PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN

MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN SOSIODRAMA

PADA SISWA KELAS 4 SEMESTER I SD NEGERI DOROPAYUNG 01 KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI TAHUN 2014/2015

Endang Tabetta

SDN Doropayung, Kec. Juwana, Kab Pati

ABSTRACT

This study aims to improve learning outcomes Civics through demonstrations sociodrama in class 4 SD Doropayung 01 Kauman Pati year 2014/2015. This type of research is action research. Subjects studied are 4th grade students the first semester Elementary School District 01 Doropayung Pati Pati year 2014/2015. Model CLA model Kemmis and Target with two cycles and steps from the planning, implementation and observation, and reflection. The analysis technique used statistical description is the frequency distribution, mean and minimum maximum score, and percentage. The results showed that the application of the demonstration sociodrama to improve learning outcomes Civics Grade 4 semester SD Doropayung 01 Kauman Pati. This is evident in (1) the number of students who completed the study before the implementation of the demonstration sociodrama 46.6%, after the application of the demonstration sociodrama in the first cycle and 66.6% in the second cycle of 100% of the increase in the completion of the 20% and 33.4%. (2) The average score of the class in learning before applying the demonstration sociodrama 68 Applying the demonstration sociodrama in the first cycle and 77.1 in the second cycle of a 87.3 increase in the average grade of 8.6 and 10.2. (3) The minimum score and maximum score in the study before the application of the method is the demonstration sociodrama 40 and 90, after the application of the demonstration sociodrama in the first cycle was 50 and 90 and the second cycle is 80 and 100. This means that the minimum and maximum scores experience increase

Keywords: learning civics, Model Sociodramas, students of Grade 4


PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Mata pelajaran kewarganegaraan dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan terma-suk wawasan kebangsaan, jiwa dan patri-otisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolosi dan nepotisme.

Sejalan dengan ketentuan dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 yang menetapkan bahwa hakikat PKn adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn adalah mata pelajaran yang berhu-bungan dengan kehidupan soaial dimasya-rakat, sehingga pelajaran Pendidikan Ke-warganegaraan sangat penting bagi kehidupan siswa.

Kenyataannya mata pelajaran Pen-didikan Kewarganegaraan dianggap sulit dan membosankan. Hal ini disebabkan karena materi pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan menghafalkan konsep dan selalu berubah-ubah. Di kelas 4 SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Tahun Pelajaran 2014/2015, rata-rata mata pelajaran PKn belum bisa mencapaii KKM (66).

Keberhasilan dalam pembelajaran apabila materi pembelajaran dapat dikuasai siswa sepenuhnya, sehingga pada saat evaluasi atau tes formatif menunjukkan hasil yang memuaskan semua mencapai kriteria ketuntasan belajar. Melihat hasil yang diperoleh siswa menunjukkan rendah-nya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Kewargane-garaan dengan pokok materi “lembaga pemerintah kabupaten/kota dengan indika-tor “menyebutkan lembaga-lembaga pemerintah kabupaten/kota hasilnya tidak memuaskan, maka peneliti mengajukan pro-posal perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas. Dengan tujuan supaya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran PKn dengan indikator “menyebut-kan lembaga-lem,baga pemerintah kabupaten/ kota “lebih meningkat.

Setelah melakukan kegiatan pem-belajaran PKn pada Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah kabupaten/ kota dan propinsi dengan indikator “menyebutkan lembaga-lembaga pemerintah kabupaten/kota“ di kelas 4 semester I, ternyata guru mengalami beberapa masalah yang sangat berpengaruh pada keberhasilan siswa dalam memahami materi ini.

a. Sebagian besar siswa kelas 4 SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan Juwana yang belum dapat menguasai dan memahami mata pelajaran PKn khususnya pada Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah kabupaten/kota dan propinsi dengan indikator “menyebut-kan lembaga-lembaga pemerintah kabupaten/kota“.

b. Suasana kelas gaduh yang disebabkan guru kurang menguasai pengelolaan kelas.

c. Siswa tidak tertarik dalam pembela-jaran karena guru dalam menjelaskan materi banyak menggunakan ceramah sehingga menjemukan.

d. Guru dalam menjelaskan materi tidak menggunakan metode dan model pembelajaran yang sesuai sehingga pemahaman siswa pada Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah kabupaten/ kota dan propinsi dengan indikator “menyebutkan lembaga-lem,baga pemerintah kabupaten/kota

Rumusan masalah

Berdasarkan analisis masalah-ma-salah yang menjadikan penyebab ketidak berhasilan siswa dalam memahami materi pembelajaran PKn pada Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah kabupaten/kota dan propinsi dengan indikator “menyebutkan lembaga-lembaga pemerintah kabupaten/kota, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. “Apakah melalui metode demonstrasi dengan model pembelajaran sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan kabupaten/ kota dan provinsi pada siswa kelas 4 SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan Juwana Kabu-paten Pati?”

Tujuan Penelitian.

Tujuan yang akan dicapai peneliti dalam kegiatan perbaikan pembelajaran dan merupakan pengalaman penulis seba-gai guru di SD adalah sebagai berikut.

1.   Penerapan metode demonstrasi de-ngan model pembelajaran sosiodrama terhadap peningkatan hasil belajar pada Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah kabupaten/kota dan propinsi dengan indikator “menyebutkan lembaga-lembaga pemerintah kabupaten/kota “siswa kelas 4 SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.

2.   Penerapan metode demonstrasi de-ngan model pembelajaran sosiodrama dapat peningkatan keaktifan siswa terhadap hasil belajar pada Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah kabupaten/kota dan propinsi dengan indikator “menyebutkan lembaga-lembaga pemerintah kabupaten siswa kelas IV SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan ju-wana Kabupaten Pati.

Landasan Teoritis

Purwanto (1989:3) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan. Hasil belajar siswa terwujud setelah mempelajari materi dan menjadi ukuran tercapinya tujuan peng-ajaran sesuai dengan prinsip perbedaan individu dalam satu kelas tertentu, sekali-pun ditetapkan tujuan dan materi serta metode pembelajaran yang sama bagi semua siswa. Akan tetapi perbedaan hasil belajar terungkap dari skor tes. Dengan demikian akan didapatkan hasil belajar individu dan hasil belajar kelompok.

Surahmad, (1997: 88) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir dari pengalaman interaksi edukatif yanmg diperhatikan adalah menempatkan tingkah laku. Hasil belajar merupakan dari proses komplek. Hal ini disebabkan banyak faktor internal maupun eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar yaitu 1) faktor fisiologi, seperti kondisi fisik dan kondisi indra 2) faktor psikologi meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi, ke-mampuan kognitif.sedangkan faktor ekster-nal yang mempengaruhi hasil belajar adalah 10 faktor lingkungan seperti alam, masyarakat/keluarga 2) factor instrumental yang terdiri dari kurikulum/ bahan peng-ajaran, sarana dan fasilitas.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan hasil belajar siswa adalah performance dan kompetensinya dalam satu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran dalam satu satuan waktu yang bisa berupa cawu, semester dan akademik. Performan-ce dan kompetensinya tersebet meliputi a) ranah kognitif seperti informasi dan pengetahuan/knowledge, konsep dan prinsip b) ranah psikomotor/skills dan c) ranah efektif seperti perasaan, sikap,nilai dan integritas pribadi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980) metode mengandung arti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), cara kerja konsisten untuk memudahkan pelakasanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Sejalan dengan pengertian Joni (1993) mengartikan metode sebagai cara kerja yang bersifat relative umum yang sesuai untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian metode dapat diartikan sebagai cara/jalan menyajikan/melaksanakan kegi-atan untuk mencapai tujuan.

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan (Mulyani Sumantri, dalam Roetiyah 2001: 82). Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode bemonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan.

Keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan anak mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan langsung dari hasil pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada guru.

Dari pendapat diatas bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dari mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung pada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya.

Walaupun memiliki beberapa kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga memiliki beberapa kelemahan. Meskipun metode ini memiliki banyak kelemahan, penulis melihat metode ini sangat bagus sekali apabila diterapkan dalam pembelajaran, karena siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi juga menghilangkan kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

Berbicara masalah model pembela-jaran sosiodrama tidak bisa lepas dari model pembelajaran sosiodrama, sebab ke-duanya sama-sama dapat diterapkan da-lam pengajaran PKn yang sukar dipisahkan satu sama lainnya. Sosiodrama adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang dipakai untuk menjelaskan peranan, sikap, tingkah laku, nilai, dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berpikir orang lain (Achmad, 1981:80).

Dengan demikian sosiodrama ada-lah merupakan suatu teknik atau cara agar para guru dan siswa memperoleh penghayatan nilai-nilai dan perasaan. Sedangkan sosiodrama berarti mandra-matisasikan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial (Surachmad, 1973:125).

Jadi model pembelajaran sosiodra-ma adalah cara mengungkapkan kehidupan dan hubungan sosial secara keseluruhan-nya pada sekelompok siswa. Sedangkan metode bermain peran ditekankan kepada setiap individu siswa dalam memerankan suatu tokoh tertentu pada drama yang ber-sangkutan. Dengan model pembelajaran sosiodrama, diharapkan siswa dapat menghayati dan berperan dalam berbagai figur khayalan atau figur sesungguhnya dalam berbagai situasi. Model pembela-jaran sosiodrama yang direncanakan de-ngan baik dapat menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat dan kemampuan orang lain dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja kelompok. Model pembelajaran sosio-drama ini dapat diterapkan pada peng-ajaran PKn dengan pokok bahasan tentang hubungan kehidupan sosial, misalnya: pe-ranan tokoh-tokoh, susunan dan masyara-kat feodal.

Melalui model pembelajaran role playing dapat melibatkan aspek-aspek kog-nitif, afektif maupun psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah, as-pek afektif meliputi sikap, nilai-niali priba-di/orang lain, membandingkan, memper-tentangkan nilai-nilai, mengembangkan em-pati atas dasar tokoh yang mereka perankan. Sedangkan aspek psikomotor terlihat ketika siswa memainkan peran di depan kelas. Dengan demikian diharapkan, minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran PKn yang selalu kaku dan menjemukan dapat disegarkan kembali.

Tujuan dan manfaat role playing menurut Shaftel 1) Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalam realita hidup. 2) Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya. 3) Untuk memperta-jam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu. 4) Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan. 5) Sebagai alat mendiagnosa keadaan ke-mampuan siswa. 6) Pembentukan konsep secara mandiri. 7) Menggali peranan-peranan dari pada seseorang dalam suatu kehidupan kejadian/keadaan. 8) Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah, berfikir kritis, analisis, berkomu-nikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain. 9) Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara berfikirnya, dan perbuatannya.

Kerangka Berpikir

Keberhasilan atas hasil belajar dipengaruhi oleh banyak hal baik yang berasal dari dalam dan dari luar diri siswa. Salah satu faktor yang diangkat dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Untuk meng-implementasi strategi tersebut ditetapkan metode demonstrasi dengan model pembe-lajaran sosiodrama untuk meningkatkan hasil belajar PKn dalam Kompetensi Dasar mengenal lembaga-lembaga dalam susunan pemerintah Kabupaten/ kota dan propinsi dengan indikator “menyebutkan lembaga-lembaga pemerintah kabupaten /kota .

Pada kondisi awal guru kelas belum menggunakan metode demonstrasi dengan model pembelajaran sosiodrama hasil belajar PKn kurang memuaskan. Peneliti berusaha menerapkan hasil belajar siswa terhadap materi pada pelajaran PKn dengan menggunakan metode demonstrasi dengan model pembelajaran sosiodrama pada siklus II di duga akan meningkatkan hasil belajar PKn dalam kompetensi dasar bentuk-bentuk keputusan bersama. Hal ini dapat dilihat pada hasil belajar kondisi awal sampai pada siklus II yang selalu meningkat hasil belajarnya.

METODE PENELITIAN

Penulis melaksanakan pada mata pelajaran PKn dengan materi lembaga-lembaga pemerintah kabupaten/ kota“ dengan indikator “menyebutkan lembaga-lembaga pemerintah kabupatren/kota “.pada kelas 4 SD Negeri Doropaytung 01 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Jumlah siswa ada 30 yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 17 anak perempuan. Letak SD Negeri Doropayung 01 di desa Doropayung Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Keberadaan SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan Juwana berada di tengah-tengah Kota Juwana. Sebagian besar siswanya dari masyarakat sekitar yang mempunyai mata pencaharian sebagai petani dan memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah, kesadaran akan pendidikan anak sangat kurang , terlihat dari banyak siswa yang tidak mengerjakan PR yang diberikan guru.

Tempat pelaksanaan perbaikan di SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan juwana i Kabupaten Pati Kelas 4 Semester I mata pelajaran PKn dengan materi “lembaga-lembaga pemerintah kabupaten/ kota“ dengan indikator “menyebutkan lembaga-lembaga pemerintah kabupatren/kota”.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebagian permasalahan dalam pe-nelitian ini adalah rendahnya hasil belajar PKn pada kelas IV SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan Juwana. Hal itu disebabkan guru belum menggunakan model pembalajaran yang tepat untuk membantu siswa mempelajari materi lembaga-lemba-ga pemerintah kabupaten/ kota dan pro-pinsi sehingga siswa menganggap bahwa pelajaran PKn itu sulit, membosankan dan tidak menarik. Perlu pemilihan model pem-belajaran yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah metode demonstrasi dengan model Pembelajaran sosiodrama.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, penggunaan metode de-monstrasi dengan model pembelajaran so-siodrama pada siklus I dan II dengan materi yang berbeda. Pada siklus I digunakan untuk materi lembaga-lembaga pemerintah kabupaten/ kota sedangkan pada siklus II digunakan untuk materi lembaga-lembaga pemerintah propinsi.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggunaan metode demonstrasi dengan model pembelajaran sosiodrama ternyata berdampak pada hasil belajar PKn. Hasil belajar PKn yang diperoleh dari nilai tes tertulis menunjukkan peningkatan dari kondisi awal, siklus I dan siklus II.

Berdasarkan perbandingan data kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat disimpulkan tindakan yang dilakukan pada siklus I maupun siklus II membawa peningkatan baik aktivitas guru maupun hasil belajar PKn. Hasil belajar PKn mengalami peningkatan dari rerata skor 68,5 pada kondisi awal menjadi 77,1 pada siklus I dan meningkat menjadi 87,3 pada kondisi akhir. Persentase jumlah siswa yang tuntas belajar meningkat dari 46,6% pada kondisi awal menjadi 66,6 % pada siklus I dan meningkat menjadi 93,3 % pada kondisi akhir.

Meskipun pada kondisi akhir masih ada 2 siswa yang belum tuntas namun hasil penelitian sudah memenuhi indikator keberhasilan, yaitu lebih dari 85%. Ketidaktuntasan 2 siswa tersebut disebab-kan beberapa faktor. Satu diantara siswa yang belum tuntas tersebut merupakan siswa yang berkebutuhan khusus. Siswa tersebut sudah 2 kali tinggal kelas dan jarang masuk sekolah. Hal itu yang menyebabkan siswa tersebut tidak dapat mengikuti pembelajaran secara optimal. Sedangkan satu diantaranya merupakan siswa yang berkesulitan belajar. Mereka sangat sulit memahami konsep pembelajar-an. Tidak hanya pada mata pelajaran PKn namun hampir pada semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas 4.

Dengan demikian hipotesis peneliti-an yang menyatakan bahwa penggunaan metode demonstrasi dengan model pembelajaran sosiodrama dapat mening-katkan hasil belajar PKn dengan materi lembaga-lembaga pemerintah kabupaten/ kota dan propinsi bagi siswa kelas 4 SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan Juwana pada semester 1 tahun pelajaran 2014/ 2015 dapat terbukti.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian pene-rapan metode demonstrasi dengan model pembelajaran sosiodrama disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan meto-de demonstrasi dengan model pembelajar-an sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas 4 Semester I SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan juwana tahun 2014/2015 dengan materi lembaga-lembaga pemerintahan kabupa-ten/kota dan propinsi dinyatakan berhasil karena persentase dari pra siklus , siklus I dan siklus II mengalami kenaikan dan besarnya persentase tingkat ketuntasan berturut-turut dari pra siklus mencapai 46,6 %, siklus I mencapai 66,6 %, siklus II mencapai 93,3 % dengan nilai rata-rata juga mengalami peningkatan.

Saran

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam menerapkan metode demonstrasi dengan model pembelajaran sosiodrama pada siswa kelas IV SD Negeri Doropayung 01 Kecamatan Juwana, saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

a. Bagi siswa

Dalam kegitan pembelajaran diha-rapkan memperhatikan penjelasan guru terutama langkah-langkah pembelajaran khususnya penerapan metode demonstrasi dengan model pembelajaran sosiodrama pada mata pelajaran PKn tentang lembaga-lembaga pemerintahan kabupaten/ kota.

b.   Bagi guru

Dalam melaksanakan pembelajaran guru harus memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan sehingga pembelajaran leb-ih sempurna, dan guru harus sering meng-gunakan model-model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran agar siswa lebih termotivasi untuk belajar sehingga menda-pat hasil belajar yang maksimal, khususnya mata pelajaran PKn tentang lembaga-lembaga pemerintahan kabupaten/ kota.

c. Bagi sekolah

Untuk menunjang tercapainya hasil belajar yang maksimal perlu adanya du-kungan dari semua pihak terutama sekolah agar dapat memberikan sarana dan prasa-rana yang memadai agar proses pembe-lajaran

DAFTAR PUSTAKA

Arief S Sadiman.1997.Media PendidikanPengertian, pengembangan dan Pengertiannya Jakarta:Rajawali dan Pustekom.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bina Aksara.

Gagne Carin.1993. Pskologi Pendidikan. Jakarta Universitas Terbuka.

Mawardi.2011. Kajian Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan SD.Salatiga: Widya Sari Press.

I.G.A. Wardani-Kuswaya Wihardit- Noeki Nasoetion.2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Puji Santoso dkk. 2008. tentang hasil belajar dalam. Buku Materi dan Pembelajaran bahasa Indonesia SD.Jakarta Universitas Terbuka.

Suciati dkk. 2005. Belajar dan pembelajaran 2 Jakarta: Universitas Terbuka.

Udin S. Winataputra, dkk. 2008. dalam buku Materi dan Pembelajaran IPS SD.Jakarta: Universitas Terbuka.

Zarorik. 1995. Lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.

Hexa Lestari Mikarsa. Agus Taufik. Puji Lestari. Prianto.2003. Pendidikan anak di SD.Jakarta: Universitas Terbuka.

Denny Setiawan. 2006. Komputer dan Media Pembelajaran.Jakarta: Universitas Terbuka.

————Kamus Besar Bahasa Indonesia.2002. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.: Balai Pustaka..

Sri Sukabdiah. 2006. Peraturan Pemerintah RI Nomner 19. Standar Nasional Pendidikan.

———–Model-model Pembelajaran Interaktif Implementasi Kurikulum Barbasis Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan SD.