PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PENYESUAIAN DIRI

MAKHLUK HIDUP DENGAN LINGKUNGAN TERTENTU

UNTUK MEMPERTAHANKAN HIDUP MELALUI PENDEKATAN CTL BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BAGI PESERTA DIDIK KELAS V SEMESTER 1 SDN BANYUMENENG 2 KECAMATAN MRANGGEN

KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Kusni

SD Negeri Banyumeneng 2 Kec. Mranggen Kab. Demak

 

ABSTRAK

Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil ulangan formatif siklus 1 peserta didik yang tuntas 11 anak (65%) ,pada siklus 6 (35%).Hasil rata-rata pembelajaran siklus 1 adalah 70 dan pembelajaran siklus 2 meningkat 81.Berdasar observasi pengamat aktifitas siswa dalam pembelajaran siklus 1 73% ,meningkat tajam pada pembelajaran siklus 2 menjadi 93%.Demikian untuk aktifitas guru dalam pembelajaran siklus 1 baru mencapai 81% pada siklus 2 meningkat menjadi 94%.Simpulan hasil penelitian pembelajaran IPA materi penyesuaian diri makhluk hidup dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup melalui pendekatan CTL berbantuan media gambar efektif dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi peserta didik serta berdampak positif terhadap perubahan perilaku peserta dari yang semula takut menjadi lebih berani bertanya dan menjawab pertanyaan guru,anak menjadi lebih bersemangat dan aktif dalam pembelajaran,tanggung jawab dan kerjasama dalam diskusi sudah tampak. Proses pembelajaran menjadi aktif ,kreatif, efektif dan menyenangkan.

Kata kunci: motivasi ,CTL,media,efektif ,aktif


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

 Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan (pembelajaran) kepada peserta didik agar dapat berkembang secara optimal dan tujuan pendidikan dapat dicapai. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas, dibutuhkan peran dari pendidik (guru) untuk lebih intensif dalam menjalankan perannya. SD Negeri Banyumeneng 2 adalah salah satu Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Dari hasil observasi pembelajaran prasiklus IPA kelas V pada hari Rabu , tanggal 2 Agustus 2017 dengan materi cara hewan dan tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungan peneliti memperoleh data dari hasil belajar peserta didik, ada beberapa peserta didik belum mencapai nilai ketuntasan. KKM yang telah ditentukan adalah 65, dari 17 peserta didik hanya 9 (53%) anak yang mendapatkan nilai tuntas KKM, sedangkan 8 (47%) lainnya tidak tuntas. Hasil perolehan nilai rata – rata baru mencapai 64 masih jauh dari harapan yaitu 70 dengan ketuntasan belajar klasikal minimal 75%. Dari data yang diperoleh merupakan gambaran sebuah permasalahan dalam pembelajaran. Peneliti ingin melakukan perbaikan pembelajaran dikelas ini dengan tolak ukur keberhasilan apabila kemampuan peserta didik dalam mengerjakan soal evaluasi rata-rata kelas mencapai nilai > 70 dan ketuntasan belajar secara klasikal mencapai > 75%.

Dalam hal ini guru harus mencari dan menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif, inovatif dan menyenangkan. Media gambar hewan dan tumbuhan yang sering dilihat dan dikenal anak dijadikan media untuk membangkitkan kembali imajinasi anak dalam pembelajaran untuk menemukan ciri –ciri yang dimiliki oleh hewan dan tumbuhan tersebut. Gambar hewan dan tumbuhan yang sudah dikenal dilingkungan peserta didik, ini dijadikan media pembelajaran dengan pendekatan Contectual Teaching and Learning ( CTL ). Menurut Johnson (2002) CTL adalah: Sebuah proses pendidikan yang bertujuan untuk menolong siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subyek-subyek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka. Yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka melalui 7 komponen sebagai berikut: 1) Membuat kaitan yang bermakna ,2) Melakukan pekerjaan yang berarti, 3) Melakukan pembelajrn yang diatur sendiri , 4) Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang , 5) Berpikir kritis ,6) Kreatif untuk mencapai standar yang tinggi , dan 7) Menggunakan penilaian yang autentik. Kegagalan peserta didik dalam mencapai nilai ketuntasan di sini dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya adalah model pembelajaran atau pendekatan , metode dan media pembelajaran yang digunakan guru tidak menarik perhatian peserta didik.Guru juga belum memberikan inovasi dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran membosankan dan hasil belajar rendah. Hal ini membuat peserta didik merasa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran, kurang aktif di dalam kelas, dan tidak menyerap materi dengan baik. Proses kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan hal terpenting dari proses-proses lainnya. Dengan kata lain proses kegiatan belajar mengajar harus menjadi fokus perhatian yang tidak bisa diabaikan. Untuk itu, model pembelajaran harus dirancang dengan memperhatikan karakter anak dan problematika belajar serta hal lain yang mendukung tercapainya proses belajar mengajar. Menurut Zainal Aqib (2011: 106) proses belajar mengajar dikatakan bermutu tinggi apabila dalam pengoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input sekolah ( guru, sekolah, kurikulum, uang, peralatan, dan sebagainya) dilakukan secara harmonis sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan mampu memperdayakan peserta didik. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya inovasi dalam penggunaan media pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah media gambar. Berbagai gambar yang menarik dapat diakses dari internet untuk selanjutnya ditranfer ke peserta didik dalam pembelajaran berupa gambar warna yang menarik. Sehingga di sini guru harus terampil mengakses internet dengan baik agar dalam pembelajaran menjadi lebih aktif ,kreatif dan menyenangkan. Gambar warna yang telah dicetak dimanfaatkan guru dalam pembelajaran untuk menampilkan gambar hewan dan tumbuhan akan lebih menarik di banding dengan gambar yang dibuat sendiri. Ini salah satu bentuk inovasi dalam pembelajaran. Melalui gambar yang ditunjukkan kepada peserta didik mengamati dan mengidentifikasi ciri –ciri dari hewan atau tumbuhan . Rumusan masalah penelitian adalah: (1)Bagaimanakah proses pembelajaran IPA materi penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup melalui pendekatan CTL berbantuan media gambar bagi peserta didik kelas V SD Negeri Banyumeneng 2 semester 1 tahun pelajaran 2017/2018? (2) Bagaimanakah keefektifan pendekatan CTL berbantuan media gambar terhadap peningkatan hasil belajar IPA materi penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup bagi peserta didik kelas V di SD Negeri Banyumeneng 2 semester 1 tahun pelajaran 2017/2018? (3)Bagaimana perubahan perilaku peserta didik kelas V di SD Negeri Banyumeneng 2 dalam pembelajaran IPA materi penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup melalui pendekatan CTL dan berbantuan media gambar ?

Tujuan Penelitian: (1) Mendeskrispi proses pembelajaran penyesuaian diri makhluk hidup dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup melalui pendekatan CTL berbantuan media gambar bagi peserta didik kelas V SD Negeri Banyumeneng 2 semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. (2) Mendeskripsi keefektifan pendekatan CTL berbantuan media gambar terhadap peningkatan hasil belajar IPA materi penyesuaian diri makhluk hidup dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup bagi peserta didik kelas V di SD Negeri Banyumeneng 2 semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. (3) Mendeskripsi perubahan perilaku peserta didik kelas V di SD Negeri Banyumeneng 2 dalam pembelajaran IPA materi penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup melalui pendekatan CTL berbnatuan media gambar .

Landasan Teoritis

Hakikat Motivasi

Menurut Syamsu (1994) motivasi berasal dari kata motivasi yang berarti keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak melakukan kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan.

Menurut Whitaker yang dikutip Darsono 2000) motivasi adalah kondisi atau keadaan internal yang mengaktifkan atau memberi kekuatan pada organisme dan mengarahkan tingkah laku organisme mencapai tujuan.

Menurut Nurhayati (1999 dalam maulana 2002) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau usaha untuk menciptakan situasi, kondisi dan situasi belajar karena didorong adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar.

 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah dorongan yang dapat timbul untuk mencapai tujuan belajar.Motivasi tersebut dapat timbul dari di sendiri maupun dari orang lain. Motivasi yang timbul dari diri sendari disebut motivasi instinsik,, sedang motivasi yang timbul bukan dari diri riri sendiri disebut motivasi ekstrinsik.

Pembelajaran IPA Sekolah Dasar

Pembelajaran adalah salah satu sub sistem dari sistem pendidikan disamping kurikulum, konseling, administrasi dan evaluasi ( Drs. H. Martinis Yamin 2013:53).

Menurut Nuryani Rustaman (2010: 15) IPA adalah produk, proses, dan penerapannya ( teknologi ) termasuk sikap dan nilai yang terdapat di dalamnya. IPA atau Sains adalah cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk mengetahui pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah (Depdiknas, 2004:6)

IPA adalah studi mengenai alam sekitar, berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan ( http:/sigitsetiyadhi.wordpress.com/2010/05)

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian IPA atau sains adalah Ilmu pengetahuan tentang produk, proses, serta penerapannya mencari tahu yang terjadi pada alam untuk menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, dan memiliki sikap ilmiah sebagai suatu proses penemuan.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik Purwanto (dalam Chandra, 2013).

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan hal yang penting yang akan dijadikan sebagai tolak ukur, sejauh mana keberhasilan seorang peserta didik dalam belajar Nana Sudjana (2009: 55). Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri seseorang yang dijadikan sebagai tolak ukur akibat tindak belajar yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik untuk peningkatan dan pengembangan yang lebih baik.

Hakikat CTL

Menurut Jonson ( 2002 ) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong peserta didik untuk melihat makna yang terkandung dalam materi akademik yang sedang mereka pelajarai dengan menghubungkan subjek akademik sengan kontek kehidupan sehari-hari melalui konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya.

CTL menurut Nurhadi ( 2003 ) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik. Dan juga mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan pengetahuanya yang dimiliki sendiri-sendiri. Peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengkonstruksi sendiri ketika mereka belajar.

Dari beberapa pendapat di atas , ada beberapa perbedaan namun pada dasarnya pendekatan Contectual Teaching and Learning ( CTL ) merupakan pendekatan pembelajaran dengan konsep pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Dalam pembelajaran ini peserta didik mengalami sendiri, sedangkan guru hanya sebagai vasilitator dan motivator.

Dasar Teori Model Pembelajaran Kontektual

Menurut Jonhson (2004) ada tiga pilar dalam sistim CTL, yaitu:CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan.Kesaling-bergantungan mewujudkan diri, misalnya para peserta didik bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya.Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan sekolahdengan dunia bisnis dan komunitas. CTL mencerminkan prinsip difensiasi. Difensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para peserta didik untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, intuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.

CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para peserta didik mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usahamereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada peserta didik yang membuat hati mereka bernyanyi.

Komponen Model Pembelajaran CTL

Pembelajaran berbasis CTL menurut (Sanjaya, 2004) melibatkan tujuh komponen pembelajaran, Yakni: (1). konstruktivisme (konstruktivism), (2). bertanya (questioning),(3). menemukan (inquiri), (4). masyarakat belajar (learning community), (5). pemodelan (modeling), (6). Refleksi (reflektion) dan (7). penilaian sebenarnya (authentic assessmen).

Pola / skenario CTL

1)   Pengaitan-pengaitan yang dilakukan dalam CTL cocok untuk diterapkan dari mulai sekolah dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi

2)   Guru harus mampu me manage kelas untuk mengaplikasikan kondisi dari masyarakat yang ada sekarang dengan materi akademik yang akan diberikan

Langkah – langkah Pembelajaran CTL

(1). Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara: bekerja sendiri, menemukan sistem belajar sendiri dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. (2). Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry (bertanya) untuk semua topik (3). Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya sebanyak mungkin (4). Ciptakan masyarakat belajar (belajar secara berkelompok ), (5). Hadirkan model/peraga sebagai contoh pembelajaran (5). Lakukan refleksi di akhir pertemuan, (6). Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic) dengan berbagai cara

Ciri Pembelajaran di Kelas dengan model CTL adalah sebagai berikut:

1) Ada pengalaman nyata, 2) Ada kerjasama yang saling menunjang ,3) Penuh kegembiraan dan belajar menjadi bergairah ,4) Pembelajaran terintegrasi ,5)Menggunakan berbagai sumber ,6)Siswa aktif dan kritis ,7)Suasana PBM menyenangkan dan tidak membosankan ,8)Terjadinya sharing dengan teman ,9)Peran guru menjadi aktif dan kreatif

Hipotesis Tindakan

Berdasar pada kerangka berpikir di atas hipotesis tindakan penelitian ini adalah pembelajaran IPA materi penyesuaian diri makhluk hidup terhadap lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup melalui pendekatan CTL berbantuan media gambar diduga dapat meningkatkan hasil belajar ,proses pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan dan terjadi perubahan perilaku yang positif bagi peserta didik kelas V semester 1 SD N Banyumeneng 2 tahun pelajaran 2017/2018.

METODE PENELITIAN

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 sebagai berikut:

 Pra siklus            : Rabu ,2 Agustus 2017

Siklus 1                : Rabu ,9 Agustus 2017  

Siklus 2                : Rabu ,16 Agustus 2017

Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas V semester SD Negeri Banyumeneng 2 tahun pelajaran 2017/2018 berjumlah 17 orang. Terdiri atas 7 laki-laki dan 10 perempuan . Subjek penelitian ini berasal dari latar belakang keluarga yang tidak sama. Pekerjaan orangtua ada yang pegawai negeri, pedagang, petani dan karyawan swasta.Usia mereka rata-rata 11-14 tahun.

Hasil Penelitian

Deskripsi Pra Siklus

Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pembelajaran IPA materi cara hewan dan tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungan pada pembelajaran prasiklus dari 17 peserta didik yang tuntas KKM 65 baru 9 anak atau 53% dan masih ada 8 anak yang tidak tuntas yaitu sebesar 47%. Jumlah nilai tes formatif adalah 1080 dengan rata – rata 64 .Hal ini menunjukan hasil pembelajaran prasiklus masih jauh dari harapan dengan nilai rata – rata minimal 70 dan ketuntasan klasikal adalah 75%.

Deskripsi Siklus 1

Pada pembelajaran siklus 1 sudah tampak ada peningkatan pada hasil ulangan formatif .Pada perbaikan pembelajaran siklus 1 untuk nilai formatif sudah tidak ada anak yang mendapatkan nilai 40. Sudah ada 2 anak yang memperoleh nilai 90 , nilai 80 diperoleh 3 siswa , nilai 70 ada 6 anak, nilai 60 diperoleh 5 siswa dan nilai 5 ada 1 siswa. Nilai rata – rata siklus 1 sudah mengalami peningkatan 6 poin yaitu 70. Peserta didik yang tuntas KKM 65 adalah 11 anak atau 65% dan yang tidak tuntas masih ada 6 anak atau 35%. Walaupun telah ada peningkatan nilai rata-rata minimal 70 yang sudah sesuai harapan namun untuk ketuntasan klasikal adalah 75% belum tercapai.

Deskripsi siklus 2

Hasil pembelajaran siklus 2 pada materi cara hewan dan tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungan semester 1 SD Negeri Banyumeneng 2 telah mengalami peningkatan yang signifikan .Hasil pembelajaran tes formatif siklus 2 rata –rata adalah 81 ,dan telah mengalami peningkatan 11 poin dari siklus 1. Telah ada 2 anak yang memperoleh nilai 100, ada 5 anak yang mendapatkan nilai 90, nilai 80 diperoleh 6 anak , nilai 70 ada 1 anak dan nilai 60 diperoleh 3 anak. Sudah tidak ada peserta didik yang memperoleh nilai 40 dan 50. Untuk ketuntasan belajar pada pembelajaran siklus 2 telah mencapai 82% atau sebanyak 14 anak yang tuntas dan masih ada 3 anak atau 18% tidak tuntas belajar.

PEMBAHASAN

      Pembelajaran IPA materi cara hewan dan tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungan pada peserta didik kelas V semester 1 SD Negeri Banyumeneng 2 tahun pelajaran 2017/2018 sebelum menerapkan pendekatan Contektual Teaching Learning (CTL) dan berbantuan media gambar hasil pengamatan yang diperoleh pada tes formatif prasiklus dari 17 peserta didik yang tuntas belajar dengan KKM 65 baru terdapat 9 anak atau sebesar 53% dan masih terdapat 8 anak yang tidak tuntas atau 47%. Nilai rata- rata prasiklus juga baru mencapai 64. Aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran berdasar hasil pengamatan observer baru mencapai 60% masih dalam kategori sedang dan untuk aktifitas guru selama kegiatan pembelajaran prasiklus baru mencapai 53% ini termasuk dalam kategori kurang. Selama pembelajaran prasiklus tampak suasana kelas kurang kondusif dan peserta didik tidak tertarik pada pelajaran ,guru tidak runtut dalam penyampaian materi ,terlalu cepat dalam penjelasan sebelum peserta didik paham guru langsung memberikan evaluasi.

Pada pembelajaran siklus 1 sudah tampak ada peningkatan pada hasil ulangan formatif Sudah ada 2 anak yang memperoleh nilai 90 , nilai 80 diperoleh 3 siswa , nilai 70 ada 6 anak, nilai 60 diperoleh 5 siswa dan nilai 5 ada 1 siswa. Nilai rata – rata siklus 1 sudah mengalami peningkatan menjadi 70 sesuai harapan ,namun ketuntasan belajar belum mencapai 75%. Peserta didik yang tuntas KKM 65 adalah 11 anak atau 65% dan yang tidak tuntas masih ada 6 anak atau 35%. Aktifitas peserta didik selama kegiatan pembelajaran telah mencapai 73% masih dalam kategori sedang dan aktifitas guru meningkat tajam dari pembelajaran prasiklus hanya 53% ,dipembelajaran siklus 1 meningkat 28 poin menjadi 81% dalam kategori sedang. Proses pembelajaran siklus 1 sudah tampak lebih aktif dan kondusif. Peserta didik sudah berani bertanya atau menyampaikan pertanyaan pada guru. Dalam kegiatan diskusi mulai tampak tanggung jawab dan kerjasama dalam menyelesaikan tugas .Demikian pula aktifitas guru dalam pembelajaran dari 12 aspek pengamatan tampak untuk aspek persiapan ,membuka pelajaran , menerapkan pendekatan CTL , penggunaan media dan urutan terhadap materi sudah dalam kategori baik. Untuk aspek pengamatan memanage siswa , pemberian evaluasi , perhatian terhadap siswa yang kesulitan belajar ,dan mengakhiri pelajaran masih dalam kategori sedang.

Hasil pembelajaran siklus 2 pada materi cara hewan dan tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungan kelas V semester 1 SD Negeri Banyumeneng 2 telah mengalami peningkatan yang signifikan .Hasil pembelajaran tes formatif siklus 2 rata –rata adalah 81 ,dan telah mengalami peningkatan 11 poin dari siklus 1. Telah ada 2 anak yang memperoleh nilai 100, ada 5 anak yang mendapatkan nilai 90, nilai 80 diperoleh 6 anak , nilai 70 ada 1 anak dan nilai 60 diperoleh 3 anak. Sudah tidak ada peserta didik yang memperoleh nilai 40 dan 50. Untuk ketuntasan belajar pada pembelajaran siklus 2 telah mencapai 82% atau sebanyak 14 anak yang tuntas dan masih ada 3 anak atau 18% tidak tuntas belajar.

Keaktifan peserta didik selama kegiatan pembelajaran telah mencapai nilai rata – rata 93% dalam kategori sangat baik. Dari lima aspek yang diamati yaitu keaktifan dalam pembelajaran , keberanian bertanya , kerjasama dalam diskusi atau kerja kelompok dalam kategori baik dan hanya pada aspek tanggung jawab masih dalam kategori sedang.Demikian pula pada hasil pengamatan observer pada aktifitas guru selama kegiatan pembelajaran dari 12 aspek yang diamati sepuluh diantara aspek tersebut sudah dalam kategori baik yaitu persiapan, membuka pelajaran,penyajian materi secara runtut,penerapan pendekatan CTL ,penguasaan materi , penggunaan media , memberikan evaluasi dan mengakhiri pelajaran serta suasana diskusi. Masih ada dua aspek yaitu membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memanage siswa dalam belajar masih dalam kategori sedang. Proses pembelajaran dengan pendekatan CTL dan berbantuan media gambar menjadi lebih aktif ,kreatif ,efeltif dan menyenangkan. Perubahan perilaku peserta didik dari yang kurang aktif menjadi lebih aktif, lebih bersemangat ,dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas , serta semangat atau motivasi belajar siswa meningkat.

Dari lima aspek yang diamati yaitu keaktifan dalam pembelajaran , keberanian bertanya , kerjasama dalam diskusi atau kerja kelompok dalam kategori baik dan hanya pada aspek tanggung jawab masih dalam kategori sedang.Demikian pula pada hasil pengamatan observer pada aktifitas guru selama kegiatan pembelajaran dari 12 aspek yang diamati sepuluh diantara aspek tersebut sudah dalam kategori baik yaitu persiapan, membuka pelajaran,penyajian materi secara runtut,penerapan pendekatan CTL ,penguasaan materi , penggunaan media , memberikan evaluasi dan mengakhiri pelajaran serta suasana diskusi. Masih ada dua aspek yaitu membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memanage siswa dalam belajar masih dalam kategori sedang.

Simpulan

Proses pembelajaran IPA materi penyesuaian diri makhluk hidup dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup pada peserta didik Kelas V semester 1 SD Negeri Banyumeneng 2 tahun pelajaran 2017/2018 melalui pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) dengan berbantuan media gambar berhasil menciptakan proses pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif , dan menyenangkan hal ini tampak selama proses pembelajaran peserta didik menjadi bersemangat mengikuti pembelajaran , memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh –sungguh serta suasana belajar menjadi hidup ,peserta didik aktif juga dalam kegiatan diskusi .

Penerapan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) dengan berbantuan media gambar efektif dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V semester 1 SD Negeri Banyumeneng 2 tahun pelajaran 2017/2018 .Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil ulangan tes formatif peserta didik materi penyesuian diri makhluk hidup dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup selalu mengalami peningkatan yang signifikan dari awal pembelajaran prasiklus ,siklus 1 hingga siklus 2.Pada awal pembelajaran yaitu pembelajaran prasiklus sebelum menerapkan pendekatan kontektual teaching learning (CTL) perolehan pencapaian nilai rata – rata pada kegiatan pembelajaran prasiklus baru mencapai 64 , kemudian pada pembelajaran siklus 1 dengan menerapkan pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) pada materi penyesuaian diri hewan dan tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup mengalami peningkatan yang cukup baik menjadi 70 dan pada pembelajaran siklus 2 nilai rata- rata meningkat menjadi 81.

 Perubahan perilaku peserta didik berdasar hasil pengamatan observer pada tiap –tiap tahapan penelitian yang meliputi perencanaan ,pelaksanaan , pengamatan dan refleksi juga mengalami peningkatan yang baik. Ini dapat dilihat pada aktifitas peserta didik pada pembelajaran prasiklus baru mencapai 60% dalam kategori sedang ,kemudian pada pembelajaran siklus 1 meningkat menjadi 73% dalam kategori baik dan di kegiatan pembelajaran siklus 2 meningkat lebih baik lagi mencapai 93% dalam kategori sangat baik. Hal serupa juga terjadi pada aktifitas guru selama pembelajaran pada prasiklus baru tercapai 53% dalam kategori kurang , setelah dilakukan perbaikan pada siklus 1 dengan mencari solusi kekurangan atau kelemahan meningkat tajam mencapai 81% dalam kategori baik.Karena belum mencapai 85% maka penelitian tindakan kelas dilanjutkan pada pembelajaran siklus 2 dengan hasil pengamatan observer siklus 2 mencapai kategori sangat baik yaitu 94%.

 

 

Saran

Bagi guru

Hendaknya dalam pembelajaran guru harus mempersiapkan materi ,media yang tepat dan menarik , metode dan strategi atau pendekatan yang cocok dengan materi yang akan diajarkan. Guru secara fisik dan mental harus siap secara keseluruhan dalam kegiatan pembelajaran agar dalam penyampaian materi pelajaran kepada peserta dapat maksimal .Guru juga harus lebih cerdas dalam memilih atau menentukan metode pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode yang bervariasi dengan tujuan peserta didik tidak bosan dan malas sebaliknya dapat menjadikan peserta didik termotivasi dalam belajar dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.

Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya memfasilitasi sarana prasarana yang memadai dengan menyediakan berbagai media atau alat peraga yang membantu untuk memperjelas materi ajar yang disampaikan guru sehingga menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan peserta didik tertarik dengan kegiatan pembelajaran sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai sesuai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Bagi Kepala sekolah

Kepala sekolah memberikan ijin dan memotivasi kepada guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas agar menemukan solusi pemecahan masalah terhadap hasil belajar rendah yang masih jauh di bawah KKM dan atau ketuntasan Belajar. Kepala hendaknya mendukung dan memberikan ijin penelitian bagi guru dalam penulisan PTK sebab ini akan menjadikan guru terampil menulis ilmiah ,selain itu dapat diajukan untuk Penilaian Angka kredit (PAK) dan kenaikkan pangkat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsini,dkk,2006.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT Bumi Aksara

Bukhori,dkk. 2003,Gemar Belajar Matematika untuk kelas V C .Semarang: Aneka Ilmu

BSNP,2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta: BSNP

Depdiknas,2003,Model Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar.

            Jakarta: Dikdasmen

Subiyantoro,2009.Penelitian Tindakan Kelas. Semarang:CV Widya karya.

Sugiyanto,2009.Model-model Pembelajaran Inovatif..Surakarta: MataPadi Presindo.

Susmiyati, 2009. Pedagogik (Jurnal Pendidikan Dasar dan menengah.

Semarang: Laboratorium Baca Tulis Universitas negeri Semarang.

http://misterchand89.blogspot.com/2013/03/beberapa-pengertian-hasil-belajar.html

Hernawan, A.H, dkk. (2011). Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

(http://belajarpsikologi.com/pengertian-prestasi-belajar/).

Rustaman, N. (2010). Kamus Lengkap Indonesia. Bandung: Agung Media Ilmu.

Sadiman, Arief S. dkk. (2009). Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.