PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS

KOMPETENSI MEMAHAMI HUBUNGAN MANUSIA DAN BUMI MELALUI PENERAPAN METODE KOOPERATIF JIGSAW

Hartadi

IPS SMP 5 Kudus

ABSTRACT

This study aims to improve learning achievement Social Sciences Competence understand human relations and the Earth through the application of jigsaw cooperative method. The subjects were students of class IX D SMP 5 Kudus, in the second semester of the school year 2013/2014, amounting to 34 students consisting of 18 male students and 16 female students, the data collection techniques using tests, observations and field notes, the results showed an increase both in teamwork and learning outcomes, observations discussion group activity on average in the first cycle of (69.21%), while in the second cycle increased to (77.26%). While the results of the evaluation showed that there was increase in the complete study of 24 students (70.59%) in the pre-action to 26 students (76.47%) in the first cycle and to 30 students (88.24%) in the second cycle.

Keywords: Achievement, Social Sciences, cooperative jigsaw.


PENDAHULUAN

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan materi pelajaran yang cukup padat dan sering berganti materi karena mengikuti perkembangan Kurikulum hal ini menyebabakan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih rendah, Ada beberapa permasalahan yang dipandang sebagai penyebab prestasi belajar rendah, antara lain: (1) Materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terlalu banyak, (2) siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar, (3) variasi metode pembelajaran menonoton atau menjenuhkan, (4) kerja kelompok belum maksimal, (5) Guru kurang memberi tugas tambahan pada siswa, Kondisi-kondisi tersebut yang dianggap sebagai penyebab rendahnya prestasi belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Melihat kondisi tersebut di sekolah perlu dilakukan upaya secara serius dan terus menerus agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Agar prestasi belajar dapat ditingkatkan maka guru harus dapat menumbuhkan minat belajar pada peserta didik, sehingga dalam setiap proses belajar mengajar peserta didik dapat secara aktif dan kreatif serta memiliki semangat untuk belajar, dan merasa bahwa bahan ajar yang dipelajari bermanfaat bagi dirinya. Untuk itu peran guru semakin besar dengan memilih metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. Metode yang digunakan harus dapat mengatasi kondisi-kondisi yang membuat peserta didik merasa kurang bergairah, dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Proses Belajar Mengajar harus diupayakan agar lebih menarik dan berkesan bagi anak didik, siswa belajar dalam suasana yang menyenangkan, metode yang dianggap dapat menumbuhkan minat belajar pada peserta didik adalah metode Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penggunaan metode Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara tepat diharapkan akan dapat menumbuhkan lingkungan belajar yang kondusif, memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada mereka mendengarkan penjelasan guru.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama. Kecakapan ini memiliki peranan penting dalam kehidupan nyata. Penerapan metode Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw akan memberikan hasil yang efektif kalau memperhatikan dua prinsip berikut. 1) adalah adanya saling ketergantungan yang positif, Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota yang lain dalam mencapai tujuan kelompok dalam menyelesaikan tugas dari guru. 2) adanya tanggung jawab pribadi (individual accountability) di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama.

Dalam pembelajaran ini kelompok siswa bekerja sebagai sebuah tim yang memiliki tujuan yang sama, dengan demikina kelompok siswa bekerja sama dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah mencapai tujuan yang ditetapkan (Trianto,2009). Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah (1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri atas empat orang. Tiap anggota kelompok diberi nama A, B, C, D. Pada tahap ini kelompok disebut kelompok asal/induk (home group). (2) Guru menginformasikan bahwa tiap anggota kelompok akan mendapat tugas mendalami bagian-bagian tertentu bacaan karena mereka harus menjadi ahli dalam bagian/topik tersebut: A mempelajari materi 1, B mempelajari materi 2, C mempelajari materi 3, D mempelajari materi 4, (3) Guru membagi siswa ke dalam kelompok berikutnya (kelompok ahli.) Mintalah A berkumpul dengan A, B berkumpul bersama B, C dengan C, D dengan D, Pada tahap ini kelompok disebut kelompok ahli (expert group). (4) Setelah berkumpul dalam kelompok ahli, tiap kelompok membaca lagi dan mendiskusikan bagiannya. guru memberi tugas pada masing-masing kelompok ahli untuk membahas dan membuat ringkasan tentang topik masing-masing, atau diagram grafis tentang isi topik masing-masing. Tiap anggota harus aktif karena dalam kelompok ini mereka harus menjadi ahli dalam menjawab pertanyaan tentang topiknya. (5) Setelah tugas kelompok ahli selesai dilaksanakan, guru meminta siswa berkumpul lagi ke kelompok asal (home group). (6) Guru meminta setiap kelompok asal menyiapkan presentasi tentang materi yang dibahas dengan menggunakan diagram alur atau cara lain yang dianggap lebih komunikatif. Ringkasan yang telah dibuat tiap anggota ketika berada di kelompok ahli dimanfaatkan setelah dimodifikasi sesuai kesepakatan dalam kelompok asal. (7) Guru meminta kelompok asal memajangkan hasil kerjanya.

Belajar haruslah berbuat untuk memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Menurut Sanjaya (2008), belajar seharusnya bukanlah sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. oleh karena itu agar siswa belajar maka siswa harus didorong untuk melakukan aktivitas, ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2010), Slameto (2003: 20) belajar adalah ”merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”

Mengajar merupakan suatu perbu-atan yang memerlukan tanggung jawab moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Tardif (dalam Adrian, 2004) mendefinisikan, mengajar adalah any action performed by an individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.

METODE

Penelitian dilaksanakan di kelas IX D SMP Negeri 5 Kudus, jumlah siswa 34 terdiri dari laki-laki 18 siswa dan perempuan 16 siswa, Objek penelitian adalah penerapan metode Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang digunakan untuk menjaring data penelitian, antara lain pedoman observasi, dokumen, tes dan catatan lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari 2 siklus, Prosedur penelitian yang dilakukan tiap siklus mencakup 4 tahap yaitu 1) Peren-canaan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Pengamatan dan Observasi, 4) Evaluasi dan Refleksi.

1. Perencanaan pelaksanaan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan ber-bagai persiapan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Mengiden-tifikasi permasalahan aktifitas belajar siswa dikelas, b) Menetapkan indikator-indikator desain pembelajaran dengan metode Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, c) Menyusun rancangan strate-gi belajar mengajar dengan metode Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, d) Menyusun catatan di lapangan, e) Mempersiapkan penyusunan laporan hasil dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan.

2.   Pelaksanaan tindakan penelitian ini dibagi dalam 2 siklus. Setiap siklus dibagi dalam dua kali pertemuan, Kegiatan pelaksanaan tindakan dalam setiap siklus dilakukan sebagai berikut: a) Guru melaksanakan desain pembelajaran dengan metode Pembe-lajaran kooperatif tipe jigsaw yang telah direncanakan, b) Guru memberi-kan tugas kepada masing-masing ke-lompok untuk diskusi.

3. Pelaksanaan pengamatan dilakukan sa-at tindakan berlangsung yang dapat dilakukan sebagai berikut: a) Guru melakukan pengamatan dari kegiatan diskusi yang dilakukan oleh siswa, b) Guru mengamati presentasi yang dilakukan oleh siswa secara kelompok, c) Guru merekam data dan mengamati kegiatan siswa sesuai dengan laporan yang telah disusun dengan meng-gunakan pengamatan serta catatan lapangan. 4. Dalam merefleksi peneliti mengadakan telaah terhadap data-data hasil penelitian yang telah dilakukan, Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat efektifitas desain pembelajaran dengan metode diskusi jigsaw yang telah dirancang, dan menginfentarisir daftar permasalahan yang muncul di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan penelitian dilakukan karena dalam pembelajaran ditemukan permasalahan yaitu prestasi belajar siswa rendah, Agar prestasi belajar dapat ditingkatkan, maka guru harus dapat menumbuhkan minat belajar pada peserta didik, sehingga dalam setiap proses belajar mengajar, peserta didik dapat secara aktif dan kreatif, memiliki semangat untuk belajar, dan merasa bahwa bahan ajar yang disampaikan bermanfaat bagi dirinya. Untuk itu peran guru semakin besar dengan memilih metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. Metode yang digunakan guru harus dapat mengatasi kondisi-kondisi yang menyebabkan peserta didik merasa kurang bergairah, kurang semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Siklus I

Siklus I terdiri dari dua pertemuan, pertemuan ke-1 dilaksanakan pada tanggal 8 januari 2014 dan pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 13 januari 2014. Untuk masing- masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 40 menit (dua jam pelajaran), untuk siklus ke-1 tersedia waktu 4 jam pelajaran (160 menit) dengan perincian 20 menit untuk persiapan dan pendahuluan, 80 menit pelaksaan tindakan, 20 menit pemberian soal kuis, 40 menit pelaksanaan tes formatif.

Siklus I dari 34 siswa ternyata banyak siswa yang kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar, hal ini disebabkan selain model pembelajaran yang baru dikenal anak, juga karena pembagian kelompok yang kurang memperhatikan penyebaran tingkat kecerdaan anak, ini memang sengaja dirancang oleh peneliti dengan pembagian kelompok berdasarkan jarak rumah terdekat, hal ini dimaksudkan seberapa jauh aktifitas kelompok dapat berjalan, ternyata kurang aktif dan banyak siswa yang pasif. Maka untuk siklus yang akan datang pembagian kelompok didasarkan pada penyebaran tingkat kecerdasan anak. Pada siklus I keberanian anak tampil ke depan kelas masih kurang, dikarenakan kurang percaya diri dan takut, maka bimbingan guru dan motivasi sangat diperlukan agar tumbuh semangat dan pencaya diri.

Dalam mengikuti proses belajar mengajar siswa hendaklah diberi motivasi agar bersemangat dalam proses pembelajaran, bila siswa dapat menyelesaikan dengan benar guru memberi penghargaan agar siswa merasa dihargai. Dengan melihat hasil belajar dari jumlah 34 siswa yang belum tuntas belajar ada 8 siswa (23,53%), sedangkan yang sudah tuntas belajar ada 26 siswa (76,47%) nilai rata-rata 78,82 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 66, Secara klasikal kegiatan pembelajaran belum tuntas karena jumlah siswa yang telah memperoleh KKM atau nilai 77 atau lebih mencapai 76,47%. dan persentase keaktifan siswa sebesar 63,18%. Hasil tersebut sudah ada peningkatan jika dibandingkan dengan Hasil evaluasi pra tindakan dimana siswa yang sudah tuntas belajar yang memperoleh nilai 77 atau lebih ada 24 siswa atau sebesar (70,59%), Sedangkan yang belum tuntas belajar ada 10 siswa atau sebesar (29,41%) nilai rata-rata 74,88 dengan nilai tertinggi 83 dan nilai terendah 63, secara klasikal kegiatan pembelajaran belum tuntas, karena jumlah siswa yang memperoleh nilai 77 atau lebih hanya 70,59%.

Dengan melihat hasil diatas dapat dijelaskan bahwa dalam siklus I penguasaan materi pelajaran sudah baik, tetapi karena terlalu cepat dalam memberi penjelasan, sehingga anak yang lamban tidak bisa memahami guru juga perhatian guru kurang merata pada seluruh siswa, ada beberapa siswa yang kurang aktif dan bermain sendiri, karena pada siklus ke I ini masih banyak kekurangan maka perlu dicoba lagi pada siklus ke II agar kegiatan belajar mengajar model pembelajaran Coopretaive Tipe Jigsaw dapat lebih ditingkatkan, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Berdasarkan tabel kualifikasi ke-trampilan kerjasama dalam kelompok maka kegiatan siswa dalam melakukan diskusi masih kurang baik, yang ditunjukkan de-ngan rata-rata prosentase sebesar 63,18%. Kelompok yang hasilnya paling rendah yaitu kelompok Indonesia, yang hanya memperoleh rata-rata prosentase sebesar 60,42%.

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil evaluasi dalam siklus I, maka kegiatan pembelajaran dapat direfleksikan sebagai berikut: 1) Ada beberapa siswa yang masih bingung terhadap model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw karena kurang informaasi dari guru, oleh karena itu agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif, guru selain menjelaskanjuga mendemonstrasikan model pembelajaran ini dengan jelas, 2) Ada beberapa kelompok yang pasif dan juga ada kelompok yang aktif dalam menyelesaikan masalah, 3) Ada beberapa siswa dalam suatu kelompok yang masih takut dan kurang berani maju ke depan mempresentasikan hasil pekerjaanya dikarenakan kurang percaya diri bahwa hasil temuannya adalah benar, oleh karena itu bimbingan dan motivasi guru sangat diperlukan agar tumbuh keyakinan dan semangat dalam menyelesaikan masalahnya, 4) Masih ada beberapa siswa yang belum benar dalam menjawab soal-soal kuis maupun tes formatif meskipun sudah lengkap namun terdapat kesalahan.

Siklus II

Siklus II ini juga terdiri dari dua pertemuan, pertemuan ke-1 dilaksanakan pada tanggal 20 januari 2014 dan pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 22 januari 2014. Untuk masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 40 menit. Maka untuk siklus II tersedia waktu 4 jam pelajaran (160 menit) dengan perincian 20 menit untuk persiapan dan pembukaan pelajaran, 80 menit pelaksaan tindakan, 20 menit pemberian soal kuis, 40 menit pelaksanaan tes formatif.

Pada siklus ke-2 ini siswa yang tidak aktif sudah berkurang jika dibandingkan dengan siklus ke-1, hal ini karena pembagian kelompok berdasarkan penyebaran tingkat kecerdasan siswa, tiap kelompok ada siswa pandai sehingga suasana kelompok diwarnai dengan diskusi dan tanya jawab, suasana kelas mulai hidup, hanya saja masih ada kelompok terlalu ramai karena kebetulan siswa-siswi cerewet berada pada kelompok tersebut. Oleh karena itu dalam pembentukan kelompok pada siklus berikutnya selain memperhatikan tingkat kecerdasan juga memperhatikan karakteristik siswa, sehingga suasana tiap kelompok seimbang. Sudah ada peningkatan kepercayaan pada diri siswa untuk tampil di depan kelas mempresentasikan hasil temuannya. Hasil prestasi belajar yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi setelah siklus II Secara individual, siswa yang belum tuntas belajar ada 4 siswa (11,76%), sedangkan yang sudah tuntas belajar ada 30 siswa (88,24%) Secara klasikal kegiatan pembelajaran sudah tuntas karena jumlah yang telah mencapai KKM memperoleh nilai 77 atau lebih adalah 88,24%. terdapat kenaikan yang signifikan jika dibandingkan dengan hasil evaluasi pada siklus 1.

Refleksi Tindakan Setelah melaksanakan siklus II yaitu: 1) Tidak ada lagi siswa yang merasa bingung dalam pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw, hanya mengalami kendala dalam perpindahan dari kelompok asal kedalam kelompok baru maupun sebaliknya, dikarenakan harus memindah kursi, oleh karena itu agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung efektif, maka hendaklah dipersiapkan situasi dan kondisi kelas dengan sebaik-baiknya, 2) Suasana kelompok dalam pembelajaran sudah mulai aktif, sebagian besar anggota kelompok kelihatan hidup dalam berdiskusi dikarenakan sudah merata tingkat kecerdasan siswa dalam kelompok, hanya saja masih ada kelompok terlalu ramai karena kebetulan siswa-siswi cerewet berada pada kelompok tersebut, Oleh karena itu dalam pembentukan kelompok pada siklus berikutnya selain memperhatikan tingkat kecerdasan juga memperhatikan watak siswa sehingga suasana tiap kelompok seimbang, 3) Masih ada siswa dalam suatu kelompok yang masih malu dan kurang percaya diri untuk maju ke depan mempresentasikan hasil pekerjaannya, dikarenakan memang siswa tersebut memiliki sifat pendiam dan pemalu, oleh karena itu bimbingan guru dan motivasi sangat diperlukan agar tumbuh rasa percaya diri, 4) Sebagian besar siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal kuis maupun tes formatif, walaupun masih ada sebagian siswa yang menjawab salah dikarenakan keterlambatan berfikir sehingga penjelasan guru kurang dipahami. Oleh karena itu guru harus lebih memperhatikan siswa yang lambat sehingga hasil belajar siswa meningkat secara merata. Berdasarkan hasil refleksi tersebut dan berbagai pertimbangan maka yang perlu diperhatikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar berikutnya adalah: a) Guru lebih intensif dalam menggunakan metode mengajar yang dipilih, b) Guru hendaknya selalu mendorong siswa untuk dapat melakukan kerja kelompok, c) Bimbingan guru secara intensif perlu terus dikembangkan untuk menumbuhkan motivasi siswa.

Berdasarkan tabel kualifikasi ke-trampilan kerjasama dalam kelompok, ma-ka kegiatan siswa dalam melakukan diskusi sudah baik, yang ditunjukkan dengan rata-rata prosentase sebesar 77,16%.

Berdasarkan hasil pengamatan tentang kerjasama siswa dalam kelompok yang dilakukan pada siklus I dan siklus II, maka dapat diketahui bahwa kerjasama siswa dalam kelompok diskusi rata-rata prosentase pada siklus I sebesar 63,18%, kerjasama kelompok masih kurang baik pada siklus I, namun pada siklus II kerjasama siswa dalam kelompok mengalami peningkatan menjadi 77,16% dengan demikian kerjasama siswa dalam kelompok yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran sudah baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat dikemu-kakan kesimpulan sebagai berikut, 1). Melalui pelaksanaan model pembelajaran coopretaive tipe Jigsaw hasil belajar siswa kelas IX D tahun pembelajaran 2013/2014 dapat ditingkatkan. Prestasi belajar siswa mengalami kenaikan yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi belajar siswa yang tuntas belajar dari 24 siswa (70,59%) pada pra tindakan menjadi 26 siswa (76,47%) pada siklus I dan meningkat menjadi 30 siswa (88,24%) pada siklus II. Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 10 siswa (29,41%) pada pra tindakan, menjadi 8 siswa (23,53%) pada siklus I, dan menjadi hanya 4 siswa (11,76%) pada siklus II. 2). Melalui pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Tipe jigsaw keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan, Kerjasama siswa dalam kelompok diskusi rata-rata pada siklus I sebesar (69,21%) dan dalam siklus II rata-rata kerjasama siswa dalam kelompok mengalami peningkatan menjadi (77,26%) kerjasama kelompok terendah pada siklus I (67,26%) sedangkan kerjasama kelompok terendah pada siklus II mencapai (76,67%).

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:1) Penggunan metode pembelajaran coopretaive tipe Jigsaw yang dilakukan secara intensif disertai kegiatan presentasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kepada para guru diharapkan dapat memilih metode meng-ajar yang sesuai dan dilaksanakan secara intensif agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2) Kepala Sekolah hendaknya dapat mengambil kebijakan tentang perlunya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi setiap guru, agar motivasi belajar siswa semakin meningkat sehingga prestasi belajarnya juga meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. (2004). Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa.

Sanjaya,Wina, (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, (2010) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Slameto. (2003). Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara.

 

Trianto, 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Prenada Media Group.