PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI
�BANGUN DATAR� MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)BAGI SISWA KELAS II SEMESTER II SD NEGERI JETIS 01 KECAMATAN SUKOHARJO
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Budi Raharja
SD Negeri Jetis 01 Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika materi �bangun datar� bagi siswa kelas II semester II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 melalui metode pembelajaran Contexstual Teaching and Learning (CTL) dengan bantuan media lingkungan sekitar. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan ini pada intinya mengacu pada desain penelitian yang digunakan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) observasi; dan 4) refleksi hasil tindakan.Penelitian dilakukan di kelas II SD Negeri Jetis 01 UPTD Sukoharjo pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 selama 3 (tiga) bulan. Subjek penelitian adalah siswa kelas II Semester II di SD Negeri Jetis 01yang terdiri dari 38 orang siswa. Berdasarkan hasil tes sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran, nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Hal ini diketahui dari rata-rata nilai yang diperoleh pada kondisi awal sebesar 71,32 meningkat menjadi 76,45 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 80,39 pada akhir Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52,63% pada kondisi awal meningkat menjadi 71,05% pada akhir tindakan siklus I, kemudian meningkat menjadi 97,37% pada akhir tindakan Siklus II. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kontekstual dengan bantuan media lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi �bangun datar� bagi siswa kelas II semester II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
Kata Kunci: Hasil belajar, pembelajaran CTL
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu unver-sal yang mendasari perkembangan teknolo-gi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya fikir manusia (Depdiknas, 2006: 1). Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi perkembangan Matematika di bidang teori bilangan, aljabar, dan Matematika aritmatika. Untuk menguasai teknologi di masa depan diperlukan penguasaan Matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sakolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistimatis, kritis dan kreatif serta berkemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemapuan memperoleh, mengelola, dan memanfa-atkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Sesuai dengan perkem-bangan kejiwaan siswa, pembelajaran Matematika bertujuan agar siswa terampil berhitung sederhana. di samping mengembangkan pengetahuan dan kete-rampilan yang diperlukan siswa untuk menghadapi pembelajaran di kelas-kelas yang lebih tinggi baik pembelajaran Mate-matika, maupun pembelajaran bidang studi yang lain. Prinsip keterpaduan dalam pembelajaran sangat diperlukan.
Kemampuan hitung penjumlahan dan pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan menjadi dasar yang fundamental, termasuk juga menjadi dasar dalam mempelajari materi yang lain seperti bangun datar. Keterampilan menghitung tidak saja menjadi dasar pembelajaran Matematika sendiri, tetapi juga untuk pembelajaran bidang studi yang lainnya. Dengan terampil hitung penjumlahan dan pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagai perkembangan dan pertumbuhan daya kreatifitas bernalar, sosial dan kreasinya. Mengingat pentingnya peranan berhitung tersebut untuk siswa, maka guru seharusnya berusaha meningkatkan kemampuan anak melalui pendekatan, metode, teknik dan media pembelajaran Matematika terutama anak di Sekolah Dasar.
Matematika penjumlahan dan pe-ngurangan serta perkalian dan pembagian mulai diajarkan sejak SD. Sebagai pemula agar pembelajaran menjadi bermakna dan dapat memberikan kecakapan hidup seha-ri-hari, Topik yang amat krusial/penting dalam pembelajaran Matematika sering dijumpai terapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Masalah hingga saat ini banyak peserta didik mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran Matematika. Materi pelajaran Matematika, misalnya, menurut anggapan sebagian siswa, memiliki tingkat kesukaran lebih tinggi dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran lainnya yaitu dengan didapatkannya nilai formatif anak pada pelajaran Matematika lebih rendah dibanding nilai mata pelajaran lain. Akibatnya pelajaran Matematika berikutnya misalnya tentang bangun datar akan terasa menjadi semakin sulit dan akhirnya ditakuti.
Masalah yang dimaksud salah satunya adalah peserta didik sulit memaha-mi dan sulit diajak terampil penghitungan penjumlahan dan pengurangan, perkalian dan pembagian khususnya pada anak SD. Kesalahan itu selanjutnya dibebankan pada guru SD yang dianggap kurang mampu dalam mengajar. Akibatnya pelajaran pen-jumlahan dan pengurangan serta perkalian dan pembagian lanjutan di kelas-kelas beri-kutnya mengalami kesulitan. Sementara materi dasar Matematika dasar harus dikuasai peserta didik sejak dini karena selalu terkait dengan pelajaran Matematika di kelas-kelas berikutnya bahkan hingga jenjang yang lebih tinggi. Kondisi tersebut diduga hal itu terjadi karena pembelajaran awalnya tidak kontekstual dalam arti tidak mengaitkan permasalahan dengan konteks kehidupan nyata yang dikenal peserta didik sehari-hari.
Berdasarkan kenyataan yang terjadi di SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo, khusus-nya dalam pembelajaran materi bangun datar di kelas II semester II tahun pelajar-an 2014/2015. Dari hasil pengamatan yang dilakukan di kelas II semester II di SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Ka-bupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/ 2015 ditemukan beberapa masalah yaitu rendahnya minat belajar siswa. Hal ini diindikasikan disebabkan karena pengguna-an metode pembelajaran yang menonton yaitu metode ceramah, sehingga ketuntas-an belajar pada materi pembelajaran Matematika belum maksimal.
Rendahnya pemahaman ini dibukti-kan dengan hasil nilai yang tidak memenuhi standart berupa pencapaian ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00. Hasil ulangan harian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa baru mencapai 71,32. Nilai tersebut masih di bawah KKM yang ditetapkan dengan KKM > 75.00. Dengan demikian maka secara klasikal siswa dianggap belum mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 baru mencapai 20 orang siswa atau 52,63% dari jumlah siswa. Sisanya sebanyak 18 orang siswa atau 47,37% belum mencapai ketuntasan belajar.
Kondisi tersebut diindikasikan disebabkan karena kurang berminatnya siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang tidak mengerjakan PR dikarenakan kurangnya perhatian dari orang tua. Ada beberapa siswa yang kurang aktif ketika pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan karena komunikasi antar guru dengan siswa banyak mengalami hambatan. Minatnya rendah mengakibat-kan kurangnya pemahaman dalam pembelajaran, kurangnya pemahaman dalam proses pembelajaran menimbulkan hasil yang belum maksimal. Dalam proses belajar mengajar masih ditemukan siswa yang kurang menaruh minat pada beberapa mata pelajaran, padahal pada umumnya siswa-siswa menaruh minat besar pada pelajaran tertentu.
Rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran Matematika dikarena-kan penggunaan metode yang monoton sehingga anak cepat bosan dan malas untuk mengikuti pembelajaran Matematika. Maka guru harus mencari dan menemukan metode yang tepat agar mempermudah siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu metode yang diterapa-kan cukup tepat untuk membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran kontekstual. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan menggunakan metode ini siswa diharapkan dapat memperoleh pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagai-mana pelaksanaan pembelajaran kon-tekstual dengan bantuan media lingkungan sekitar dalam meningkatkan hasil belajar Matematika materi �Bangun Datar�?Apakah melalui metode pembelajaran kontekstual dengan bantuan lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi �Bangun Datar� bagi siswa kelas II semester II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk: 1) mendeskripsikan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran kon-tekstual dengan bantuan lingkungan sekitar dalam meningkatkan hasil belajar matematika materi �Bangun Datar�. 2)Meningkatkan hasil belajar Matematika materi �Bangun Datar� bagi siswa kelas II semester II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 melalui metode pembelajaran kontekstual dengan bantuan media lingkungan sekitar.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa memperoleh pem-belajaran yang bermakna dan meningkat-kan hasil belajar. Manfaat bagi guru menambah wawasan dalam memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media dan menambah informasi dalam penggunaan metode kontekstual dalam pembelajaran di kelas. Manfaat bagi Sekolah menambah informasi mengenai penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Metode Pembelajaran Contextual Te-aching and Learning (CTL)
Proses pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau sering disebut pembelajaran kontekstual merupakan pemrosesan informasi, idnividualisasi, dan interkasi sosial. Pemrosesan informasi menyatakan bahwa siswa mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkaitan dengan informasi tersebut. Inti pemrosesan informasi adalah proses memori dan berpikir. Menurut Zahorik (1995) dalam Suyanto (2013: 167), pembelajaran kontekstual merupakan rancangan pembelajaran yang dibangun atas dasar bahwa knowledge is constructed by human. Pembelajaran kontekstual adalah proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
Senada dengan itu, Asis Saefuddin (2014:20) mengemukakan Pembelajaran CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi guru yang diajarkannya dan situasi dunia nyata pembelajar dan mendorong pembelajar membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, serta pengetahuan yang diperoleh dari usaha peserta didik mengontroksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. Pembelajaran kontekstual merupakan upaya guru untuk membantu siswa memahami relevansi materi pembelajaran yang dipelajarinya, yakni dengan melakukan suatu pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan apa yang dipelajari-nya di kelas. Selanjutnya, pembelajaran kontekstual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata di mana isi pelajaran akan digunakan.
Pembelajaran kontekstual meng-utamakan pada pengetahuan dan pengalaman atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kreatif, memecahkan masalah, siswa belajar menyenangkan, mengasyik-kan, tidak membosankan, dan mengguna-kan berbagai sumber belajar.
Nurhadi (2004: 18), ia mengemu-kakan prinsip-prinsip pembelajara konteks-tual yang perlu diperhatikan guru, yakni: (1) merencanakan pembelajaran sesuai dengan kewajaran mental sosial, (2) membentuk kelompok yang saling bergantung, (3) menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran yang mandiri, (4) mempertimbangkan keragam-an siswa, (5) mempertimbangkan multi intelegensi siswa, (6) menggunakan teknik-teknik bertanya untuk meningkatkan pem-belajaran siswa, perkembangan masalah, dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, (7) menerapkan penilaian autentik.
Merujuk pada prinsip-prinsip di atas, maka pembelajaran kontekstual berorientasi pada upaya membantu siswa untuk menguasai tiga hal, yakni: (1) pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi, teori, dan fakta; (2) kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan; dan (3) pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaiman menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
Dalam pembelajaran kontekstual, ada beberapa komponen utama pembela-jaran efektif. Komponen-komponen itu merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dalam pembelajaran kontekstul. Kompon-en-komponen dimaksud adalah konstrukti-visme (constructivism), bertanya (question-ning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment) (Nurhadi dalam Sagala, 2009: 88-91;).
Seorang guru perlu mengetahui dan memahami penerapan pembelajara kontekstual itu sendiri. Sagala (2009:92) menguraikan langkah-langkah penerapan pembelajaran kontekstual sebagai berikut: 1)mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; 2) melaksa-nakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan; 3)mengem-bangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya; 4)menciptakan masyarakat belajar; 5)menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; 6)melakukan refleksi di akhir pertemuan; dan 7)melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Hasil Belajar
Asis Saefuddin (2008: 2.11) berpendapat �belajar diartikan suatu proses yang menunjukkan adanya per-ubahan yang sifatnya positif. Purwanto (2008: 38-39) juga berpandangan bahwa �belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya�. Winkel (1991: 36) mengemukakan �belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap�. Belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.
Pengertian hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne hasil belajar harus harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku melalui stimulus respon (Sudjana, 2009: 19). Hasil belajar berkenaan dengan kemampuan siswa di dalam memahami materi pelajaran. Menurut Hamalik (2010: 31) mengemuka-kan, �hasil belajar pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, ablititas dan keterampil-an�.
Hasil belajar tampak sebagai terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik disbanding-kan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik, 2010: 155).
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa, dan faktor yang ada diluar diri siswa (Slameto, 2005: 122). Faktor internal berasal dari dalam diri anak bersifat biologis, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang sifatnya dari luar diri siswa. Faktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis (Slameto, 2005: 123). Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar-belakangi aktivi-tas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengan-tuk dan lelah. Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak. Faktor tersebut antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat (Slameto, 2005: 124)
Hakikat Pembelajaran Matematika
Berdasarkan kurikulum 2006, matematika merupakan salah satu bahan kajian yang memiliki objek absrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran konsep sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkem-bangan teknologi modrn mempnyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya fikir manusia.
Salah satu karakteristik matemati-ka adalah mempunyai objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika.�Matematika adalah pengeta-huan tentang bilangan dan kalkulasi, ruang dan bentuk, stuktur-struktur yang logik dan aturan-aturan yang ketat.
Dalam penelitian ini yang dimaksud matematika adalah ilmu yang mendasari perkembangan teknlogi modern secara luas untuk berfikir kreatif. Permendiknas (2006: 3) mendifinisikan matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkem-bangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Mata pelajaran matematika bertu-juan agar peserta didik memiliki kemam-puan sebagai berikut: a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkait-an antarkonsep dan mengaplikasikan kon-sep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, meran-cang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut. a) Hitung bilangan; b) Geometri dan pengukuran; dan c) Pengolahan data. Hitung bilangan yang dimaksud adalah urutan bilangan, oprasi hitung campuran, penaksiran dan pembulatan, uang, kelipatan dan factor, KPK dan FPB, pecahan dan oprasi hitung pecahan, bilangan romawi. Sedangkan untuk geomatri dan pengukuran meliputi: sudut, satuan waktu, panjang dan berat, satuan kuantitas[rim, gros,kodi dan lusin], keliling dan luas, sifat-sifat bangun ruang, jaring-jaring bangun ruang, simetri lipat, dan pencerminan.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil identifikasi awal kondisi pembelajaran Matematika di kelas II semester II SD Negeri Jetis 01 Keca-matan Sukoharjo tahun pelajaran 2014/ 2015 dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan metode konvensional. Pembelajaran seba-gian besar dilakukan dengan metode ceramah sehingga menempatkan siswa sebagai passive receiver.
Kondisi tersebut berdampak kurang baik bagi siswa. Siswa cenderung jenuh dan bosan sehingga kurang optimal dalam memahami konsep. Hal ini tercermin dari perolehan hasil belajar yang kurang optimal di mana nilai rata-rata kelas masih berada di bawah KKM dan ketuntasan belajar siswa masih rendah.
Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan dalam pembelajaran. Upaya perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan mengguna-kan metode pembelajaran kontekstual.
Metode pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran yang bertolak dari proses pengaktifan pengeta-huan yang sudah ada, dalam arti bahwa apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, sehingga pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Pembelajaran ini dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran.
Dengan pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media bantu pembelajaran, maka siswa akan lebih mudah dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki dengan konteks nyata kehidupan sehari-hari. Hal ini akan mendorong siswa terlibat secara lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna.
Hipotesis Tindakan
Berpijak dari landasan teori dan kerangka pemikiran di atas, selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:�Hasil belajar Matematika materi �Bangun Datar� siswa kelas II semester II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)�.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, yaitu pada siswa kelas II semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan April 2015 sampai dengan bulan Juni 2015. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas II semester II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang siswa.
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari guru, siswa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik dokumen, tes, dan observasi. Teknik dokumen, digunakan untuk memperoleh data mengenai daftar nama siswa kelas II semester II dan hasil belajar siswa, yang akan menjadi subjek penelitian sebelum dilakukan tindakan. Observasi, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa sistem penilaian afektif siswa. Tes, digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa (aspek kognitif) yang dilakukan setelah tindakan dengan metode eksperimen. Teknik pengumpulan data ini dengan cara melakukan post-test di akhir pembelajaran melalui tes tertulis. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian yaitu berupa lembar pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data hasil pengamatan (observasi). Instrumen Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan validitas data antara lain meliputi: teknik triangulasi dan review informan kunci.
Teknik triangulasi adalah suatu cara untuk mendapatkan infrormasi yang akurat dengan menggunakan berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan (Sanjaya, 2010: 74). Melalui teknik triangulasi, guru atau peneliti terhindar dari kesalahan mendapatkan informasi yang sudah tentu juga akan terhindar dari pengambilan keputusan. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Indikator Kinerja
Keberhasilan dalam penelitian ini diukur berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut: 1)Siswa dianggap mencapai ketuntasan belajar apabila sudah memperoleh nilai > 75.00; 2)Pembelajaran dianggap berhasil apabila siswa sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal dengan nilai rata-rata kelas > 75.00; 3)Pembelajaran dianggap berhasil apabila tingkat penguasaan penuh secara klasikal > 80%, atau jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar adalah sebesar > 80% dari jumlah siswa.
Prosedur Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan oleh peneliti secara langsung. Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. Menurut Kurt Lewin, prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), peng-amatan (observing), dan refleksi (reflect-ing). Hubungan keempat komponen terse-but dipadang sebagai satu siklus (Sutama, 2012: 145).
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Hasil tes yang diperoleh dari 38 orang siswa kelas II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukohar-jo semester II tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60.00 dan nilai tertinggi diperoleh sebesar 80.00. Nilai rata-rata hasil belajar diperoleh sebesar 71,32. Mengingat nilai hasil belajar yang diperoleh tersebut < KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 75.00, maka secara klasikal siswa di kelas II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo semester II tahun pelajaran 2014/2015 dianggap belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran Matematika.
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah sebanyak 20 orang siswa atau 52,63% dari jumlah siswa. Sisanya sebanyak 18 orang siswa atau 47,37% belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00. Berangkat dari kondisi tersebut maka diperlukan upaya perbaikan guna meningkatkan hasil belajar siswa.
Data perolehan nilai hasil ulangan harian dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel .Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awal
No. |
Ketuntasan |
Jumlah |
% |
1. |
Tuntas |
20 |
52,63% |
2. |
Tidak Tuntas |
18 |
47,37% |
Jumlah |
24 |
100.00% |
|
Nilai Rata-rata |
71,32 |
||
Nilai Tertinggi |
80.00 |
||
Nilai Rata-rata |
60.00 |
Deskripsi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil post-tes yang dilaksanakan pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah sebesar 65.00 dan nilai tertinggi sebesar 85.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 76,45.
Nilai rata-rata yang diperoleh pada tindakan Siklus I sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 75.00. Atas dasar hal tersebut, maka siswa kelas kelas II Semester II di SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/201 secara klasikal belum dianggap mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah sebanyak 27 orang siswa atau 71,05%. Adapun siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah 11 orang siswa atau 28,95%.
Hasil belajar siswa pada tindakan Siklus I selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut:
Tabel.Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan Siklus I
No. |
Ketuntasan |
Jumlah |
% |
1. |
Tuntas |
27 |
71,05% |
2. |
Tidak Tuntas |
11 |
28,95% |
Jumlah |
38 |
100.00% |
|
Nilai Rata-rata |
76,45 |
||
Nilai Tertinggi |
85.00 |
||
Nilai Terrendah |
65.00 |
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus I dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut. Penggunaan metode pembelajaran kontekstual dengan lingkungan sekitar sebagai media bantu pembelajaran pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 71,32 pada kondisi awal, meningkat menjadi sebesar 76,45 pada akhir tindakan Siklus I; Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 52,63% pada kondisi awal menjadi sebesar 71,05% pada akhir tindakan Siklus I.
Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan Siklus I adalah: (a) masih belum berubahnya pola pembelajaran yang bersifat teacher-centered learning ke arah student-centered learning; (b) nilai rata-rata hasil belajar sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu 75,00, akan tetapi indikator penguasaan kompetensi penuh secara klasikal belum tercapai, yaitu dengan ketuntasan kelas sebesar > 80.00% dari jumlah siswa. Oleh karena itu diperlukan perbaikan pada tindakan pembelajaran Siklus II.
Deskripsi Tindakan Siklus II
Berdasarkan hasil tes, dapat diketahui bahwa nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 70.00, sedangkan nilai tertinggi adalah 90.00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh adalah sebesar 80,39. Mengingat nilai rata-rata kelas yang diperoleh sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu 75, maka secara klasikal siswa sudah dianggap mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari penguasaan penuh secara klasikal, jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah sebanyak 37 orang siswa atau 97,37%. Adapun jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah sebanyak 1 orang siswa atau 2,63%.
Ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II selanjutnya dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut:
No. |
Ketuntasan |
Jumlah |
% |
1. |
Tuntas |
37 |
97,37% |
2. |
Tidak Tuntas |
1 |
2,63% |
Jumlah |
38 |
100.00% |
|
Nilai Rata-rata |
80,39 |
||
Nilai Tertinggi |
90.00 |
||
Nilai Terendah |
70.00 |
Berdasarkan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada Siklus II dapat diperoleh refleksi hasil tindakan sebagai berikut. Penggunaan metode pembelajaran kontekstual dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai media bantu dalam pembelajaran pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 76,45 pada tindakan Siklus I, meningkat menjadi sebesar 80,39 pada akhir tindakan Siklus II; Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari sebesar 71,05% pada tindakan Siklus I, menjadi sebesar 97,37% pada akhir tindakan Siklus II.
Hal-hal yang masih belum berhasil dalam pembelajaran tindakan siklus sebelumnya seperti: (a) pola pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered learning sudah mulai berubah ke arah student-centered learning; (b) dampak produk berupa penguasaan kompetensi penuh secara klasikal sudah tercapai, yaitu dengan ketuntasan belajar sebesar 97,37%.
Adanya 1 orang siswa atau 2,63% yang belum mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00, akan diberikan perlakukan khusus berupa pembelajaran remedial hinga mencapai ketuntasan belajar.
Pembahasan Hasil Tindakan
Metode pembelajaran kontekstual dengan bantuan media lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi �bangun datar� bagi siswa kelas II semester II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
Berdasarkan hasil identifikasn awal, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika masih belum optimal. Hal ini ditandai dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar yang masih di bawah KKM yang ditetapkan, yaitu baru mencapai sebesar 71,32 Rendahnya hasil belajar juga diindikasikan dengan rendahnya ketuntasan belajar sebagai salah satu indikator penguasaan penuh, yaitu baru mencapai sebesar 52,63% dari jumlah siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran yang dilakukan. Hal ini berakibat pada kurang optimalnya kemampuan siswa dalam menguasai konsep pembelajaran.
Berangkat dari kondisi tersebut, guru berupaya melakukan perbaikan pembelajaran. Perbaikan yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media bantu dalam pembelajaran. Melalui penggunaan metode pembelajaran kontekstual diharapkan dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan yang mereka miliki dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari di sekitar mereka. Dalam metode ini siswa diajak untuk melakukan pengamatan terhadap lingkungan yang ada di sekitar sekolah.
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru pada tindakan Siklus I berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 71,32 pada kondisi awal, meningkat menjadi 76,45 pada tindakan Siklus I. Peningkatan juga diperoleh dalam hal ketuntasan belajar siswa, yaitu dari sebesar 52,63% pada kondisi awal meningkat menjadi 76,45% pada tindakan Siklus I.
Peningkatan yang diperoleh pada tindakan Siklus I dipandang belum optimal. Hal ini disebabkan karena meskipun nilai rata-rata yang diperoleh siswa sudah melampaui KKM yang ditetapkan, yaitu dengan KKM > 75.00, namun indikator penguasaan penuh secara klasikal berupa tercapainya jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar sebesar > 80.00% dari jumlah siswa belum terpenuhi. Atas dasar hal itu maka dilakukan perbaikan pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan memperkecil jumlah anggota kelompok dari 6 atau 7 orang pada tindakan Siklus I menjadi 5 atau 6 orang pada tindakan Siklus II. Langkah ini dimaksudkan untuk mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran.
Perbaikan yang dilakukan guru pada tindakan Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar siswa dari sebesar 76,45 pada pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 80,39 pada akhir tindakan Siklus II. Peningkatan juga diperoleh dalam hal ketuntasan belajar siswa, yaitu dari sebesar 71,05% pada tindakan Siklus I meningkat menjadi 97,37% pada tindakan Siklus II.
Peningkatan prestasi belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini.
Tabel.Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
No. |
Ketuntasan |
Awal |
Siklus I |
Siklus II |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
1. |
Tuntas |
20 |
52,63 |
27 |
71,05 |
37 |
97,37 |
2. |
Belum Tuntas |
18 |
47,37 |
11 |
28,95 |
1 |
2,63 |
Jumlah |
38 |
100.00 |
38 |
100.00 |
38 |
100.00 |
|
Nilai Rata-rata |
71,32 |
76,45 |
80,39 |
||||
Nilai Tertinggi |
80.00 |
85.00 |
90.00 |
||||
Nilai Terendah |
60.00 |
65.00 |
70.00 |
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh tersebut, maka hipotesis tindakan yang menyebutkan bahwa �metode pembelajaran kontekstual dengan bantuan media lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi �bangun datar� bagi siswa kelas II semester II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015� terbukti kebenaran-nya.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, selanjutnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Metode pembelajaran kontekstual atau CTL dengan bantuan media lingkungan sekitar dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi �bangun datar� bagi siswa kelas II semester II SD Negeri Jetis 01 Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa.
Berdasarkan hasil tes sebelum dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan perbaikan pembelajaran, nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Hal ini diketahui dari nilai yang diperoleh pada kondisi awal sebesar 71,32 meningkat menjadi 76,45 pada akhir tindakan Siklus I, kemudian meningkat menjadi 80,39 pada akhir Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52,63% pada kondisi awal meningkat menjadi 71,05% pada akhir tindakan siklus I, kemudian meningkat menjadi 97,37% pada akhir tindakan Siklus II.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya dapat dikemukakan beberapa saran bagi siswa, disarankan untuk lebih aktif dalam proses pembela–jaran sehingga hasil yang diperoleh semakin optimal. Saran bagu guru, disa–rankan untuk lebih optimal dalam memanfaatkan lingkungan sebagai alat bantu pembelajaran sehingga pembela-jaran lebih dekat dengan konteks kehidupan nyata siswa dan mau mencoba berbagai metode pembelajaran yang bervariatif sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan. Saran bagi sekolah, disarankan untuk mendorong para guru menerapkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif guna memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2012. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan untuk Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas. Yogyakarta: Aditya Media.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, Oemar. 2012. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia
Purwanto. Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Permendiknas No. 22 tahun 2006.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Cet. VII). Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Slameto. 2005. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sutama. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D.. Surakarta: Fairuz Media.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Saefuddin, Asis dan Berdiati, Ika. 2014. Pembelajaran Efektif. Bandung: Rosda Karya.
Suyanto, dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesional. Esensi: Jakarta.
�
Winkel, WS. 2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia