Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Problem Based Learning
PENINGKATAN HASIL BELAJAR ALAT UKUR
MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
BAGI SISWA KELAS X TKRO C SMK NEGERI 2 SUKOHARJO
PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Latifah Al Munasyaroh
SMK Negeri 2 Sukoharjo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran materi Alat Ukur melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas X TKRO C SMK Negeri 2 Sukoharjo semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020; (2) hasil belajar materi Alat Ukur melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada siswa kelas X TKRO C SMK Negeri 2 Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dimana tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X TKRO C SMK Negeri 2 Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 35 siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, dan analisis data. Validitas data menggunakan metode triangulasi. Analisis data menggunakan teknik deskripsi komparatif dan analisis kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan menimbulkan rasa ingin tahu siswa yang berakibat pada meningkatnya hasil belajar siswa pada materi Alat Ukur dari siklus 1 ke siklus 2. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 72,23 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, menjadi 83,40 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 51,40% pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi 82,34% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa materi Alat Ukur pada siswa kelas X TKRO C SMK Negeri 2 Sukoharjo Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.
Kata Kunci: Alat Ukur; Hasil belajar; Problem Based Learning
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sebuah kekuatan yang dinamis seiring dengan perkembangan umat manusia, yang mempengaruhi perkembangan fisik, daya jiwa (akal, rasa dan kehendak), sosial dan moralitasnya. Menurut Carter V. Good dalam Sumitro (2006:17) “Pendidikan adalah (1) keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk tingkah laku yang bernilai positif; (2) proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya dari sekolah) sehingga dapat memperoleh kemampuan sosial dan individu”.
Pendidikan pada dasarnya mempunyai peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa, proses pendidikan tidak dapat dipisahkan sebagai upaya untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pembangunan sektor ekonomi. Berkaitan dengan tujuan pendidikan, seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa “Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu tujuan dari pendidikan menengah kejuruan adalah untuk menyiapkan peserta didik agar bekerja lebih baik secara mandiri (wirausaha) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Proses pembelajaran merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Tujuan yang sebenarnya harus dicapai dalam proses pembelajaran adalah keseimbangan antara tiga aspek yaitu, aspek pengetahuan (kognitif) yang tercermin dari nilai sebagai hasil belajar, sikap (afektif), maupun kemampuan bertindak (psikomotorik).
Standar Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa SMK Negeri 2 Sukoharjo Program Studi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Otomotif dengan tujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menggunakan dan memelihara alat ukur yang benar. Kompetensi dasar yang ditargetkan adalah siswa mampu menggunakan dan memelihara alat ukur dengan benar sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP).
Proses pembelajaran saat ini hanya terfokus kepada pencapaian aspek kognitifnya saja. Tujuan pembelajaran tidak sepenuhnya tertuju pada tujuan siswa sendiri, faktor-faktor kebutuhan, minat, tujuan, sikap, dan bakat dari siswa belum mendapatkan pelayanan yang semestinya. Dalam mata pelajaran Alat Ukur misalnya, unsur-unsur dalam proses pembelajaran seperti guru, metode mengajar belum memberi perubahan optimal dalam rangka pembentukan sikap.
Seperti pada saat pelajaran teori di kelas, guru masih banyak menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi yang disampaikan. Hal itu berdampak pada siswa yang sedang mengikuti kegiatan belajar. Beberapa siswa terlihat tidak berkonsentrasi dengan materi yang sedang disampaikan oleh guru, beberapa ada yang mengantuk, berbicara dengan teman sebangku. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat proses pembelajaran, siswa memiliki motivasi belajar yang rendah sehingga dalam proses pembelajaran siswa tampak pasif, sulit memahami materi, dan belum ada kerjasama, sehingga hasil ulangan harian siswa rendah. Hal tersebut merupakan masalah yang ditemui selama menjalankan observasi di SMK Negeri 2 Sukoharjo. Diharapkan dengan menerapkan sistem pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) kualitas pembelajaran akan dapat ditingkatkan yang nantinya akan berdampak pada peningkatan hasil belajar.
Dengan menggunakan pendekatan PBL siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari. Karateristik PBL lebih mengacu pada aliran pendidikan kontruktivmisme, dimana belajar merupakan proses aktif dari pembelajaran untuk membangun pengetahuan. proses aktif yang dimaksud tidak hanya bersifat secara mental tetapi juga secara fisik. Artinya, melalui aktivitas secara fisik pengetahuan siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan ini berlangsung secara mental (Matthews dalam Suparno.1997:56).
Rumusan Masalah
Bagaimanakah kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar materi Alat Ukur melalui model Problem Based Learning bagi siswa kelas X TKRO C SMK Negeri 2 Sukoharjo semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar materi Alat Ukur melalui model Problem Based Learning bagi siswa kelas X TKRO C SMK Negeri 2 Sukoharjo semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.
KAJIAN TEORI
Pengertian Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. PBL adalah metode mengajar yang berfokus pada pemecahan masalah yang nyata, proses dimana peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan laporan akhir. Dengan demikian peserta didik di dorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pembelajaran dan mengembangkan ketrampilan berfikir kritis.
Menurut Duch (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130) mengemukakan bahwa Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Finkle and Torp (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130) menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara stimulan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tdak terstruktur dengan baik. Dua definisi diatas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.
Sintaks Problem Based Learning
Ibrahim dan Nur (2000:13) dan Ismail (2002:1) mengemukakan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning adalah sebagai berikut: (1) Orientasi peserta didik pada masalah dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah; (2) Mengorganisasi peserta didik untuk belajar, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut; (3) Membimbing pengalaman individual/kelompok, mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah; (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya; (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Hipotesis
Penerapan model Problem Based Learning diduga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar materi Alat Ukur bagi siswa kelas X TKRO C SMK Negeri 2 Sukoharjo semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMK Negeri 2 Sukoharjo beralamat di Jalan Begajah, Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo. Subjek penelitian adalah siswa kelas X TKRO C. Penelitian dilaksanakan pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2019/2020. Tahap persiapan sampai dengan pelaporan hasil penelitian dilakukan selama enam bulan, yakni bulan Juli sampai dengan Desember 2019. Kegiatan perencanaan (penyusunan proposal) dilaksanakan pada bulan Juli 2019, pelaksanaan tindakan pembelajaran pada bulan Agustus sampai September 2019.
Data dan Sumber Data
Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian yaitu kegiatan pembelajaran materi Alat Ukur yang berlangsung di dalam kelas dengan penerapan Model Problem Based Learning. Informan dalam penelitian ini adalah guru Produktif Teknik Kendaraan Ringan dan siswa Kelas X TKRO C SMK Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2019/2020. Dokumen yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hasil belajar siswa berupa tes tertulis, catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung setiap siklus.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, tes, dan analisis data.
Uji Validitas Data
Data diuji validitasnya dengan menggunakan beberapa teknik yaitu dengan triangulasi sumber data dan triangulasi metode.
Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kritis dan teknik analisis deskriptif komparatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Berdasarkan data hasil tes ulangan harian yang dijadikan sebagai identifikasi kondisi awal pembelajaran Alat ukur, menunjukkan bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75.00 adalah 13 orang siswa atau 35% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 22 orang siswa atau 65%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 84 dan nilai terendah adalah 56. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 67,56. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 67,56 < KKM yang ditetapkan dengan KKM > 75. Atas dasar hal tersebut siswa secara klasikal dianggap belum mencapai ketuntasan belajar dalam pembelajaran Alat Ukur.
Siklus I
Dari hasil pengamatan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua tindakan siklus I diperoleh data bahwa siswa yang memiliki motivasi, ketelitian, dan kerjasama amat tinggi sebanyak 27 siswa atau sebesar 77,1%, sedangkan 9 siswa atau 25,7% kurang memiliki rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran, hanya menjadi aggota pasif dalam kegiatan diskusi dan tidak aktif dalam pembelajaran.
Berdasarkan data hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus I, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 86 dan nilai terendah adalah 67. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 72,23. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 72,23 < KKM yang ditetapkan dengan KKM > 75. Atas dasar hal tersebut, siswa secara klasikal dianggap belum mencapai ketuntasan belajar.
Ditinjau dari ketuntasan belajar, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75 adalah 17 orang siswa atau 48,6% dari jumlah siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar adalah 18 orang siswa atau 51,4 %. Berdasarkan hal tersebut, maka indikator penguasaan secara klasikal, berupa tercapainya > 75 % jumlah siswa sudah mencapai ketuntasan belajar dengan KKM > 75 belum tercapai.
Siklus II
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada proses pembelajaran tindakan Siklus II terlihat bahwa pembelajaran materi alat ukur dengan model Problem Based Learning pada siswa kelas X TKRO C berjalan efektif karena dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari Keterampilan siswa dalam menggunakan alat ukur berkembang dengan baik, misalnya: kegiatan mengamati (alat ukur jangka sorong); diskusi; menyajikan data; me;akukan pengukuran; dan membaca hasil pengukuran. Hasil penghitungan Ketrampilan siswa melalui lembar observasi menunjukkan bahwa 30 siswa atau 81,75% siswa memiliki nilai Ketrampilan tinggi. Sedangkan 5 siswa lainnya atau 12,34% masih berada pada level cukup. Tidak ada siswa yang memiliki nilai ketrampilan kurang.
Aspek afektif siswa mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Dampak dari pembelajaran materi menggunakan model Problem Based Learning adalah semakin meningkatnya motivasi belajar siswa. Kerjasama antar siswa dalam melaksanakan setiap kegiatan pembelajaran sangat baik. Hal ini terbukti dengan hasil obeservasi menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu 80%. Artinya sebanyak 28 siswa sudah mengalami peningkatan motivasi, dan mampu bekerja sama dengan baik.
Peningkatan hasil belajar yang diperoleh pada tindakan Siklus I belum optimal sehingga guru melakukan perbaikan pada tindakan Siklus II. Perbaikan yang dilakukan adalah dengan memperbanyak jumlah kelompok sehingga anggota masing-masing kelompok menjadi lebih sedikit. Perubahan tersebut mendorong siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal hingga akhir tindakan pembelajaran Siklus II selanjutnya dapat disajikan ke dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal hingga Akhir Tindakan Siklus II
No.
|
Nilai Hasil Belajar | Kondisi Awal | Siklus I | Siklus II |
1. | Nilai Terendah | 56 | 67 | 68 |
2. | Nilai Tertinggi | 84 | 86 | 88 |
3. | Nilai Rata-rata | 67,56 | 72,23 | 83,40 |
Perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru cukup efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa. Nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa pada akhir tindakan Siklus I mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada kondisi awal, yaitu meningkat dari 67,56 menjadi 72,23.
Hasil tes yang dilakukan pada akhir tindakan Siklus II, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 88 dan nilai terendah adalah 68. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah sebesar 83,40. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 83,4 > KKM yang ditetapkan dengan KKM > 75. Atas dasar hal tersebut siswa secara klasikal dianggap sudah mencapai ketuntasan belajar.
Perbaikan yang dilakukan guru berdampak positif dengan meningkatnya nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa pada tindakan Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada akhir tindakan Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai rata-rata pada akhir tindakan Siklus I, yaitu meningkat dari 72,23 menjadi 83,40. Tingkat ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 51,4% pada akhir tindakan Siklus I, meningkat menjadi sebesar 82,34% pada akhir tindakan Siklus II.
KESIMPULAN
Proses pembelajaran materi Alat Ukur melalui model Problem Based Learning bagi siswa Kelas X TKRO C SMK Negeri 2 Sukoharjo semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 dapat:
- Meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari kenaikan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa (KPS) yang semula sebesar 77,1% pada siklus I, meningkat menjadi sebesar 81,75% pada siklus II.
- Meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa dan tingkat ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus tindakan yang dilakukan. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 72,30 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus I, menjadi 83,40 pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II. Ketuntasan belajar siswa (di atas KKM) mengalami peningkatan dari 51,40% pada akhir tindakan Siklus I, menjadi 82,34% pada akhir tindakan pembelajaran Siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. (2002). Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Aseb Jihad, Abdul Haris. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Aswan Zain, Saiful Bahri D. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Buchari Alma. (2008). Guru Profesional menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabetta.
Daryanto. (2010). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
Depdiknas. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Katman. (2011). Menggunakan Alat-Alat Ukur. Jakarta: Erlangga.
- Pasaribu dan B. Simandjuntak. (1982). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Mark. K. Smith. (2009). Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Muhibbin Syah. (2005). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.