Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar Melalui Pembelajaran NHT
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR TENTANG FPB DAN KPK MELALUI PEMBELAJARAN NHT
BAGI SISWA KELAS IV SDN 2 BEDINGIN TAHUN 2017/2018
Sukarti
SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan
ABSTRAK
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Matematika materi FPB dan KPK bagi siswa kelas IV SDN 2 Bedingin tahun pelajaran 2017/2018 melalui penerapan model pembelajaran NHT. Penelitian dilakukan di SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Waktu penelitian adalah pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Bedingin yang berjumlah 11 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian kali ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode dokumentasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus dibagi dalam empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data hasil penelitian, pada pembelajaran pra siklus skor aktivitas belajar siswa adalah 1,93 (kurang). Dengan KKM 70, siswa yang tuntas belajar adalah 4 siswa (36,36%). Rata-rata nilai ulangan hariannya 59,09. Pada siklus I, skor aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 2,48 (cukup). Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 7 siswa (63,64%). Rata-rata nilai ulangan harian pada siklus I adalah 68,18. Pembelajaran siklus II kembali menunjukkan peningkatan. Skor aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 2,70 (baik). Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat manjadi 9 siswa (81,82%). Rata-rata nilai ulangan harian siklus II adalah 74,55.
Kata Kunci: aktivitas belajar, prestasi belajar, model pembelajaran NHT
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan dasar merupakan awal untuk jenjang pendidikan selanjutnya, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan sistem pendidikan nasional. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah telah mencanangkan pendidikan dasar 9 tahun, 6 tahun di tingkat Sekolah Dasar dan 3 tahun di tingkat SLTP. Pendidikan dasar memberikan bekal dasar kepada siswa agar mampu mengembangkan kehidupannya dan siap mengikuti pendidikan selanjutnya. Dengan bekal ini diharapkan anak mampu mewujudkan dirinya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia dalam mengembangkan kehidupan disekitarnya.
Mata pelajaran matematika, merupakan mata pelajaran yang membahas masalah tentang kemampuan menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, mengukur dan memahami bentuk geometri, perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari jenjang sekolah dasar guna membekali siswa agar mampu berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi di era globalisasi ini.
Agar siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dalam pelajaran matematika, penulis dituntut mempunyai kompetensi terhadap tugasnya. Salah satunya adalah penulis harus mampu menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran agar siswa tidak menjadi bosan. Mengajak dan menjaga agar siswa tetap belajar adalah tugas penulis dalam rangka menjaga semangat belajar siswa. Tidak hanya terbatas pada seberapa materi yang dikuasainya, hal yang tidak kalah penting untuk dikuasainya yaitu bagimana menggunakan suatu pendekatan tertentu dalam proses pembelajaran. Memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dalam suatu proses belajar berarti penulis sedang mengatur strategi pembelajaran. Adapaun yang dimaksud dengan strategi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Mengenai rendahnya hasil pembelajaran Matematika tentang FPB dan KPK, setelah dilakukan tes tertulis dari 11 siswa, terdapat 7 siswa (63,64%) belum memperoleh hasil yang diharapkan (tuntas). Hanya 4 siswa (36,36%) yang tuntas. Di SDN 2 Bedingin , Kriterira Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran Matematika adalah 70. Sehingga kalau nilai anak kurang dari 70 dinyatakan belum tuntas. Nilai rata-rata tes tertulis adalah 59,09. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari penulis. Penulis sebagai pelaku pendidikan harus bertanggung jawab untuk memperbaiki agar pembelajaran dapat mencapai tujuan dengan baik.
Oleh sebab itu penulis melakukan refleksi, apa yang telah terjadi selama pembelajaran. Sebab materi ini sebagai dasar untuk materi selanjutnya, sehingga bila tidak segera dipecahkan akan semakin tidak baik hasil pembelajaran selanjutnya.
Melihat permasalahan pembelajaran tersebut, guru berinisiatif untuk menetapkan alternatif tindakan untuk memperbaiki prestasi belajar siswa melalui perbaikan model pembelajaran yang digunakan. Dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat diharapkan akan membuat aktivitas belajar siswa meningkat. Seiring dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa diharapkan akan meningkat pula prestasi belajar siswa ketika dilakukan ulangan pada akhir pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang diyakini mampu meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran Numbered Heads Together. Model pembelajaran Numbered Heads Together dipilih karena pada model pembelajaran ini mengedepankan pembelajaran kooperatif. Dengan demikian siswa dituntut aktif dalam kegiatan diskusi dalam kelompok masing-masing. Siswa juga harus menyiapkan diri apabila nomer yang dikenakannya akan ditunjuk guru sebagai wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar mata pelajaran Matematika tentang FPB dan KPK pada siswa kelas IV SDN 2 Bedingin tahun pelajaran 2017/2018?
2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Matematika tentang FPB dan KPK pada siswa kelas IV SDN 2 Bedingin tahun pelajaran 2017/2018?
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika pada siswa kelas IV SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan, sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Meningkatan aktivitas siswa kelas IV SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan dalam pembelajaran Matematika tentang FPB dan KPK dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together.
2. Meningkatan aktivitas siswa kelas IV SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan dalam pembelajaran Matematika tentang FPB dan KPK dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Lebih khusus manfaat yang dapat diambil adalah:
Manfaat Teoritis.
Dapat memberi sumbangan kepada guru dalam perbendaharaan penerapan model pembelajaran sehingga guru dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan pokok bahasan dan tingkat pengetahuan siswa.
Manfaat Praktis
Bagi Siswa
– Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
– Meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Matematika materi FPB dan KPK
– Membuat pengalaman belajar siswa yang menyenangkan dalam pembelajaran
Bagi Guru
– Untuk meningkatkan professionalitas guru sebagai tenaga pendidik.
– Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam bidang penelitian.
– Untuk meningkatkan kinerja guru sesuai tupoksinya sebagai pendidik
– Membantu guru memperbaiki pembelajaran di kelas yang menjadi tanggung jawabnya
Bagi Sekolah
– Meningkatkan mutu atau kualitas sekolah sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada sekolah.
– Dengan PTK dapat menanggulangi berbagai masalah pembelajaran
– Memberi kesempatan sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan
KAJIAN TEORI
Aktivitas Belajar
Belajar memerlukan aktivitas karena belajar adalah perbuatan/kegiatan untuk mengubah tingkah laku. Slameto (2010:113) mengemukakan bahwa kesiapan adalah keseluruhan semua kesiapan kondisi individu yang mebuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban tertentu terhadap suatu situasi.
Menurut Sardiman (2011:96) aktivitas adalah prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar. Sardiman menyatakan bahwa aktivitas belajar ini adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental yang selalu terkait dalam kegiatan belajar. Aktifitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat melainkan dapat juga melakukan percobaan/ekperimen, tukar pendapat, berfikir secara kritis, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar siswa. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar.
Aktifitas ini akan mengakitbatkan suasana kelas menjadi menyenangkan dan kondusif, dan siswa masing-masing siswa dapat melibatkan kemapuannya semaksimal-maksimalnya. Aktifitas yang timbul dari siwa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran banyak jenisnya. Berkenan dengan hal tersebut, Dierich dalam Sardiman (2011: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain: a) Visual activites, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, demontrasi , percobaan, pekerjaan orang lain; b) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi; c) Learning activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato; d) Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin; e) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram; f) Motor activites, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak; g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan; dan h) Emosional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi individu adalah hal-hal yang telah dicapai oleh seseorang yang disebut prestasi belajar (Hamalik, 2001:103).
Menurut Tirtonegoro (2001:43) prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Menurut Syah (2004:132) prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh:
1. Faktor yang berasal internal (dari dalam siswa) yang meliputi fisiologis dan psikologis. Kondisi fisiologis anak meliputi kesehatan dan keadaan anak. Sedangkan kondisi psikologis anak meliputi tingkat kecerdasan / intelegensi siswa, sikap, minat, bakat, dan motivasi.
2. Faktor yang berasal eksternal (dari luar siswa) meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Faktor lingkungan sosial meliputi guru, staf administrasi, teman-teman dan masyarakat. Sedangkan faktor lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah, rumah, alat-alat belajar, cuaca, dan waktu belajar.
Hakikat Matematika
Pengertian matematika menurut Ruseffendi (dalam Endyah Murniati, 2008: 46) adalah matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.
Menurut Johnson dan Rising (dalam Endyah Murniati, 2008: 46) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik: matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan. Menurut Reys (dalam Endyah Murniati, 2008: 46) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Kline (dalam Endyah Murniati, 2008: 46) bahwa matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
Menurut Cornelius dalam Mulyono (2003: 253) mengemukakan perlunya matematika diberikan kepada peserta didik karena matematika merupakan: (a) sarana berfikir yang jelas dan logis, (b) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (c) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (d) sarana untuk mengembangkan kreatifitas, dan (e) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Pembelajaran Matematika di SD
Pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar ada perbedaan karakter antara hakikat anak dengan hakikat matematika. Anak usia Sekolah Dasar sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berpikirnya masih belum formal atau masih berada pada tahapan pra kongkret. Sementara matematika adalah ilmu abstrak, seperti yang dikemukakan oleh Karso, dkk bahwa: “Matematika adalah ilmu yang deduktif, aksiomatik, formal, herarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya, sehingga para ahli matematika dapat mengembangkan sebuah sistim matematika†(Karso dkk, 1998: 1-4).
Dengan adanya perbedaan karakteristik itulah maka seorang guru dituntut untuk mampu menjembataninya. Setiap guru matematika Sekolah Dasar mempunyai tugas yang sangat kompleks, mempunyai pemahaman yang tinggi, memahami cara mengajar yang efektif, menggunakan cara cara pembelajaran matematika, serta memahami dan menerapkan cara memanfaatkan alat bantu pelajaran.
Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends dalam Trianto, 2010: 51). Sedangkan menurut Joyce & Weil (1971) dalam Mulyani Sumantri, dkk (1999: 42) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Menurut Trianto (2010: 53) fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintaks yang satu dengan sintaks yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang menjadi ciri sekolah pada dewasa ini. Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011: 142) istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur.
Model Pembelajaran NHT
Pembelajaran kooperatif model Numbered Heads Together dikemas dalam bentuk permainan karena bermain merupakan pemenuhan suatu kebutuhan mendasar bagi anak-anak serta sesuatu yang sangat menarik (Spencer Kagan, 1992: 66). Aktifitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran Numbered Heads Together memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif learning model Numbered Heads Together sebagai berikut:
1. Peserta didik dibagi dalam kelompok, setiap peserta didik dalam setiap kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dan peserta didik yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerjasama diskusi kelompoknya.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain, dst.
6. Kesimpulan
Kerangka Berpikir
Pada kondisi awal pembelajaran Matematika belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini disebabkan oleh faktor guru dan siswa. Guru cenderung monoton, masih banyak menggunakan metode ceramah; aktivitas belajar siswa kurang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran; siswa masih merasa malu ketika guru meminta siswa untuk tampil di depan kelas karena tidak adanya rasa percaya diri pada diri siswa; guru belum menggunakan media/alat peraga yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran; sehingga hasil belajar siswa rendah.
Kondisi seperti ini membuat peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together. Dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together siswa dapat terlibat dalam pembelajaran sehingga siswa akan lebih aktif dalam diskusi kelompok. Siswa akan berusaha menguasai materi karena adanya sesi presentasi dengan cara penunjukkan nomor sesuai penomoran pada siswa. Melalui model pembelajaran ini diharapkan dapat menambah aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajarnya.
Dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together diharapkan dapat memberikan peningkatan pada keterampilan guru, aktivitas dan prestasi belajar siswa. Selanjutnya dapat memberikan kontribusi atau masukan bagi guru untuk selalu menerapkan pembelajaran inovatif dan menyenangkan agar siswa antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Hipostesis Tindakan
Setelah mengkaji kerangka berpikir yang disusun berdasar berbagai kajian, penulis menentukan hipotesis tindakan dari penelitian ini yaitu:
1. Melalui penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika tentang FPB dan KPK bagi siswa kelas IV SDN 2 Bedingin Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Melalui penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang FPB dan KPK bagi siswa kelas IV SDN 2 Bedingin Tahun Pelajaran 2017/2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Tempat penelitian di SDN 2 Bedingin karena peneliti adalah guru di sekolah tersebut dan mengajar di kelas IV. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan yang berjumlah 11 siswa dengan rincian 3 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil observasi proses pembelajaran dan hasil ulangan harian siswa pada akhir siklus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian kali ini adalah metode observasi, metode tes, dan metode dokumentasi. Data prestasi belajar pada siklus I dan siklus II dikumpulkan dengan melaksanakan ulangan harian di akhir setiap siklus. Agar data yang diperoleh mempunyai tingkat validitas tinggi, sebelum menyusun butir soal untuk ulangan harian siklus I dan siklus II perlu disusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal disusun sesuai dengan materi yang disampaikan dalam Siklus I dan Siklus II. Data aktivitas belajar divalidasi dengan membuat lembar pengamatan sebelum pengamatan dilakukan agar data yang diamati jelas. Data kuantitatif berupa prestasi belajar kognitif, dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan rata-rata nilai ulangan harian. Data kualitatif berupa data hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran pembelajaran melalui model pembelajaran Numbered Heads Together dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.
Model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Matematika materi operasi hitung pecahan pada siswa kelas IV SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan, dengan indikator: (1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan melalui model pembelajaran Numbered Heads Together sekurang kurangnya masuk kategori “baikâ€; (2) Minimal 80% siswa kelas VI SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan mengalami ketuntasan belajar individual dengan KKM ≥ 70 dalam pembelajaran Matematika materi operasi hitung pecahan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas. Untuk mengatasi permasalahan, peneliti menetapkan pelaksanaan tindakan sebanyak dua kali tindakan dalam dua siklus. Adapun langkah-langkah dalam setiap siklus siklus adalah perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Pra Siklus
Deskripsi Aktivitas Belajar Pra Siklus
Aktivitas siswa pada pembelajaran Matematika diperoleh skor rata-rata 1,93. Skor ini masuk dalam kriteria “kurangâ€. Secara lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Kesiapan dalam mengikuti proses pembelajaran (aktivitas emosional). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 1,73. Skor ini masuk kriteria “kurangâ€.
b) Aktif bertanya dan menjawab pertanyaan tentang materi (aktifitas lisan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,18. Skor ini masuk kriteria “cukupâ€.
c) Memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi (aktifitas mendengarkan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 1,82. Skor ini masuk kriteria “kurangâ€.
d) Kelancaran dalam melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti (aktivitas visual). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,18. Skor ini masuk kriteria “cukupâ€.
e) Melibatkan seluruh aktifitas kognitif dan motorik dalam proses pembelajaran (aktivitas mental dan fisik). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 1,73. Skor ini masuk kriteria “kurangâ€.
f) Aktif berdiskusi dalam kelompok (aktivitas lisan dan menengarkan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,23. Skor ini masuk kriteria “cukupâ€.
g) Melaporkan hasil diskusi kelompok (aktifitas menulis dan lisan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 1,77. Skor ini masuk kriteria “kurangâ€.
h) Menanggapi hasil laporan kelompok lain (aktivitas lisan, mendengarkan dan emosional). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,09. Skor ini masuk kriteria “cukupâ€.
i) Merefleksikan hasil kegiatan pembelajaran (aktivitas mental, mendengarkan dan lisan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 1,64. Skor ini masuk kriteria “kurangâ€.
Deskripsi Prestasi Belajar Pra Siklus
Setelah dilakukan ulangan harian pada pembelajaran pra siklus, hasil ulangan harian siswa menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh nilai ulangan 40 sejumlah 2 anak, yang memperoleh nilai ulangan 50 sejumlah 2 anak, yang memperoleh nilai ulangan 60 sejumlah 3 anak, yang memperoleh nilai ulangan 70 sejumlah 3 anak, dan yang memperoleh nilai ulangan 80 sejumlah 1 anak.
Ketuntasan belajar menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 4 siswa (36,36%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 7 siswa (63,64%). Rata-rata hasil ulangan harian pada pembelajaran pra siklus adalah 59,09.
Deskripsi Siklus I
Deskripsi Aktivitas Belajar Siklus I
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajara Matematika menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together pada siklus I diperoleh skor rata-rata 2,48. Skor ini masuk dalam kriteria “cukupâ€. Secara lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Kesiapan dalam mengikuti proses pembelajaran (aktivitas emosional). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,27. Skor ini masuk kriteria “cukupâ€.
b) Aktif bertanya dan menjawab pertanyaan tentang materi (aktifitas lisan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,55. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
c) Memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi (aktifitas mendengarkan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,36. Skor ini masuk kriteria “cukupâ€.
d) Kelancaran dalam melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti (aktivitas visual). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,64. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
e) Melibatkan seluruh aktifitas kognitif dan motorik dalam proses pembelajaran (aktivitas mental dan fisik). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,55. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
f) Aktif berdiskusi dalam kelompok (aktivitas lisan dan menengarkan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,64. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
g) Melaporkan hasil diskusi kelompok (aktifitas menulis dan lisan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,55. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
h) Menanggapi hasil laporan kelompok lain (aktivitas lisan, mendengarkan dan emosional). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,55. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
i) Merefleksikan hasil kegiatan pembelajaran (aktivitas mental, mendengarkan dan lisan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,27. Skor ini masuk kriteria “cukupâ€.
Deskripsi Prestasi Belajar Siklus I
Pada akhir pembelajaran siklus I dilakukan ulangan harian. Ulangan harian dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada pembelajaran siklus I. Hasil dari ulangan harian siklus I menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh nilai ulangan 50 sejumlah 2 anak, yang memperoleh nilai ulangan 60 sejumlah 2 anak, yang memperoleh nilai ulangan 70 sejumlah 4 anak, yang memperoleh nilai ulangan 80 sejumlah 2 anak, dan yang memperoleh nilai ulangan 90 sejumlah 1 anak.
Ketuntasan belajar menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 7 siswa (63,64%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 4 siswa (36,36%). Rata-rata hasil ulangan harian pada pembelajaran siklus I adalah 68,18.
Deskripsi Siklus II
Deskripsi Aktivitas Belajar Siklus II
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajara Matematika menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together pada siklus II diperoleh skor rata-rata 2,70. Skor ini masuk dalam kriteria “baikâ€. Secara lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Kesiapan dalam mengikuti proses pembelajaran (aktivitas emosional). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,55. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
b) Aktif bertanya dan menjawab pertanyaan tentang materi (aktifitas lisan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,64. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
c) Memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi (aktifitas mendengarkan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,45. Skor ini masuk kriteria “cukupâ€.
d) Kelancaran dalam melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti (aktivitas visual). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,91. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
e) Melibatkan seluruh aktifitas kognitif dan motorik dalam proses pembelajaran (aktivitas mental dan fisik). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,82. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
f) Aktif berdiskusi dalam kelompok (aktivitas lisan dan menengarkan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,82. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
g) Melaporkan hasil diskusi kelompok (aktifitas menulis dan lisan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,82. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
h) Menanggapi hasil laporan kelompok lain (aktivitas lisan, mendengarkan dan emosional). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,73. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
i) Merefleksikan hasil kegiatan pembelajaran (aktivitas mental, mendengarkan dan lisan). Menurut hasil observasi yang dilakukan, skor rata-rata yang diperoleh adalah 2,55. Skor ini masuk kriteria “baikâ€.
Deskripsi Prestasi Belajar Siklus II
Pada akhir pembelajaran siklus II dilakukan ulangan harian. Ulangan harian dilakukan untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada pembelajaran siklus II. Hasil dari ulangan harian siklus II menunjukkan jumlah siswa yang memperoleh nilai ulangan 50 sejumlah 1 anak, yang memperoleh nilai ulangan 60 sejumlah 1 anak, yang memperoleh nilai ulangan 70 sejumlah 4 anak, yang memperoleh nilai ulangan 80 sejumlah 3 anak, yang memperoleh nilai ulangan 90 sejumlah 1 anak, dan yang memperoleh nilai ulangan 100 sejumlah 1 anak.
Ketuntasan belajar menunjukkan bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 9 siswa (81,82%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 2 siswa (18,18%). Rata-rata hasil ulangan harian pada pembelajaran siklus II adalah 74,55.
Pembahasan
Aktivitas Belajar
Dari data hasil penelitian pada pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dianalisis tentang peningkatan aktivitas belajar siswa. Data aktivitas belajar menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus. Skor aktivitas belajar siswa pada pembelajaran pra siklus adalah 1,93 (masuk kriteria “kurangâ€). Setelah pembelajaran pada siklus I dengan menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together, aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 2,48 (masuk kriteria “cukupâ€). Pada siklus I ini terdapat 6 (enam) indikator aktivitas belajar siswa yang masuk kriteria “baikâ€. Masih ada 3 (tiga) indikator yang masuk kriteria “cukupâ€. Untuk itu perlu pembenahan pada siklus II agar indikator keberhasilan pada aspek aktivitas belajar dapat tercapai. Pada siklus II, peneliti masih menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together, tetapi pada siklus II pembagian kelompok tidak berdasarkan nomor absen tetapi dengan mempertimbangkan pemerataan kemampuan siswa pada setiap kelompok. Hasil observasi aktivitas belajar pada siklus II setelah dilakukan pengamatan kembali mengalami peningkatan. Dari 9 (sembilan) indikator aktivitas belajar siswa, terdapat 8 (delapan) indikator yang masuk kriteria “baikâ€, dan hanya 1 (satu) indikator yang masuk kriteria “cukupâ€. Secara keseluruhan, rata-rata indikator aktivitas belajar siswa pada siklus II adalah 2,70 (masuk kriteria “baikâ€).
Prestasi Belajar
Untuk prestasi belajar siswa, peneliti juga melakukan perbandingan prestasi belajar pada pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Rata-rata nilai hasil ulangan harian siswa pada pembelajaran pra siklus adalah 59,09. Pada Siklus I rata-rata nilai ulangan harian siswa meningkat menjadi 68,18. Pada Siklus II kembali terjadi peningkatan rata-rata nilai ulangan harian menjadi 74,55.
Ketuntasan belajar menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tingkat ketuntasan belajar pada setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus, siswa yang tuntas belajar adalah 4 siswa (36,36%) sedangkan pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 7 siswa (63,64%). Pada Siklus II kembali terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar yaitu 9 siswa (81,82%).
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan aktivitas belajar Matematika tentang FPB dan KPK bagi siswa kelas IV SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Penerapan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang FPB dan KPK bagi siswa kelas IV SDN 2 Bedingin Kecamatan Todanan Tahun Pelajaran 2017/2018.
Saran
Guru diharapkan untuk lebih aktif dalam meningkatkan keterampilan pembelajaran, menggunakan model pembelajaran yang inovatif yang dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran agar materi yang diajarkan dapat tersampaikan dengan baik. Selain itu dalam pembelajaran membuat siswa hanya duduk diam dalam kelas tanpa melakukan kegiatan fisik lain akan mematikan daya kreatifitas dan berfikir siswa, maka alangkah baiknnya dalam setiap pembelajaran guru selalu mendesain kegiatan supaya siswa dapat berperan langsung dalam pembelajaran dan seluruh indra serta pikiran siswa dapat teraktifkan.
Siswa diharapkan lebih aktif dalam pembelajaran, membangun kebiasaan berpikir, bersikap produktif dan senang dalam mengekplorasi pengetahuan-pengetahuan baru dengan cara yang bisa ditempuh, misal turut menyanggah atau menambahi pendapat siswa, aktif mencari referensi sumber jawaban dari persoalan yang didapat, serta tidak enggan menggerakkan badan dan menggunakan pikiran untuk memahami suatu materi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Bumi Aksara.
Kagan, Spencer. 1992. Cooperative Learning. San Juan Capistrano: Kagan Cooperative Learning.
Karso, dkk. 1998. Materi Pokok Pendidikan Matematika 1. Jakarta: UT
Mulyani Sumantri., dkk. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: UI Press
Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Murniati, Endyah. 2008. Pendidikan dan Bimbingan Anak Kreatif. Yogyakarta: Pedagogia
Mustafiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestas Pustaka Raya
Sardiman.2011.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Rajawali Press
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Surya, HM. 2009. Kapita selekta Kependidikan SD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdaka
Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Group