PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA

DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING (PETA PIKIRAN) PADA MATERI PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN SISWA KELAS VI SEMESTER GANJIL SDN 2 NGLANGITAN KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

TAHUN AJARAN 2014/2015

Ciptorini Praptiningtyas

Guru Kelas VI SDN 2 Nglangitan

ABSTRAK

Kegiatan pembelajaran IPA dikelas VI SDN 2 Nglangitan Tunjungan Blora masih menggunakan metode pembelajaran konvensional,yaitu ceramah,Tanya jawab,yang pertanyaannya kurang dapat melatih siswa untuk berpikir kritis,dengan penugasan yang cenderung monoton. Sehingga mengakibatkan rendahnya nilai hasil belajar siswa khususnya pada materi perkembangbiakan tumbuhan.Sehingga diperlukan sebuah teknik yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa secara optimal yaitu menggunakan model pembelajaran mind mapping(peta pikiran). Rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah: 1) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VI semester ganjil SDN 2 Nglangitan pada materi perkembangbiakan tumbuhan dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping(peta pikiran) dan 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Mind mapping pada materi perkembangbiakan tumbuhan siswa kelas VI semester ganjil SDN 2 Nglangitan , Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI semester ganjil SDN 2 Nglangitan dengan menggunakan model pembelajaran Mind mapping (peta pikiran) dan 2) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (peta pikiran) siswa kelas VI semester ganjil SDN 2 Nglangitan. Penelitian dilaksanakan di kelas VI SDN 2 Nglangitan Tunjungan Blora pada tanggal 7 Oktober 2014 sampai 23 Oktober 2014 tahun ajaran 2014/2015,dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian menggunakan model penelitian versi Kemmis & Mc Taggart, dimana terdiri dari empat tahap. Penelitian tindakan yang dilaksanakan terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing terdiri dari empat langkah utama yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.Aktivitas siswa pada pembelajaran secara klasikal pada siklus I sebesar 71,02% , Sedangkan pada Siklus II sebesar 89,08%.Hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I sudah mencapai standar ketuntasan yang ditentukan dengan ketuntasan klasikal sebesar 95,24%.Revisi perencanaan dan tindakan di lakukan agar terjadi peningkatan hasil belajar siswa dan keaktifan dalam kerja kelompok serta ketepatan dalam membuat catatan dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping (peta pikiran). Pada siklus II hasil belajar secara klasikal diperoleh sebesar 95,24%. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran mind mapping (peta pikiran) berjalan dengan baik dan model pembelajaran mind mapping (peta pikiran) dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk meningkatkan hasil belajar siswa.Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping (peta pikiran) untuk siklus I ke siklus II mengalami peningkatan.Pembelajaran dengan model pembelajaran mind mapping (peta pikiran) siswa berhasil mencapai ketuntasan hasil belajar sebesar 95,24%. Penerapan model pembelajaran Mind Mapping(Peta pikiran) cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa maka sebaiknya guru perlu mensosialisasikan terlebih dahulu dan memberikan pelatihan sebelum menerapkan model pembelajaran Mind mapping (peta pikiran) dalam pembelajaran agar siswa tidak bingung selama pelaksanaan dan juga perlu diperhatikan dan juga sebaiknya untuk pokok bahasan yang menuntut siswa menghafal

Kata kunci: hasil belajar, IPA, Mind mapping (peta pikiran), perkembangbiakan tumbuhan


PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep – konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2008:147). Pendi-dikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2008:106).

Dari hasil pra siklus yang dilakukan peneliti terhadap siswa kelas VI SDN 2 Nglangitan, diketahui bahwa hasil ulangan harian siswa pada pokok bahasan perkembangbiakan tumbuhan bisa dikata-kan rendah karena masih ada siswa yang nilainya dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SDN 2 Nglangitan.Adapun rincianya nilai mata pelajaran IPA semester I adalah sebagai berikut, yaitu dari 21 siswa 9 anak mendapatkan nilai diatas 67 yaitu dan sisanya masih mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan di SDN 2 Nglangitan yaitu 67.

Salah satu penyebab rendahnya rendahnya kualitas pendidikan IPA di SDN 2 Nglangitan saat ini berkaitan dengan pembelajaran yang diterapkan di kelas. Pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada umumnya pembelajaran Konvensio-nal, yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Padahal Dewey (dalam Dimyanti dan Mudjiono, 1999:44) mengemukakan, bahwa belajar menyang-kut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sebagai pembim-bing dan pengarah.Selain itu penyebab rendahnya kualitas pendidikan IPA yaitu banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa. Setiap mata pelajaran mempunyai informasi-informasi penting yang harus diingat dan dipahami oleh siswa termasuk mata pelajaran IPA. Dalam proses pembelajaran siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian, kemudian informasi itu akan diolah oleh siswa.

Proses pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak. Dalam pembelajaran informasi yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan. Informasi-informasi yang disampaikan oleh guru merupakan informasi penting yang harus selalu diingat oleh siswa. Informasi yang dapat diingat dengan baik biasanya berupa hal-hal yang diulang-ulang. Guru tidak akan mengulang informasi yang disampaikan, jika siswa sudah mengerti informasi tersebut. Oleh karena itu siswa memerlukan alat yang dapat digunakan untuk mengingat kembali informasi yang berupa materi pelajaran. Alat tersebut berupa catatan. Mencatat merupakan salah satu aktivitas siswa. Bentuk catatan yang sering digunakan oleh siswa yaitu bentuk catatan outline tradisional. Catatan bentuk outline tradisional yaitu catatan dalam bentuk linier panjang yang mencakup seluruh isi pelajaran, sehingga catatan terlihat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghi-langkan topik-topik utama yang penting dan kaitan-kaitan antar gagasan dari materi pelajaran.

Untuk membantu siswa meningkat-kan daya ingat dibutuhkan suatu teknik mencatat yang efektif dan catatan yang dihasilkan tidak membosankan. Salah satu teknik mencatat yang efektif adalah model pembelajaran Mind Mapping (peta pikiran). Menurut Deporter (dalam Meutia Ed, 2008: 153), Mind Mapping (peta pikiran) adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membuat kesan. Teknik ini dapat mengaktifkan kedua belah otak yaitu otak kiri dan kanan. Peta pikiran ini juga menggunakan pengingat-pengingat visual seperti gambar, simbol, bentuk-bentuk dan lainnya, sehing-ga otak akan lebih mudah mengingatnya. Selain itu, pada teknik ini juga digunakan prasarana grafis seperti pensil warna, sehingga catatan yang dihasilaakn akan lebih menarik, menyenangkan, dan dapat memancing minat siswa untuk belajar melalui catatan yang mereka buat. Pembelajaran IPA dengan model pembela-jaran Mind Mapping (peta pikiran) akan menunjukkan kreatifitas siswa dalam membuat catatan. Catatan yang dibuat sesuai dengan kreativitas masing-masing siswa yang akan memberikan motivasi untuk mempelajari kembali catatan yang mereka buat.

Dari uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) Pada Materi Perkembangbiakan tumbuhan Siswa Kelas VI Semester Ganjil SDN 2 Nglangitan Kecamatan Tunjungan Kabupa-ten Blora Tahun Ajaran 2014/2015”.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan adanya permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VI semester ganjil SDN 2 Nglangitan Kecamatan Tun-jungan Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015 dalam pembelajaran IPA pada materi Perkembangbiakan Tum-buhan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran)?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil bela-jar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran)pada materi Perkembangbiakan Tumbuhan siswa kelas VI Semester Ganjil SDN 2 Nglangitan Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015?

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mening-katkan aktivitas belajar siswa kelas VI Semester Ganjil SDN 2 Nglangitan Keca-matan Tunjungan Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015 dalam pembelajaran IPA pada materi Perkembangbiakan Tumbuhan dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran), 2) Untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) pada materi perkembangbiakan tumbuhan manusia siswa kelas VI Semestrer Ganjil SDN 2 Nglangitan Kecamatan Tunjungan Kabupa-ten Blora tahun ajaran 2014/2015.

TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) me-rupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta meng-gunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi, IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepat dan prosedur benar), dan produk (kesimpulan betul) (Sutrisno, 2007:1-19).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ber-hubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2008:147).

Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mem-peroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya. Namun demikian, tidak semua perubahan tingkah laku dapat diartikan ke dalam belajar. Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku kearah positif.

Dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian dalam proses pembelajaran nantinya guru harus bisa mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemam-puan berpikir siswa serta dapat mening-katkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Informasi yang diperoleh oleh siswa dalam bentuk materi pelajaran akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingat-an. Siswa menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar menja-di sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang. Membuat catatan membutuhkan pikiran, jadi tidak sama dengan menyalin (slameto, 2003:82). Catatan merupakan ringkasan/rangkuman yang berisi gambar-an garis besar materi pelajaran sehingga memerlukan pemikiran, sedangkan menya-lin hanya merupakan kegiatan menulis yaitu memindahkan tulisan sehingga tidak memerlukan pemikiran.

Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasa-kan. Tujuan mencatat adalah membantu mengingat informasi yang tersimpan dalam memori. Tanpa mencatat dan mengulang informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan. Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran dan kaitan-kaitan antar gagasan.

Tujuan dari mencatat adalah mendapatkan poin-poin kunci atau gagasan utama dari suatu materi pelajaran. Catatan yang baik dan efekltif adalah catatan yang membantu siswa untuk mengingat poin-poin kunci dan kaitan-kaitan antar gagasan suatu pelajaran. Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan, dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan mengsailkan arti yang dipahami.

Mind mapping (peta pikiran) ini diilhami oleh teori belajar asimilasi kognitif (supsumption) milik David P. Ausubel yang mengatakan bahwa belajar bermakna (meaningful learning) terjadi dengan mudah apabila konsep-konsep baru dimasukkan ke dalam konsep-konsep yang lebih inklusif (Munthe, 2009:17). Dengan kata lain suatu proses pembelajaran dapat dikatakan bermakna apabila siswa dapat mengasimi, mengaitkan pengetahuan yang ia miliki sebelumnya dengan pengetahuan baru yang ia dapatkan.

Mind mapping (peta pikiran) adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakana citra visual dan prasarana grafis lain untuk membuat kesan (Deporter, 2001:153). Selain itu Nasution (2008:109) mengemukakan bahwa Mind map (peta pikiran) juga menunjukkan bagaimana seorang siswa membuat tafsiran.Apakah siswa mengelompokkan fakta-fakta, mencari perbedaan dan hubungan, atau mencari kesimpulan. Dengan gaya belajar menggunakan Mind map (peta pikiran) ini siswa akan mengetahui cara belajar yang efektif, efisien dan menyenangkan.

Pada proses pembelajaran yang menentukan hasil belajar siswa adalah aktivitas siswa. Karena seorang siswa akan berpikir selama dia berbuat, tanpa berbuat maka siswa tidak akan berpikir. Diendrich (dalam Nasution, 1995: 91) membuat suatu daftar yang berisi tentang berbagai macam kegiatan siswa yang dapat dikelompokkan ke dalam 8 aktivitas adalah 1) Visual activities, 2) Oral activities, 3) Listening activities, 4) Writing activities, 5) Drawing activities, 6) Motor activities, 7) Mental activities, 8) Emotional activities.

Berdasarkan pengklasifikasian akti-vitas belajar, maka dapat dilihat bahwa aktivitas siswa disekolah sangat bervariasi. Oleh karena itu, guru harus dapat membangkitkan aktivitas-aktivitas tersebut di atas dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Pada penelitian ini aktivitas yang diamati adalah kegiatan-kegiatan menulis. Menulis yang dimaksud adalah mencatat dengan teknik Mind Mapping (peta pikiran) sehingga yang diamati adalah aktifitas siswa dalam membuat catatan dengan teknik Mind Mapping (peta pikiran) yang meliputi menulis gagasan utama, menambahkan cabang, memberi kata kunci, menambahkan simbol dan memberikan penekanan.

Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya atau pada hakikatnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah melakukan belajar yang biasanya ditunjukkan berupa nilai atau skor. Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Nglangitan Kecamatan Tunjungan Kabu-paten Blora tahun ajaran 2014/2015. Waktu pelaksanakan penelitian ini direnca-nakan pada tahun pelajaran 2014-2015.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 Nglangitan Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora tahun ajaran 2014/2015, sejumlah 21 orang siswa, yang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena hasil dari penelitian akan berupa kata–kata mengenai hasil belajar dari pe-laksanaan teknik Mind Mapping (peta pikiran) dan aktivitas siswa. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun kelompok, berguna untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan (Syukri, 2008:2.29).

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu penyelidikan atau kajian secara sistematis dan terencana yang dilakukan oleh praktisi (guru) untuk memperbaiki pembelajaran di kelasnya dengan jalan mengadakan perbaikan atau perubahan dan mempelajari akibat yang ditimbulkannya (Sunardi, 2008:3). McNiff (dalam Sunardi, 2008:7) menegaskan bahwa dasar utama dalam pelaksanaan PTK adalah untuk perbaikan. Makna perbaikan disini adalah dalam konteks pembelajaran khususnya dan implementasi sekolah pada umumnya. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan melakukan diagnosis keadaan, kemudian dicobakan dan dievaluasi yang selanjutnya dilakukan refleksi.

Rancangan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah model skema Kemmis dan Mc Taggart, yaitu model skema yang menggunakan prosedur kerja yang dipandang sebagai suatu siklus spiral. Siklus ini terdiri dari empat fase yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang kemudian diikuti siklus spiral berikutnya (Sunardi, 2008:13). Keempat fase tersebut merupakan suatu siklus dalam sebuah penelitian tindakan kelas yang digunakan dengan menggunakan bagan spiral.

Data penelitian yang akan dikumpulkan pada penelitian ini adalah 1) Kegiatan guru dalam menerapkan teknik Mind Mapping (peta pikiran), 2) Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, 3) Konsepsi akhir siswa berupa hasil tes dan hasil karya siswa.

Dalam penelitian ini teknik pe-ngumpulan data berfungsi untuk menda-patkan data yang valid sebagai penunjang keberhasilan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, wawancara dan dokumen-tasi.

Data yang dianalisis dalam peneli-tian tindakan kelas ini adalah data yang didapat dari observasi dan tes dari kemampuan membaca siswa sebelum dan sesudah diterapkannya tindakan. Analisa data yang digunakan adalah analisa data kuantitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Pelaksanaan Siklus I

Berdasarkan hasil Observasi, aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus I masih kurang maksimal siswa masih kurang berani untuk mengemukakan pendapat dan bertanya, dalam berkelom-pok masih ada siswa yang tampak bermain sendiri dan mengobrol bersama temannya. Pada kegiatan presentasi siswa masih terlihat malu-malu dalam menyampaikan pendapatnya dan mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan teman-temannya sehingga mereka membutuhkan lebih banyak motivasi dan bimbingan dari guru.

Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus 1 yaitu berbicara 57,14%. Bekerjasama 74,60%, sedangkan presentasi mencapai 68,25%. Sedangkan aktivitas siswa dalam membuat catatan Mind mapping (Peta Pikiran) untuk menulis gagasan utama sebesar 90,47%. Menulis gagasan utama merupakan unsur yang paling mudah karena siswa sudah banyak yang mengerti,sedangkan menam-bahkan cabang mencapai 68,25% disini kebanyakan siswa masih belum memberi-kan warna yang berbeda pada tiap cabangnya. Untuk Persentase unsur menambahkan simbol jauh dibawah unsur yang lain yaitu sebesar 33,33%. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan siswa terhadap simbol yang harus diberikan. Un-sur menuliskan kata kunci mencapai men-capai 96,82%. Sedangkan unsur memberi-kan penekanan yaitu sebesar 79,36% masih ada siswa yang lupa untuk memberikan penekanan pada catatan Mind Mappingnya.

Berdasarkan analisis terhadap tes akhir siklus I, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) belum tuntas. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada tes akhir siklus I sebesar 71,42% dari siswa yang telah mendapatkan nilai ≥ 67. Terbukti bahwa persentase ketuntasan siswa secara klasikal belum tuntas, sebab mencapai < 75% siswa yang telah tuntas belajarnya dari jumlah siswa keseluruhan. Berdasarkan data tersebut (lampiran R) terdapat 6 orang yang belum tuntas dalam evaluasi akhir siklus 1.

Hasil dari kegiatan siklus I ini dapat digaris bawahi bahwa proses belajar mengajar dengan terknik Mind Mapping (Peta pikiran) sudah dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI belum tuntas dan aktivitas belajar siswa belum maksimal. Oleh karena itu perlu adanya tindakan perbaikan dan penyempurnaan yang mengacu pada kekurangan yang terjadi dan hal-hal lain yang belum terlak-sana pada siklus I sehingga diharapkan hasilnya akan lebih optimal.

Pelaksanaan Siklus I

Berdasarkan hasil observasi aktivi-tas siswa pada siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Siswa dapat berinteraksi dengan kelompoknya secara baik, siswa juga terlihat berani untuk menyampaikan pendapatnya dalam kegiatan presentasi, dan yang terakhir adalah siswa mampu menyelesaikan atau memecahkan tes akhir sendiri meskipun masih ada beberapa siswa yang bertanya kepada guru dan siswa lain.

Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 dan 2 yaitu Berbicara 82,53% bekerjasama 90,47% persentasi 79,36%, menulis gagasan utama 100% menambahkan cabang 95,23%,menuliskan kata kunci 100% menambahkan simbol 73,01%, sedangkan untuk memberi penekanan 92,06%.

Berdasarkan analisis observasi akti-vitas guru pada siklus II diperoleh persentase aktivitas guru sebesar 93,33% Hal-hal yang perlu dibenahi pada siklus I sudah diperhatikan dan dilaksanakan yaitu guru membuka pelajaran dengan baik dan jelas, selalu memotivasi dan membimbing siswa dalam kelompok, menyampaikan maksud dari lembar soal dan LKS yang dibagikan dengan jelas, membimbing siswa dalam persentasi dan pada akhir pelajaran guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran, hal ini bertujuan untuk memu-dahkan siswa mempelajarinya kembali dirumah.

Berdasarkan analisis terhadap siklus II ketuntasan hasil belajar lebih baik dari siklus I. Hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan secara klasikal. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 95% pada tes akhir siklus II (Lampiran R). Terbukti bahwa ketuntasan secara telah tuntas belajarnya karena telah mencapai ≥ 75% siswa yang telah tuntas belajarnya dari jumlah siswa keseluruhan. Berdasarkan data tersebut terdapat siswa yang belum tuntas belajar pada siklus II sebanyak 1 orang. Dengan hasil tes mencapai 95% menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan dan pembelajaran pada siklus II ini berhasil. Hal ini ditujukkan oleh hasil analisis tesakhir yaitu untuk siklus I persentase yang dicapai sebesar 71,4% sedangkan untuk siklus II persentase ketuntasan hasil belajar menjadi 95,24%.

Dari uraian di atas terlihat aktivitas siswa dan hasil tes akhir siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian pembelajaran IPA dengan menggunakan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan siswa menjadi aktif.

Analisis Data

Hasil analisis data ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa dari 21 siswa yang mengikuti evaluasi akhir siklus I, terdapat 15 siswa yang tuntas secara perorangan dan siswa yang tidak tuntas secara perorangan sebanyak 6 siswa. Sehingga diperoleh persentase ketuntasan hasil belajar secara klasikal melalui teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) pada siklus I sebesar 71,42%.

Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 21 siswa yang mengikuti evaluasi akhir siklus terdapat 20 orang siswa yang tuntas secara perorangan dan siswa yang tidak tuntas secara perorangang sebanyak 1 orang. Sehingga dapat diperoleh persen-tase ketuntasan hasil belajar secara klasikal dengan menggunkan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) pada siklus II sebesar 95,24%. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini dinyatakan selesai.

Hasil wawancara terhadap siswa terdapat pada lampiran U menunjukkan sikap antusias dalam belajar dan siswa merasa senang pada saat mencatat menggunakan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran). Secara umum teknik mencatat menggunkan Mind Mapping (Peta Pikiran) ini memudahkan siswa dalam mengelolah informasi atau materi yang didapatkan, selain itu siswa juga merasa senang dan antusias pada saat mencatat dengan menggunkan Mind Mapping (Peta pikiran) karena siswa bisa berkreasi dan menyalur-kan hobi siswa dalam menggambar.

Temuan Peneliti

Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian mulai dari tindakan pendahuluan sampai pelaksanaan siklus I dan siklus II, dapat diperoleh beberapa temuan. Bebera-pa temuan selama pembelajaran menggu-nakan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) adalah sebagai berikut:

1. Selama pembelajaran dengan meng-gunkan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran), siswa terlihat begitu antusias dalam membuat catatan peta pikiran, karena siswa dapat mengeluarkan kreativitasnya dalam membuat peta pikiran.

2. Dari hasil observasi siklus I, siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat catatan Mind Mapping (Peta Pikiran) dalam hal menambahkan simbol dan siswa masih lupa untuk membrikan warna yang berbeda untuk tiap cabangnya dan ada beberapa siswa yang membuat peta pikiran yang tidak sesuai dengan pelatihan.

3. Dari hasil wawancara dengan siswa yang memperoleh nilai tertinggi dan terendah pada siklus I dan II dapat diketahui bahwa belajar dengan menggunkan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) menyenangkan.

Pembahasan

Pelaksanaan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) pada pokok bahasan perkembangbiakan tumbuhan di kelas VI SDN 2 Nglangitan dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Pada awal pembelajaran masih ada siswa yang membuat peta pikiran tidak sesuai dengan pelatihan yang diberikan sebelum pembelajaran dilaksana-kan. Hal ini dapat dilihat dari hasil dokumentasi catatan Mind Mapping (Peta Pikiran) siswa. Selain itu masih ada siswa yang bertanya mengenai salah satu langkah dalam pelaksanaan peta pikiran dan kelengkapan peta pikiran yang kurang tepat.

Dalam membuat catatan Mind Mapping (Peta Pikiran) siswa rata-rata masih mengalami kesulitan dalam hal penggunaan simbol pada catatan mereka, tetapi setelah diberikan penjelasan mereka lebih mengerti. Meskipun masih ada siswa yang belum mengerti dan juga siswa kebanyakan masih lupa bahwa untuk menambahkan cabang warna yang digunakan harus berbeda-beda, tapi pada pertemuan selanjutnya siswa rata-rata sudah mengerti.

Setelah melaksanakan tindakan pendahuluan dilanjutkan dengan pelaksa-naan pembelajaran dengan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran). Setelah pertemuan I dan II selesai pada setiap siklusnya maka pertemuan selanjutnya diisi dengan Evaluasi akhir siklus. Pada evaluasi akhir Siklus I ini diikutu oleh 21 orang siswa. Dari 21 orang siswa terdapat 15 orang siswa yang sudah ketuntasan perorangan dan 6 orang siswa yang belum mencapai ketuntasan perorangan. Sedangangkan ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I adalah sebesar 71,42%. Walaupun siklus I belum dikatakan berhasil, siklus II dilaksanakan untuk membuktikan bahwa catatan dalam bentuk peta pikiran dapat digunakan pada sub pokok bahasan yang lain dan untuk lebih memantabkan teknik mencatat dengan Mind Mapping (Peta Pikiran).

Pembelajaran pada siklus II diikuti 21 orang siswa dengan menggunakan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) pada pokok bahasan Perkembang-biakan tumbuhan dan sub pokok bahasan perkembangbiakan tumbuhan secara gene-rative. Dari hasil Evaluasi akhir siklus II, dari 21 siswa terdapat 1 orang siswa yang masih belum mencapai ketuntasan secara perorangan yang telah ditentukan oleh sekolah, hal ini disebabkan masih rendah-nya aktivitas siswa dalam pembelajaran dilihat dari hasil observasi selama pembela-jaran berlangsung. Sedangkan ketuntasan klasikal yang dicapai 95,24%. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar dari pembelajaran pada siklus I ke siklus II.

Berdasarkan hasil tes akhir siklus II dapat dikatakan bahwa pembelajaran sudah berhasil, dan catatan yang dibuat siswa juga ada peningkatan baik dalam segi kelengkapannya maupun bentuknya lebih bervariasi. Berdasarkan hasil analisis tes akhir siklus I dan II dapat diketahui bahwa penggunaan catatan dengan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari 71,42% menjadi 95,24%. Pembelajaran dengan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan membuat catatan Mind Mapping (Peta Pikiran), siswa lebih menyenangi catatan yang dibuat, sehingga siswa lebih tertarik untuk membaca dan mempelajari kembali materi yang telah diajarkan, dan dengan catatan Mind Mapping (Peta Pikiran) ini dapat memudahkan siswa untuk mengingat dan memahami materi yang telah diajarkan. Hal inilah yang dapat mengakibatkan hasil belar siswa meningkat. Selain itu, dengan membuat catatan dalam bentuk Mind Mapping (Peta Pikiran) siswa dapat menggunakan kreativitasnya dalam membuat catatan dan dapat mengeluarkan ide idenya serta dapat menjadikan siswa lebih kreatif.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) pada pokok bahasan fungsi alat tubuh dikategorikan sangat aktif. Hasil analisis rata-rata aktivitas siswa adalah sebagai berikut, pada siklus I sebesar 71,02% dan pada siklus II sebesar 89,08%, dengan begitu peningkatan akktivitas siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 18,06%

2. Persentase ketuntasan belajar siswa dilihat dari perolehan hasil belajara siswa menggunakan teknik Mind Mapping (peta pikiran) pada pokok bahasan Perkembangbiakan tumbuhan pada siklus I mencapai 71,42% , sedangkan pada siklus II mencapai 95,24%. dengan demikian, peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke Siklus II sebesar 23,82%. Pembelajaran menggunakan teknik Mind Mapping (peta pikiran) ini dapat dikatakan berhasil.

Adapun saran yang dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah:

1. Penerapan teknik Mind Mapping (Peta pikiran) cukup efektif untuk meningkat-kan hasil belajar siswa maka sebaiknya guru perlu mensosialisasikan terlebih dahulu dan memberikan pelatihan se-belum menerapkan teknik Mind Map-ping (Peta Pikiran) dalam pembelajaran agar siswa tidak bingung selama pelak-sanaan.

2. Guru dan siswa perlu menyediakan sarana grafis yang cukup dalam pene-rapan teknik Mind Mapping (Peta Pikiran).

3. Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam penelitian sejenis dengan pokok bahasan yang berbeda, sebaiknya untuk pokok bahasan yang menuntut siswa menghafal.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, M. 2009. Kiat Jitu Meningkatkan Prestasi Dengan Mind Mapping. Jogjakarta: Mitra Belajar.

Amudiono, [Serial on line] (http://www.psb-psma.org/content/artikel/2759-mindmapping-dalam-penyusunan-materi-pembelajaran). Diakses tanggal 7 Oktober 2014.

Buzan, T. 2008. Buku Pintar Untuk Anak, Agar Lulus Ujian Dengan Nilai Bagus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dahar, RW. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Deporter, B dan Hernaci, M. 2001. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenagkan. Bandung: Kaifa.

Dimyanti dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Hobri. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jember: Center For Society Studies (CSS).

Kurnia,I. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Depdiknas.

Meutia, S. 2008. Quantum Learning: membiasakan Belajar Nyaman dan menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Munthe, B. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Angkasa.

Poerwanti, E, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.

Purwanto, N. 2009. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ramadhan D.A, (http://www.scribd.com/doc/49383579/Mind-Mapping) Diakses tanggal 7 Oktober 2014.

Syah, M. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutrisno, L dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdiknas.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.