PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 1 KEMANTREN MATA PELAJARAN IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM BUATAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

M. Hadi Santoso

SDN 1 Kemantren Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian Untuk meningkatkan hasil belajar IPS tentang kenampakan alam buatan di SDN 1 Kemantren Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN 1 Kemantren Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Subyek Penelitan adalah siswa kelas IV SDN 1 Kemantren dengan jumlah siswa 9 anak. Peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus yang dalam setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pengumpulan data dengan cara nontes menggunakan lembar observasi dan tes menggunakan butir-butir soal ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Kemantren dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam buatan tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada setiap siklus. Pada pembelajaran pra siklus nilai rata-rata kelas adalah 64,44 dengan ketuntasan belajar 55,56%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas naik menjadi 72,22 dengan ketuntasan belajar 77,78% dan siklus II nilai rata-rata kelasnya 76,67 dengan ketuntasan belajar 88,89%.

Kata Kunci: model pembelajaran jigsaw, hasil belajar, pembelajaran IPS

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

SDN 1 Kemantren adalah salah satu sekolah yang ada di Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Selama ini proses belajar mengajar yang ada belum maksimal karena minimnya media pengajaran dan strategi pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa belum maksimal. Sedangkan indikator yang dijadikan tolok ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil adalah daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan dan perilaku peserta didik.Ketika hasil yang dicapai dalam kegiatan belajar mengajar belum mencapai target yang sebagaimana diharapkan, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik berasal dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar (eksternal),karena pada hakikatnya hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut (Usman, 1993).

Salah satu masalah pembelajaran IPS di SDN 1 Kemantren adalah rendahnya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar IPS di kelas. Para siswa bersifat pasif, bahkan kurang memperhatikan pembelajaran yang disajikan guru. Siswa terkesan hanya sebagai pendengar dari materi yang disampaikan guru. Siswa terlihat bosan dan jenuh dengan strategi yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Model dan metode pembelajaran yang digunakan adalah model konvensional dimana siswa hanya dijadika objek pembelajaran.

Proses pembelajaran di kelas yang demikian itu akan mempengaruhi hasil belajar siswa dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Seperti yang dikemukakan Nana Sudjana (1996: 52) yang dikutip Sujarwo, yaitu keefektifan proses pembelajaran merupakan pencerminan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Dari data yang ada, nilai ulangan harian mata pelajaran IPS masih rendah. Dari 9 siswa kelas IV yang nilai hasil belajar yang di atas KKM (70) baru5 anak (55,56%) dengan rata-rata nilai ulangan harian 64,44. Untuk mengatasi masalah pembelajaran, peneliti menerapkan model pembelajaran jigsaw. Model pembelajaran ini dirasa sangat sesuai dengan karakteristik materi pelajaran yaitu kenampakan alam buatan.

Rumusan Masalah

Dengan berpedoman pada latar belakang masalah yang telah diuraikan dan berdasarkan atas judul laporan penelitian yang akan dilakukan, rumusan masalah yang dapat dimunculkan adalah: “Apakah penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Kemantren dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam buatan tahun pelajaran 2017/2018?”

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian yang akan dilakukan adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi kenampakan alam buatan pada siswa kelas IV SDN 1 Kemantren tahun pelajaran 2017/2018 melalui model pembelajaran Jigsaw.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, diantaranya bagi:

1.     Guru

a.     Meningkatkan efektifitas kegiatan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

b.     Sebagai bahan referensi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran di kelas.

c.     Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pokok bahasan yang lain.

2.     Siswa

a.     Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

b.     Mengatasi kejenuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

c.     Melatih siswa siswa berkolaborasi dengan siswa lain.

3.     Sekolah

a.     Meningkatkan kwalitas pendidikan di SDN 1 Kemantren

b.     Digunakan sebagai bahan masukan bagi perbaikan kualitas pembelajaran di SDN 1 Kemantren.

KAJIAN TEORI

Hasil Belajar

Belajar merupakan usaha yang dilakukan setiap manusia dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapai. Menurut Suryabrata(2002: 232) menyimpulkan tentang belajar yaitu: (1) belajar itu membawa perubahan; (2) perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru; (3) perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.

Belajar adalah suatu proses di mana suatu tindakan muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi (Sukmadinata, 2003:15). Hal ini yang juga terkait dengan belajar adalah pengalaman, pengetahuan yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Hasil belajar siswa dalam hal ini meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif, kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Aspek afektif, kemampuan afektif meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Aspek psikomotorik, kemampuan psikomorik meliputi persepsi, kesiapan, gerakanterbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, gerakan penyesuaian dan kreativitas (Hamalik, 2003:160).

Ilmu Pengetahuan Sosial

Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2007: 18) Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek- aspek: manusia, tempat dan lingkungan, waktu, keberlanjutan, dan perubahan sistem sosial dan budaya, dan perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Pengajaran IPS SD diandalkan untuk membina generasi penerus usia dini agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati tuntutan keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan erat di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga negara yang baik (BSNP, 2007:18).

Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil. Dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif memiliki beberapa unsur. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim (2000) antara lain:

          Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.

          Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

          Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

          Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

          Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

          Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

          Siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri. Menurut Ibrahim (2000), ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain:

          Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

          Dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

          Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

          Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu.

Model Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends dalam Moedjiono, 1992).Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie. A, 1994).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut: (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis.

Kerangka Berpikir

Sebelum dilakukan tindakan, hasil belajar siswa mata pelajaran IPS materi kenampakan alam buatan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah siswa yang belum mencapai KKM yang ditentukan masih cukup banyak. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diharapkan akan mampu membantu siswa meningkatkan hasil belajarnya. Langkah ini diambil berdasarkan penelitian dan teori-teori pembelajaran yang menyatakan bahwa dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran. Siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam pembelajaran untuk kesuksesan timnya. Dengan kondisi demikian diharapkan hasil belajar siswa yang diukur dengan ulangan harian pada akhir pembelajaran akan mengalami peningkatan.

Hipotesis Tindakan

Dari berbagai teori di atas, peneliti menetapkan hipotesis dalam penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Kemantren dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi kenampakan alam buatan tahun pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Seting dan Subjek Penelitian

Lokasi yang diambil untuk pelaksanaan penelitian adalah SDN 1 Kemantren Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora. Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2017/2018. Subyek penelitiam adalah siswa kelas IV SDN 1 Kemantren tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 9 siswa dengan rincian 4 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik tes dan nontes. Teknik tes dikumpulkan dengan cara ulangan harian dengan alat butis soal, kunci jawaban dan pedoman penilaian. Teknik nontes dilakukan dengan cara pengamatan selama proses pembelajaran dengan alat lembar observasi.

Validasi dan Analisis data

Untuk memvalidasi data hasil belajar siswa, dalam menyusun butir-butir soal tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal. Terdapat tiga data hasil belajar siswa yaitu data hasil belajar siswa pra siklus, siklus I, dan siklus II. Ketiga data tersebut dianalisis dengan metode analisis data deskriptif komparatif. Dalam deskriptif komparatif, data yang dikumpulkan dibandingkan untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian.

Prosedur Tindakan

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian ini adalah dengan melaksanakan tindakan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

HASIL TINDAKAN

Deskripsi Data Hasil Belajar Pra Siklus

Dari pembelajaran pra siklus diperoleh data hasil belajar siswa setelah dilakukan ulangan harian. Data tersebut dihimpun dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1. Daftar Rekap Hasil Belajar Pembelajaran Pra Siklus

No

Nilai

Jumlah

Total

1

40

1

40

2

50

1

50

3

60

2

120

4

70

3

210

5

80

2

160

Rata-rata

64,44

 

Dari tabel hasil belajar siswa di atas, dapat disajikan pula tabel tingkat ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran pra siklus.

Tabel 4.2. Tingkat Ketuntasan Belajar Pra Siklus

Kategori

Jumlah

Persentase

Tuntas Belajar

5

55,56%

Tidak Tuntas Belajar

4

44,44%

 

Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa pada pembelajaran Pra Siklus jumlah siswa yang mendapat nilai 40 adalah 1 anak, yang mendapat nilai 50 adalah 1 anak, yang mendapat nilai 60 adalah 2 anak, yang mendapat nilai 70 adalah 3 anak, dan yang mendapat nilai 80 adalah 2 anak.

Dari hasil ulangan harian tersebut di atas, nilai rata-rata kelas siswa kelas IV pada pembelajaran IPS adalah 64,44. Ketuntasan belajar siswa mencapai 55,56% atau 5 siswa tuntas. Sedangkan 44,44% atau 4 siswa masih belum tuntas belajar.

Deskripsi Data Hasil Belajar Siklus I

Pembelajaran siklus I dilaksanakan pada bulan Februari 2018. Dalam pembelajaran mata pelajaran IPS materi kenampakan alam buatan, peneliti menerapkan model pembelajaran Jigsaw. Hasil belajar siswa setelah dilakukan ulangan harian dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut ini:

Tabel 4.3. Daftar Rekap Hasil Belajar Pembelajaran Siklus I

No

Nilai

Jumlah

Total

1

50

1

50

2

60

1

60

3

70

3

210

4

80

3

240

5

90

1

90

Rata-rata

72,22

 

Dari tabel hasil belajar siswa di atas, dapat disajikan pula tabel tingkat ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran siklus I.

Tabel 4.4. Tingkat Ketuntasan Belajar Siklus I

Kategori

Jumlah

Persentase

Tuntas Belajar

7

77,78%

Tidak Tuntas Belajar

2

22,22%

 

Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa pada pembelajaran Siklus I jumlah siswa yang mendapat nilai 50 adalah 1 anak, yang mendapat nilai 60 adalah 1 anak, yang mendapat nilai 70 adalah 3 anak, yang mendapat nilai 80 adalah 3 anak, dan yang mendapat nilai 90 adalah 1 anak.

Dari hasil ulangan harian tersebut di atas, nilai rata-rata kelas siswa kelas IV pada pembelajaran IPS adalah 72,22. Ketuntasan belajar siswa mencapai 77,78% atau 7 siswa tuntas. Sedangkan 22,22% atau 2 siswa masih belum tuntas belajar.

Deskripsi Data Hasil Belajar Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada bulan Maret 2018. Seperti halnya pada siklus I, pada suiklus II peneliti juga menerapkan model pembelajaran Jigsaw. Pada akhir siklus II juga dilakukan ulangan harian untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Data yang berhasil dihimpun pada siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel rekap hasil belajar siklus II berikut ini:

Tabel 4.5. Daftar Rekap Hasil Belajar Pembelajaran Siklus II

No

Nilai

Jumlah

Total

1

60

1

60

2

70

4

280

3

80

2

160

4

90

1

90

5

100

1

100

Rata-rata

76,67

 

Dari tabel hasil belajar siswa di atas, dapat disajikan pula tabel tingkat ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran siklus II.

Tabel 4.6. Tingkat Ketuntasan Belajar Siklus II

Kategori

Jumlah

Persentase

Tuntas Belajar

8

88,89%

Tidak Tuntas Belajar

1

11,11%

 

Kedua tabel di atas menunjukkan bahwa pada pembelajaran Siklus II jumlah siswa yang mendapat nilai 60 adalah 1 anak, yang mendapat nilai 70 adalah 4 anak, yang mendapat nilai 80 adalah 2 anak, yang mendapat nilai 90 adalah 1 anak, dan yang mendapat nilai 100 adalah 1 anak.

Dari hasil ulangan harian tersebut di atas, nilai rata-rata kelas siswa kelas IV pada pembelajaran IPS adalah 76,67. Ketuntasan belajar siswa mencapai 88,89% atau 8 siswa tuntas. Sedangkan 11,11% atau 1 siswa masih belum tuntas belajar.

Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dihimpun pada pembelajaran pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilakukan perbandingan untuk menentukan keberhasilan dari penelitian yang dilakukan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan tabel perbandingan hasil penelitian pada pembelajaran pra silus, siklus I, dan siklus II.

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Uraian

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Nilai Rata-Rata

64,44

72,22

76,67

Jumlah Tuntas

5

7

8

Persentase Tuntas

55,56%

77,78%

88,89%

Jumlah Tidak Tuntas

4

2

1

Persentase Tidak Tuntas

44,44%

22,22%

11,11%

Nilai Terendah

40

50

60

Nilai Tertinggi

80

90

100

 

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Kemantren pada mata pelajaran IPS tentang kenampakan alam buatan pada tahun pelajaran 2017/2018. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian yang dilaksanakan pada setiap siklus. Pada pembelajaran awal jumlah siswa yang tuntas adalah 5 anak (55,56%) dan yang belum tuntas adalah 4 (44,44%). Ketika dilakukan ulangan harian pada siklus I jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan yakni 7 anak (77,78%) sedangkan yang belum tuntas 2 anak (22,22%). Peningkatan juga terjadi pada siklus II. Siswa yang tuntas 8 anak (88,89%) dan yang belum tuntas 1 anak (11,11%). Selain tingkat ketuntasan, nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan. Pada pembelajaran awal nilai rata-rata kelas adalah 64,44. Pada siklus I meningkat menjadi 72,22 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 76,67.

Saran

Dengan penarikan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan kepada rekan-rekan guru untuk menggunakan model pembelajaran Jigsaw untuk mengatasi masalah sejenis terutama pada mata pelajaran IPS. Model pembelajaran Jigsaw terbukti mampu meningkatkan hasil belajar IPS tentang kenampakan alam buatan siswa kelas IV di SDN 1 Kemantren Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora.

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Lie. 2002. Coorperative Learning. Jakarta: Grasindo.

BNSP, 2007. Standar Kompetensi dan kompeternsi Dasar. Jakarta: Depdiknas

Hamalik.1993. Metode Mengajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Ibrahim dkk, Pembelajaran Kooperative, Program Pasca Sarjana Unesa, Surabaya: University Pers,

Moedjiono, Moh Dimyati. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud: Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Tenaga Kependidikan,

Nur dkk, 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang

Purwadi. 2003. Upaya Meningkatkan Kompetisi Dasar Matematika Siswa Kelas III SMP Negeri 2 Jepon Blora Melalui Pembelajaran Dengan Model CTL. Blora: Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Blora.

Sukmadinata, Nana Syaodiah. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.