Peningkatan Hasil Belajar Dengan Model Kooperatif Teknik Mencari Pasangan
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK
MENCARI PASANGAN (MAKE A MATCH) PADA MATA PELAJARAN IPA
DI KELAS V SD GMIH LINA INO KECAMATAN TOBELO TENGAH
Alice Yeni Verawati Wote
Mardince Sasingan
Herlina Sasingan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halmahera
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penigkatan hasil belajar siswa kelas V SD GMIH Lina Ino Kecamatan Tobelo Tengah pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan (Make a Match. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan desain penelitian menggunakan model Kemmis & Taggart yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD GMIH Lina Ino Kecamatan Tobelo Tengah dengan jumlah siswa 36. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan observasi dan teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match menunjukkan adanya peningkatan. Dengan menggunakan media kartu yang dibagikan selama pembelajaran dan pembentukan kelompok untuk mencari pasangan membuat siswa aktif dan antusias sehingga hasil belajarnya meningkat. Tahap pratindakan, presentase hasil belajar yaitu 33,33% dengan rata-rata 59,27. Pada siklus I mengalami peningkatan hasil belajar yaitu presentase ketuntasannya 72,22% dengan rata-rata nilai 64,44 sedangkan pada siklus II presentase ketuntasannya adalah 86,11% dengan nilai rata-rata 75,27. Kesimpulan penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD GMIH Lina Ino Kecamatan Tobelo Tengah.
Kata kunci: Hasil belajar, IPA, Model Make a Match
PENDAHULUAN
Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan berjalan dengan sangat pesat, tentunya hal ini harus diikuti dengan perkembangan kualitas sumber daya manusia. Perkembangan kualitas sumber daya manusia tidak lepas dari perkembangan dan kualitas pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 dikatakan bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dan positif dalam kehidupan sekarang maupun yang akan datang dalam mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (Depdiknas 2008:6)
Proses pembelajaran merupakan komponen pendidikan. Kegiatan tersebut melibatkan peserta didik dan guru. Pada proses pembelajaran terdapat interaksi anatara guru dan siswa sebagai peserta didik. Guru mempunyai peran penting saat berlangsungnya pembelajaran. Tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tidak menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai subjek pembelajaran, sehingga siswa tidak pasif dan dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajari.
Berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran di kelas sangat erat kaitannya dengan proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh guru serta proses dan hasil belajar siswa dalam menerima informasi. Sehingga dalam menyampaikan informasi, pengetahuan dan pengalaman, guru perlu menyampaikan informasi secara utuh agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan benar oleh siswa. Akhirnya, siswa dapat mencapai indikator keberhasilan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Keberhasilan belajar pada setiap jenjang sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada dua macam yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri siswa sendiri, meliputi intelegensi, minat, motivasi, kesehatan dan cara belajar, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri siswa meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (Sugihartono, dkk. 2007:76-77). Tidak tepatnya guru dalam menggunakan model juga akan sangat mempengaruhi keberhasilan pemebelajaran yang diharapkan. Guru hendaknya menyajikan materi dengan model dan metode yang bervariasi dengan dibantu media yang tepat sehingga pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan. Pembelajaran yang berhasil dapat diukur dari nilai yang diperoleh dari perubahan tingkah laku yang dapat dilihat (Kasmadi, 2001:9).
Salah satu tujuan pembelajaran IPA di SD adalah mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perencanaan pembelajaran IPA di SD telah diupayakan agar mencapai tujuan yang diharapkan, namun kenyataan menunjukkan bahwa masih dijumpai kekurangan dalam proses pengajarannya, termasuk masalah di kelas V SD GMIH Lina Ino dalam pembelajaran IPA. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada materi tersebut masih tergolong rendah,sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Jadi jelas pembelajaran IPA menuntut guru untuk senantiasa menggunakan model pembelajaran yang inovatif yang dianggap dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), membuat siswa lebih aktif dan tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran, membangun konsep pengetahuan siswa, membuat siswa mempelajari pelajaran IPA berdasarkan ilmiah, dan model ini juga di harapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa baik kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan kognitif adalah pengetahuan yang mencakup kecerdasan bahasa dan logika siswa. Kemampuan afektif diperoleh siswa dari sikap dan nilai yang mancakup kecerdasan emosional, sedangkan kemampuan psikomotor adalah ketrampilan yang mencakup kecerdasan kinetis, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musical. Kemampuan tersebut dapat diperoleh setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar (Kunandar 2014:62)
Salah satu model pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe make a match. Model pembelajaran make a match merupakan model pembelajaran mencari pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok.Hal ini bertujuan untuk mengenal dan memahami karakteristik masing-masing individu dan kelompok (Djumiati, 2010: 35). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penigkatan hasil belajar siswa kelas V SD GMIH Lina Ino Kecamatan Tobelo Tengah pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan (Make a Match).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD GMIH Lina Ino Kecamatan Tobelo Tengah. Pelaksanaannya di mulai Februari 2018
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD GMIH Lina Ino Kecamatan Tobelo Tengah yang berjumlah 36 orang.
Obyek penelitian ini adalah hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran mencari pasangan (Make a Match).
Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan mengikuti model penelitian secara bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2010:17). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dan 4) Refleksi. Model Kemmis dan Mc Taggart
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa menggunakan rumus Penigkatan hasil belajar dinyatakan dalam nilai rata-rata yang diperoleh melalui langkah-langkah berikut:
Analisis data kuantitatif
Data kuantitatif berupa prestasi belajar IPA dapat dianalisis menggunakan teknik analisis dengan menentukan mean atau rata-rata.
Analisis data kualitatif
Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan sesudah pengumpulan data. Data kualitatif diperoleh melalui analisis lembar observasi yang telah diisi selama proses pembelajaran IPA berlangsung.
Prosedur Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung, (Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 220). Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung atau pengamatan langsung dimana terjadi peristiwa berlangsunya kegiatan. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengamati segala aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match. Pengamatan ini dilakukan berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti.
Hasil dan Pembahasan
Data Hasil Penelitian
Deskripsi Data Sebelum Tindakan Penelitian
Penelitian ini dilakukan karena peneliti menemukan permasalahan yang ada di SD GMIH Lina Ino. Permasalahan yang ditemui adalah masih rendahnya hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA khususnya pada proses pembentukan tanah dan pelapukan. Peneliti menemukan permasalahan berdasarkan hasil dari observasi. Dari hasil observasi yang telah dilakukan selama proses pembelajaran, masih banyak siswa yang belum bisa mengidentifikasi mata pelajaran IPA, siswa masih kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa siswa hanya diam dan tidak ikut menanggapi pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Selain itu metode yang digunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran IPA masih berupa ceramah sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang disampaikan.
Guru menugaskan siswa untuk berdiskusi kelompok dengan anggota yang selalu sama. Pembentukan kelompok juga diserahkan kepada siswa, sehingga siswa cenderung memilih teman yang disukai. Keterampilan guru dalam menyampaikan pertanyaan masih kurang karena siswa yang ditunjuk hanya itu-itu saja. Siswa yang tidak ditunjuk untuk menjawab pertanyaan hanya diam dan tidak ikut menanggapi. Siswa yang aktif menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan hanya didominasi oleh siswa yang pandai saja. Hal ini mengakibatkan perhatian siswa ketika proses pembelajaran IPA kurang maksimal.
Sebelum peneliti melakukan tindakan penelitian, hasil belajar IPA siswa kelas V sudah diketahui melalui proses belajar mengajar. Peneliti ikut serta dalam proses belajar mengajar untuk mengamati jalannya proses pembelajaran sebelum tindakan penelitian. Guru bersama siswa belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada saat melakukan kegiatan pembelajaran IPA. Siswa kemudian diberi tes evaluasi untuk mengetahui hasil belajar IPA.
Hasil Belajar IPA Siklus I
Pada akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan tes evaluasi kepada siswa. Tes evaluasi ini bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dari pembelajaran sebelumnya.
Diperoleh data jumlah siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 65) dan siswa yang belum mencapai nilai KKM. Jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 26 dari 36 siswa kelas V. Sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 10 orang dari 36 siswa kelas V.
Dari perhitungan di atas dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus I adalah 64,44. Siswa yang mencapai nilai KKM ≥65 sebanyak 26 siswa dengan presentase sebesar 72,22% sedangkan siswa yang masih di bawah KKM sebanyak 10 siswa dengan presentase 27,77%.
Deskripsi data Penelitian Siklus II
Pada akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan tes evaluasi kepada siswa. Tes evaluasi ini bertujuan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa dari pembelajaran sebelumnya.
Diperoleh data jumlah siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan siswa yang belum mencapai nilai KKM. Jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 31 dari 36 siswa kelas V. Sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 5 orang dari 36 siswa kelas V.
Nilai rata-rata prestasi belajar IPA siswa kelas V SD GMIH Lina Ino pada siklus II. Nilai rata-rata kelas adalah 75,27. Siswa yang mencapai nilai KKM ≥75 sebanyak 31 siswa dengan presentase sebesar 86,11% sedangkan siswa yang masih di bawah KKM sebanyak 5 siswa dengan presentase 13,88%.
Berdasarkan observasi yang dilakukan sebelum tindakan penelitian, peneliti melihat bahwa siswa kelas V SD GMIH Lina Ino cenderung kurang menyukai pembelajaran IPA. Siswa merasa bosan dengan pembelajaran IPA yang disampaikan oleh guru. Guru lebih sering berceramah dalam menyampaikan pembelajaran. Tidak adanya variasi dalam mengajar menyebabkan siswa kurang tertarik dengan pelajaran yang disampaikan. Guru tidak menggunakan model pembelajaran yang dapat menumbuhkan kreativitas anak terutama model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Akibatnya siswa menjadi pasif selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar IPA siswa kelas V cenderung rendah karena siswa merasa bosan dan menganggap mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang sulit terutama pada materi proses pembentukan tanah dan pelapukan.
Proses belajar sebaiknya dilakukan dengan mengaktifkan siswa selama mengikuti pembelajaran hal tersebut sesuai dengan pernyataan Slameto (2003: 2) yang mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar IPA sebaiknya dilakukan dengan interaksi yang penuh antar siswa dengan siswa dan siswa dengan guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Hasil belajar siswa pada pra siklus mencapai dari 36 orang jumlah siswa. Sedangkan siswa yang berhasil mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) hanya mencapai 12 dari 36 orang. Presentase ketuntasan belajar hanya mencapai nilai 33,33%. Hal tersebut yang mendasari perlu adanya perbaikan yaitu dengan cara guru melakukan variasi dalam pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi proses pembentukan tanah dan pelapukan.
Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match karena sesuai dengan pernyataan (Robert E. Slavin, 2005: 37) yang menyatakan bahwa perilaku yang ditunjukkan ketika berkelompok lebih berkembang daripada perilaku sebagai individu. Selain itu, menurut Mifathul Huda (2013: 253) kelebihan make a match diuraikan sebagai berikut: a) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik; b) model ini akan membuat siswa merasa senang karena terdapat unsur permainan; c) meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari materi pelajaran; d) melatih keberanian siswa untuk tampil menyampaikan presentasi di depan kelas; 5) efektif melatih kedisiplinan siswa menggunakan waktu untuk belajar. Hal tersebut sesuai dengan permasalahan yang terjadi di kelas V yaitu, rendahnya pretasi belajar IPA siswa, kurangya aktivitas siswa selama proses pembelajaran, siswa cenderung pasif selama mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pada proses pembelajaran hendaknya guru dapat membuat siswa menjadi aktif dan lebih termotivasi untuk belajar. Kegiatan pembelajaran misalnnya dapat diisi dengan melakukan permainan karena siswa SD masih berada pada tahap bermain. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Desmita (2012: 35) yang mengatakan bahwa karakteristik anak Sekolah Dasar adalah senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Salah satu model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan di dalamnya terdapat permainan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Melalui model pembelajaran tersebut siswa belajar kemudian dibentuk menjadi kelompok dan bekerjasama mencari pasangan kartu yang berupa kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Kegiatan belajar yang menjadikan siswa aktif dapat berdampak pada prestasi belajar siswa.
Oleh karena itu peneliti berusaha melakukan upaya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD GMIH Lina Ino. untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi proses pembentukan tanah dan pelapukan pada siswa kelas V SD GMIH Lina Ino.
Penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dengan alokasi waktu 2×35 menit setiap pertemuan. Penerapan model kooperatif tipe Make a Match dalam pembelajaran IPA materi proses pembentukan tanah dan pelapukan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Udin Syaefudin Sa’ud (2013: 54) yang mengatakan bahwa pengelolaan kelas yang bervariatif akan membuat siswa lebih bersemangat dalam menuntut ilmu sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Pengelolaan kelas yang bervariatif dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Penggunaan kartu sebagai media permainan mencari pasangan dapat membuat siswa kelas V SD GMIH Lina Ino lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran IPA. Nilai rata-rata siswa dan presentase siswa yang mencapai.
Nilai rata-rata IPA yang terdapat pada kegiatan pra tindakan diperoleh hasil hanya sebesar 59,72 dari 36 orang jumlah siswa. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai mencapai KKM sebanyak 12 orang dari 36 dengan presentase yaitu 33,33%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, diperoleh nilai rata-rata IPA meningkat menjadi 64,44. Siswa yang mendapatkan nilai mencapai KKM sebanyak 26 orang dari 36 dengan presentase sebesar 72,22%. Nilai rata-rata IPA siswa meningkat lagi setelah dilakukan tindakan pada siklus II. Hasil yang ditunjukkan pada siklus II yaitu nilai rata-rata mencapai 75,27. Siswa yang mencapai KKM sebanyak 31 orang dari 36 dengan presentase sebesar 86,11%. Dari 36 siswa, terdapat 5 siswa yang belum mencapai nilai KKM. Berdasarkan diskusi dan pendekatan dengan guru, siswa yang belum mencapai KKM mempunyai latar belakang yang hampir sama. Kesibukan orang tua menyebabkan kurangnya perhatian kepada anak mengenai belajar. untuk itu, dibutuhkan perhatian lebih dari orang tua untuk membantu meningkatkan kembali motivasi belajar siswa.
Berdasarkan perolehan data tersebut, terbukti bahwa telah terjadi peningkatan kualitas pembelajaran IPA kelas V yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar mata pelajaran IPA materi proses pembentukan tanah dan pelapukan pada siswa kelas V SD GMIH Lina Ino menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Hal tersebut didukung oleh pendapat Agus Suprijono (2011: 61) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Pelaksanaan pembelajaran IPA materi proses pembentukan tanah dan pelapukan pada siswa kelas V SD GMIH Lina Ino sudah berjalan cukup efektif. Siswa menjadi lebih aktif dan senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dari tindakan siklus I, diperoleh hasil yang belum optimal. Dari observasi yang dilakukan terhadap kegiatan guru, diperoleh hasil sebesar 43,9 dengan presentase 73,16%. Terjadi peningkatan kegiatan guru setelah dilakukan tindakan pada siklus II. Hal tersebut dibuktikan dari data yang diperoleh yaitu sebesar 50,33 dengan presentase 83,88%.
Observasi yang dilakukan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran IPA menggunakan model kooperatif tipe Make a Match menunjukkan hasil sebesar 1091dengan presentase 7,27%. Dikarenakan observasi yang dilakukan pada siklus I belum mencapai hasil optimal, maka selanjutnya dilakukan tindakan pada siklus II. Pada siklus ke II observasi yang dilakukan terhadap aktivitas siswa menunjukkan hasil sebanyak 1045 dengan presentase 9,36%. Sesuai dengan pernyataan Nur Asma (2006: 12) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam suatu kelompok. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan semangat kerjasama siswa dalam kelompok. Siswa kelas V menjadi lebih aktif selama mengikuti proses pembelajaran IPA materi proses pembentukan tanah dan pelapukan.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II, diperoleh kesimpulan yaitu terjadi peningkatan kegiatan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan Make a Match. Peningkatan tersebut terjadi karena tindakan yang dilakukan pada siklus II bertolak dari refleksi yang terdapat pada siklus I. Sehingga kekurangan yang terjadi pada siklus I telah ditutupi pada siklus II.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di SD GMIH Lina Ino dalam pembelajaran IPA materi proses pembentukan tanah dan pelapukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match telah menunjukkan adanya peningkatan. Ketiga aspek dalam kegiatan pembelajaran yang menunjukkan peningkatan meliputi hasil belajar, kegiatan guru, dan aktivitas siswa. Hal ini dapat membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match mampu meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V materi proses pembentukan tanah dan pelapukan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran penerapan model kooperatif tipe Make a Match terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri GMIH Lina Ino. Pembelajaran IPA menggunakan model kooperatif tipe Make a Match dilakukan melalui permainan mencari pasangan kartu sebagai salah satu cara agar siswa menjadi aktif dan semangat dalam mengikuti pelajaran.
Hal tersebut ditunjukkan dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 75,27. Peningkatan juga terdapat pada jumlah siswa yang mencapai nilai KKM (≥75) meningkat sebanyak 24 orang dengan presentase sebesar 86,11%. Peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA proses pembentukan tanah dan pelapukan ini dikarenakan guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat menjadikan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi siswa sehingga siswa menjadi aktif pada saat proses pembelajaran dan hasil belajar meningkat.
Daftar Pustaka
Agus Suprijono. 2010. Cooperative Learning Teori & PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara
Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Djumiati. 2010. Model Pembelajaran Make a Match. Jurnal Kependidikan Dasar Volume1 Nomor 2, Februari. Semarang.
Kasmadi, Hatono. 2001. Pengembangan pembelajaran dengan Pendekatan Model-Model Pengajaran. Semarang: PT Prima Nugraha Pratama
Kunandar. 2014. Penelitian Autentik Penilaian Hasil belajar Peserta Didik Berdasarkan kurikulum 2013) Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Miftahul Huda. 2013. Model-Model Pengajaran & Pembelajaran. Pustaka Pelajar.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Asdi Mahasatya. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Asdi Mahasatya.
Sugihartono. 2007. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY press.
Udin Syaefudin Sa’ud. (2013). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, SD, SLB, dan TK. Bandung: CV Yrama Widya.