PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING BAGI SISWA KELAS II

SEKOLAH DASAR NEGERI PONDOK 01 KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO PADA SEMESTER 2

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sri Suwarni

Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar matematika materi bangun datar siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui model pembelajaran quantum learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus, dalam setiap siklus terdapat empat langkah yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observating) dan refleksi (reflecting). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 sejumlah 14 siswa. Teknik pengumpulan data yaitu dengan metode observasi dan tes. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan nilai rata-rata pada kondisi awal 57,86 menjadi 67,86 pada siklus I kemudian meningkat menjadi 79,29 pada siklus II. Dilihat dari siswa yang tuntas KKM, pada kondisi awal 3 siswa atau 21,43% meningkat menjadi 9 siswa atau 64,29% pada siklus I dan 13 siswa atau 92,86% pada siklus II. Dari hasil penelitian tersebut nampak bahwa terjadi proses peningkatan prestasi belajar siswa dari sebelum tindakan, setelah tindakan siklus I maupun siklus II melalui model pembelajaran quantum learning. Berdasarkan pada hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar matematika materi bangun datar melalui model pembelajaran quantum learning pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.

Kata kunci: bangun datar, quantum learning, prestasi belajar

 

LATAR BELAKANG MASALAH

Profesi guru pun dalam dunia pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mensukseskan proses belajar mengajar yang dilaksanakan, maka dari itu dalam melaksanakan tugasnya guru harus menentukan dan membuat perencanaan pembelajaran secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa dan memperbaiki strategi mengajar.

Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah guru harus menguasai berbagai macam metode mengajar. Metode adalah cara yang digunakan untuk memberi kesempatan pada siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam memilih metode guru juga harus berorientasi pada keaktifan siswa. Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada kegiatan siswa. Guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa (Hamalik, 2003: 26-27).

Kebanyakan di lapangan guru lebih aktif daripada siswa. Guru banyak mengambil inisiatif dalam menetapkan dan menentukan cara memecahkan masalah. Segala sesuatu diinformasikan secara cermat kepada anak didiknya, sehingga anak didik tinggal menerimanya. Kegiatan seperti itu memang mengasyikkan bagi guru, tetapi membosan-kan bagi siswa karena siswa hanya sebagai pendengar. Murid dianggap sebagai suatu benda yang kosong tepat diisi dengan segala macam informasi. Cara belajar mengajar seperti ini, akan menghasilkan manusia yang konsumtif, kurang kreatif dan kurang berkemampuan untuk menghadapi tantangan hidup dimasa yang akan datang.

Pada kenyataannya, pelajaran Matematika merupakan mata pelajaran yang sulit, sehingga tidak disukai bahkan ditakuti oleh para siswa. Kondisi ini dikarenakan dalam pembelajarannya, siswa merasa sulit dalam memahami materi dan kurangnya penggunaan media pembelajaran pada pelajaran Matematika, sehingga mengakibat-kan siswa merasa bosan terhadap proses pembelajarannya. Akibatnya, siswa merasa kesulitan dalam memecahkan soal matematika yang disajikan guru.

Prestasi belajar matematika kelas II SD Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo perolehan nilai siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70. Dari 14 siswa, baru 3 atau 21,43% siswa yang mendapat nilai minimal 70, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah 70 sebanyak 13 siswa atau 78,57% pada materi bangun datar.

Untuk mengatasi masalah tersebut, alternatif yang dapat dipilih yaitu melalui model pembelajaran quantum learning dengan menggunakan media puzzle pada materi bangun datar.

Model Quantum Learning adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar. Dalam pembelajaran kuantum guru tidak semata-mata menerjemah-kan kurikulum ke dalam strategi, metode, teknik dan langkah-langkah pembelajaran, melainkan juga menerjemahkan kebutuhan nyata siswa.

Dengan menggunakan puzzle, siswa dapat mengenal bangun datar dengan menyusun potongan-potongan bangun datar yang telah diacak oleh guru, memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas, seperti mengelompok-kan bangun datar, menentukan sisi dan sudut bangun datar, serta menggambar bangun datar. Dengan demikian, siswa secara aktif terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang menyenangkan.

Atas dasar latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika materi Bangun Datar melalui Model Pembelajaran Quantum Learning bagi Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.

 

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah: (1) Bagaimanakah proses pembelajaran matematika materi bangun datar melalui model pembelajaran Quantum Learning pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019? (2) Bagaimanakah hasil belajar matematika materi bangun datar melalui model pembelajaran Quantum Learning pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019? (3) Bagaimanakah perubahan perilaku siswa sebagai dampak hasil belajar matematika materi bangun datar melalui model pembelajaran Quantum Learning pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran, hasil pembelajaran, dan perubahan perilaku positif siswa sebagai dampak pembelajaran Quantum Learning materi bangun datar bagi Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.

KAJIAN TEORI

Dalam kegiatan belajar mengajar, seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan tingkah laku pada si pelajar. Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorgansasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar (Fathurrohman, 2011: 9).

Belajar sering diartikan sebagai suatu proses perubahan yang berupa pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan perubahan yang terjadi diharapkan siswa mampu memecahkan masalah-masalah atau tuntutan hidupnya. Menurut S. Winkel dalam Riyanto (2009: 5) belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

Dari beberapa defenisi dapat disimpul-kan bahwa belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan menghasilkan perubahan didalam dirinya, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya yang ditandai oleh perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Jadi, dapat dipahami bahwa belajar bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada diluar dirinya, tetapi lebih dari bagaimana otak memproses dan menginterprestasikan yang baru dengan perubahan yang sudah dimilikinya. Belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri dan orang lain hanyalah sebagai penunjang dalam kegiatan belajar.

Perubahan yang terjadi setelah seseorang belajar akan menunjukan suatu hasil yang dapat juga dikatakan sebagai hasil belajar, disekolah peserta didik dapat ditentukan hasil belajarnya setelah melakukan evaluasi. Hasil belajar biasa didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai dalam suatu usaha, berusaha untuk mengadakan perubahan untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan tersebut tetunya yang diharapkan oleh peserta didik, guru dan orang tua murid itu sendiri sebagai prestasi/hasil belajar. Disamping itu hasil belajar adalah: “Hasil dari suatu intraksi belajar mengajar, hasil untuk sebagai adalah berkat tindakan guru. Pencapaian tujuan pengajaran pada bagian lain merupakan penengkalan kemampuan mental peserta didik” (Dimjayanti, 2003: 3).

Menurut Hamalik (2007: 27), hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan sebagainya.

Berhasil tidaknya seorang dalam belajar bertanggung jawab pada banyak faktor antara lain; kondisi kesehatan, keadaan intelegensi dan bakat, keadaan, minat dan motivasi, cara belajar siswa, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Mardianto (2014: 49) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dilihat dari dua faktor yakni: (1) Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni kondisi jasmani dan rohani siswa. Yang termasuk faktor–faktor internal antara lain adalah: a) Faktor fisiologis keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya. b) Faktor psikologis, yang termasuk dalam faktor–faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain seperti faktor intelegensi, perhatian, minat, motivasi, dan bakat. (2) Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sekitar siswa. Adapun yang termasuk faktor–faktor ini antara lain, yaitu: a) Faktor sosial, yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Di antaranya faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran b) Faktor non sosial, yang meliputi keadaan dan letak gedung sekolah, keadaan dan letak rumah tinggal keluarga, alat–alat dan sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. faktor–faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa di sekolah.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran akan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah faktor internal (berasal dari dalam diri siswa), seperti: faktor jasmani dan faktor rohani. Dan faktor eksternal (berasal dari luar diri siswa) yaitu faktor sosial dan faktor non sosial yang berasal dari lingkungan siswa baik masyarakat maupun sekolah. Faktor di atas akan mempengaruhi proses pembelajaran dan menentukan apakah berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tersebut.

Matematika adalah sebuah ilmu pasti yang selama ini menjadi induk dari segala ilmu pengetahuan di dunia. Semua kemajuan zaman dan perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia selalu tidak terlepas dari unsur matematika. Tanpa ada matematika, tentu saja peradaban manusia tidak akan pernah mencapai kemajuan seperti sekarang ini.

Matematika dalam sudut pandang Nasution dalam Fathani (2009: 21), menyatakan bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sansekerta, medha atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensi. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika).

Sujono dalam Fathani (2009: 19) mengemukakan beberapa pengertian matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan simpulan.

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan yang dapat membantu dalam menginterpretasi-kan berbagai ide dan simpulan. Untuk itu, mata pelajaran matematika harus diberikan sejak dini khususnya pada siswa SD karena matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sangat penting.

Heruman (2008: 2-3) menyatakan bahwa konsep-konsep pada kurikulum Matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Berikut ini merupakan pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika. (1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak. (2) Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika. (3) Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

Menurut Heruman (2008: 88-107), bentuk-bentuk bangun datar antara lain, yaitu: (1) Persegi, merupakan bangun datar yang memiliki empat sisi sama panjang dan bentuk keempat sudutnya siku-siku. (2) Persegi Panjang, merupakan bangun datar yang memiliki empat sisi, bentuk keempat sudutnya siku-siku dan sepasang-sepasang sisi yang berhadapan sama panjang. (3) Segitiga, merupakan bangun datar yang terbentuk dari penghubungan tiga buah titik yang tidak segaris.(4) Trapesium, merupakan bangun segiempat yang memiliki empat sisi, panjang sisinya tidak sama, tidak semua bentuk sudutnya siku-siku dan memiliki dua sisi yang sejajar. Pada umumnya, trapesium terbagi atas tiga jenis, yaitu trapesium sembarang, trapesium sama kaki, dan trapesium siku-siku. (5) Jajar genjang, merupakan bangun datar yang memiliki empat sisi, sisi yang sejajar sama panjang, semua sudutnya tidak siku-siku, dan memiliki sepasang sisi sejajar. (6) Belah ketupat, disebut juga sebagai jajar genjang yang memiliki semua sisi sama panjang. Belah ketupat juga dibentuk dari dua buah segitiga sama kaki yang kongruen dan alasnya berhimpitan. Belah ketupat memiliki empat buah sisi, sisi yang sejajar sama panjang, semua sudutnya tidak siku-siku, dan memiliki sepasang sisi yang sejajar. (7) Layang-layang, menurut Suharjana (2008: 34) adalah segiempat yang sepasang sisinya berdekatan sama panjang dan sepasang sudut yang berhadapan sama besar. (8) Lingkaran, menurut Suharjana (2008: 41) lingkaran merupakan bangun datar yang terbentuk dari himpunan semua titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan jarak yang sama, jarak tersebut biasanya dinamakan r atau radius, atau jari-jari.

Pembelajaran quantum merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah, untuk segala mata pelajaran. Pembelajaran quantum adalah pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya, yang menyertakan segala kaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar serta berfokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas-interaksi yang mendirikan landasan dalam kerangka untuk belajar. Pembelajaran quantum bersandar pada suatu konsep, yaitu “bawalah dunia siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa”. Hal ini berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan proses belajar mengajar adalah memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian kegiatan pembelajaran. Tindakan ini akan memberi peluang/izin pada guru untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.

Quantum learning memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat serta membuat belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Selain itu, quantum learning merupakan model belajar yang tepat, efektif dan dapat meningkatkan kemampuan diri dan motivasi diri untuk menjadi yang lebih baik dan bersemangat dalam belajar.

Quantum learning akan berlangsung dengan syarat menggunakan rancangan pembelajaran yang tepat dari guru. Rancangan pembelajaran quantum learning merupakan kepanjangan dari TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan) (Porter dan Hernacki, 2000: 14).

Menurut Indriana (2011: 13), media merupakan alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu perantara antara sumber pesan dengan penerima pesan. Daryanto (2010: 157), menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi. Briggs dalam Indriana (2011: 14), berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan rangsangan bagi siswa agar terjadi proses belajar.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. Dengan adanya media, siswa akan terbantu untuk belajar dengan lebih baik, serta terangsang untuk memahami subjek yang tengah diajarkan dalam bentuk komunikasi penyampaian pesan yang lebih efektif dan efisien.

Pembelajaran menggunakan media merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran bermakna dan menyeluruh. Proses pembelajaran yang baik merupakan kegiatan yang menjadikan siswanya dapat memahami materi yang disampaikan. Langkah ini akan mudah terwujud apabila menggunakan media, salah satunya dengan permainan. Permainan menjadi bagian dari media karena sifatnya yang dapat membantu penyampaian pesan.

Puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreativitas dan ingatan siswa lebih mendalam dikarenakan munculnya motivasi untuk senantiasa mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab bisa diulang-ulang. Tantangan dalam permainan ini akan selalu memberikan efek ketagihan untuk selalu mencoba, mencoba dan terus mencoba hingga berhasil. Biasanya, siswa akan sangat senang untuk menyusun dan mencocokkan bentuk gambar dari puzzle terebut.

Adenan dalam Syukron (2011), mengemukakan bahwa puzzle dan games merupakan suatu materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle dan games untuk memotivasi diri, karena hal itu menawarkan sebuah tantangan yang dapat dilakukan secara umum dengan berhasil. Sementara menurut Hadfield dalam Syukron (2011), menyatakan puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan atau masalah yang sulit untuk dimengerti atau dijawab. Namun, dilihat dari cara penggunaan puzzle yang mudah, dapat membuat siswa asik bermain sambil memikirkan bentuk dari bangun datar dalam media edukatif ini.

METODE PENELITIAN

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2019 pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019.

Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo dengan alamat Dk. Bodeyan, Desa Pondok, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo.

Sumber Data

  1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini merupakan hasil pengamatan terhadap peningkatan hasil belajar matematika materi pembelajaran bangun datar sederhana melalui model pembelajaran quantum learning bagi siswa II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019.

  1. Data Sekunder

Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang berasal dari luar subjek yang diperoleh dari jawaban atas kuesioner dan dokumen sekolah

Metode Pengumpulan Data

  1. Observasi

Dalam penelitian ini observasi dilakukan observer bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar. Observasi atau pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana melalui model pembelajaran quantum learning.

 

 

  1. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran melalui model pembelajaran quantum learning.

Prosedur Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri 2 siklus yang masing-masing terdiri 4 rangkaian kegiatan, yaitu: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, (d) refleksi.

Indikator Kinerja

Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti perlu merumuskan indikator-indikator ketercapaiannya. Perumusan persentase target ketercapaian pada indikator yang ditetapkan dalam penelitian ini apabila nilai rata-rata kelas > 70 dan prosentase jumlah siswa yang tuntas KKM > 80%.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pada tahap ini, proses pembelajaran dilakukan secara konvensional atau ceramah, dimana pembelajaran matematika materi bangun datar sederhana belum menerapkan model pembelajaran quantum learning.

Untuk mengetahui hasil belajar kondisi awal ini dilakukan tes (evaluasi). Pelaksanaan tes pra siklus ini memperlihatkan hasil kemampuan siswa sebelum menerapkan model pembelajaran quantum learning. Dari pengumpulan data hasil belajar matematika materi media bangun datar kondisi awal siswa disajikan tabel tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:

Ketuntasan Belajar Siswa Kondisi Awal

No Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 3 21,43%
2. Belum Tuntas 11 78,57%
Jumlah 14 100%
Nilai Rata-rata 57,86
Nilai Terendah 40
Nilai Tertinggi 80

 

Dilihat dari rata-rata kelas (57,86) secara klasikal masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran matematika pada kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 yaitu 70. Untuk siswa yang tuntas baru 3 anak atau 21,43%, sedangkan yang belum tuntas atau masih di bawah KKM sebanyak 11 anak atau 78,57%. Melihat kondisi tersebut sebagian besar peserta didik belum tuntas dari KKM yang telah ditentukan, walaupun ada siswa yang mendapat nilai 80.

Dari data tersebut diatas semakin menguatkan peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran quantum learning.

 

Deskripsi Tindakan Siklus I

Siklus I dilaksanakan 1 kali pertemuan yang terdiri dari 2 jam pelajaran (70 menit) pada hari Selasa tanggal 19 Maret 2019, dalam setiap pertemuan terbagi menjadi 4 langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Nilai yang diperoleh dari tes setelah penerapan model pembelajaran quantum learning pada siklus I dapat disajikan tabel tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

No. Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 9 64,29%
2. Belum Tuntas 5 35,71%
Jumlah 14 100%
Nilai Rata-rata 67,86
Nilai Terendah 50
Nilai Tertinggi 90

 

Dilihat dari rata-rata kelas (67,86) secara klasikal masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yang ditargetkan sebesar yaitu 70. Untuk siswa yang tuntas sebanyak 9 siswa atau 64,29%, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 4 siswa atau 35,71%. Melihat kondisi tersebut indikator kinerja yang ditetapkan yaitu rata-rata kelas > 70 belum tercapai, dan indikator jumlah siswa yang tuntas sebesar 80% juga belum terpenuhi.

Kenyataan di atas menunjukkan masih terdapat kekurangan dari performasi guru dan aktivitas belajar siswa yang belum terbiasa dengan model pembelajaran quantum learning yang berakibat pada pretasi belajar pada siklus I belum sesuai yang diharapkan. Berdasarkan hasil tersebut, maka peneliti mengambil kesimpulan untuk melakukan tindakan selanjutnya dalam rangka memperbaiki hasil evaluasi pada siklus I.

Deskripsi Data Tindakan Siklus II

Pembelajaran Matematika materi bangun datar melalui model pembelajaran quantum learning pada siklus II dilaksanakan dengan alokasi waktu (2 x 35 menit) pada hari Selasa, tanggal 26 Maret 2019. Materi yang disampaikan pada siklus II yaitu mengenal sudut-sudut bangun datar.

Nilai yang diperoleh dari tes setelah penerapan model pembelajaran quantum learning pada siklus II dapat disajikan tabel tingkat ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

No Ketuntasan Jumlah %
1. Tuntas 13 92,86%
2. Belum Tuntas 1 7,14%
Jumlah 14 100%
Nilai Rata-rata 79,29
Nilai Terendah 60
Nilai Tertinggi 100

 

Dilihat dari rata-rata kelas (79,29) secara klasikal sudah di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata pelajaran matematika pada Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 yaitu 70. Untuk siswa yang tuntas sudah 13 anak atau 92,86%, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 1 anak atau 7,14%. Melihat kondisi tersebut berarti sebagian besar peserta didik sudah ada peningkatan hasil belajarnya, bahkan ada beberapa siswa yang memperoleh nilai 100.

Pembahasan

Semangat siswa pada proses pembelajaran terlihat pada hasil belajar dengan nilai rata-rata siklus I 67,86; ada peningkatan dibandingkan pada kondisi awal dengan nilai rata-rata 57,86. Akan tetapi pada siklus I ini masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM bahkan ada nilai 50, tetapi nilai 90 dapat dicapai beberapa siswa. Dari segi jumlah siswa yang mencapai KKM ada peningkatan dari kondisi awal 3 siswa atau 21,43% menjadi 8 siswa atau 57,1%. Dari keseluruhan hasilnya terlihat ada peningkatan atau lebih baik dari sebelumnya akan tetapi beberapa siswa kurang kerjasama dan sibuk bermain sendiri dalam proses pembelajaran.

Pada siklus II ada peningkatan yang cukup baik, yaitu diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,29 dan siswa yang mendapatkan nilai di bawah 70 berkurang hanya satu siswa saja. Pada siklus ini ada peningkatan terbukti ada 1 siswa dengan nilai 100 dan ketuntasan klasikal mencapai 92,86%.

Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan bahwa hasil belajar matematika Kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo ditentukan apabila nilai rata-rata kelas > 70 dan jumlah siswa yang tuntas KKM > 80%. Dari hasil tindakan dengan pembelajaran matematika materi bangun datar melalui model pembelajaran quantum learning dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas mencapai 79,29 dan prosentasi jumlah siswa yang tuntas KKM mencapai 92,86%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran quantum learning materi lingkaran hasil belajar siswa meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan prestasi siswa terus meningkat dari siklus ke siklus tetapi ada 1 siswa mendapat nilai 60 atau masih di bawah KKM, siswa tersebut perlu perlakuan khusus agar nilainya dapat mencapai KKM yang telah ditentukan.

SIMPULAN

  1. Ada peningkatan hasil belajar matematika materi bangun datar melalui model pembelajaran quantum learning bagi siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri Pondok 01 Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata pada kondisi awal 57,86 menjadi 67,86 pada siklus I kemudian meningkat menjadi 79,29 pada siklus II. Dilihat dari siswa yang tuntas KKM, pada kondisi awal 3 siswa atau 21,43% meningkat menjadi 9 siswa atau 64,29% pada siklus I dan 13 siswa atau 92,86% pada siklus II.
  2. Ada satu siswa yang hasil belajarnya belum tuntas KKM, hal ini perlu adanya perlakuan khusus.

DAFTAR PUSTAKA

Candra dan Syahrum. 2012. Penelitian Tindakan Kelas (Konsep dan Penerapan Dalam Ruang-Ruang Kelas), Medan: Latansa Press.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Demirbilek, Muhammet. 2010. Investigating Attitudes of Adult Educators Towards Educational Mobile Media and Games in Eight European Countries. Journal of Information Technology Education. 9: p235.

Dimjayanti dan Mudjiono. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.

Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI).

Mardianto. 2014. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.

Nurmawati. 2014. Evaluasi Pendidikan Islam. Bandung: Citapustaka Media,

Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

_____________. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Salim dan Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Medan: Citapustaka Media.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugandi, Achmad, dkk. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.

Suharjana, Agus. 2008. Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-Sifatnya di SD. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Syukron, Muh. 2011. Upaya Penggunaan Media Games Puzzle untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa. Online. Available atau http://syukronsahara.blogspot.com/2011/05/penggunaan-media-gamespuzzle.html. (accessed 2/03/2012)

Svastiningrum, B. Sekarjati. 2011. 101 Permainan Edukatif Terbaik Untuk Anak Ayo bermain!. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Prenada Media Grup.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana.