Peningkatan Hasil Belajar Melalui Strategi Pembelajaran Problem Posing
PENINGKATAN HASIL BELAJAR INDONESIA MERDEKA
MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING
BAGI SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 NGUTER
PADA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Sri Indrati
SMA Negeri 1 Nguter
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui proses pembelajaran Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019; (2) Untuk mengetahui besar persentase peningkatan kualitas pembelajaran Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019; dan (3) Untuk mengetahui perubahan perilaku siswa sebagai dampak hasil belajar Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri atas 36 orang siswa. Penelitian dilakukan pada semester I selama 6 bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2019. Objek dalam penelitian ini adalah penerapan strategi pembelajaran Problem Posing untuk meningkatkan hasil belajar Indonesia merdeka kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I hasil belajar meningkat dibandingkan prasiklus yaitu dari rata-rata nilai 58,14 menjadi 67,75, dan pada siklus II meningkat menjadi 77,94. Ketuntasan klasikal meningkat dari prasiklus 30,56% menjadi 72,22% pada siklus I, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,33%. Kualitas pembelajaran meningkat dari prasiklus 54,29% menjadi 65,71% pada siklus I, dan meningkat pada siklus II menjadi 77,14%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran Problem Posing mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan kinerja guru dalam suatu proses pembelajaran.
Kata kunci: aktivitas siswa, hasil belajar, problem posing
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik atau ilmiah. Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran mencakup komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Untuk melaksanakan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi pendidik dituntut untuk memiliki kreativitas dan inovasi agar mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan. Dalam proses pembelajaran siswa dituntut memiliki kecakapan, keaktifan, dan kreativitas untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Menurut Setyaningrum (2013: 188) kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan pemecahan masalah, kecakapan berpikir kritis, kolaborasi, kecakapan berpikir kreatif, dan kecakapan berkomunikasi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan pembelajaran di kelas adalah dengan cara memperbaiki proses pembelajaran. Proses yang dimaksud adalah menggunakan suatu metode atau strategi pembelajaran yang mampu menciptakan suasana belajar yang ceria, menyenangkan, dan siswa mampu memahami materi yang disampaikan sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Permasalahan pertama yang ditemukan di SMA Negeri 1 Nguter dalam pembelajaran sejarah adalah tentang ketersediaan media dan sarana pembelajaran. Media menurut Briggs yang dimaksud adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (Sardiman, 2007: 6). Berkaitan dengan masalah media, di SMA Negeri 1 Nguter sarana dan prasarana sekolah masih kurang, yaitu terbatasnya jumlah LCD dan penggunaan perpustakaan sekolah. Masalah kedua berkaitan dengan konsentrasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sardiman (2007: 40) konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar. Di dalam belajar, siswa bersikap pasif dalam proses pembelajaran sehingga mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya kepada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Hal yang sama juga tidak jauh berbeda dengan kondisi siswa di SMA Negeri 1 Nguter. Sebagian besar siswa di SMA Negeri 1 Nguter dapat dikatakan cukup rendah dalam memahami pelajaran sejarah, terutama pada siswa kelas XI IPA 2. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya nilai yang diperoleh pada materi Indonesia Merdeka sub pokok bahasan dari Rengasdengklok Hingga Pegangsaan Timur. Di antara beberapa kelas paralel yang ada, siswa di kelas XI IPA 2 merupakan kelas dengan rata-rata kemampuan pemahaman sejarah yang paling rendah. Hal itu ditunjukkan dengan rendahnya tingkat ketuntasan belajar siswa. Dari sejumlah 36 siswa, yang telah tuntas belajar 11 siswa atau 30,56%, belum tuntas 25 siswa atau 69,44%, nilai rata-rata kelas 58,14, nilai tertinggi 90, dan nilai terendah 8 dengan Ketuntasan Belajar (KB) sebesar 70. Berdasarkan hasil pengukuran bahwa aktivitas belajar siswa sebesar 54,29% termasuk kategori sedang dan kinerja guru sebesar 68,97% termasuk kategori baik.
Memperhatikan hal tersebut, diperlukan upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam belajar. Salah satu strategi pembelajaran adalah penggunaan strategi pembelajaran Problem Posing dipilih karena dapat merangsang daya tarik, keaktifan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran sejarah. Menurut Rahayuningsih dalam Setiawati (2011: 21) kelebihan strategi pembelajaran Problem Posing yaitu: (1) Kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa; (2) Minat siswa dalam pembelajaran sejarah lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri; (3) Semua siswa terpacu untuk terlibat secara aktif dalam membuat soal; (4) Dengan membuat soal berdampak pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah; (5) Dapat membantu siswa untuk memunculkan ide yang kreatif dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan tindakan dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Posing untuk meningkatkan aktivitas belajar sejarah siswa kelas XI IPA 2. Melalui strategi pembelajaran Problem Posing tersebut diharapkan aktivitas belajar siswa akan meningkat sehingga hasil yang diperoleh juga semakin meningkat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah proses pembelajaran Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019?; (2) Berapa persenkah peningkatan hasil belajar Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019?; dan (3) Bagaimanakah perubahan perilaku siswa sebagai dampak hasil belajar Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019?
Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui proses pembelajaran Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019; (2) Untuk mengetahui besar persentase peningkatan hasil belajar Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019; dan (3) Untuk mengetahui perubahan perilaku siswa sebagai dampak hasil belajar Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajian Teori
Aktivitas Siswa
Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan (Yamin, 2007: 75). Aktivitas diperlukan dalam pembelajaran karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku.Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan bagian tidak terpisahkan dari interaksi pembelajaran. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009: 22). Hasil belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai setelah interaksi dengan lingkungan, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku. Hasil yang dicapai berupa angka atau nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar.
Strategi Pembelajaran Problem Posing
Suyatno (2009: 6) menjelaskan bahwa Problem Posing merupakan istilah dalam bahasa Inggris yang artinya “merumuskan masalah” atau “membuat masalah”. Problem Posing yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui penerapan strategi pembelajaran Problem Posing diduga dapat meningkatkan: (1) kualitas pembelajaran Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019; (2) persentase peningkatan hasil belajar Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019; dan (3) perilaku positif siswa sebagai dampak hasil belajar Indonesia Merdeka melalui strategi pembelajaran Problem Posing bagi siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan 2 siklus yaitu siklus 1 dan siklus 2. Setiap siklus dilakukan dalam tahapan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Setting Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019. Siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Nguter berjumlah 36 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan strategi pembelajaran Problem Posing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dikumpulkan oleh peneliti dan guru melalui tes, nontes, dan dokumen.
Validitas Data
Validitas data atau keabsahan data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Untuk meningkatkan validitas penelitian tindakan kelas ini dengan meminimalkan subjektivitas melalui triangulasi. Terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu (Sugiyono, 2015: 372). Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian pembelajaran Problem Posing dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila: (1) Setiap siklusnya terjadi peningkatan kualitas pembelajaran kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter; (2) Tingkat keberhasilan siswa secara klasikal mencapai ≥ 80% dari total jumlah siswa yang telah tuntas belajar dengan nilai sekurang-kurangnya 70; (3) Kualitas pembelajaran siswa dan kinerja guru mencapai predikat baik atau ≥ 75% dari kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Prasiklus Penelitian
Hari Selasa tanggal 22 Januari 2019 peneliti mengamati aktivitas siswa prasiklus proses pembelajaran di kelas XI IPA 2, diperoleh dari lembar observasi kualitas pembelajaran yang terdiri dari 14 indikator. Skoring kualitas pembelajaran pada tahap awal tindakan diperoleh nilai 38 dengan presentase sebesar 54,29%. Dengan demikian maka keaktifan siswa dalam pembelajaran sejarah dapat dikatakan dalam kategori sedang.
Dari hasil tes prasiklus diperoleh data sebagai berikut: (1) Jumlah peserta tes 36 orang siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan; (2) Siswa yang telah tuntas belajar dengan memperoleh nilai di atas atau sama dengan Ketuntasan Belajar (KB) sebesar 70, adalah 11 orang atau 30,56%; (3) Siswa belum tuntas dan harus mengikuti pembelajaran remedial atau perbaikan 25 siswa atau 69,44%; (4) Nilai tertinggi 90, nilai terendah 8, dan nilai rata-rata kelas 58,14; dengan standar deviasi 15,52. Berdasarkan data di atas, maka secara klasikal dapat dikatakan bahwa siswa kelas XI IPA 2 semester 2 SMA Negeri 1 Nguter tahun pelajaran 2018/2019 belum mencapai batas tuntas belajar. Hasil belajar sejarah prasiklus dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut:
Hasil Belajar Siswa Prasiklus
No | Uraian | Hasil |
1 | Nilai Tertinggi | 90 |
2 | Nilai Terendah | 8 |
3 | Nilai Rata-rata | 58,14 |
4 | Standar Deviasi | 15,52 |
Hasil Penelitian Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada bulan Februri 2019 minggu ke-1 sampai dengan bulan Maret 2019 minggu ke-2 dengan alokasi waktu pertemuan 2 x 45 menit setiap minggunya. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada siklus I meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Perbandingan nilai hasil belajar siswa prasiklus dan siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Hasil Belajar Siswa Siklus I
No | Keterangan Hasil Tes | Prasiklus | Siklus I |
1 | Jumlah Siswa | 36 | 36 |
2 | Nilai Tertinggi | 90 | 88 |
3 | Nilai Terendah | 8 | 40 |
4 | Nilai Rata-rata | 58,14 | 67,75 |
5 | Standar Deviasi | 15,52 | 11,40 |
6 | Jumlah Siswa yang Tuntas | 11 | 26 |
7 | Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas | 25 | 10 |
8 | Persentase Ketuntasan | 30,56% | 72,22% |
9 | Persentase Ketidaktuntasan Belajar | 69,44% | 27,78% |
Berdasarkan tabel dan grafik di atas, terlihat adanya peningkatan hasil belajar pada siklus I dibandingkan dengan hasil belajar prasiklus. Nilai rata-rata hasil belajar meningkat dari 58,14 menjadi 67,75 dan ketuntasan klasikal meningkat dari 30,56% menjadi 72,22%; dengan standar deviasi menurun dari 15,52 menjadi 11,40. Akan tetapi, ketuntasan belajar siklus I belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80% sehingga perlu perbaikan pada siklus berikutnya.
Dari refleksi yang dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) masih banyak siswa pasif dalam proses pembelajaran yakni mencapai 34,29% sehingga belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang telah diterapkan yakni 75% siswa aktif dalam pembelajaran; (2) guru masih canggung dalam menerapkan strategi pembelajaran Problem Posing. Hal ini memungkinkan siswa masih pasif dalam proses pembelajaran karena baru pertama kali menerapkan strategi pembelajaran ini. Proses pembelajaran di dalam kelas masih didominasi oleh guru. Berdasarkan lembar observasi, persentase kinerja guru mencapai 74,48%; (3) berdasarkan hasil tes yang diberikan oleh guru pada siklus I siswa yang tuntas baru mencapai 72,22% sehingga belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal yang telah diterapkan yaitu 80% siswa belajar tuntas; (4) Standar deviasi menurun dari 15,52 menjadi 11,40 menunjukkan kemampuan siswa semakin merata dalam memahami materi yang diajarkan guru; (5) Terjadi peningkatan pemahaman materi pada siklus I dibandingkan prasiklus walaupun masih rendah, hal ini ditunjukan nilai N-Gain sebesar 0,19.
Belum tercapainya aktivitas dan hasil belajar siswa serta kinerja guru pada siklus I dikarenakan strategi pembelajaran Problem Posing yang diterapkan cenderung baru, sehingga terdapat beberapa kekurangan, yaitu sebagai berikut: (1) Siswa masih tampak canggung dengan proses pembelajaran, karena mereka memang tidak terbiasa, bahkan tidak pernah belajar sejarah dengan membuat soal sendiri dan mencari jawaban sendiri; (2) Pada saat pembelajaran hanya beberapa siswa yang bisa memahami setiap pembelajaran yang diajarkan, siswa lain dalam kebanyakan masih meniru soal yang ada dalam buku paket yang digunakan, bahkan hanya menyalin soal dan jawaban pada yang terdapat dalam buku saja; (3) Guru belum terbiasa menggunakan strategi pembelajaran Problem Posing dan kekurangan waktu sehingga tidak sempat memberikan latihan soal.
Berdasarkan kekurangan pada siklus I, maka kolaborator dan guru sebagai sumber belajar berkolaborasi untuk menyusun rencana tindak lanjut (RTL), dalam perbaikan pada siklus berikutnya. Rencana tindak lanjut tersebut antara lain: (1) Kesiapan siswa untuk membaca materi selanjutnya dengan cara mencari sumber belajar selain buku paket pedoman belajar dan lembar kerja siswa (LKS); (2) Memberikan motivasi kepada siswa agar tidak menyalin soal dari buku paket atau dari pekerjaan temannya, serta memotivasi siswa supaya lebih percaya diri dalam hal membuat ataupun menjawab soal; (3) Guru harus lebih menguasai penerapan model pembelajaran Problem Posing dan dapat membagi waktu dengan baik. Pada saat siswa membuat soal dan penyelesaian, guru harus mengontrol siswa dengan baik.
Hasil Penelitian Siklus II
Dalam pelaksanaan siklus I, indikator penelitian yang telah diterapkan belum tercapai, sehingga dilanjutkan ke siklus II. Siklus II dilaksanakan pada bulan Maret 2019 minggu ke-3 sampai dengan bulan April 2019 minggu ke-4 dengan alokasi waktu pertemuan 2 x 45 menit setiap minggunya.
Kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada siklus II meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Hasil Belajar Siswa Siklus II
No | Keterangan Hasil Tes | Siklus I | Siklus II |
1 | Jumlah Siswa | 36 | 36 |
2 | Nilai Tertinggi | 88 | 93 |
3 | Nilai Terendah | 40 | 58 |
4 | Nilai Rata-rata | 67,75 | 77,94 |
5 | Standar Deviasi | 11,40 | 8,34 |
6 | Jumlah Siswa yang Tuntas | 26 | 30 |
7 | Jumlah Siswa yang Tidak Tuntas | 10 | 6 |
8 | Persentase Ketuntasan | 72,22% | 83,33% |
9 | Persentase Ketidaktuntasan Belajar | 27,78% | 16,67% |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui adanya peningkatan hasil belajar pada akhir siklus II. Nilai rata-rata dari persentase ketuntasan belajar sudah meningkat dari data siklus I yaitu dari nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar sudah meningkat dari data awal yaitu dari nilai rata-rata 67,75 menjadi 77,94 dan ketuntasan secara klasikal dari 72,22% menjadi 83,33% serta dengan standar deviasi dari 11,40 menjadi 8,34. Ketuntasan belajar siklus II sudah mencapai 83,33% sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80%.
Pada siklus II, keaktifan siswa dalam pembelajaran Indonesia Merdeka dengan sub bab Peran Para Tokoh Sekitar Proklamasi dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Posing mencapai 77,14. Hal ini sudah memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yaitu 75%. Berdasarkan hasil observasi dan dilakukan analisis data, maka diperoleh data bahwa pada siklus II secara keseluruhan tingkat keaktifan siswa sebesar 77,14% termasuk dalam kategori aktivitas baik dengan jumlah skor 54 dari skor maksimal 70.
Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan II menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Posing mengalami peningkatan, baik dari segi peningkatan keaktifan siswa, kinerja guru, dan hasil belajar selama proses pembelajaran berlangsung.
Strategi pembelajaran Problem Posing berusaha mengoptimalkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dalam langkah-langkah strategi pembelajaran Problem Posing yang tercermin selama proses pembelajaran yang didominasi oleh aktivitas siswa. Pembelajaran dilakukan dengan siswa membaca, memahami, dan menyusun soal dari materi yang dipelajarinya serta menuliskannya pada lembar pertanyaan 1. Tiap kelompok mendiskusikan jawaban dari lembar pertanyaan 1 yang telah dibuat oleh anggota kelompoknya, soal yang tidak bisa diselesaikan oleh kelompok tersebut ditulis di lembar pertanyaan 2 dan ditukarkan dengan kelompok lain. Setelah itu setiap kelompok berdiskusi untuk mencari penyelesaian dari lembar pertanyaan 2 dari kelompok lain. Dengan demikian penggunaan strategi pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan kerjasama siswa dalam memecahkan masalah dan memahami materi. Strategi pembelajaran Problem Posing juga mengajarkan keterampilan sosial dan demokrasi.
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus I dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan strategi pembelajaran tersebut keterlibatan aktif siswa belum dapat berlangsung secara optimal dari hasil observasi pengamatan aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 65,71% dibandingkan dengan prasiklus 54,29%. Siswa masih kesulitan dalam membuat soal dan menjawab sendiri. Siswa juga belum bisa bekerjasama secara maksimal dalam diskusi kelompok pada saat menjawab soal dari kelompok lain meskipun secara keseluruhan siswa merasa senang dan semangat mengikuti pembelajaran ini. Aktivitas belajar yang kurang maksimal disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran Problem Posing yang baru pertama kali diterapkan pada pembelajaran sejarah dikelas XI IPA 2 di SMA Negeri 1 Nguter. Dari latar belakang tersebut kemudian peneliti melanjutkan pembelajaran siklus II.
Hasil aktivitas belajar siswa siklus II tingkat keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 77,14%. Berdasarkan pengamatan pada siklus II siswa lebih aktif mengikuti proses pembelajaran di kelas, tidak kesulitan lagi membuat soal walaupun masih ada yang kesulitan menjawab soal dari kelompok lain. Siswa telah mampu berdiskusi secara tertib dan baik. Siswa juga banyak berani menyampaikan maupun menanggapi hasil diskusi. Masing-masing kelompok terlihat ingin lebih menonjol dan mendapatkan nilai lebih baik dibandingkan kelompok lainnya. Siswa terlibat langsung dalam pembelajaran, sehingga menjadikan siswa merasa senang dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran agar dapat memberikan hasil yang terbaik.
Hasil penilaian observasi kinerja guru sebelum menerapkan strategi pembelajaran Problem Posing sebesar 68,97%. Selama proses pembelajaran siklus I guru terlihat masih canggung dalam menerapkan model pembelajaran tersebut. Kinerja guru pada siklus I mencapai 74,48% termasuk dalam kriteria baik, namun, perlu ditingkatkan lagi pada siklus selanjutnya. Pada siklus I terjadi kendala pada saat pelaksanaan pembelajaran yaitu suasana kelas menjadi ramai saat pembuatan soal. Oleh karena itu, guru harus mampu membimbing dan mengkondisikan siswa dengan lebih baik. Pada siklus II, hasil observasi kinerja guru menunjukkan peningkatan menjadi 82,67%. Guru sudah lebih memahami dalam menerapkan strategi pembelajaran Problem Posing yang telah dilaksanakan pada siklus I. Hasil observasi siklus II menunjukkan kinerja guru termasuk dalam kriteria sangat baik. Secara keseluruhan proses pembelajaran pada siklus I dan II berlangsung baik. Hal tersebut didukung oleh peningkatan aktivitas belajar siswa dan kinerja guru sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa dapat diketahui adanya peningkatan dibanding sebelum dilaksanakan strategi pembelajaran Problem Posing. Peningkatan hasil belajar antara lain: (1) Nilai terendah (NTR) meningkat dari 8 pada prasiklus menjadi 40 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 58 pada siklus II. Nilai tertinggi (NTT) menurun dari 90 pada prasiklus menjadi 88 pada siklus I tetapi meningkat lagi menjadi 93 pada siklus II. Nilai rata-rata (NRR) meningkat dari 58,14 pada prasiklus menjadi 67,75 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 77,94 pada siklus II; (2) Jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dari 11 siswa atau 30,56% pada prasiklus menjadi 26 siswa atau 72,22% pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 30 siswa atau 83,33% pada siklus II; (3) Standar deviasi menurun dari 15,52 pada prasiklus menjadi 11,40 pada siklus I dan menurun lagi menjadi 8,34 pada siklus II. Dari data hasil belajar siswa di atas dapat disajikan dalam dfiagram batang berikut:
Terjadi peningkatan pemahaman materi dengan menggunakan strategi pembelajaran Problem Posing, hal ini ditunjukan nilai N-Gain 0,19 pada siklus I termasuk dalam kategori rendah meningkat menjadi 0,31 termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan kemampuan siswa kelas XI IPA 2 semakin berimbang dalam memahami materi yang diajarkan guru ditandai dengan adanya nilai standar deviasi semakin menurun setiap siklusnya.
Peningkatan hasil belajar menggunakan strategi pembelajaran Problem Posing juga diikuti tanggapan yang positif dari siswa terhadap strategi pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil rekapitulasi dari hasil pengamatan dan data yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Pembelajaran Indonesia Merdeka dengan strategi pembelajaran Problem Posing meningkatkan kualitas pembelajaran kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter; (2) Pembelajaran Indonesia Merdeka dengan strategi pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan persentase hasil belajar siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter. Hal ini ditunjukan dengan hasil belajar yang meningkat dari prasiklus ketuntasan klasikal 30,56% menjadi 72,22% pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 83,33% pada siklus II; (3) Pembelajaran Indonesia Merdeka dengan strategi pembelajaran Problem Posing dapat meningkatkan perubahan perilaku siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Nguter yang semula kurang aktif menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan presentase kualitas pembelajaran siswa yang meningkat dari prasiklus 54,29% menjadi 65,71% pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 77,14% pada siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono., & Supardi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke Cipta.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hobri. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jember: Center of Society Studies.
Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar dan Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.
Mulyasa. H.E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Roesdakarya.
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Setiawati,Vera Deni. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Untuk Mengetahui Penguasaan Konsep Fisika Pada Siswa Kelas VIII SMP N 7 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Semarang: UNNES. Unpublised.
Setyaningrum, Yanur., dan Husamah. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Percakapan Kopetensi. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Sujana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Pustaka.
Upu, Hamzah. 2003. Problem Posing dan Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Pustaka Ramadhan.
Yamin, Martinis. 2007. Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press.