PENINGKATAN HASIL BELAJAR MASA PRAAKSARA

MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

BAGI SISWA KELAS X TB A SMK NEGERI 4 SUKOHARJO

PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Endri Hastuti

SMK Negeri 4 Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran Sejarah materi Masa Praaksara melalui model Discovery Learning bagi siswa kelas X TB A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019 (2) hasil belajar Sejarah materi Masa Praaksara melalui model Discovery Learning bagi siswa kelas X TB A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dimana tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X TB A Semester 1 SMK Negeri 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 32 siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan analisis data. Validitas data menggunakan metode triangulasi. Analisis data menggunakan teknik deskripsi komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa yang berakibat pada meningkatnya hasil belajar Sejarah siswa pada materi Masa Praaksara dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 73,19 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, menjadi 80,41 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 69,45% pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 88,88% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sejarah siswa materi Masa Praaksara bagi siswa kelas X TB A SMK Negeri 4 Sukoharjo semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.

Kata Kunci: Discovery Learning; Hasil belajar; Masa Praaksara

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam Undang Undang No 20 Tahun 2007 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “ Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa maupun negara. Pendidikan merupakan usaha sadar dalam proses pembelajaran yang terencana agar nantinya peserta didik manusia yang lebih baik.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan memperbaiki proses pembelajaran siswa di dalam maupun di luar kelas. Faktanya guru sering menemukan berbagai permasalahan dalam proses belajar mengajar. Permasalahan tersebut dapat bersumber dari siswa atau bahkan dari guru sendiri. Guru harus memahami bahwa pada dasarnya siswa sudah memiliki pengetahuan yang harus dikembangkan oleh guru dengan berbagai strategi pembelajaran. Proses pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan berbagai pengalaman belajar bagi siswa. Apabila siswa mengalami apa yang dipelajari, serta mampu mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata atau belajar secara alamiah, maka hal tersebut akan menjadikan belajar lebih bermanfaat dan bermakna (Ausubel dalam Dahar, 1989:111).

Kaitannya dalam pembelajaran sejarah di sekolah, sebagian besar materi sejarah merupakan materi yang bersifat abstrak, objek yang dipelajari dan peristiwa yang terjadi tidak dapat terlihat secara langsung, termasuk salah satunya adalah materi masa Praaksara. Materi Masa Praaksara merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa kelas X semester 1. Dalam pembelajaran sejarah Masa Praaksara ada bersamaan dengan keberadaan manusia. Selama ini pembelajaran Masa Praaksara hanya menggunakan bantuan gambar-gambar dan referensi dari buku paket sejarah. Pembelajaran masa Praaksara dari tahun ke tahun hasilnya kurang memuaskan. Siswa mengaku kesulitan untuk mempelajari materi tersebut, selain itu siswa juga menjadi kurang tertarik dengan mempelajari Masa Praaksara, sehingga mereka justru malah bercerita sendiri dengan temannya. Hal ini menyebabkan rendahnya nilai materi Masa Praaksara siswa kelas X TB A semester 1 SMK Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat proses pembelajaran, siswa memiliki motivasi belajar yang rendah sehingga dalam proses pembelajaran siswa tampak pasif, sulit memahami materi, dan belum ada kerjasama, sehingga hasil ulangan harian siswa rendah. Dari 36 siswa yang mendapat nilai di atas KKM baru mencapai 10 siswa (27,8 %) dan yang mendapat nilai di bawah KKM ada 26 siswa (72,22%) dengan nilai rata-rata kelas 68,19.

Rendahnya nilai pelajaran Sejarah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah rendahnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran serta dan kemampuan berpikir abstrak siswa yang berbeda-beda. Padahal sebagian besar materi sejarah termasuk di dalamnya materi Masa Praaksara yang bersifat abstrak, karena yang dipelajari adalah segala sesuatu yang ada pada masa lampau yang objeknya tidak terpampang nyata dihadapan siswa. Kemampuan berpikir abstrak atau imajinatif merupakan kemampuan berpikir untuk menemukan pemecahan masalah tanpa hadirnya objek permasalahan tersebut secara nyata. Jadi, siswa harus mampu membuat prediksi, memecahkan masalah dan membuat kesimpulan yang tepat meskipun mereka tidak berhadapan langsung dengan benda-benda, kejadian atau peristiwa nyata sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.

Berdasarkan permasalahan yang ada, guru perlu melakukan inovasi pembelajaran dengan menerapkan dan mengembangkan berbagai model, metode, dan strategi mengajar yang sesuai dengan hakikat sejarah. Pembelajaran tidak hanya berorientasi pada produk tetapi didasarkan pada proses. Melalui pengembangan keterampilan proses, siswa yang awalnya hanya menghafalkan konsep-konsep menjadi membangun konsep-konsep yang diperolehnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi keterampilan sains, mendorong konstruktivisme pada siswa, dan meningkatkan kemampuan metakognitif adalah model pembelajaran Discovery Learning. Bruner (1967) menyatakan Discovery Learning bertujuan untuk memberikan kesempatan siswa mengoleksi, mengorganisasi, dan menganalisis data atau bahan yang dipelajari yang kemudian digeneralisasi menjadi suatu bentuk akhir (Cruisckshank, Jenkinks, & Metcalf, 2009: 261). Melalui model Discovery Learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan melalui serangkaian kegiatan-kegiatan ilmiah sehingga siswa lebih cepat memahami suatu konsep. Pengetahuan yang diperoleh siswa berdasarkan pengalaman menjadi lebih bermakna dan kuat dalam memori jangka panjang, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Menurut beberapa penelitian disampaikan bahwa penerapan model Discovery Learning yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang positif dalam hasil belajar siswa. Misalnya, penelitian oleh Fitri Astuti Wahyu Utami (2015) menyatakan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model Guided Discovery Learning lebih mudah memahami materi karena membangun konsep dengan proses mental sendiri. Demikian juga dengan penelitian Azhari (2015) menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa pada materi sistem respirasi karena penerapan model Discovery Learning mempengaruhi kesiapan dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: Peningkatan Hasil Belajar Masa Praaksara melalui Model Discovery Learning bagi Siswa Kelas X TB A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019

Rumusan Masalah

Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar materi Masa Praaksara melalui Model Discovery Learning bagi siswa kelas X TB A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar materi Masa Praaksara melalui Model Discovery Learning bagi siswa kelas X TB A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019.

KAJIAN TEORI

Pengertian Discovery Learning

Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih,2005). Pembelajaran discovery (penemuan) adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery (penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.

Discovery ialah proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberi intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Model pembelajaran discovery merupakan suatu model pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan model ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.

Ciri dan Karakteristik Model Discovery Learning

Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.

Karakteristik model Discovery Learning atau Penemuan adalah: a) Peran guru sebagai pembimbing; b) Peserta didik belajar secara aktif sebagai seorang ilmuwan; c) Bahan ajar disajikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan.

Masa Praaksara

Praaksara atau prasejarah sendiri secara harafiah berarti sebelum (pra), dan tulisan (aksara). Jadi Praaksara adalah masa kehidupan dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa ini juga disebut dengan nirlekha, nir artinya tidak ada dan lekha artinya tulisan, jadi nirlekha adalah jaman tidak ada tulisan. Jaman praaksara dimulai sejak adanya manusia dan berakhir setelah mengenal tulisan. Bukti tertulis yang mengakhiri masa praaksara di Indonesia ini terdapat dalam Yupa prasasti. Dengan ditemukakannya tulisan pada yupa prasasti berakhirlah masa praaksara di Indoneia dan memasuki babak baru dengan adanya tulisan.

Untuk mengetahui kehidupan masa praaksara dapat dilihat dari peninnggalan masa praakara dan dijadikan sebagai sumber sejarah praaksara yaitu berupa Fosil dan Artefak. Fosil merupakan sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu, dan Artefak merupakan sisa peralatan manusia yang telah membatu. Faktanya di Indonesia banyak ditemukan fosil manusia purba, diantaranya Meganthropus palaeojavanicus yang ditemukan di Sangiran dan biasanya penemuan fosil manusia purba ini ditemukan di tepi sungai. Sedangkan artefak berupa alat-alat yang digunakan oleh manusia purba untuk memenuhi kehidupannya terbuat dari batu atau tulang dan bentuknya pun masih sangat sederhana.

Hipotesis

Penerapan model Discovery Learning diduga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar materi Masa Praaksara bagi siswa kelas X TB A SMK Negeri 4 Sukoharjo pada semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMK Negeri 4 Sukoharjo beralamat di Jalan Raya Baki No 5, Jetis, Baki Sukoharjo. Subjek penelitian adalah siswa kelas X TB A. Penelitian dilaksanakan pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2018/2019. Waktu penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, mulai bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2018.

Data dan Sumber Data

Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian yaitu kegiatan pembelajaran materi Masa Praaksara yang berlangsung di dalam kelas dengan penerapan Model Discovery Learning. Informan dalam penelitian ini adalah guru sejarah dan siswa Kelas X TB A SMK Negeri 4 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2018/2019.

Dokumen yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil belajar siswa berupa tes tertulis, catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung setiap siklus.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, tes, dan analisis data.

Uji Validitas Data

Data diuji validitasnya dengan menggunakan beberapa teknik yaitu dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode.

Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dan teknik analisis deskriptif komparatif. Data dalam analisis kritis berupa hasil observasi dan wawancara. Teknik ini mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Data yang berupa deskriptif komparatif yaitu teknik yang digunakan untuk data kuantitatif yakni membandingkan antar siklus. Data ini berupa hasil tes yang sudah dikerjakan oleh siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Awal

Berdasarkan data hasil tes ulangan harian yang dijadikan sebagai identifikasi kondisi awal pembelajaran Sejarah, menunjukkan bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 80 dan nilai terendah adalah 55. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 68,19. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 68,19 < KKM yang ditetapkan dengan KKM > 70. Atas dasar hal tersebut siswa secara klasikal dianggap belum mencapai ketuntasan belajar.

Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70.00 adalah 14 orang siswa atau 38,88% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 22 orang siswa atau 61,12%. Berdasarkan hal tersebut, maka secara klasikal siswa kelas X TB A semester 1 SMK Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019 belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran Sejarah.

Dari kegiatan observasi terhadap proses pembelajaran diketahui ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada materi masa praaksara yaitu: (1) Keterampilan Proses masa praaksara siswa belum berkembang; (2) Motivasi belajar siswa rendah; (3) Belum ada kerjasama di antara siswa selama proses pembelajaran; (4) Kemampuan berpikir abstrak siswa bervariasi

Siklus I

Dari hasil pengamatan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua tindakan siklus I diperoleh data bahwa siswa yang memiliki motivasi, ketelitian, dan kerjasama amat tinggi sebanyak 26 siswa atau sebesar 72,22%, sedangkan 10 siswa atau 27,78% kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran, hanya menjadi anggota pasif dalam kegiatan diskusi dan tidak aktif dalam pembelajaran.

Dari hasil pengamatan aktivitas Keterampilan Proses Masa Praaksara (KPS) siswa pada pertemuan pertama dan kedua tindakan siklus I diperoleh data bahwa 23 siswa (63,88%) memiliki aktivitas KPS tinggi, sedangkan sisanya yaitu sebesar 36,11% (13 siswa) masih cenderung pasif dan bingung melakukan berbagai kegiatan yang diarahkan oleh guru. Terutama dalam kegiatan penyampaian data dalam bentuk presentasi, terlihat masih didominasi oleh siswa-siswa tertentu.

Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 85 dan nilai terendah adalah 60. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 73,19. Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 adalah 25 orang siswa atau 69,45% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 11 orang siswa atau 30,55 %. Berdasarkan hal tersebut, maka indikator penguasaan secara klasikal, berupa tercapainya > 80 % jumlah siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 70 belum tercapai.

Siklus II

Siklus II merupakan upaya untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan pada Siklus I. Peningkatan hasil belajar yang diperoleh pada tindakan Siklus I belum optimal sehingga guru melakukan perbaikan pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan memperbanyak jumlah kelompok sehingga anggota masing-masing kelompok menjadi lebih sedikit. Perubahan tersebut mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Perubahan perilaku juga ditunjukkan siswa sebagai dampak dari pembelajaran materi masa praaksara menggunakan model Discovery Learning yaitu semakin meningkatnya motivasi siswa untuk mempelajari materi praaksara, dan meningkatnya kerjasama antar siswa.

Berdasarkan observasi yang dilakuakan pada proses pembelajaran tindakan Siklus II terlihat bahwa pembelajaran materi Masa Praaksara dengan model Discovery Learning pada siswa kelas X TB A berjalan efektif karena dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari Keterampilan Proses Siswa (KPS) berkembang dengan baik, misalnya: kegiatan mengamati (gambar, video); diskusi; menyajikan data dalam bentuk tabel. Hasil penghitungan KPS siswa melalui lembar observasi menunjukkan bahwa 32 siswa atau 88, 89% siswa memiliki nilai KPS tinggi dan amat tinggi. Sedangkan 4 siswa lainnya atau 11,11% masih berada pada level cukup. Tidak ada siswa yang memiliki nilai KPS kurang.

Perbaikan yang dilakukan guru berdampak positif dengan meningkatnya nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada akhir tindakan Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata pada akhir tindakan Siklus I, yaitu meningkat dari 73,19 menjadi 80,41. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 69,45% pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi sebesar 88,88% pada akhir tindakan Siklus II.

KESIMPULAN

Penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar materi Masa Praaksara bagi siswa Kelas X TB A semester 1 SMK Negeri 4 Sukoharjo tahun pelajaran 2018/2019. Peningkatan kualitas proses pembelajaran terlihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses Siswa materi Masa Praaksara (KPS) yang semula sebesar 63,88% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 88,89% pada siklus II. Sedangkan peningkatan hasil belajar terlihat dari kenaikan nilai rata-rata hasil belajar dari 73,19 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, menjadi 80,41 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Tingkat ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan dari 69,45% pada akhir tindakan Siklus I menjadi 88,88% pada akhir tindakan Siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid,dkk.1981. Sejarah Umum 2. Jakarta.Depdikbud

Abdullah, T. 1996. Di sekitar Pengajaran Sejarah yang Reflektif dan Inspiratif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hapsari Ratna,M Adji. 2019. Sejarah Indonesia. Jakarta.Erlangga.

Ridwan Abdullah Sani. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Bumi Aksara

Rusman, 2016. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta. Rajawali Press.