Peningkatan Hasil Belajar Dengan Model Mind Mapping
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DAN BUDI PEKERTI DENGAN MODEL MIND MAPPING
PADA SISWA KELAS X SEMESTER 1 SMA NEGERI 6 MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Murlani
SMA Negeri 6 Kota Madiun
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah (a) mendeskripsikan bagaimana penerapan model pembelajaran Mind Mapping dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Pendidikan Budi Pekerti pada siswa kelas X semester 1 SMA N 6 Madiun tahun ajaran 2019/2020; (b) mendeskripsikan bagaimana hasil belajar dengan model Mind Mapping dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada siswa kelas X semester 1 SMA N 6 Madiun tahun ajaran 2019/2020; (c) mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan Mind Mapping. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus dimana masing-masing siklus ada 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X yang beragama Katolik di SMA Negeri 6 Madiun pada semester I tahun pelajaran 2019/2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) Langkah-langkah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Pendidikan Budi Pekerti model Mind Mapping adalah sebagai berikut: 1) Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; 2) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban; 3) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang; 4) Tiap kelompok mencatat alternatif jawaban hasil diskusi; 5) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru; dan 6) Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan secara bergantian; (b) Ada peningkatan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada siswa kelas X SMA N 6 Madiun Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping; (c) Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Mind Mapping adalah sebagai berikut: (1) Memudahkan kita melihat gambaran keseluruhan, (2) membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan, (3) memudahkan menambahkan informasi baru, (4) pengkajian ulang bisa lebih cepat, (5) setiap peta bersifat unik. Selain memiliki kelebihan, di dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping terdapat beberapa kelemahan yaitu: (1) hanya siswa yang aktif yang terlibat, (2) tidak sepenuhnya siswa yang belajar, dan (3) jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.
Kata kunci: peningkatan hasil belajar, pendidikan agama Katolik dan budi pekerti, model maind mapping.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Having scholarships makes educational costs a great deal more manageable for everyone, including mums. You may apply for no less than 1 scholarship previously so that as you might be waiting to see whether your name is chosen, you may want to benefit from this period and observe whether you can find any additional scholarships which you can qualify to write essay. There are quite a few scholarships offered to numerous students.
Knowing the objective of the scholarship is vital to your own success. Regardless of what scholarship you put in your application for, do not get disheartened if you’re turned down. It truly isn’t a simple matter to compose an essay regarding any topic to make a good comprehension about subject.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
- Bagaimana penerapan model pembelajaran Maind Mapping dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 6 Madiun tahun pelajaran 2019/2020?
- Apakah dengan menerapkan model pembelajaran Maind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 6 Madiun tahun pelajaran 2019/2020?
- Apa kelebihan dan kekurangan model Maind Mapping?
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Salah satu bentuk dan pelaksanaan Pendidikan Agama, adalah Pendidikan Agama yang dilaksanakan secara formal dalam konteks sekolah yang disebut pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, sebagai penerapan ajaran peneguhan Iman. Melalui Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, peserta didik dididik dan dibimbing agar semakin meningkatkan iman terhadap Tuhan sesuai dengan ajaran agama Katolik dan Budi Pekerti dengan tetap memperhatikan dan mengusahakan penghormatan atau beretika terhadap agama dan aliran kepercayaan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan antar umat beragama yang harmonis dalam masyarakat Indonesia yang majemuk demi terwujudnya persatuan nasional.
Hakikat Pendidikan Agama Katolik Dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama Katolik Dan Budi Pekerti adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan pada siswa untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agam Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Tujuan
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama dan kepercayaan.
Hasil Belajar
Hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga domain, yaitu ranah kognitif yang mengarahkan siswa untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan abilitas (fakta, konsep, keterampilan intelektual). Ranah afektif yang mengarahkan siswa mengembangkan kepekaan emosi atau sikap (sikap, nilai, kepercayaan). Ranah psikomotorik yang mengarahkan siswa mengembangkan keterampilan fisik / motorik seperti keterampilan menggunakan alat, keterampilan merangkai kata, dan keterampilan berbicara.
Model Pembelajaran Maind Mapping
Model Pembelajaran Mind Mapping merupakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kreatifitas, keaktifan, daya hafal, pengetahuan dan kemandirian siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Aris Shoimin (2014: 105), Mind Mapping atau pemetaan pikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Sedangkan menurut Michalko dalam Tony Buzan (2013: 2), Mind Map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran linear. Mind Map menggapai ke segala arah dan menangkap berbagai pikiran dari segala sudut.
Karakteristik Model Pembelajaran Maind Mapping
Pada dasarnya metode mencatat ini, barangkat dari hasil sebuah penelitian tentang cara otak memperoses informasi. Semula para ilmuan menduga bahwa otak memperoses dan menyimpan informasi secara linier, seperti metode mencatat tradisional. Namun, sekarang mereka mendapati bahwa otak mengambil informasi secara bercampuran antara gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan dan memisah-misahkan kedalam bentuk linier, misalnya dalam bentuk tulisan atau orasi. Saat otak mengingat informasi, biasanya dilakukan dalam bentuk gambar warna warni, simbol, bunyi, dan perasaan.
Menurut Johan (Mahmuddin, 2009: 4), bahwa langkah-langkah pembelajaran kooperatif Model Mind Mapping yaitu: (1) Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban; (3) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang; (4) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi; (5) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru; dan (6) Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru di papan tulis.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Maind Mapping
Maghfiroh (2009:45 mengemukakan kelebihan Mind Mapping (Peta Pikiran) sebagai berikut: (1) Memudahkan kita melihat gambaran keseluruhan, (2) membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan, (3) memudahkan menambahkan informasi baru, (4) pengkajian ulang bisa lebih cepat, (5) setiap peta bersifat unik. Selain memiliki kelebihan, di dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping terdapat beberapa kelemahan (Santoso, 2011: 5) yaitu: (1) hanya siswa aktif yang terlibat, (2) tidak sepenuhnya siswa yang belajar, dan (3) jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 6 Madiun yang terletak di Jalan Suhud Nosingo No.1 Kota Madiun. Peneliti memilih tempat ini dikarenakan di sekolah ini sebagai tempat praktik pengalaman lapangan peneliti, dan di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Maind Mapping. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 dimulai pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2019.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif yaitu menggambarkan masalah sebenarnya yang ada di lapangan, kemudian direfleksikan dan dianalisis berdasarkan teori menunjang dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan di lapangan. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi kelas dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Arikunto (2014: 58) bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan kelas ini berupa suatu tindakan dengan mengembangkan materi menggunakan program prezi untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil siswa terkait kegiatan proses belajar mengajar di kelas. Penelitian ini diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam upaya memudahkan untuk melihat proses belajar siswa dan Hasil belajar siswa ketika Pendidik menerapkan model pembelajaran Maind Mapping, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Teknik Kuntitatif (Observasi). Observasi partisipasi siswa dilakukan pada saat pembelajaran menggunakan model pembelajaran Maind Mapping guna mengetahui langkah-langkah pembelajaran serta kelebihan dan kekurangannya. (2) Teknik Kualitatif (Tes). Tes dilakukan pada setiap akhir siklus. Hal ini dimaksudkan untuk melihat adanya peningkatan Hasil belajar siswa kelas X di SMA Negeri 6 Madiun. Di setiap akhir siklus siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi dari materi yang sudah dipelajari.
Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dirancang untuk dapat menyelesaikan satu pokok bahasan yang, akan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan atau perbaikan pembelajaran yang ingin dicapai seperti yang digambarkan pada pertanyaan penelitiannya. Untuk dapat melihat peningkatan proses belajar dan hasil belajar siswa mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti siswa Kelas X. Desain penelitian yang dirancang terdiri dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan. (3) observasi/refleksi, dan (4) perencanaan tindakan lanjutan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Setting dan Subjek Penelitian
Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Madiun adalah salah satu sekolah Menengah Atas negeri yang dimiliki, dikelola dan didanai oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang beragama Katolik dengan penyelenggaraan pembelajaran bersamaan dengan siswa yang beragama Islam dan Kristen dengan menempati ruang yang terpisah.
Deskripsi Hasil Penelitian
Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan menerapkan model pembelajaran Maind Mapping di kelas X pada hari Selasa tanggal 27 Agustus 2019 mendapatkan hasil sebagai berikut:
Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Pendidikan Agama Katolik Siklus I
Rentang Nilai | Frekuensi | Prosentase |
10 – 60 | 0 | 0% |
61 – 74 | 4 | 44% |
75 – 80 | 3 | 34% |
≥ 81 | 2 | 22% |
JUMLAH | 9 | 100% |
Dapat dijelaskan bahwa jumlah nilai yang diperoleh pada hasil evaluasi siklus I sebesar 700 dengan nilai rata-rata 77.8 nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90 sedangkan nilai terendah yang diperoleh adalah 70, jumlah siswa yang tuntas sebanyak 5 sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 4 sehingga diperoleh ketuntasan klasikal baru mencapai 44%. Dilihat dari ketuntasan klasikal yang belum mencapai ≥75%, maka pembelajaran dinyatakan belum tuntas oleh karena diperlukan siklus II guna memperbaiki pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Ketidak berhasilan ini disebabkan karena: (1) Siswa baru pertama kali menerima pembelajaran dengan model pembelajaran Maind Mapping. (2) Siswa kurang percaya diri ketika membaca materi Pendidikan Agama Katolik berhadapan. Oleh karena itu pada siklus II guru memotivasi siswa agar: (1) Aktif ikut mengikuti pembelajaran dengan mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru. (2) Tidak tergesa-gesa dalam membaca materi. (3) Banyak berlatih.
Siklus II
Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan menerapkan model pembelajaran Maind Mapping kelas X guna meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolikdan Budi Pekerti dilaksanakan pada hari Selasa, 3 september 2019 mendapatkan hasil sebagai berikut:
Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Pendidikan Agama Katolik Siklus II
Rentang Nilai | Frekuensi | Prosentase |
10 – 60 | 0 | 0% |
61 – 74 | 0 | 0% |
75 – 80 | 6 | 60% |
≥ 81-100 | 3 | 40% |
JUMLAH | 9 | 100% |
Rata-rata hasil evaluasi siklus II sudah mencapai 85.6, nilai terendah yang dicapai adalah 80, nilai tertinggi 100, jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik dengan menerapkan model pembelajaran Maind Mapping sebanyak 9 dan tidak ada yang tidak tuntas sehingga diperoleh ketuntasan klasikal mencapai 100%. Dengan hasil yang dicapai siswa, maka tidak diperlukan untuk dilanjutkan ke siklus III.
Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I dan II maka dapat dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Katolik siswa kelas X SMA Negeri 6 Madiun Tahun Pelajaran 2019/2020 dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran Maind Mapping. Adapun peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada kedua siklus. Prestasi belajar dapat disajikan dalam tabel 4.5 berikut:
Prestasi Belajar Pendidikan Agama Katolik Siklus I dan II
Prestasi Belajar | Siklus I | Siklus II |
Rata-rata | 77.8 | 85.6 |
Nilai Tertinggi | 90 | 100 |
Nilai Terendah | 70 | 80 |
Jumlah Siswa Yang Tuntas | 4 | 9 |
Jumlah Siswa Yang Tidak Tuntas | 5 | 0 |
Ketuntasan Klasikal | 44% | 100% |
Ada kenaikan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II yaitu dari 77.8 pada siklus I meningkat menjadi 85.6 nilai tertinggi juga meningkat dari 90 menjadi 100 di siklus II; nilai terendah meningkat dari 70 menjadi 80 dan jumlah siswa yang tidak tuntas menurun dari 5 menjadi 0; jumlah siswa tuntas meningkat dari 4 menjadi seluruh siswa tuntas sehingga hal ini mempengaruhi ketuntasan klasikal, pada siklus I sebesar 40% meningkat menjadi 100%.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
- Langkah-langkah dalam pembelajaran membaca model pembelajaran Mind Mapping adalah sebagai berikut: (a) Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. (b) Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban. (c) Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang. (d) Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi. (e) Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru. (f) Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru di papan tulis.
- Ada peningkatan hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti pada siswa kelas X SMA Negeri 6 Madiun Tahun Pelajaran 2019/2020 dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping.
- Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Maind Mapping adalah: Kelebihan model pembelajaran Mind Mapping di antaranya adalah: (a) Memudahkan kita melihat gambaran keseluruhan. (b) Membantu otak untuk: mengatur, mengingat, membandingkan, dan membuat hubungan. (c) Memudahkan menambahkan informasi baru. (d) Pengkajian ulang bisa lebih cepat. (e) Setiap peta bersifat unik. Selain memiliki kelebihan. Kelemahan model pembelajaran Mind Mapping di antaranya adalah: (a) Hanya siswa yang aktif yang terlibat. (b) Tidak sepenuhnya siswa yang belajar. (c) Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dibuat oleh peneliti, maka saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
- Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, maka mengajar Pendidikan Agama Katolik Dan Budi Pekerti dapat menggunakan model pembelajaran Mind Mapping, karena model pembelajaran Maind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
- Bagi peneliti lain hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Surhasimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Asrori, Mohammad, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Wacana Prima.
Ibrahim, 2010. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press
Isjoni. 2012. Saatnya Pendidikan Kita Bangkit. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemendikbud 2016, Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMA.
Lampiran KI.KD Permendikbud No.24 tahun 2016. http://wbgfiles.worldbank.org/documents/hdn/ed/saber/supporting_doc/EAP/Teachers/Indonesia/16.%20AGAMA%20KATOLIK DAN BUDI PEKERTI%20SD.pdf / 30 Agustus 2019.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SMA/SMK Kelas X/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.– Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014.
Slavin, Robert. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice (second edition). Needham Heights, Massachusetts: A Simon & Schuster Company