Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Debate
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DEBATE
BAGI SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 KEMADOHBATUR
KECAMATAN TAWANGHARJO KABUPATEN GROBOGAN
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Siti Muntayah
SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan aktivitas siswa dan hasil belajar IPS melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe debate di kelas VI SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VI sebanyak 27 siswa. Pengumpulan data melalui obervasi (non tes) untuk memperoleh data aktivitas siswa, melalui tes untuk memeproleh data hasil belajar, dan dokumentasi untuk memperoleh data sekunder. Penelitian dianggap berhasil apabila siswa telah mencapai SKBM sebesar 75, nilai rata-rata kelas telah mencapai ≥ 75, dan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran telah mencapai lebih dari ≥85%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe debate, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPS siswa di kelas VI Semester II SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari prasiklus sebanyak 12,25 siswa (45,37%) meningkat menjadi 16,75 siswa (62,04%) pada siklus I meningkat menjadi 24,13 siswa (89,35%) pada siklus II. Hasil belajar IPS di SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo pada kegiatan prasiklus dengan nilai rata-rata sebesar 71,41 dan jumlah ketuntasan sebanyak 12 siswa (44,44%). Setelah dilakukan tindakan I, nilai rata-rata pada siklus I sebesar 77,07 dengan jumlah ketuntasan 20 siswa (74,07%). Peningkatan pada siklus II ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 82,85 dan jumlah ketuntasan sebanyak 27 siswa (100,00%).
Kata kunci: keaktifan siswa, hasil belajar, debate.
PENDAHULUAN
Pembelajaran IPS di sekolah dasar telah diberikan sejak kelas 1, dalam pelaksanannya pembelajaran tersebut sering dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran konvensional seperti ceramah dan tanya jawab. Karena guru menganggap mudah dalam menyampaikan pembelajaran yang banyak hafalan. Sebagai dampak dari pembelajaran tersebut siswa mudah bosan, dan malas untuk belajar.
Hal ini juga terjadi di kelas VI SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran 2017/2018, dimana setiap pembelajaran IPS dimulai siswa sudah merasa kurang bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Saat pembelajaran berlangsung siswa tidak menunjukkan respon yang positif terhadap materi pembelajaran yang disampaikan.
Dari hasil pengamatan awal terhadap 27 (dua puluh tujuh) siswa, sebagian besar siswa aktiv dalam mengikuti pembelajaran sebesar 45,37%, artinya sebagian besar belum berpartisipasi aktiv dalam mengikuti pembelajaran IPS. Sebagai dampak kurang aktivnya siswa mengikuti pembelajaran IPS tersebut, hasil belajar siswa rendah, hal ini terbukti dari 27 (duapuluh tujuh) siswa, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 44,4%, dan siswa yang belum tuntas sebanyak 12 siswa atau 55,6%.
Hal ini membuktikan bahwa melalui pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan, tidak dapat mendorong siswa untuk belajar lebih aktiv, dan hasil belajar tidak maksimal. Hal ini disebabkan siswa tidak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Kenyataan tersebut jika pelaksanaan pembelajaran terus menerus menggunakan metode pembelajaran yang sama, maka siswa akan semakin bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran IPS, tentunya hal ini akan berdampak buruk terhadap hasil belajar. Terlebih bagi siswa kelas VI semester II, merupakan waktu yang sangat menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh ujian akhir.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan tindakan khusus untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk belajar secara aktiv. Salah satunya adalah melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe debate, melalui pembelajaran ini siswa dapat menyalurkan ide, gagasan dan pendapatnya, sehingga siswa terpacu untuk berani berbicara dan bertanggung jawab atas pengetahuan yang didapat melalui proses debat.
Penerapan model pembelajaran tersebut merupakan bentuk upaya agar siswa dapat berpartisipasi aktiv sehingga dapat membantu meningkatkan pembahaman siswa terhadap materi pembelajaran, dan dilaksanakan secara berjenjang dalam siklus-siklus penelitian. Dengan demikian tindakan ini sekaligus sebagai bentuk kegiatan pengembangan profesionaal, yaitu kegiatan melakukan penelitain tindakan kelas dengan judul penelitian: Upaya Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Debate Bagi Siswa Kelas VI SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
Rumusan Masalah
Atas dasar permasalahan dan identifikasi masalaha tersebut di atas, maika rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah pembelajaran kooperatif tipe debate dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS di kelas VI SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe debate di kelas VI SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018. (2) Mendeskripsikan hasil belajar IPS melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe debate di kelas VI SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pembelajaran IPS
Menurut Trianto (2010: 171) IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan imterdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya).
Selanjutnya Djahiri (dalam Sapriya, dkk, 2006: 7) mengemukakan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Hasil Belajar
Menurut Sukmadinata (2007: 3) bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan-kemapuan siswa setelah aktifitas belajar yang menjadi hasil perolehan belajar. Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami pembelajaran. Hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; 2) Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi; 3) Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif (Sukmadinata, 2007: 22-23).
Menurut Azwar (2001: 2) berpendapat: “evaluasi berarti penilaian atau pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel perilaku.†Dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi belajar merupakan penilaian yang standar terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam mata pelajaran pada kurun waktu tertentu dalam bentuk nilai (angka).
Pembelajaran Kooperatif Tipe Debate
Metode debat aktif adalah metode yang membantu anak didik menyalurkan ide, gagasan dan pendapatnya. Kelebihan metode ini adalah pada daya membangkitkan keberanian mental anak didik dalam berbicara dan bertanggung jawab atas pengetahuan yang didapat melalui proses debat, baik di kelas maupun diluar kelas (Zaini, dkk, 2008: 38).
Proses debat aktif adalah suatu bentuk retorika modern yang pada umumnya tercirikan oleh adanya dua pihak atau lebih yang melangsungkan komunikasi dengan bahasa dan saling berusaha mempengaruhi sikap dan pendapat orang atau pihak lain agar mereka mau melaksanakan, bertindak, mengikuti atau sedikitnya mempunyai kecenderungan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembicara atau penulis, dengan melihat jenis komunikasinya lisan atau tulisan (Santoso, 2010: 1). Debat merupakan forum yang sangat tepat dan strategis untuk mengembangkan kemampuan berfikir dan mengasah ketrampilan berbicara. Debat juga dapat memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Keaktifan Siswa
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2010: 98). Aktif adalah giat (bekerja dan berusaha), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal dimana siswa aktif. Belajar adalah proses perubahan tingkat laku ke arah yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Kerangka Pemikiran
Model pembelajaran konvensional seperti ceramah dan tanya jawab, tidak dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi aktiv dalam proses pembelajaran, sebagai dampak tidak aktivnya siswa mengikuti pembelajaran, hasil belajar siswa menjadi rendah. Hal ini menunjukkan baha pembelajaran dengan metode tersebut kurang efektif.
Hasil pengamatan prasiklus terhadap 27 (dua puluh tujuh) siswa, siswa yang aktiv dalam mengikuti pembelajaran sebesar 45,37%, dan ketuntasan belajar sebesar 44,4%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPS yang dilaksankaan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan berdampak negatif terhadap aktivitas dan hasil belajar IPS.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka perlu dilakukan langkah perbaikan, yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe debate. Melalui pembelajaran tersebut ide/gagasan siswa dapat dikembangkan melalui perdebatan antara kelompok yang pro dan yang kontra. Guru sebagai fasilitator tinggal menyempurnakan ide/gagasan yang disampaikan oleh siswa. Melalui pembelajaran tersebut siswa akan lebih memahami materi pembelajaran.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas adalah melalui pembelajaran kooperatif tipe debate dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS bagi siswa kelas VI di SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan semester II tahun ajaran 2017/2018 dengan maksimal.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelas VI SD Negeri 2 Kemadohbatur, Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan. Waktu penelitian, dilaksanakan selama 6 (Enam) bulan yaitu pada semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018, tepatnya mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2018.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa Kelas VI SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan berjumlah 27 (dua puluh tujuh). Adapun objek penelitian ini adalah peningkatan aktifitas dan hasil belajar siswa IPS, melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe debate.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah Tes, digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dilakukan sebelum dilakukan tindakan (prasiklus), dan setelah dilakukan tindakan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe debate, dengan menggunakan instrumen berupa soal tes. Non tes, digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik perbandingan, yaitu suatu teknik analisis data dengan membandingkan hasil pengamatan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar IPS sebelum tindakan dilakukan dengan hasil penilaian aktivitas belajar siswa dan hasil belajar IPS setelah dilakukan tindakan. Analisis perbandingan ini dilakukan sejak dilakukan tindakan I (siklus I) sampai tindakan berakhir. Hasil perbandingan digunakan sebagai bahan refleksi.
Indikator Keberhasilan Tindakan
Hasil belajar IPS ditetapkan berdasarkan Standart Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) yang digunakan pada mata pelajaran IPS Kelas VI SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan siswa sebesar 75, dengan demikian penelitian dianggap berhasil apabila seluruh siswa telah mencapai SKBM, dan rata-rata kelas telah mencapai ≥ 75. Selain memenuhi ketentuan hasil belajar, tindakan dianggap berhasil apabila keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran telah mencapai lebih dari ≥85%, artinya 85% dari seluruh siswa telah berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Prosedur Kerja
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan siasat guru dalam mengaplikasikan pembelajaran dengan berkaca pada pengalamnya sendiri atau dengan perbandingan dari guru lain (Tahir 2012: 77). Sesuai dengan pengertian PTK tersebut, maka penelitian ini dilakukan sebagai bentuk siasat guru untuk mengaplikasikan pembelajaran IPS dengan berkaca pada pengalaman sebelumnya, sekaligus untuk mengetahui perkembangan hasil belajar IPS dan aktivitas belajar siswa kelas VI SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan, pada semester II Tahun Pelajaran 2017/2018, setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe debate.
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model Penelitian tindakan yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Arikunto (2006: 83) mengemukakan model penelitian tindakan didasarkan atas konsep pokok bahwa peneltian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah dalam penelitian, yaitu: Perencanaa atau planning, Tindakan atau acting, Pengamatan atau observing, dan Refleksi atau reflecting.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Prasiklus
Pada kegiatan prasiklus, aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS cenderung masih sangat kurang. Hasil pengamatan aktivitas belajar menunjukkan, bahwa siswa yang aktif dalam mengiktu pembelajaran rata-rata sebanyak 12,25 siswa (45,37%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum aktif dalam mengikuti pembelajaran IPS.
Hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian menunjukkan bahwa siswa yang tuntasa baru mencapai 12 siswa (44,44%) dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 27 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 15 (55,56%), nilai rata-rata kelas sebesar 71,41. dilihat dari keaktifan siswa dan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum berjalan dengan efektif. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan upaya perbaikan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe debate.
Kondisi Siklus I
Setelah dilakukan tindakan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe debate terjadi perubahan aktivitas belajar siswa, dimana aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 16,75 siswa (62,04%). Demikian pula dengan hasil belajar siswa berdasarkan ulangan harian, terbukti jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat menjadi 20 siswa atau sebesar 74,07% sedangkan siswa yang belum tuntas turun menjadi 7 siswa (25,93%). Hal ini membuktikan bahwa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe debate, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar.
Kondisi Siklus II
Setelah tindakan dilanjutkan siklus II, yaitu menerapkan metode yang sama seperti siklus I pada materi yang berbeda aktifitas belajar siswa meningkat menjadi 24,13 siswa atau 89,35%. Artinya siswa yang aktiv dalam mengikuti pembelajaran IPS semakin banyak. Demikian pula dengan hasil belajar, berdasarkan ulangan harian yang dilakukan setelah pertemuan pertama dan kedua, jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar terbukti meningkat menjadi 27 atau sebesar 100%, nilai rata-rata kelas mencapai 82,85. Hal ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe debate, dapat meningkatkan hasil belajar IPS dan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa
Pada tahap awal tindakan (prasiklus), guru mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Berdasarkan hasil observsi, siswa kurang aktiv dalam mengikuti pembelajaran, namun setelah dilakukan perubahan metode belajar yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe debate aktivitas siswa menjadi naik. Peningkatan terjadi pada semua indikator. Perbandingan aktivitas belajar prasiklus dengan siklus I dapat diketahui bahwa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe debate siklus I, aktivitas belajar siswa meningkat dari prasiklus sebesar 45,37% meningkat menjadi atau terjadi peningkatan sebesar 16,67%.
Perbandingan aktivitas belajar siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 89,35% (peningkatan sebesar 27,31% dari 62,04% pada siklus I). Perbandingan aktivitas belajar prasiklus dan siklus II dapat diketahui bahwa setelah dilakukan kegiatan pada siklus II, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 89,35% (peningkatan sebesar 43,98% dari 45,37% pada prasiklus).
Perbandingan Hasil Belajar IPS
Perbandingan hasil belajar IPS dari pra siklus ke siklus I dapat diketahui bahwa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe debate pada siklus I dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 71,41 menjadi 77,07, meningkatnya nilai tertinggi dari 71,00 menjadi 84,00, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 12 siswa menjadi 20 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 15 siswa menjadi 7 siswa.
Perbandingan hasil belajar IPS dari siklus I ke siklus II dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe debate siklus II dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 77,07 menjadi 82,85, meningkatnya nilai tertinggi dari 84,00 menjadi 90,00, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 20 siswa menjadi 27 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 7 siswa menjadi 0 siswa.
Perbandingan hasil belajar IPS dari prasiklus ke siklus II dapat diketahui bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe debate peningkatan hasil belajar siswa dari kegiatan prasiklus ke siklus II dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata dari 71,41 menjadi 82,85, meningkatnya nilai tertinggi dari 81,00 menjadi 90,00, meningkatnya jumlah ketuntasan belajar dari 12 siswa menjadi 27 siswa dan menurunnya jumlah siswa yang belum tuntas dari 15 siswa menjadi tidak ada.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa melalui metode pembelajaran kooperatif tipe debate, dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar IPS siswa di kelas VI Semester II SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo. Peningkatan aktivitas belajar siswa dari prasiklus sebanyak 12,25 siswa (45,37%) meningkat menjadi 16,75 siswa (62,04%) pada siklus I (peningkatan sebesar 16,67%). Peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I sebanyak 16,75 siswa (62,04%) meningkat menjadi 24,13 siswa (89,35%) pada siklus II (peningkatan sebesar 27,31%).
Hasil belajar IPS di SD Negeri 2 Kemadohbatur Kecamatan Tawangharjo pada kegiatan prasiklus dengan nilai rata-rata sebesar 71,41 dan jumlah ketuntasan sebanyak 12 siswa (44,44%). Setelah dilakukan tindakan I, nilai rata-rata pada siklus I sebesar 77,07 dengan jumlah ketuntasan 20 siswa (74,07%) dengan demikian terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 5,67 dan jumlah ketuntasan meningkat 8 siswa. Peningkatan pada siklus II ditunjukkan dengan nilai rata-rata adalah 82,85 dan jumlah ketuntasan sebanyak 27 siswa (100,00%). Hal tersebut membuktikan bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata 5,78 dan jumlah ketuntasan meningkat 7 siswa.
Saran-Saran
Untuk Kepala Sekolah
Sebaiknya kepala sekolah tak henti-hentinya menginatkan kepada guru agar selalu menerapkan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan.
Untuk Guru lain
Sebaiknya dalam melaksanakan pembelajaran, guru menerapkan berbagai model pembelajaran yang dapat mendorong partisipasi siswa secara aktif, dan berani mencoba berbagai model pembelajaran asalkan sesuai dengan materi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S., 2007, Tes Prestasi Belajar, Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Santoso, Ardi, 2010, Menang Dalam Debat, Semarang: Elfhar
Sapriya. 2009. Pendidikan IPS, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sardiman, 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja. Grafindo Persada
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Penerbit PT, Remaja Rosdakarya, Bandung
Tahir. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progesif. Jakarta: Kencana.