Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Problem Based Learning
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI
TENTANG MENELADANI PERILAKU NABI MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS V
SDN 3 NGAWEN SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Ahmad Suyudi
Guru SDN 3 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 3 siklus dan setiap siklus terdiri dari satu pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora. Metode pengumpulan data menggunakan metode tes, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan kuantitatif dan kualitatif. Dimana Hasil penelitian ini menunjukkan model Problem Based Learning (PBL), dapat meningkatkan prose pembelajaran, baik keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Hal dapat terlihar dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di mana Keterampilan guru dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) pada siklus I mendapat skor sebanyak 28 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II mendapat skor sebanyak 33 termasuk kriteria sangat baik dan pada siklus III mendapat skor sebanyak 37 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan guru. Aktivitas siswa pada pelajaran PAI dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I memperoleh skor 20,45 dengan rata-rata 2,65 dan masuk dalam kreteria baik. Dan hasil pada siklus II mendapat skor 22,25 dengan rata-rata 2,85 dan masuk dalam kreteria baik, sedangkan pada siklus III mendapat skor 27,75 dengan rata-rata 3,5 dan masuk dalam kreteria sangat baik. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hasil belajar siswa pada pelajaran PAI dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas I pada siklus I yaitu 76, pada siklus II yaitu 80, dan pada siklus III yaitu 87. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 4 siswa sebanyak 57%, pada siklus II yaitu 5 siswa sebanyak 80%, dan pada siklus III yaitu 7 siswa sebanyak 94,3%. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Pada Pembelajaran PAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas V SDN 3 Ngawen Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
Kata kunci: Hasil belajar, Problem Based Learning
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kenyataan di lapangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam banyak menemukan kendala. Fenomena pembelajarn PAI tersebut merupakan gambaran yang terjadi pada siswa SDN 3 Ngawen. Gambaran umum yang dirasakan siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam sehingga minat dan pemahaman serta pencapaian kompetensi siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih berada dibawah standar KKM yang ditentukan yakni 70. Dengan melihat hasil ulangan diatas perlu adanya peningkatan hasil pembelajarannya, agar siswa dapat menguasai materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam guna peningkatan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan diskusi dengan tim kolaborasi guru kelas V SDN 3 Ngawen untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dapat mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kreativitas guru. Maka peneliti menggunakan Model Problem Based Learning (PBL). Pendidikan Agama Islam yaitu dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berdasarkan masalah. Menurut Arends (dalam Trianto, 2007: 68), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Arends (2008: 43) juga menjelaskan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, dan keterampilan intelektualnya; mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi riil atau situasi yang disimulasikan; dan menjadi pelajar yang mandiri dan otonom.
Model pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, mengembangkan keterampilan berpikir siswa, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi PAI. Oleh karena itu, model pembelajaran ini cocok diterapkan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran PAI pada siswa kelas V SDN 3 Ngawen.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajarPAI, dimana siswa lebih aktif, kreatif, dan terampil sehingga pemahaman siswa terhadap materi dapat optimal dan hasil belajar siswa meningkat
Dari ulasan latar belakang tersebut maka peneliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar PAI Tentang Meneladani Perilaku Nabi Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas V SDN 3 Ngawen Semester I Tahun Pelajaran 2017/2018”.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “bagaimana cara meningkatkan hasil belajar PAI pada siswa kelas V SDN 3 Ngawen?”
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajarPAI melalui melalui Model Problem Based Learning (PBL) pada Siswa Kelas V SDN 3 Ngawen.
KAJIAN PUSTAKA
KERANGKA TEORI
Pengertian belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.
Di bawah ini merupakan pengertian dari belajar, antara lain:
- Morgan dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni (2009: 14) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
- Sardiman (2011: 20) mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
- Nana Sudjana (2009: 28) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Selanjutnya Anni (2007: 2-3) mengemukakan bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur, yaitu: a) belajar dengan perubahan perilaku, b) perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. c) perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Berdasarkan konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan individu secara terus-menerus (kontinu) secara sadar serta berdasarkan pengalaman sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari seorang individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Hasil Belajar
Anni, dkk (2007: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Bloom dalam Poerwanti (2008: 1-23) menge-lompokan kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama yaitu ranah kognitif dan ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua yaitu ranah afektif dan ranah psikomotorik. Selanjutnya keti-ga ranah tersebut akan dibahas secara singkat sebagai berikut:
- Ranah kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori: a) pengetahuan, b) pemahaman, c) penerapan, d) analisis, e) sintesis dan f) penilaian.
- Ranah afektif
Ranah afektif berhubungan dengan perasaan, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif menurut Krathwohl dkk (Anni, dkk, 2007: 8-10) meliputi: a) penerimaan (receiving), b) Pe-nanggapan (responding), c) Penilaian (valuing), d) Penggorgani-sasian (organization), e) pembentukan pola hidup (organization by a value complex)
- Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik menujukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koor-dinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson (Anni dkk, 2007: 10-12) yaitu: a) per-sepsi (perception), b) Kesiapan (set), c) Gerakan terbimbing (guide response), d) Gerakan terbiasa (mechanism), e) Gerakan kompleks (complex overt response), f) Penyesuaian (adaptation), dan g) Krea-tivitas (originality).
Berdasarkan definisi tentang hasil belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang individu setelah melakukan kegiatan belajar yang terwujud pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hakikat Pendidikan Agama Islam
Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Secara Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya.
Model Problem Based Learning (PBL)
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). Pemecahan masalah memegang peranan penting baik dalam pelajaran sains maupun dalam banyak disiplin ilmu lainnya, terutama agar pembelajaran berjalan dengan fleksibel. Kalau seorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah pada akhirnya bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoretisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang siswa pikirkan (kognisi mereka) selama mereka mengerjakannya. Meskipun peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah kadang-kadang juga melibatkan mempresentasikan dan menjelaskan berbagai hal kepada siswa, tetapi guru harus lebih sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri (Arends, 2008: 46).
Ausubel mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa itu sehingga siswa itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel juga mengemukakan bahwa dalam pembelajaran siswa dituntut untuk menemukan suatu konsep atau prinsip, tetapi segala kegiatan pembelajarannya telah direncanakan dengan cermat oleh guru.
Jadi, pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa diorientasikan pada suatu masalah tertentu yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
Masalah kontekstual yang diberikan bertujuan untuk memotivasi siswa, membangkitkan gairah belajar siswa, meningkatkan aktivitas belajar siswa (belajar aktif), belajar terfokus pada penyelesaian masalah sehingga siswa tertarik untuk belajar, dan menemukan konsep yang sesuai dengan materi pelajaran.
KERANGKA BERFIKIR
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Selama ini, proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas V SDN 3 Ngawen masih berorientasi pada pola pembelajaran yang lebih banyak didominasi guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum optimal. Pola pengajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu mengaktifkan siswa dalam belajar. Di sini peran siswa tidak lagi sebagai subyek pembelajaran melainkan sebagai obyek pembelajaran. Tanggung jawab siswa terhadap tugas belajarnya seperti dalam hal kemampuan mengembangkan, menemukan, menyelidiki, dan mengungkap pengetahuan yang dimiliki masih sangat kurang. Ketidakefektifan dalam proses pembelajaran ini berakibat pada hasil belajar siswa yang rendah.
Ada suatu model pembelajaran yang bisa meningkatkan hasil belajar PAI, yaitu model Problem Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berdasarkan masalah. Dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah, siswa tidak hanya mempelajari suatu konsep, tetapi juga dapat menerapkan konsep-konsep tersebut untuk memecahkan masalah dalam kehidupan nyata sehari-hari. Model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru. Model pembelajaran berdasarkan masalah akan memberikan suatu pengalaman konkret dan pengalaman tersebut dapat memberikan makna tersendiri bagi siswa. Melalui model pembelajaran ini, dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, dapat memecahkan masalah, dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Model pembelajaran ini mengorganisasikan siswa bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Dengan dibentuknya kelompok akan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selain itu, pembelajaran berdasarkan masalah ini dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa
Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berdasarkan masalah ini menekankan pada proses maupun hasil, sehingga dapat mengaktifkan siswa maupun guru dalam setiap kegiatan pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, mediator, evaluator, dan juga motivator. Guru harus memfasilitasi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh siswa dalam pembelajaran (bahan ajar, media) sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Guru sebagai mediator, yang senantiasa menjadi perantara bagi siswa dalam belajar. Guru sebagai evaluator, yang bertugas dalam mengevaluasi perkembangan belajar siswa. Selain itu, guru juga harus mampu memotivasi dan membangkitkan minat siswa untuk terus belajar agar prestasi belajar siswa meningkat. Jika guru sudah melakukan perannya dengan baik, maka masalah-masalah yang mengganjal dalam pembelajaran dapat teratasi.
HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui Model Problem Based Learning (PBL) maka keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Ngawen pada pembelajaran PAI akan meningkat.
METODE PENELITIAN
SETTING PENELITIAN
- Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung pada semester I yang dimulai dari bulan September hingga bulan November 2017.
- Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di kelas V SDN 3 Ngawen Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian ini adalah siswa dan guru. Penelitian dilaksanakan di kelas V SDN 3 Ngawen tahun pelajaran 2017/2018, dengan jumlah siswa 7 anak, yang terdiri dari siswa laki-laki 4 anak, dan siswa perempuan 3 anak.
PROSEDUR/LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Subyantoro, 2009: 10). Menurut Arikunto, dkk (2008: 16), secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
VALIDASI DATA
Peneliti berusaha melakukan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian. Penelitian yang telah mengikuti prosedur, kembali di uji keabsahan data yang dikumpulkan. Cara yang digunakan peneliti untuk memeriksa keabsahan data penelitian adalah menggunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi yang digunakan ada 3 (tiga) jenis yaitu trianggulasi metode, trianggulasi sumber, dan trianggulasi teori.
INDIKATOR KEBERHASILAN
Pembelajaran PAI dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar PAI siswa kelas V SDN 3 Ngawen materi tentang meneladani perilaku Nabi dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:
- Keterampilan guru dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik sekali.
- Aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI dengan menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik sekali.
- 85% siswa kelas V SDN 3 Ngawen mengalami ketuntasan belajar individual sebesar ≥ 70 dalam pembelajaran PAI.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Pelaksanan Tindakan Siklus I
Dari hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI melalui Model Problem Based Learning (PBL) pada siklus I di atas, diperoleh jumlah keseluruhan yaitu 18,6 dengan persentase 346,28%. Sehingga diperoleh rata-rata 2,65 dengan persentase 62,35%. Hasil observasi aktivitas siswa untuk siklus I masuk dalam kriteria baik/B.
Paparan Hasil Belajar Siklus I
Perbaikan yang dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu memberikan tugas kepada siswa untuk belajar sesuai dengan materi yang telah dijelaskan disekolah agar siswa melakukan pengamatan lagi dirumah dan memotivasi siswa agar lebih rajin dalam belajar.
Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Data hasil tes pembelajaran PAI siklus II, juga dapat dijabarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
Hasil Tes Pembelajaran PAI Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus II maka guru harus dapat meningkatkan keterampilan dalam mengajar sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu guru harus dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan bervariasi sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Karena hasil penelitian belum mencapai indikator yang diharapkan, maka penelitian tindakan kelas V dilanjutkan pada siklus III.
Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Berdasarkan refleksi pada siklus III maka guru sudah dapat meningkatkan keterampilan dalam mengajar, dimana kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu guru harus dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan bervariasi sehingga siswa lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Karena hasil penelitian sudah mencapai indikator yang diharapkan, maka penelitian tindakan kelas V dihentikan.
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar PAI pada siswa kelas V SDN 3 Ngawen peneliti dapat menarik kesimpulan:
- Keterampilan guru dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) pada siklus I mendapat skor sebanyak 28 termasuk kriteria baik. Sedangkan pada siklus II mendapat skor sebanyak 33 termasuk kriteria sangat baik dan pada siklus III mendapat skor sebanyak 37 termasuk kriteria sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru pada tiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan guru.
- Aktivitas siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan setiap siklusnya dengan mendapat skor pada siklus I memperoleh skor 20,45 dengan rata-rata 2,65 dan masuk dalam kreteria baik. Dan hasil pada siklus II mendapat skor 22,25 dengan rata-rata 2,85 dan masuk dalam kreteria baik, sedangkan pada siklus III mendapat skor 27,75 dengan rata-rata 3,5 dan masuk dalam kreteria sangat baik. Sehingga dapat dikategorikan bahwa aktivitas siswa pada penelitian ini meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas siswa.
- Hasil belajar siswa pada pelajaran PKn dengan menerapkan Model Problem Based Learning (PBL) mengalami peningkatan yaitu rata-rata hasil belajar kelas V pada siklus I yaitu 76, pada siklus II yaitu 80, dan pada siklus III yaitu 87. Persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I hanya 4 siswa sebanyak 57%, pada siklus II yaitu 5 siswa sebanyak 71%, dan pada siklus III yaitu 7 siswa sebanyak 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar siswa meningkat setiap siklusnya. Selain itu dapat disimpulkan bahwa Model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Cet. II; Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S.dkk. 2007. Penelitian Timdakan Kelas.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Asma N. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas
Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya
Anni, catharina tri.2006.Psikologi belajar. Semarang UPT MKK UNNES.
Dedidwitagama.wordpress.com/…/laporan-penelitian-tindakan-kelas-pkn/
Hamalik,Dr.Oemar.Psikologi BelajarMengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Mudjito.2009.Pedoman Penilaian Hasil Belajar Dan Kalender Pendidikan di Sekolah Dasar.Jakarta: Depdiknas.
Muhammad, Abdullah Ibn Ahmad Ibn Hambal, Musnad Ahmad Ibn Hambal Juz. V, Beirut: Dar al-Fikr, t. Th.
Peraturan menteri pendidikan nasional.nomor 22 tahun 2006.Depdiknas.
Saleh, Abdurrahman Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Sugandi.Achmad.Drs.20007.Teori Pembelajaran. Semarang:UPT MKU UNNES.
Tohirin, Psikologi Pembelaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan Kompetensi), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006.