh dengan melewati beberapa macam bentuk pengalaman bermain. Dari mempelajari perkembangan individu manusia beserta sejarahnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan itu ada. Oleh karena itu manusia tumbuh tidak dapat mengelakkan alam permainan. Anak-anak berkembang melewati bermacam-macam permainan sebagai kodrat yang alami (Soemitro 1992:3).

Permainan bola voli adalah memasukan bola kedaerah lawan melewati suatu rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangkan permainan bola itu di daerah lawan. Memvoli artinya memainkan atau memantulkan bola sebelum jatuh atau sebelum menyentuh lantai (M. Yunus 1992: 1).

Dalam hal ini permainan bola voli mini menggunakan tinggi net 2,00 meter dan besar lapangan 12,00 x 6,00 meter. Permainan bola voli mini merupakan salah satu permainan atau cabang olah raga yang ada dalam pembelajaran penjasorkes di Sekolah Dasar.

 

 

Kerangka Berpikir

Kondisi awal, guru sebagai peneliti belum menerapkan modifikasi bola voli mini. Aktivitas dan hasil belajar PJOK materi permainan bola voli pada siswa kelas VI SDN Gagaan Tahun Pelajaran 2017/2018 “rendah”.

Pada siklus I dan siklus II peneliti menerapkan modifikasi bola voli mini. Aktivitas belajar siswa meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa ketika dilakukan tes unjuk kerja di akhir siklus juga mengalami peningkatan.

Hipotesis Tindakan

Dari kerangka berpikir di atas dapat dibuat hipotesis tindakan sebagai berikut:

1.       Melalui modifikasi bola voli mini dapat meningkatkan aktivitas siswa pada permainan bola voli bagi siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018.

2.       Melalui modifikasi bola voli mini dapat meningkatkan hasil belajar permainan bola voli bagi siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Seting dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VI SDN Gagaan. Alasan pengambilan lokasi penelitian di SDN Gagaan karena peneliti saat ini adalah guru mapel PJOK di SDN Gagaan. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan tepatnya pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 dimulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan November 2017.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Gagaan tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 21 anak yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi, dan hasil tes unjuk kerja siswa pada akhir siklus. Data dari sumber data tersebut dibagi menjadi dua yaitu data kualitattif dan data kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan pada penelitian ini meliputi teknik tes dan non tes. Data aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Siklus I dan Siklus II yang dikumpulkan melalui teknik observasi dan wawancara, datanya divalidasi dengan menyusun lembar observasi. Untuk data hasil belajar pada Siklus I dan Siklus II yang dikumpulkan dengan melaksanakan tes unjuk kerja di akhir setiap siklus, agar data yang diperoleh mempunyai tingkat validitas tinggi divalidasi dengan menyusun kisi-kisi tes unjuk kerja. Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data yang diperoleh selama penelitian.

Indikator Keberhasilan

1.       Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PJOK meningkat dari kondisi awal aktivitas belajar rendah menjadi tinggi pada kondisi akhir.

2.       Hasil belajar siswa dalam pembelajaran PJOK meningkat dari kondisi awal 42,86% tuntas belajar menjadi minimal 80% tuntas belajar pada kondisi akhir.

Prosedur Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pra Siklus

Pada pembelajaran pra siklus, siswa yang berkonsentrasi pada materi yang diajarkan sebanyak 6 anak, yang menghormati kepemimpinan wasit sebanyak 7 anak, yang percaya diri dalam pembelajaran sebanyak 5 anak, yang menghargai lawan sebanyak 3 anak, yang menghargai kinerja teman sebanyak 6 anak, yang mau mengakui kesalahan sebanyak 5 anak, yang berusaha memperbaiki kesalahan sebanyak 7 anak, yang bersikap sportif sebanyak 5 anak, mau bekerjasama dalam tim sebanyak 4 anak, dan yang menjaga semangat dalam permainan sebanyak 8 anak. Jumlah skor aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pra siklus adalah 56. Jika dihitung persentasenya adalah 26,67%. Skor tersebut masuk dalam kategori aktivitas belajar “rendah”.

            Hasil belajar siswa pada pembelajaran pra siklus diambil pada saat tes unjuk kerja ketika pembelajaran materi permainan bola voli. Dari hasil tes unjuk kerja, data hasil belajar pada pembelajaran pra siklus dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Data Hasil Belajar Pra Siklus

No

Nilai

f

%

Ket

1.

50

1

4,76%

Tidak Tuntas

2.

55

1

4,76%

Tidak Tuntas

3.

60

3

14,29%

Tidak Tuntas

4.

65

3

14,29%

Tidak Tuntas

5.

70

4

19,05%

Tidak Tuntas

6.

75

5

23,81%

Tuntas

7.

80

3

14,29%

Tuntas

8.

85

1

4,76%

Tuntas

Rata-rata

69,52

 

Pada pembelajaran pra siklus, hasil belajar siswa dengan nilai 50 sebanyak 1 anak, nilai 55 sebanyak 1 anak, nilai 60 sebanyak 3 anak, nilai 65 sebanyak 3 anak, nilai 70 sebanyak 4 anak, nilai 75 sebanyak 5 anak, nilai 80 sebanyak 3 anak, dan nilai 85 sebanyak 1 anak. Jika dihitung rata-ratanya maka rata-rata hasil belajar pra siklus adalah 69,52. Dari 21 siswa kelas VI SDN Gagaan yang tuntas belajar dengan KKM 75 adalah 42,86% (9 siswa) dan sisanya 57,14% (12 siswa) tidak tuntas belajar.

Deskripsi Data Hasil Belajar Siklus I

Pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan pada September 2017. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat diperoleh data tentang data aktivitas belajar siswa. Siswa yang berkonsentrasi pada materi yang diajarkan sebanyak 11 anak, yang menghormati kepemimpinan wasit sebanyak 15 anak, yang percaya diri dalam pembelajaran sebanyak 11 anak, yang menghargai lawan sebanyak 10 anak, yang menghargai kinerja teman sebanyak 12 anak, yang mau mengakui kesalahan sebanyak 11 anak, yang berusaha memperbaiki kesalahan sebanyak 15 anak, yang bersikap sportif sebanyak 10 anak, mau bekerjasama dalam tim sebanyak 10 anak, dan yang menjaga semangat dalam permainan sebanyak 15 anak. Jumlah skor aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pra siklus adalah 120. Jika dihitung persentasenya adalah 57,14%. Skor tersebut masuk dalam kategori aktivitas belajar “sedang”.

Hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I diambil pada saat tes unjuk kerja ketika pembelajaran materi permainan bola voli. Dari hasil tes unjuk kerja, data hasil belajar pada pembelajaran siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5. Data Hasil Belajar Siklus I

No

Nilai

f

%

Ket

1.

55

1

4,76%

Tidak Tuntas

2.

60

1

4,76%

Tidak Tuntas

3.

65

2

9,52%

Tidak Tuntas

4.

70

3

14,29%

Tidak Tuntas

5.

75

8

38,10%

Tuntas

6.

80

3

14,29%

Tuntas

7.

85

2

9,52%

Tuntas

8.

90

1

4,76%

Tuntas

Rata-rata

74,05

 

Pada pembelajaran siklus I, hasil belajar siswa dengan nilai 55 sebanyak 1 anak, nilai 60 sebanyak 1 anak, nilai 65 sebanyak 2 anak, nilai 70 sebanyak 3 anak, nilai 75 sebanyak 8 anak, nilai 80 sebanyak 3 anak, nilai 85 sebanyak 2 anak, dan nilai 90 sebanyak 1 anak. Jika dihitung rata-ratanya maka rata-rata hasil belajar siklus I adalah 74,05. Dari 21 siswa kelas VI SDN Gagaan yang tuntas belajar dengan KKM 75 adalah 66,67% (14 siswa) dan sisanya, 33,33% (7 siswa) tidak tuntas belajar.

Deskripsi Data Hasil Belajar Siklus II

Pembelajaran pada Siklus II dilaksanakan pada Oktober 2017. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat diperoleh data tentang data aktivitas belajar siswa. Siswa yang berkonsentrasi pada materi yang diajarkan sebanyak 19 anak, yang menghormati kepemimpinan wasit sebanyak 18 anak, yang percaya diri dalam pembelajaran sebanyak 16 anak, yang menghargai lawan sebanyak 14 anak, yang menghargai kinerja teman sebanyak 15 anak, yang mau mengakui kesalahan sebanyak 14 anak, yang berusaha memperbaiki kesalahan sebanyak 17 anak, yang bersikap sportif sebanyak 17 anak, mau bekerjasama dalam tim sebanyak 16 anak, dan yang menjaga semangat dalam permainan sebanyak 19 anak. Jumlah skor aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran pra siklus adalah 165. Jika dihitung persentasenya adalah 78,57%. Skor tersebut masuk dalam kategori aktivitas belajar “tinggi”.

Hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus II diambil pada saat tes unjuk kerja ketika pembelajaran materi permainan bola voli. Dari hasil tes unjuk kerja, data hasil belajar pada pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8. Data Hasil Belajar Siklus II

No

Nilai

f

%

Ket

1.

60

1

4,76%

Tidak Tuntas

2.

65

1

4,76%

Tidak Tuntas

3.

70

1

4,76%

Tidak Tuntas

4.

75

7

33,33%

Tuntas

5.

80

5

23,81%

Tuntas

6.

85

2

9,52%

Tuntas

7.

90

3

14,29%

Tuntas

8.

95

1

4,76%

Tuntas

Rata-rata

78,81

Pada pembelajaran siklus II, hasil belajar siswa dengan nilai 60 sebanyak 1 anak, nilai 65 sebanyak 1 anak, nilai 70 sebanyak 1 anak, nilai 75 sebanyak 7 anak, nilai 80 sebanyak 5 anak, nilai 85 sebanyak 2 anak, nilai 90 sebanyak 3 anak, dan nilai 95 sebanyak 1 anak. Jika dihitung rata-ratanya maka rata-rata hasil belajar siklus II adalah 78,81. Dari 21 siswa kelas VI SDN Gagaan yang tuntas belajar dengan KKM 75 adalah 85,71% (18 siswa) dan sisanya 14,29% (3 siswa) tidak tuntas belajar.

Pembahasan

Aktivitas Belajar

Pada pembelajaran pra siklus, sebelum guru memodifikasi pembelajaran bola voli dengan menggunakan bola voli mini, aktivitas belajar siswa “rendah”. Dari hasil pengamatan, skor aktivitas belajar pada pembelajaran pra siklus adalah 56. Jika dikonversikan dalam bentuk persen, nilai tersebut sama dengan 26,67%.

Pada pembelajaran siklus I peneliti menggunakan modifikasi bola voli mini. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran siklus I, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi “sedang”. Data hasil pengamatan menunjukkan skor aktivitas belajar siswa adalah 120 atau 57,14%.

Pembelajaran siklus II kembali menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa. Siswa semakin aktif dalam kegiatan kelompok. Pembagian kelompok dengan anggota jumlah lebih sedikit dari pembelajaran siklus I membuat siswa semakin bersemangat dalam kegiatan kelompok. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran siklus II masuk dalam kategori “tinggi”. Hasil pengamatan menunjukkan skor aktivitas belajar pada pembelajaran siklus II adalah 165 atau 78,57%.

Hasil Belajar

Nilai rata-rata tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus adalah 69,52. Pada siklus I, setelah peneliti menggunakan modifikasi bola voli mini pada pembelajaran, nilai rata-rata nilai tes unjuk kerja siswa meningkat menjadi 74,05. Pada siklus II, nilai rata-rata tes unjuk kerja kembali menunjukkan peningkatan menjadi 78,81.

Selain rata-rata tes unjuk kerja juga terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa. Pada pra siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 9 siswa (42,86%) sedangkan pada siklus I adalah 14 siswa (66,67%). Pada Siklus II ketuntasan belajar siswa kembali meningkat menjadi 18 siswa (85,71%).

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran pada mata pelajaran PJOK materi bola voli melalui modifikasi bola voli mini peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1.        Penerapan modifikasi bola voli mini dapat meningkatkan aktivitas siswa pada permainan bola voli bagi siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018.

2.        Penerapan modifikasi bola voli mini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada permainan bola voli bagi siswa kelas VI SDN Gagaan Kecamatan Kunduran Tahun Pelajaran 2017/2018.

Saran

Saran yang dapat diberikan adalah pembelajaran dengan modifikasi permainan bola voli mini dapat dijadikan alternatif untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung pada siswa melalui bermain dan pengembangan keterampilan serta sikap sportif dan ilmiah yang baik bagi siswa.

Pembelajaran PJOK dengan modifikasi permainan bola voli mini juga dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi sarana dan prasarana yang kurang mendukung di sekolah sehingga dapat diterapkan sebagai variasi pembelajaran bola besar.

Bagi guru PJOK diharapkan dapat mengembangkan model-model permainan bola voli mini yang menarik lainnya untuk digunakan dalam pembelajaran permainan bola besar.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. 2007. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Ateng, Abdul Kadir. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Aussie. 1996. Modifikasi Sarana dan Prasarana Olahraga. Belconen: ACT Australian Sport Commission.B

Bahagia, Yoyo, dkk. (2000). Atletik. Jakarta: Depdiknas.

Dahar, Ratna W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI. Depdiknas: Dirjendikti.

Hartini, Nara dan Siregar, Eveline. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Munif Chatib. 2009. Sekolahnya Manusia. Bandung: Penerbit Kaifa.

Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Poerwadarminta. W.J.S. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Sardiman. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soemitro. 1992. Permainan Kecil. Jakarta: Depdikbud.

Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suherman, Adang. 2000. Dasar-dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.

Suherman, dan Bahagia. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta: Depdiknas.

Tim Bina Kerja Guru. 2004. Pendidikan Jasmani untuk Sekolah Dasar Kelas 6. Jakarta: Erlangga.

Yunus, M. 1992. Bolavoli Olahraga Pilihan. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi