PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

DALAM MATERI PENGARUH MANUSIA TERHADAP

KESIMBANGAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VI

SEMESTER I SDN SEMAWUR TAHUN 2015/2016

Jariman

SD Negeri Semawur Kecamatan Ngawen

ABSTRAK

Di SDN Semawur ditemukan permasalahan diantaranya adalah banyaknya siswa kelas VI dalam menerima mata pelajaran IPA dengan materi pengaruh manusia terhadap keseimbangan lingkungan mendapat nilai sangat rendah , keaktifan dalam menerima pelajaran pasif, dan mengangap mata pelajaran IPA tidak penting dan membosankan. ini terbukti dari hasil nilai ulangan harian siswa Kelas VI SD Negeri Semawur Semester I berjumlah 35 siswa yang mendapat nilai diatas KKM = 75 adalah kurang dari 50%. Siswa yang tuntas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam hanya 12 siswa atau 34% dari 35 siswa, sedangkan siswa yang belum tuntas lebih banyak yaitu 23 siswa atau 66% dari 35 siswa, nilai rata – rata kelas pun masih jauh dari harapan yaitu 61,00. Maka dari itu untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan metode yang tepat untuk merangsang semangat belajar siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual (CTL).Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual (CTL). Penelitian ini dilakukan dalam 3 (tiga) bulan yaitu pada bulan September 2015 sampai dengan November 2015.Penelitian ini mengunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada siswa kelas VI melalui model pembelajaran Kontekstual (CTL) pada mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) dengan materi Pengaruh Manusia Terhadap Kesimbangan Lingkungan. Penelitian ini menggunakan sumber data yang meliputi Data Primer dan Data Skunder. Data Primer terdiri dari Tes dan Hasil Ulangan sedangkan Data Skunder terdiri dari Proses Pembelajaran dan Motivasi siswa dan peneliti menggunakan dua Teknik Analisa data yaitu analisa kuantitatif dan analisa kualititatif Hasil Penelitian menunjukan bahwa hasil belajar IPA siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Semawur Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun pelajaran 2015/2016 meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual (CTL) terbukti dari nilai hasil belajar setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu pada prasiklus siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM hanya 12 siswa atau 34%, setelah dilakukan siklus I siswa yang mendapat nilai diatas KKM meningkat 35% yaitu 24 siswa atau 69% dan berlanjut di siklus II. di siklus II ini nilai siswa kelas VI juga meningkat 22% atau 32 siswa atau 91% ini membuktikan bahwa pembelajaran mengunakan model kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Semawur Semester I Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun pelajaran 2015/2016.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Kontekstual, Keseimbangan Lingkungan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dari pembelajaran yang dilakukan guru selama ini ada beberapa permasalahan yang dihadapi seorang guru kelas VI yaitu banyaknya siswa kelas VI Semester I yang berjumlah 35 Siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hasil belajarnya sangat rendah, keaktifan dalam menerima pelajaran pasif, dan menggangap pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tidak penting dan membosankan, selain itu kemampuan bertanya siswa dan motivasi untuk belajar sangat memprihatinkan, ini terbukti dari hasil nilai ulangan harian siswa Kelas VI SD Negeri Semawur Semester I berjumlah 35 siswa yang mendapat nilai diatas KKM = 75 adalah kurang 50%. Siswa yang tuntas dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam hanya 12 siswa atau 34% dari 35 siswa, sedangkan siswa yan belum tuntas lebih banyak yaitu 23 siswa atau 66% dari 35 siswa, nilai rata – rata kelas pun masih jauh dari harapan yaitu 61,00 hal tersebut masih sangat perlu adanya upaya peningkatan hasil belajar. Penyebab dari permasalahan ini adalah guru yang dalam pembelajaran tidak menggunakan alat peraga, sehinga siswa tidak tertarik pada materi yang diajarkan oleh guru, maka dari itu guru hendaknya mencari model pembelajaran yang dapat mengaitkan dengan kehidupan nyata yang ada disekitar siswa itu sendiri. pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan ketujuh komponen utama pembelajaran efektif yaitu kontruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan, dan penilaian sebenarnya. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang mengambil (menstimulasikan, menceritakan berdialog, atau tanya jawab) kejadian pada dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa kemudian diangkat kedalam konsep yang dibahas selama proses pembelajaran. dari paparan diatas dapat saya simpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan konsektual memberikan penekanan pada penggunaan berpikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, permodelan, informasi dan data dari berbagai sumber.
Pembelajaran kontekstual dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menunjukkan kondisi alamiah pengetahuan. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang menaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswadengan konteks materi tersebut digunakan, serta hubungan bagaimana seseorang belajar atau cara siswa belajar. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran perlu adanya upaya membuat belajar lebih mudah, sederhana, bermakna dan menyenangkan agar siswa mudah menerima ide, gagasan, mudah memahami permasalahan dan pengetahuan serta dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya secara aktif, kreatif dan produktif. Untuk mencapai usaha tersebut segala komponen pembelajaran harus dipertimbangkan termasuk pendekatan kontekstual. Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan kontekstual lebih menekankan pada authentic assesmen yang diperoleh dari berbagai kegiatan. keuntungan penilaian autentik bagi siswa antara lain: (1) mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka, (2) mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, mengani teknologi, dan berfikir secara sistematis, (3) menhubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka, dan masyarakat luas, (4) mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi, dan menghubungkan sebab akibat, (5) menerima tanggung jawab dan membuat pilihan, (6) berhubungan dan bekerja sama dengan orang lain dalam mengerjakan tugas, dan (7) belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri. Jenis penilaian autentik yaitu portofolio, pengukuran kinerja, proyek, dan jawaban tertulis secara lengkap
dan jelas.

Rumusan Masalah.

Permasalahan: “Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Kontekstual (CTL) dalam materi Pengaruh Kegiatan manusia terhadap kesimbangan lingkungan pada siswa kelas VI Semester I SD Negeri Semawur Tahun Pelajaran 2015/2016?”.

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian dibagi menjadi dua yaitu Tujuan Umum dan Tujuan Khusus.

1. Tujuan Umum dari penelitian ini adalah Untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri Semawur.

2. Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Semawur Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan materi Pengaruh Kegiatan Manusia terhadap Kesimbangan Lingkungan.

Manfaat Penelitian

v Bagi Siswa:

· Dapat meningkatkan hasil belajar

· Dapat meningkatkan prestasi belajar

· Dapat meningkatkan keaktifan belajar.

v Bagi Guru:

· Dapat meningkatkan Kualitas pembelajaran guru

· Dapat memperkaya pengalaman dalam pembelajaran model kontekstual (CTL).

v Bagi Sekolah:

· Dapat menghasilkan siswa yang berprestasi dan berkualitas untuk memasuki tingkat – tingkat Sekolah yang lebih tinggi.

· Dapat dijadikan bahan kajian menentukan kebijakan pelaksanaan proses pembelajaran lebih lanjut.

· Dapat dijadikan sebagai langkah awal pelaksanaan inovasi pendidikan.

· Dapat dijadikan refrensi guru – guru dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual (CTL).

LANDASAN TEORI

Pengertian Belajar dan Hasil Belajar.

Belajar

Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan salah satu kegiatan yang pokok. Karena berhasil tidaknya pendidikan tergantung pada proses belajar. Menurut Muhibbin Syah secara umum belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku daninteraksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Dari pengalaman seseorang dapat mengembangkan dan merubah cara dan gaya melihat, mendengar, merasakan, dan mengerjakan sesuat perbuatan. Dan dari pengalaman itu pula seseorang bisa mendapatkan dan membentuk pengetahuan, pengertian, nilai-nilai, sikap-sikap tertentu dan gambaran-gambaran tentang dunia sekitar dan lingkungannya serta kedudukannya dalam lingkungan tersebut.

Hasil Belajar

hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir catur wulan dan sebagainya Oleh karena itu proposisi yang dipakai adalah sebagai berikut: Pertama, hasil belajar murid merupakan ukuran keberhasilan guru dengan anggapan bahwa fungsi penting guru dalam mengajar adalah untuk meningkatkan prestasi belajar murid; Kedua, hasil belajar murid mengukur apa yang telah dicapai murid; dan Ketiga, hasil belajar (achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di pondok pesantren atau sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.

Model Pembelajaran

metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran dengan memahami perbedaan karakteristik dan kemampuan siswa, sehingga diharapkan guru dapat membantu kesulitan belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, artinya guru harus mampu memahami bahwa diantara siswa terdapat perbedaan – perbedaan karekteristik. Hal ini itu karena siswa berasal dari kondisi ekonomi dan kemampuan orang tua yang berbeda, sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran terdapat perbedaan pula.

Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) atau medol pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibayan siswa secara utuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajarai dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan mereka.

Komponen Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Pembelajaran berbasis kontekstual (Contextual Taeching and Learning) menurut melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yaitu konstruktivisme (construktivisme), bertanya (questioning), menemukan (Inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Konstruktivisme adalah proses membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman, Inkuiri, artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematik, Bertanya adalah bagian inti dari belajar dan menemukan pengetahuan. Dengan adanya keingintahuan pengetahuan selalu dapat berkembang, Masyarakat Belajar (learning community) didasarkan pada pendapat vygotsky, bahwa pengetahuan dan pengalaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain, Pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu cocntoh yang dapat ditiru oleh siswa. Sebagi contoh membaca berita, membaca lafal bahsa, mengoprasikan instrument memerlukan contoh agar siswa dapat menirukan dengan benar. Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau pristiwa pembelajaran telah dilalui untuk mendapatkan pemahaman yang telah dicapai baik yang bernilai positif atau tidak bernilai (negative).

Pola/Skenario Pembelajaran Kontekstual (CTL)

pengaitan dalam CTL di Kelas, dikelas yang sudah tinggi para guru mendorong siswa untuk membaca, menulis, dan berfikir secara kritis dengan meminta mereka untuk focus pada persoalan – persoalan kontroversi dilingkungan atau masyarakat mereka. Kelas dibagi menjadi empat atau lima kelompok, setiap kelompok memilih sebuah persoalan kontroversional dan menelitinya. Mereka melakukan penelitian diperpustakaan, melakukan survey lapangan, dan mewancarai pejabat setempat mengenai persoalan yang sedang diteliti. Mereka menyajikan penemuan – penemuan dalam dalam bentuk presentasi beserta foto, gambar, diagram. Dan gran. Mereka menyampaikan penemuan – penemuan tersebut didepan khalayak yang terdiri dari teman sekelas dan para orang tua.

Tinjauan IPA di SD

IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA mempunyai beberapa pengertian berdasarkan cara pandang ilmuwan bersangkutan mulai dari pengertian IPA itu sendiri, cara berfikir IPA, IPA adalah hasil interpretasi tentang dunia kealaman. IPA sebagai proses/metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap dan langkah-langkah kegiatan scientis untuk untuk memperoleh produk-produk IPA, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan, menguji hipotesa, mengumpulkan data, bereksperimen dan prediksi.

Materi IPA Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Keseimbangan Lingkungan.

Kegiatan manusia yang merusak ekosistem

Penebangan kayu secara liar

Dampak yang paling buruk dari kerusakan hutan adalah pemanasan global. pemanasan global adalah peningkatan suhu udara pada permukaan bumi karena pancaran gelombang sinar matahari terperangkap diatmosfer bumi. Adapun zat yang menghambat keluarnya gelombang ini adalah gas – gas pencemar, terutama karbondioksida (CO2) secara alami, CO2 dapat diserap oleh tumbuhan. Akan tetapi, karena perusakan tidak terkendali, jumlah hutan di bumi semakin berkurang. Akibatnya, bumi semakin panas, musim kemarau semakin panjang, terjadi banjir besar, dan angin putting beliung menerjang beberapa wilayah dibumi. Jika pemanasan bumi terus terjadi tentu akan berakibat fatal 0bagi kelangsungan hidup manusia.

Penggunaan Bahan Kimia

a. Pembuangan bahan kimia beracun dialiran sungai

b. Penggunaan pertisida secara berlebihan

c. Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan

Perusakan Trumbu Karang

Trumbu karang adalah sekelompok hewan karang yang bersimbiosis dengan sejenis alga (ganggang). Hewan karang ini menghasilkan zat kapur sehingga setelah bertahun – tahun akan terbentuk karang – karang yang permukaan kasar dan keras.Terumbu karang menjadi tempat hidup dan tempat berlindung berbagai jenis ikan laut.

Perburuan Liar

Perburuan liar ini menyebabkan populasi beberapa jenis hewan semakin berkurang. hewan – hewan tersebut terancam punah dan akibatnya kesimbangan ekosisitem menjadi terganggu.

Usaha Melestarikan Lingkungan

Usaha – usaha yang dilakukan pemerintah dan berbagai lapisan masyarakat untuk melestarikan kesimbangan ekosistem diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Pemerintah semakin menggiatkan gerakan menanam pohon. Hutan yang gundul mulai ditanami kembali, masyarakat pemukiman juga melakukan penghijauan. Bencana akibat pemanasan global dapat dicegah, salah satunya dengan penanaman pohon. Untuk itulah, semua lapisan masyarakat termasuk pelajar harus gerak dan menanam dan memelihara pohon dilingkunganya.

2) Pemerintah menetapkan berbagai peraturan yang mengatur kelestarian lingkungan hidup. Peraturan tersebut memberikan sanksi yang tegas bagi pelaku perusakan lingkungan. Pemerintah juga melakukan perlindungan terhadap hewan dan tumbuhan langka, berbagai penelitiandan usaha menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan disekitarnya.

3) Pemerintah mendukung berbagai lembaga masyarakat yang peduli lingkungan hidup saling bekerja sama dalam melestarikan lingkungan. Lembaga – lembaga ini melakukan penelitian, seminar atau menyebarluaskan rasa cinta lingkungan melalui berbagai media.

4) Pemerintah memberikan penghargaan pada orang – orang yang melakukan usaha melestarikan lingkungan. Orang – orang ini itu menerima penghargaan kalpataru dari pemerintah atas usahanya tersebut.

Kerangka Berfikir

Pada kondisi awal tampak pembelajaran yang kurang berhasil dengan baik karena pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton masih menggunakan metode ceramah, itu perlu adanya tindakan untuk menerapkan metode atau pembelajaran yang baru yang lebih menarik. Pada siklus I guru/peniliti sudah mencoba memberi tindakan berupa penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL), dan pada Siklus II guru/peneliti mengembangkan model pembelajaran Kontekstual dengan mengunakan alat peraga. Berikut ini dipaparkan skema kerangka berfikir dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan materi pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan, mulai dari kondisi awal sampai dengan pada Siklus II

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti yang telah diuraikan diatas , maka dapat dirumuskan hepotisis tindakan kelas sebagai berikut: Pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Kontekstual (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar dalam materi pengaruh kegiatan manusia terhadap kesimbangan lingkungan.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu mulai dari bulan September 2015 sampai dengan bulan November 2015.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Semawur Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora pada siswa kelas VI Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilakukan oleh guru kelas VI karena peneliti adalah seorang guru yang mengajar Kelas VI

Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri Semawur Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 35 anak yang terdiri dari putra 19 siswa dan putri 16 siswa dengan materi pengaruh kegiatan manusia terhadap kesimbangan lingkungan pada mata pelajaran Ilmu PengetahuanAlam (IPA)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Pra Siklus.

Pada pembelajaran pra siklus guru mengajar secara konvensional, guru cendrung menstransfer ilmu pada siswa saja sehingga siswa dominan pasif dalam pembelajaran, bahkan dari pengamatan guru siswa bosan dalam menerima materi,kurang konsentrasi,selalu keluar ruangan dengan alasan kekamar mandi itu membuktikan kurang tertariknya siswa dalam menerima pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pengaruh manusia terhadap kesimbangan lingkungan. Disini siswa hanya sebagai objek bukan sebagai subjek selain itu guru dalam pembelajaran tidak menggunakan alat peraga, padahal alat peraga difungsikan untuk merangsang ketertarikan pada mata pelajaran.

Dari hasil wawancara secara informal dengan kepala sekolah diketahui bahwa siswa kelas VI SD Negeri Semawur dalam memahami materi Pengaruh Kegiatan Manusa terhadap Kesimbangan Lingkungan masih rendah, siswa masih kesulitan dalam menerima materi dan hasilnya pun kurang optimal. Hal ini bukan karena siswa yang tidak mampu tetapi karena selama ini pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum mengacu pada peningkatan pembelajaran terutama kemampuan berfikir kritis yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.

Siklus I

Kegiatan dalam rencana tindakan ini meliputi penyusunan persiapan mengajar tentang Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Kesimbangan Lingkungan yang meliputi:

1. Penentuan Kompetensi Dasar.

2. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi.

3. Tujuan pembelajaran.

4. Materi pelajaran.

5. Rincian Kegiatan pembelajaran

6. Rumusan soal-soal latihan.

7. Merumuskan format penilian.

Pembelajaran Siklus I ini dilakukan di SD Negeri Semawur Kelas VI Semester I pada hari Selasa, 15 September 2015 pada pukul 07.15 sampai dengan 08.25 menit dengan alokasi waktu 4 X 35 menit dalam 3X pertemuan. Pelaksanan tindakan berupa pembelajaran di dalam kelas.

Masih ada 11 Siswa atau 31% dari 35 siswa yang belum tuntas belajar, sedangkan 24 siswa atau 69% yang tuntas dalam pembelajaran siklus I. Adapun penjabaranya adalah sebagai berikut:

a) Guru kadang – kadang kurang memotivasi siswa.

b) Masih sedikit siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

c) Model pembelajaran yang digunakan belum maksimal dalam penerapannya.

Dari hasil temuan ini akan dipergunakan oleh guru (peneliti) sebagai pedoman melakukan perbaikan pada siklus II.

Siklus II

Kegiatan dalam rencana tindakan ini tidak jauh berbeda dengan siklus I sebelumnya yaitu meliputi penyususnan persiapan mengajar tentang materi Pengaruh Manusia terhadap Kesimbangan Lingkungan diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Penentuan Standar Kompetensi

b. Penentuan Kompetensi Dasar

c. Perumusan indikator pencapaian kompetensi

d. Tujuan Pembelajaran

e. Materi Pelajaran

f. Media Belajar

g. Merancang langkah – langkah pembelajaran

h. Rumusan soal – soal latihan.

Setelah menyelsaikan Siklus I hasilnya kurang memuaskan maka dari itu diadakan perbaikan diSiklus II, yang membuat berbeda pada siklus II ini guru/peneliti mencoba menggunakan media belajar dengan LCD dan menggunakan Program Aplikasi Pengajaran Kelas VI SD dari JGC untuk memadukan model pembelajaran Kontekstual (CTL) untuk merangsang semangat belajar siswa Kelas VI SD Negeri Semawur pada materi pengaruh kegiatan manusia terhadap kesimbangan lingkungan. Siklus II ini dilaksanakan pada hari Selasa, 6 Oktober 2015 dengan alokasi waktu 6 X 35 Menit (3 X Pertemuan). Pelaksanaan tindakan ini berupa pembelajaran didalam kelas.

Dari hasil pengamatan guru/peneliti dengan teman sejawat pada pembelajaran siklus II ini dinyatakan berhasil dan sukses sesuai dengan hasil perbaikan pembelajaran yaitu adanya peningkatan hasil belajar siswa pada Ilmu pengetahuan Alam dengan materi Pengaruh Manusia terhadap Kesimbangan Lingkungan. Terbukti dari peningkatan yang signifikan dari rata – rata sebelum tindakan yaitu 61 menjadi 71 terus dilakukan perbaikan siklus II mencapai 81.

PENUTUP

Kesimpulan

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (CTL) sangat efektif dan efesien yang sesuai dengan daya berfikir dan kemampuan siswa di SDN Semawur Kelas VI Semester I Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora Tahun Pelajaran 2015/2016. Terbukti dari hasil penelitian pada setiap siklusnya yaitu nilai rata – rata kelas sebelum dilakukan siklus I hanya 61,00, Kemudian diadakan Siklus I nilai rata – rata kelas mengalami peningkatan yaitu 71,00, Siklus II semakin meningkat lagi dengan nilai rata – rata kelas menjadi 81,00. Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual (CTL) sangat berhasil dan membantu guru dalam proses pembelajaran karena setiap siklusnya nilai rata – rata kelas semakin meningkat.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Pihak sekolah hendaknya meningkatkan ketrampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan model kontekstual (CTL) melalui workshop atau Seminar. Workshop tentang penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) pada mata pelajajaran IPA

2. Bagi Guru

Guru dapat menerapkan model pembelajaran kontekstual (CTL) dalam pembelajaran IPA.karena sudah terbukti menunakan model pembelajaran kontekstual (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara belajar melalui model pembelajaran kontekstual (CTL) dan dapat menumbuhkan minat belajar IPA dan rasa percaya diri pada diri siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar Sa’dun,2008 Penelitian Tindakan Kelas (Filosofi, Metodologi, dan Implementasinya). Malang: Surya Pena Gemilang.

Arikunto,S, Suharsono. Supardi.2006. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati. Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Doyin,Mukha. Mulyadi. Juremi. Indah. 2014. Wiyata Mustika Jurnal Pendidikan.Blora: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga.

Hadiat. 1994. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mikrodo,Gordo. Saleh, Lukman.2007. IPA SD untuk Sekolah Dasar Kelas VI.Jakarta: Erlangga

Mulyono,hadi. Astuti,Dwiji. Lestari, Lies.2011. Model, Media, dan Evaluasi Pembelajaran Guru Kelas SD. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113

Nurhadi dan Agus Gerrad Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual(Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapan dalamKBK. Malang: Universitas negeri semarang.

Oemar, Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya.Rev. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soegiyanto,Heribertus. Waluyo, Herman. Muchlas,Imam.2014. Widya Sari Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosialisasi Budaya. Salatiga: Perumsat.

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.

Wina, Sanjaya. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Winataputra, Udin S. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka.