PENINGKATAN HASIL BELAJAR

TENTANG DINAMIKA KEPENDUDUKAN

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW COOPERATIVE LEARNING BAGI SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 1 WERU

PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sri Maryanto

SMA Negeri 1 Weru

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa mata pelajaran geografi di SMA Negeri 1 Weru dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw Cooperative Learning. Prosedur Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan dua siklus terdiri empat tahap yaitu; perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian adalah para siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Weru yang berjumlah 34 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki, 24 siswa perempuan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah; tes,observasi, wawancara, dokumnetasi, dan jurnal. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu menganlisis data kuantitatif berupa hasil tes, dan data kualitatif berupa hasil pengamatan, wawancara, jurnal dan dokumentasi.Validasi data melalui empat tahap; face validity, triangulation, critical reflection, dan catalityc validaty. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kualiatas proses pembelajaran dengan model Jigsaw Cooperative Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Weru pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Indikator keberhasilan kinerja adalah peningkatan hasil belajar siswa nilai rata-rata kelas pada prasiklus sebesar 63,29; pada Siklus I sebesar 73,88; dan pada Siklus II sebesar 78,76. Selain itu juga dapat dilihat adanya peningkatan ketuntasan klasikal yaitu pada pre tes siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa (29,41%); pada Siklus I sebanyak 23 siswa (67,65%); dan 32 siswa (94,12%) pada Siklus II.

Kata kunci: Dinamika Kependudukan, Model Pembelajaran Jigsaw Coopeartive Learning, Hasil Belajar,

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan yang disebabkan oleh peristiwa alam bagi peserta didik sangat urgen dan mendesak agar peserta didik memiliki cara berpikir yang interaktif tentang gejala alam dan gejala sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Proses pembelajaran pada kelas XI. IPS. 2 SMAN 1 Weru semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 masih didominasi pada tugas-tugas rutin dan hafalan-hafalan semata. Siswa kurang dirangsang untuk mengajukan pertanyaan, menggunakan daya imajinasinya, mengemukakan pendapat / pikiran, dan menemukan jawaban atas permasalahan yang dihadapi.

Selama ini pembelajaran di sekolah lebih banyak menekankan pada pencapaian kemampuan intelektual yang ditunjukkan dengan perolehan hasil belajar siswa, sedangkan aspek afektif dan aspek karakter hanyalah sebagai sisipan apabila guru yang bersangkutan menyadari arti pentingnya karakter dan nilai sikap tersebut walaupun dalam kurikulum sudah ada pendidikan karakter yang harus diaplikasikan sesuai dengan materi pembelajaran.

Menurut pengamatan peneliti bahwa sebagian besar siswa belum memiliki kecakapan hidup yang dibuktikan pada saat diskusi siswa kurang aktif berperan dalam hal curah pendapat dalam diskusi, kemauan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan masih rendah. Pada saat bekerja kelompok siswa masih banyak yang bermain-main dan jatah waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas selalu tidak tepat. Jika ada temannya yang bertanya atau menjawab pertanyaan tidak memperhatikan. Siswa mudah lupa terhadap materi yang telah diajarkan, terlebih jika ditanyakan pada pertemuan pada minggu yan lalu.

Di kelas XI. IPS.2 SMAN 1 Weru berjumlah 34 siswa yang terdiri dari 10 laki-laki, 24 perempuan. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran geografi ditetapkan 72. Menurut hasil belajar ulangan harian pertama menunjukkan bahwa sebanyak 9 siswa (26,47%) memperoleh nilai di atas KKM, sebanyak 25 siswa (73,53%) memperoleh nilai di bawah KKM. Nilai tertinggi ualangan harian pertama adalah 96 dan nilai terendah adalah 36. Nilai rata-rata ulangan harian pertama adalah 63,29. Pencapaian ketuntasan kelas, kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Weru pada ulangan harian pertama sebesar 9 siswa atau (26,47%).

Berdasarkan asumsi dan realita di atas maka model pembelajaran yang dipilih oleh peneliti untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran “Jigsaw Cooperative Learning”. Peneliti menyakini bahwa model pembelajaran koopertif Jigsaw Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran dinamika kependudukan di kelas XI. IPS.2 pada SMAN 1 Weru semester 1 tahun pelajaran 2017/2018.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1).            Apakah dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw cooperative learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dinamika kependudukan di kelas XI. IPS.2 SMAN 1 Weru semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 ? (2). Apakah dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw cooperative learning, dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran dinamika kependudukan di kelas XI. IPS.2 SMAN 1 Weru semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 ?

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Sri Rumini dkk: 59).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik individu. Faktor internal individu dibedakan menjadi dua yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Faktor psikis individu antara lain ; kognitif, afektif, psikomotor, campuran dan kepribadian. Faktor fisik individu antara lain ; indera, anggota badan, tubuh, kelenjar, syaraf dan organ-organ dalam tubuh. Faktor eksternal individu antara lain ; lingkungan alam, faktor sosial-ekonomi, guru, metode mengajar, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana serta media pembelajaran.

 Hakikat Cooperative Learning Jigsaw     

Cooperative Learning atau belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan siswa untuk berprestasi dan meningkatkan hasil belajar. Menurut Slavin (1980), Cooperative Learning mempunyai tiga karakteristik (1) siswa bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang anggota); (2) siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok; (3) siswa diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.

Menurut hasil penelitian, ternyata bahwa cooperative learning itu pada umumnya mempunyai efek yang positif terhadap prestasi belajar, meningkatkan perilaku kooperatif dan altruistik pada diri siswa. Keberhasilan cooperative learning bergantung pada kemampuan siswa berinteraksi di dalam kelompok. Menurut Johnson (1984) ada empat ketrampilan antar pribadi yang menunjang keberhasilan yaitu: (1) keterampilan membentuk agar pengeluaran kelas tetap baik dan agar para anggota kelompok mengembangkan sikap positif terhadap kerja di dalam kelompok; (2) keterampilan berfungsi gar siswa-siswa berinteraksi secara efektif di dalam kelompok; (3) keterampilan merumuskan gar para siswa dapat mengembangkan kualitas berpikir dan membuat keputusan bersama; (4) keterampilan fermentasi agar para siswa dapat belajar cara menangani perbedaan pendapat.

Model Pembelajaran Jigsaw Cooperative Learning

Salah satu model pembelajaran yang terdapat dalam cooperative learning adalah jigsaw atau tim ahli. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan dan diuji oleh Elliot Arrosnson dan rekan-rekanya di Universitas texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John Hopkin (Sugianto, 2010: 45). Jigsaw adalah salah satu dari metode –metode kooperatif yang paling fleksibel (Slavin, 2005: 246). Model Jigsaw merupakan proses pembelajaran secara kelompok di mana setiap anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan keterampilan yang dimiliki, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman materi seluruh anggota.

Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya ( Sudarjat, 2008:1).

Penerapan model pembelajaran Jigsaw para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa unit atau bab dan diberikan lembar ahli yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua peserta didik selesai membaca, siswa dari berbeda yang mempunyai fokus topik sama bertemu dalam kelompok ahli membahas topik tersebut. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim asal kemudian secara bergantian mereka saling mangajar teman satu tim mengenai topik yang mereka kuasai.

Tahapan-tahapan penerapan model pembelajaran Jigsaw Cooperative Learning adalah sebagai berikut: (1) Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Sebuah bagian dapat disingkat seperti sebuah kalimat atau beberapa halaman; (2) Hitung jumlah bagian materi dan jumlah perserta didik. Dengan satu cara yang pantas, bagikan tugas materi yang berbeda kepada peserta yang berbeda dalam satu kelompok; (3) Setelah selesai, bentuk kelompok Jigsaw Cooperative Learning. Setiap kelompok ada seorang wakil dari masing-masing kelompok yang menguasai materi sesuai dengan pembagian materi yang disebut kelompok ahli; (4) Kemudian kelompok ahli mengadakan diskusi ahli yang beranggotakan siswa dari kelompok yang menguasai materi pembelajaran yang sama; (5) Setelah selesai, kemudian anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal, dilanjutkan saling mengajar teman dalam kelompoknya sehingga semua anggota kelompok memahami materi pembelajaran; (6) Diadakan penilaian terhadap materi pembelajaran yang telah dibahas oleh guru baik dengan tes lisan maupun tertulis.

Hakikat Geografi

Secara harfiah, geografi berarti tulisan tentang bumi. Oleh karena itu, geografi sering disebut ilmu bumi. Geografi adalah ilmu yang mengkaji fenomena-fenomena alam, baik fenomena fisik maupun sosial. Fenomena fisik geografi meliputi objek-objek yang ada di bumi, baik objek alamiah maupun buatan manusia. Adapun objek sosial yang dipelajari dalam geografi meliputi semua aktivitas sosial manusia beserta hasilnya. Baik fenomena fisik maupun fenomena sosial tersebut saling mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik. Akan tetapi yang dipelajari dalam geografi bukan hanya mengenai permukaan bumi saja, melainkan juga berbagai hal yang ada di permukaan bumi, di luar bumi, bahkan benda-benda di ruang angkasa pun turut menjadi objek kajian geografi. Dengan kata lain, geografi adalah studi tentang gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dalam hubungan interaksi dan keruangan, tanpa mengabaikan setiap gejala yang merupakan bagian dari keseluruhan itu.

Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian tindakan kelas yang relevan yang pernah dilakukan antara lain; (1) Dwi Susianto. 2007 dengan judul: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Untuk Peningkatan Perilaku Sosial Dan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi Siswa Kelas XI IPS 2 SMA Negeri Jumapolo Karanganyar Tahun Pelajaran 2006/2007, yang terdapat pada website https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/1536/3_ ). Yang diunduh pada tanggal: 10 Desember 2017 pada jam: 12.35. WIB. hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan perilaku sosial siswa yang dibuktikan dengan perolehan rerata skor nilai unsur-unsur pembentuk perilaku sosial yang diperoleh siswa pada pembelajaran siklus I = 2,49, pada siklus ke II = 2,69 dan pada siklus ke III = 2,93 ; (2) terdapat manfaat dalam penerapan pembelajaran kooperatif metode jigsaw untuk peningkatan prestasi belajar mata pelajaran geografi siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri Jumapolo Karanganyar tahun pelajaran 2006/2007, dibuktikan dengan rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada siklus ke I = 63,18 dengan siswa tuntas belajar sebanyak 63%, pada siklus ke II = 75,95 siswa yang tuntas belajar sebanyak 79%, sedang pada siklus ke III = 76,54 dan siswa yang tuntas belajar sebanyak 86%.

Ni Made Sulasmi,dkk. 2013, dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Morivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn DI Kelas X 2 SMA NEGERI 2 BANJAR TAHUN AJARAN 2012/2013 yang terdapat pada website: http://download.portalgaruda.org/article.php? , yang diunduh pada tanggal: 10 Desember 2017 jam: 12.30 WIB, menyimpulkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn yaitu dari nilai rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 86.12 dan termasuk ke dalam kategori sedang, sedangkan motivasi belajar siswa pada siklus II yaitu sebesar 100 dengan kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dari siklus I ke siklus II telah mengalami peningkatan sebesar 13.88%. Hasil belajar pada siklus I adalah sebesar 80.64 dan termasuk dalam kategori cukup dengan ketuntasan klasikal sebesar 80.64%, sedangkan hasil belajar pada siklus II sebesar 86.61 dan termasuk dalam kategori baik dengan ketuntasan klasikal sebesar 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebesar 5.97%. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw selama penelitian antara lain: Siswa masih merasa sulit dalam proses pembelajaran dimana dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mereka masih terlihat bingung dalam pembentukan kelompok baik kelompok asal maupun kelompok ahli sehingga membuat suasana kelas menjadi kurang kondusif.

I Kadek Purwanto. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPS1 Pada Mata Pelajaran Geografi Di SMA Negeri 5 Palu, yang dimuat pada website: http://download.portalgaruda.org/article.php?article, yang diunduh pada tanggal 10 Desember 2017 pada jam 12.45 WIB; hasil penelitian menunjukkan bahwa: hasil tes belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat rendah karena siswa yang memperoleh skor tertinggi hanya 1 orang siswa dengan nilai 85, skor terendah 4 orang siswa dengan nilai 35, sementara dengan skor rata-rata 59,2, banyak siswa yang tuntas berjumlah yaitu 10 orang siswa. Sementara pada siklus I setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa mempunyai sedikit peningkatan karena skor tertinggi 95 dengan jumlah I orang siswa, skor terendah 35 dengan jumlah 1 orang siswa, skor rata-rata yaitu 69,9, banyak siswa yang tuntas pada siklus I ini adalah 12 orang siswa. Pada tindakan siklus ke II ada peningkatan karena skor rata-rata yang diperoleh 88,2, skor terendah 70 dan 73 dengan masing-masing 1 orang siswa dan, skor tertinggi 95 dengan jumlah 7 orang siswa, dan banyaknya siswa yang tuntas 26 orang siswa dari jumlah 28 orang siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kerangka Berpikir

Proses pembelajaran berlangsung satu arah. Keadaan ini menyebabkan siswa cenderung pasif, kurang kreatif, kurang inisiatif dan kurang pro aktif sehingga mereka lebih banyak menunggu presentasi materi dari guru daripada mencari, menemukan dan merekonstruksi pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.pada tugas-tugas rutin dan hafalan-hafalan semata.

Siswa kurang dirangsang untuk mengajukan pertanyaan, menggunakan daya imajinasinya, mengemukakan pendapat / pikiran, dan menemukan jawaban atas permasalahan yang dihadapi. Keadaan ini menyebabkan siswa cenderung pasif, kurang kreatif, kurang inisiatif dan kurang pro aktif sehingga mereka lebih banyak menunggu presentasi materi dari guru daripada mencari, menemukan dan merekonstruksi pengetahuan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

Guru masih dominan menggunakan model pembelajaran konvensional dan kurang ada usaha untuk mencoba pembelajaran yang lebih kreatif, inovatif dan menyenangkan. pembelajaran yang berlangsung satu arah. Sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi rendah.

Tindakan yang di lakukan oleh guru adalah menggunakan model pembelajaran jigsaw cooperative learning dalam proses pembelajaran. Model jigsaw cooperative learning adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama antarsiswa dengan suasana proaktif, kompetisi, kreatif, inovatif dan menyenangkan siswa untuk mengekspresikan kemampuannya dalam kegiatan belajar dengan 2 siklus. Siklus pertama tanpa bimbingan guru. Kemudian dilanjutkan siklus kedua dengan bimbingan guru.

Kondisi akhirr yang diharapakan adalah dengan penggunaan model pembelajaran jigsaw cooperative learning dalam pembelajaran dinamika kependudukan dapat meningkatkan akirfitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kleas XI IPS 2 SMAN 1 weru semester gasal tahun ajaran 2017/2018.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagi berikut: (1) Dengan menggunakan model jigsaw cooperative learning diduga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran tentang dinamika kependudukan di kelas XI IPS 2 siswa SMA Negeri 1 Weru semester 1 tahun pelajaran 2017/2018; (2) Dengan menggunakan model jigsaw coopeartive learning diduga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran dinamika kependudukan di kelas XI IPS 2 siswa SMA Negeri 1 Weru semester 1 tahun pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1 Weru yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Klaten dengan Kecamatan Semin dan Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2017 / 2018 pada kegiatan belajar mengajar pada saat pagi hari.

Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas adalah para siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Weru yang berjumlah 34 siswa yang terdiri dari 10 siswa putra dan 24 siswa putri.

 

 

 

Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini ada dua yaitu meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajaran dinamika kependudukan sebagai variabel terikat dan penggunaan model pembelajaran jigsaw cooperative learning sebagai variabel bebas.

Teknik Pengumpulan Data

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran dinamika kependudukan yang dilaksanakan sesaat setelah guru menyampaikan informasi sebagai pre tes. Pada setiap siklus tindakan selesai, guru memberikan post tes untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Teknik nontes yang digunakan pada penelitian ini ada 3, yaitu: observasi, wawancara dan jurnal.(a) Observasi digunakan untuk mengetahui tentang respon dan sikap siswa terhadap proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran jigsaw cooperative learning pada pembelajaran dinamika kependudukan, (b) wawancara digunakan untuk mengetahui tanggapan dan sikap siswa dalam penggunaan model pembelajara jigsaw cooperative learning pada pembelajaran dinamika kependudukan, faktor penyebab siswa kurang dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan motivasi yang menjadikan siswa bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. (c) Jurnal digunakan untuk mengetahui berbagai gejala yang muncul dan tercatat pada saat penggunaan model pembelajaran jigsaw cooperative learning baik yang bersifat maju maupun mundur untuk mengadakan perbaikan pada siklus berikutnya.

Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan adalah teknik deskriptif analitik dengan uraian sebagai berikut: (1) Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes diolah dengan menggunakan deskripsi persentase. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran dinamika kependudukan.

(2) Data kualitatif yang diperoleh dari observasi, wawancara dan jurnal diklasifkasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis.

Data kuatitatif dan kualitatif ini kemudian dikorelasikan sebagai dasar untuk mendeskrispsikan keberhasilan penerapan model pembelajaran jigsaw cooperative learning yang di tandai meningkatnya hasil belajar siswa pada pembelajaran dinamika kependudukan secara klasikal dan perubahan tingkah laku yang menyertainya.

Indikator Kinerja

Keberhasilan tindakan pada penelitian tindakan ini adalah peningkatan hasil belajar siswa yang diukur berdasarkan ketuntasan belajar secara klasikal. Indikator ketuntasan belajar siswa mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMA Negeri 1 Weru untuk mata pelajaran geografi adalah 72. Kualitas pembelajaran dinyatakan baik jika siswa telah mencapai nilai 72.

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pada tahap ini guru melakukan pre tes untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan model jigsaw cooperative learning.

Pada tahap menunjukan siswa yang telah tuntas belajarnya atau telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 29,41% dan siswa yang belum tuntas adalah 70,59%, berarti di kelas XI IPS 2 ketuntasan klasikal mencapai 29,41%. Hal ini belum sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal ideal yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA Negeri 1 Weru yang menyatakan bahwa suatu kelas dinyatakan telah tuntas belajarnya apabila minimal 75% dari jumlah siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Deskripsi Siklus I

Bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model jigsaw cooperative learning menjawab pertanyaan dari temannya sebesar 77,77%, dan 63,88% siswa menunjukkan kegiatan kerjasama yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Fakta ini akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dan baru 58,33% siswa bertanya kepada guru, hal ini dikarenakan siswa masih takut, ragu-ragu dan malu, lebih-lebih hanya 19,44% siswa yang berani menyanggah terhadap pendapat yang disampaikan guru maupun siswa yang lain. Hal ini dikarenakan teknik pembelajaran konvensional yang mereka ikuti selama ini. Mereka terbiasa mendengarkan dan menerima instruksi dari gurunya.

Bahwa siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM sebesar 32,35% sedangkan siswa yang telah tuntas atau telah mencapai KKM adalah 67, 65%. Nilai rata-rata kelas belajar siswa pada Siklus I ini sebesar 73,88, maka pada Siklus I ini keberhasilan penelitian belum berhasil karena nilai rata-rata kelas yang ditetapkan adalah 75. Namun jika dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan penelitian maka terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 10,59.

Pada prapenelitian ketuntasan klasikal mencapai 29,41% dan pada penelitian tindakan Siklus I telah mencapai 67,65%, berarti terjadi peningkatan sebesar 38,24%. Peningkatan ketuntasan kelas ini terjadi karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui model Jigsaw Coopeartive Learning sehingga siswa memahami materi pembelajaran dinamika kependudukan lebih baik. Kemampuan siswa ini akan dapat meningkatkan daya serap terhadap materi pembelajaran sehingga siswa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal tes dengan baik dan benar.

Bahwa 86,11% para siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dengan model Jigsaw Coopeartive Learning. Disamping itu 66,66% siswa menyatakan tertantang dengan tugas-tugas yang diberikan, dan 91,66% model Jigsaw Coopeartive Learning sesuai dengan karakteristik siswa SMA yang didengar suaranya, dihargai pendapatnya, diakui keberadaan dan kemampuannya serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hanya 30,55% siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pembelajaran, hal ini berarti 69,5% siswa merasa mudah memahami materi pembelajaran, kemudian 72,22% siswa menyatakan waktu pembelajaran dengan model Jigsaw Coopeartive Learning efektif. Fakta ini menunjukkan bahwa siswa sangat pro aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Deskripsi Siklus II

Bahwa partisipasi siswa meningkat dengan baik, yaitu bertanya sebesar 63,88%, menjawab sebesar 83,33%, menyanggah 25% dan kerjasama 77,77%. Peningkatan partisipasi siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Siswa mulai terbiasa menggunakan model Jigsaw Coopeartive Learning dalam proses pembelajaran, (2) Interaksi timbal balik guru dengan siswa lebih intensif sehingga guru mudah memotivasi siswa. Siswa lebih berani mengemukakan pendapat / bertanya kepada guru, lebih-lebih siswa berani menyanggah.

Bahwa siswa yang belum tuntas atau belum mencapai KKM sebesar 5,88%, sedangkan siswa yang telah tuntas belajarnya mencapai 94,12%. Nilai rata-rata kelas hasil belajar siswa pada Siklus II sebesar 78,76. Berdasarkan hasil tes tersebut maka pada Siklus II ini keberhasilan penelitian tindakan kelas telah terlampaui. Peningkatan ketercapaian ketuntasan klasikal ini disebabkan oleh peningkatan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan oleh interaksi yang harmonis antara guru dan siswa serta meningkatnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

Bahwa 91,66% siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dengan model Jigsaw Coopeartive Learning. Sebesar 75% siswa merasa tertantang dengan tugas yang diberikan dan 91,66% siswa menyatakan bahwa model Jigsaw Coopeartive Learning bermanfaat. Siswa yang sulit memahami materi sebesar 13,88% atau 5 orang dari 36 siswa, berarti hal ini sebesar 86,11% atau 31 siswa merasa mudah memahami materi. Disamping itu 80,55% siswa menyatakan bahwa siswa dengan model Jigsaw Coopeartive Learning waktu pembelajaran lebih efektif. Perasaan senang merupakan motivasi bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sehingga mampu membangun dan mengembangkan potensi individu dan menumbuhkan kreatifitas siswa.

Deskripsi Antar Siklus

Berdasarkan hasil analisis pada Siklus I dan II dapat dibuat perbandingan sebagai berikut: (1). bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran meningkat secara signifikan. Kegiatan bertanya pada Siklus I sebesar 58,33% menjadi 63,88% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan sebesar 5,55%. Kegiatan menjawab siswa pada Siklus I: 77,77% menjadi 83,33% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 5,56%. Keberanian menyanggah sebesar 19,44% pada Siklus I menjadi 25% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 5,56%. Kerjasama siswa pada Siklus I sebesar 63,88% menjadi 77,77% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 13,89%. Peningkatan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran disebabkan oleh beberapa faktor antara laian: (1) Siswa mulai terbiasa dengan model Jigsaw Coopeartive Learning, (2) Guru lebih intensif dalam mendampingi dan memotivasi siswa, (3) Siswa lebih berani mengemukakan pendapat sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan bermakna.(2).Hasil belajar siswa dari aspek kognitif terlihat pada daya serap siswa yang diukur dengan tes hasil belajar tiap siklus.

Bahwa pada Siklus I ketuntasan klasikal sebesar 67,65% dan pada Siklus II sebesar 94,12% berarti terjadi peningkatan 26,47%. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada nilai rata-rata kelas pada Siklus I sebesar 73,88 dan pada Siklus II sebesar 78,76 berarti terjadi peningkatan 4,88. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) Kualitas proses pembelajaran melalui model Jigsaw Coopeartive Learning yang ditunjukkan peran aktif siswa yang meningkat dengan baik sehingga siswa dapat berpikir secara kreatif, inovatif dan mampu mengkonstruksi pengetahuan, (2) Para siswa merasa senang mengikuti proses pembelajaran dengan model Jigsaw Coopeartive Learning. Perasaan senang itu merupakan modal utama untuk memperoleh pengetahuan yang bermakna bagi kehidupannya, sehingga materi pembelajaran akan lebih lama diingat oleh siswa.(3) Sikap siswa terhadap pembelajaran geografi dengan model Jigsaw Cooperative Learning bahwa pada semua indikator mengalami peningkatan, kecuali pada indikator sulit memahami materi. Pada indikator ini justru mengalami penurunan sebesar 16,67%, berarti terjadi peningkatan jumlah siswa yang merasa lebih mudah memahami materi dengan menggunakan model Jigsaw Cooperative Learning.

Bahwa sikap siswa dalam proses pembelajaran meningkat secara signifikan. Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran geografi pada Siklus I sebesar 86,11% menjadi 91,66% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan sebesar 6,55%. Siswa merasa tertantang dengan tugas yang diberikan guru pada Siklus I: 66,66% menjadi 75% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 8,34%. Pembelajaran dengan model jigsaw cooperative learning bermanfaat sebesar 91,66% pada Siklus I menjadi 91,66% pada Siklus II,. Kegiatan pembelajaran dengan model jigsaw coopearative learning efektif pada Siklus I sebesar 72,22% menjadi 80,55% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 8,33%.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Adanya peningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model jigsaw cooperative learning yaitu: menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam proses pembelajaran meningkat secara signifikan. Kegiatan bertanya pada Siklus I sebesar 58,33% menjadi 63,88% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan sebesar 5,55%. Kegiatan menjawab siswa pada Siklus I: 77,77% menjadi 83,33% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 5,56%. Keberanian menyanggah sebesar 19,44% pada Siklus I menjadi 25% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 5,56%. Kerjasama siswa pada Siklus I sebesar 63,88% menjadi 77,77% pada Siklus II, berarti terjadi peningkatan 13,89%.Peningkatan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran disebabkan oleh beberapa faktor antara laian: (1) Siswa mulai terbiasa proses pembelajaran dengan model jigsaw cooperative learning ; (2) Guru lebih intensif dalam mendampingi dan memotivasi siswa; (3) Siswa lebih berani mengemukakan pendapat sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan bermakna.(a) Siswa lebih aktif, kreatif, inovatif dan merasa lebih senang, (b) Siswa lebih berani mengemukakan pendapat dan gagasannya kepada sesama siswa maupun kepada guru.

(2) Adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model jigsaw cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 SMAN 1 Weru semester gasal tahun ajaran 2017/2018. Indikator peningkatan hasil belajar siswa dengan memperhatikan perolehan nilai rata-rata kelas pada pre tes sebesar 63,29 ; pada Siklus I sebesar 73,88; dan pada Siklus II sebesar 78,76. Selain itu juga dapat dilihat adanya peningkatan ketuntasan klasikal yaitu pada pre tes siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa ( 29,41% ), pada Siklus I sebanyak 23 siswa (67,65% ) dan pada Siklus II sebanyak 32 siswa ( 94,12% ).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Suharjono. Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Daljoeni, N. 1997. Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Bandung: Alumni

Dasim Budimansyah. 2003. Model Pembelajaran Portofolio. Bandung: Ganesindo

Depdikbud. 1993. Kurikulum Sekolah Menengah Umum GBPP Mata Pelajaran Geografi. Jakarta

Djaali. Mulyono, Pudji. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.

Endarto, Danang dkk, 2007. Geografi Untuk SMA/MA Kelas X. Sukoharjo: Graha Multi Grafika

Hestiyanto, Yusman. 2007. Geografi 1 SMA Kelas X. Jakarta: Yudistira

Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning: Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia

Mulyo, Bambang Nianto. 2007. Kompetensi Dasar Geografi 1 Untuk Kelas X SMA dan MA. Surakarta: Tiga Serangkai

Rumini, Sri dkk. 1992. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP IKIP Yogyakarta

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning (Cara Efektif dan Menyenangkan Pacu Prestasi Seluruh Peserta Didik). Bandung: Nusa Media

Sudrajat, Akhmad. 2008. Cooperative Learning-Teknik Jigsaw. http://akhmadsudrajat.wordprees.com.

Sugianto.2010.Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka

Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni

Undang-Undang RI Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Utoyo, Bambang. 2007. Geografi Membuka Cakrawala Dunia Untuk Kelas X SMA/MA. Bandung: PT Setia Purna Inves

Wardoyo, Sumantri. 1994. Pendidikan Geografi, Tujuan, Fungsi, Tantangan, dan Peluangnya dalam Menyongsong Pembangunan Jangka Panjang Kedua di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Yogyakarta

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/1536/3_Dwi%20Susianto.pdf?sequence=1)

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=106376&val=1352,

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=404692&val=725&title=Penerapan%20Model%20Pembelajaran%20Kooperatif%20Tipe%20Jigsaw%20Untuk%20Meningkatkan%20Hasil%20Belajar%20Siswa%20Kelas%20XI%20IPS1%20Pada%20Mata%20Pelajaran%20Geografi%20Di%20SMA%20Negeri%205%20Palu