PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG GERAK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PERMAINAN

MERAIH BOLA DI UDARA PADA SISWA KELAS V SDN 1 SONOKIDUL

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Bambang Triyono

SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran

 

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah meningkatkan hasil belajar siswa tentang Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Permainan Meraih Bola Di Udara pada Siswa Kelas V SDN 1 Sonokidul Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian dilakukan pada semester I tahun pelajaran 2017/2018 yaitu mulai bulan Agustus sampai dengan November 2017. Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora tahun pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa 20 anak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Hasil yang diperoleh dari penelitian, pada pembelajaran pra siklus keaktifan belajar siswa rendah. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa. Dari 20 siswa, yang tuntas belajar adalah 6 siswa (30%) dengan rata-rata kelas 64,0. Pada siklus I, keaktifan belajar siswa menjadi sedang. Ketuntasan belajar meningkat menjadi 11 siswa (55%) dengan rata-rata kelas 69,3. Hasil pada siklus II kembali meningkat. Keaktifan belajar siswa menjadi tinggi dengan ketuntasan belajar mencapai 18 siswa (90%) dan rata-rata kelasnya adalah 75,3. Kesimpulan dari penelitian ini adalah melalui Permainan Meraih Bola Di Udara dapat meingkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 1 Sonokidul tahun 2017/2018 pada mata pelajaran Penjas tentang Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok.

Kata Kunci: hasil belajar, Gerak Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok, permainan meraih bola di udara

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan bagian yang terpenting dari proses secara keseluruhan yang pola pencapaian tujuannya menggunakan aktivitas jasmani sedangkan sasaran tujuan jasmani yang ingin dicapai meliputi tujuan dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Kognitif dapat diartikan sebagai aspek yang meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan kemampuan berfikir. Afektif dapat diartikan sebagai aspek yang menyangkut perasaan, moral dan emosi (kemampuan menerima, menanggapi, dan berkeyakinan). Psikomotor dapat diartikan sebagai aspek yang menyangkut keterampilan motorik, seperti gerak tubuh, perilaku bicara. Melihat pendidikan jasmani baik dari segi pola pencapaian tujuan maupun tujuan yang ingin dicapai maka perlu peninjauan yang lebih mendalam tentang pendidikan jasmani supaya nantinya tujuan pendidikan jasmani tersebut benar-benar memenuhi sasaran.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupkan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Khomsin, 2010: 12). Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang harus dicapai oleh pembelajar setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran (Tri Anni, 2006: 5).

Melalui proses belajar pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Tujuan pembelajaran penjasorkes akan dapat tercapai apabila pelajaran pendidikan jasmani diajarkan menggunakan metode, model dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi sekolah yang bersangkutan. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran yang dimiliki sekolah yang masih belum terpenuhi, baik secara kuantitas dan kualitasnya, sehingga akan menjadi kendala terhadap keberhasilan proses pembelajarannya.

Keterbatasan fasilitas dan perlengkapan dalam proses penjasorkes menuntut guru penjasorkes untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan perlengkapan yang ada sesuai dengan kondisi siswa dan sekolah. Tidak sedikit siswa yang merasa gagal atau kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru karena kemampuan guru dalam menyampaikan materi yang monoton tanpa variasi ataupun penggunaan fasilitas yang belum optimal membuat siswa terkesan cepat merasa bosan dan kurang antusias sehingga proses pembelajaran dan hasil belajar siswa belum maksimal. Proses pembelajaran penjasorkes yang tidak variatif menjadikan tingkat antusias dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menurun. Dengan permainan meraih sasaran bola di udara diharapkan siswa dapat memperbaiki teknik dasar lompat jauh gaya jongkok dengan benar dan dapat memacu motivasi siswa sehingga hasil belajar meningkat.

Guru pendidikan jasmani sebagai fasilitator harus berusaha memilih suatu strategi yang tepat dalam pembelajaran pendidikan jasmani, strategi pembelajaran yang efektif dapat dilakukan dengan cara guru berusaha melibatkan siswa secara tepat dalam materi pembelajaran tertentu melalui pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan, agar siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Karena kurangnya pemberian variasi dalam pembelajaran mengakibatkan sebagian dari siswa kurang tertarik dan takut terhadap materi lompat jauh yang menyebabkan aktivitas dan kerjasama siswa rendah. Selain itu, diharapkan dengan adanya pembelajaran lompat jauh menggunakan permainan meraih sasaran bola di udara diharapkan dapat menambah antusias siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan menyenangkan dan tidak merasakan takut.. Dari keaktifan belajar siswa yang rendah, ketika dilakukan tes unjuk kerja, hasil yang dicapai siswa juga rendah. Dengan KKM Penjas 70,. Dari 20 siswa, yang tuntas belajar adalah 6 siswa (30%) dengan rata-rata kelas 64,0.

Dengan kondisi di atas, guru sebagai peneliti merasa perlu untuk mencari jalan keluar agar keaktifan dan hasil belajar siswa, khususnya pada pembelajaran tentang gerak dasar lompat jauh gaya jongkok dengan permainan meraih sasaran bola di udara pada siswa kelas V dalam proses pembelajaran lompat jauh dapat meningkat. Metode bermain ini peneliti gunakan untuk mengalihkan perhatian anak agar tidak merasa bosan dengan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat tercapai apabila anak tetap semangat dan tidak mudah bosan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui sejauh mana kemampuan anak dalam gerak dasar lompat jauh gaya jongkok setelah dilakukan permainan meraih sasaran bola di udara.

Rumusan Masalah

Apakah melalui permainan meraih sasaran bola di udara dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang gerak dasar lompat jauh gaya jongkok bagi siswa kelas V SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018?

Tujuan Penelitian

            Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Penjas di SDN 1 Sonokidul. Secara lebih khusus, penelitian ini bertujuan: meningkatkan hasil belajar siswa materi gerak dasar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas V SDN 1 Sonokidul tahun pelajaran 2017/2018 melalui permainan meraih sasaran bola di udara.

Manfaat Penelitian

Bagi Siswa

a.     Meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran Penjas pada materi gerak dasar lompat jauh gaya jongkok.

b.     Meningkatnya hasil siswa dalam pembelajaran Penjas pada materi gerak dasar lompat jauh gaya jongkok.

Bagi Guru

a.     Meningkatnya kreativitas guru di dalam mencari alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran.

b.     Meningkatnya professionalme guru dalam pembelajaran mata pelajaran Penjas

Bagi Sekolah

a.     Meningkatnya kualitas pembelajaran di SDN 1 Sonokidul.

b.     Menambah refensi buku bacaan tentang penelitian tindakan kelas

KAJIAN TEORI

Hakikat Belajar

Sugihartono, dkk (2007:74) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkahlaku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya seseorang dinyatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan suatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.

Menurut Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra (2000: 39), menyatakan bahwa belajar pada hakekatnya selalu terintegrasi dengan kehidupan manusia, demikian juga binatang. Peristiwa yang dialami baik oleh manusia maupun binatang pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jadi, belajar tidak mengenal apa, siapa, dan dimana hal ini terbukti dengan pernyataan diatas yang mengemukan belajar yang dilakukan oleh manusia dan binatang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Harold spears dalam buku Agus Suprijono (2012:2), mengemukakan bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu. Robert gagne dalam Amung Ma’mun (2000), mengemukakan lima domain mengenai jenis belajar, yaitu: a) Keterampilan gerak, yaitu gerakan berorientasi yang diwakili oleh koordinasi respons terhadap tanda-tanda tertentu; b) Informasi verbal, yaitu dicontohkan melalui fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan generalisasi, yang dianggap sebagai pengetahuan; c) Keterampilan intelektual, yaitu diwakili oleh diskriminasi, peraturan, dan konsep-konsep (penerapan pengetahuan); d) Strategi kognitif, yaitu keterampilan-keterampilan yang terorganisir secara internal yang menentukan pembelajaran seseorang, pengingatan dan pemikiran; e) Sikap, yaitu perilaku efektif seperti perasaan.

Hasil Belajar

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Pendidikan jasmani sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, karena melalui pendidikan jasmani tidak hanya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta psikomotor saja tetapi juga ranah kognitif dan afektif setiap anak (Samsudin, 2008:2)

Adang suherman (2000:2) menyatakan bahwa pengertian pendidikan jasmani dibedakan dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang tradisional dan sudut pandang modern. Pada sudut pandang tradisional menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua komponen utama yang dapat dipilah-pilah yaitu jasmani dan rohani. Pendidikan jasmani merupakan proses mendidik jasmani sebagai pelengkap, penyeimbang atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Sedangkan pada sudut pandang modern pendidikan jasmani menganggap bahwa manusia adalah kesatuan dari bagian yang terpadu atau utuh. Pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui aktifitas jasmani serta proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasm Fokus pendidikan jasamani di sekolah dasar menurut Pangrazi dan Dauer (1981) dalam samsudin (2008:6) pendidikan jasmani untuk masa awal kanak-kanak dan sekolah dasar diidentifikasikan sebagai belajar untuk bergerak, bergerak untuk belajar dan belajar tentang gerak. Artinya pendidikan jasmani pada sekoalah dasar merupakan wahana untuk anak belajar bergerak, serta melalui gerak anak akan belajar banyak hal.

Bennet, Howell dan Simri (1983) dalam Samsudin (2008:7), mengidentifikasi elemen-elemen pendidikan jasmani yang diberikan di SD adalah:

1.     Gerak-gerak dasar yang meliputi, jalan, lari, lompat, loncat, memukul, keseimbangan, menendang, menangkap, melempar dan bergulir.

2.     Game dengan organisasi rendah dan lari beranting.

3.     Aktivitas-aktivitas berirama, tari-tarian rakyat (rolk dance), bernyanyi dan geme music (musical games)

4.     Dasar-dasar ketrampilan untuk berbagai olahraga dan game

Berdasarkan penjelasan tentang materi pendidikan yang ada disekolah dasar diatas, dapat disimpulkan bahwa permainan mempunyai peran yang sangat penting yang tidak dapat dipisah dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasamani khususnya pada tingkat sekolah dasar karena sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar yang suka bermain. Penyampaian materi pendidikan jasmani yang dikemas dalam permainan akan lebih disenangi oleh siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Permainan Meraih Bola di Udara

            Menurut Sukintaka (1992:11), permainan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan jasmani. Oleh sebab itu permainan atau bermain mempunyai tugas dan tujuan yang sama dengan tugas dan tujuan pendidikan jasmani. Kalau anak diberikan permainan dalam rangka pendidikan jasmani, maka anak akan melakukan permainan itu dengan rasa senang. Karena rasa senang itulah maka anak akan mengungkapkan keadaan pribadinya yang asli saat mereka bermain baik berupa watak asli, maupun kebiasaan yang telah membentuk kepribadiaannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan bermain orang dapat mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap, perilaku, serta dapat meningkatkan kualitas anak sesuai dengan aspek pribadi manusia. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan rasa senang, suka rela, bersungguh-sungguh, tetapi bukan merupakan suatu kesungguhan, dan semata-mata hanya memperoleh kesenangan dalam bermainnya (Sukintaka, 1992: 91). Permainan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan jasmani. Oleh sebab itu permainan atau bermain mempunyai tugas dan tujuan yang sama dengan tugas dan tujuan pendidikan jasmani. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani anak diberi permainan, maka anak akan melakukan permainan dengan rasa senang dan pada umumnya anak merasa lebih senang melakukan permainan, daripada melakukan cabang olahraga yang lain. Pemberian pembelajaran pendidikan jasmani melalui permainan membuat anak merasa senang, melalui rasa senang tersebut anak dapat mengungkapkan keadaan pribadinya yang asli, watak asli, maupun kebiasaan yang telah membentuk kepribadiannya. Dengan demikian bermain membuat orang dapat mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap, dan perilaku (Sukintaka, 1992: 11).

Lompat Jauh Gaya Jongkok

            Dalam teknik lompat jauh, kita difokuskan pada penggunaan sebaik mungkin pada awalan, tolakan, melayang di udara dan pendaratan. Awalan lari dalam lompat jauh adalah kepentingan yang tertinggi. Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendaratkan dengan kaki atau anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik (Djumidar, 2007:6-13).

Lompat jauh merupakan hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat dari ancang-ancang dengan gerak vertikal yang dihasilkan dari kaki tumpu, formulasi dari kedua aspek tadi menghasilkan suatu gaya gerak parabola dari titik pusat gravitasi (Djumidar, 2007:12.40). Kecepatan lari awalan serta besarnya sudut tolakan merupakan komponen yang menentukan tercapainya suatu jarak.

Tujuan dari lompat yaitu untuk meningkatkan kemampuan fisik atau meningkatkan suatu kondisi yang optimal antara lain: meningkatkan kekuatan anak, meningkatkan kecepatan anak, meningkatkan daya tahan anak, meningkatkan kelincahan anak, meningkatkan ketangkasan anak. Aktivitas pembelajaran gerak dasar lompat dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang sederhana seperti halnya pula alat yang digunakan untuk pembelajaran jalan dan lari. Formasi dan aktivitasnyapun dapat ditata dan dilakukan dengan berbagai cara.

Teknik lompat jauh dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu: ancang- ancang, menumpu, melayang, mendarat. Aktivitas pembelajaran gerak dasar melompat atau meloncat dapat dilakukan baik di dalam ruangan maupun di lapangan terbuka dengan menggunakan berbagai media yang telah dimodifikasi. Tujuan dari lompat yaitu untuk meningkatkan kemampuan fisik atau meningkatkan suatu kondisi yang optimal antara lain yaitu meningkatkan kekuatan anak, meningkatkan kecepatan anak, meningkatkan daya tahan anak, meningkatkan kelincahan anak dan meningkatkan ketangkasan anak (Djumidar, 2007:6.13).

Lintasan awal lompat jauh memiliki panjang tidak kurang dari 40 meter, panjang yang digunakan pada umumnya 45 meter. Area pendaratan diisi pasir dengan panjang bak minimal 9 meter dan lebar 2,75 meter. Papan tumpuan yang lebarnya 20 cm terletak tidak kurang dari 1 meter di depan bak lompatan, atlet tidak boleh melangkah melebihi papan tumpuan (Asepta Yoga Permana).         

Kerangka Berpikir

Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang mangajar di SDN 1 Sonokidul masih menggunakan metode drill karena keterbatasan alat yang ada sehingga guru sulit untuk mengembangkan pembelajaran. Jadi untuk pembelajaran guru selalu menggunakan metode yang sama. Hal ini menimbulkan rasa bosan pada anak yang berujung pada sikap pasif anak pada pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang berdampak negatif terhadap hasil belajar dari berbagai segi kompetensinya.

Apabila permainan ini dilibatkan dalam proses pembelajaran, maka timbul suasana pembelajaran yang menyenangkan, dan tidak membosankan. Sehingga dengan suasana yang kondusif tersebut maka siswa cenderung aktif dan termotivasi untuk belajar dan mendapatkan pengalaman sehingga akan berdampak positif baik dari prestasi belajar yang terlihat dari segi afektif, kognitif, dan psikomotornya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode permainan meraih bola di udara diharapkan dapat menimbulkan kondisi belajar yang lebih menyenangkan bagi siswa sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok. Hal ini akan berdampak positif terhadap meningkatnya hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa.

Hipostesis Tindakan

Dari kerangka berfikir peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut yaitu: melalui penerapan permainan meraih bola di udara dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Penjas tentang lompat jauh gaya jongkok siswa kelas V di SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018.

METODOLOGI PENELITIAN

Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2017 sampai dengan bulan November 2017. Penelitian akan dilaksanakan di SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas V SDN 1 Sonokidul tahun pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Sumber data dalam penelitian adalah data dokumen, observasi, dan hasil tes unjuk kerja. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini adalah teknik tes dan nontes. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis deskriptef komparatif. Penyajian data meliputi tahap reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.

Indikator dari keberhasilan tindakan meliputi: perubahan siswa dalam mengikuti pembelajaran (lempar turbo), siswa terlihat antusias, senang, dan juga aktif dalam mengikuti pembelajaran. Adanya rasa senang dalam diri siswa dapat meningkatkan hasil belajar. Untuk hasil belajar siswa, diharapkan tingkat ketuntasan belajar siswa mencapai minimal 80% tuntas belajar.

Prosedur penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart yang terdiri dari empat komponen yaitu: 1) Perencanaan (planning), 2) Tindakan (acting), 3) Observasi (observing), 4) Refleksi (refleting).

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pra Siklus

            Pada pembelajaran pra siklus, data yang diperoleh dari dokumen pembelajaran menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa masih “rendah”. Hasil evaluasi pembelajaran lompat jauh gaya jongkok sebelum menggunakan metode bermain meraih bola di udara, diperoleh rata-rata nilai tes unjuk kerja sebesar 64,0. Dari 20 siswa yang tuntas belajar dengan KKM 70 adalah 6 siswa (30%). Perolehan nilai tertinggi adalah 80 dan nilai terendahnya 50.

Deskripsi Siklus I

Siklus I dilaksanakan pada bulan September 2017. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat diperoleh data tentang keaktifan belajar siswa. Pada pembelajaran siklus I tingkat keaktifan belajar siswa kelas V SDN 1 Sonokidul dalam pembelajaran gerak dasar lompat jauh adalah “sedang”.

Hasil belajar yang dilakuakn dengan melakukan tes unjuk kerja pada akhir siklus I menunjukkan bahawa dari 20 siswa yang berhasil tuntas belajar adalah 11 siswa (55%). Perolehan nilai tertingi adalah 90 dan nilai terendahnya50. Rata-rata nilai tes unjuk kerja yang dilakukan adalah 69,3.

Deskripsi Siklus II

            Siklus II dilaksanakan pada bulan Oktober 2017. Dari hasil pengamatan proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat diperoleh data tentang keaktifan belajar siswa. Pada pembelajaran siklus II tingkat keaktifan belajar siswa kelas V SDN 1 Sonokidul dalam pembelajaran gerak dasar lompat jauh adalah “tinggi”.

            Hasil belajar yang dilakuakn dengan melakukan tes unjuk kerja pada akhir siklus II menunjukkan bahwa dari 20 siswa yang berhasil tuntas belajar adalah 18 siswa (90%). Perolehan nilai tertingi adalah 90 dan nilai terendahnya 60. Rata-rata nilai tes unjuk kerja yang dilakukan adalah 75,3.

Pembahasan

            Kegiatan pembelajaran kondisi awal tingkat keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Penjas tentang gerak dasar lompat jauh belum memperoleh hasil yang diharapkan karena keterbatasan sarana bak lompat jauh. Banyak waktu terbuang karena siswa harus mengantri untuk melakukan praktik kegiatan lompat jauh. Dari kondisi ini, data yang diperoleh mengenai keaktifan belajar siswa pada pembelajaran pra siklus masih “rendah”. Pada siklus I, guru menerapkan permainan meraih bola di udara. Pada siklus I ini tingkat pemerataan melakukan kegiatan praktik lompat jauh semakin merata. Tidak ada waktu terbuang hanya sekedar mengantri karena siswa berkompetisi. Dari data yang dikumpulkan peneliti dan teman sejawat, tingkat keaktifan belajar siswa meningkat menjadi “sedang”.

            Dengan meningkatnya keaktifan belajar siswa, berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil tes unjuk kerja pada pembelajaran pra siklus menunjukkan tingkat ketuntasan belajar adalah 30% dan rata-rata nilai unjuk kerja siswa adalah 64,0. Pada siklus I, setelah dilakukan pendekatanan permainan meraih bola di udara, hasil belajar siswa meningkat. Tingkat ketuntasan belajar siswa menjadi 55% dan rata-rata nilai tes unjuk kerja adalah 69,3. Peningkatan hasil belajar siswa kembali terjadi pada siklus II. Tingkat ketuntasan belajar pada siklus II menjadi 90% dan rata-rata nilai tes unjuk kerjanya 75,3.

 

 

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui penerapan permainan meraih bola di udara siswa lebih bergairah dan bersemangat dalam pembelajaran dan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Penjas tentang gerak dasar lompat jauh gaya jongkok bagi siswa kelas V SDN 1 Sonokidul Kecamatan Kunduran tahun pelajaran 2017/2018.

Saran

Berdasarkan kesimpulan terserbut peneliti mengemukakan beberapa saran antara lain:

1.     Bagi siswa, agar lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran olahraga atletik, khususnya lompat jauh ataupun olahraga yang lain.

2.     Bagi guru, mampu menciptakan suasana yang menyenangkan ketika proses pembelajaran berlangsung dan kreatif dalam membuat pembelajaran menarik, baik menggunakan media ataupun tidak sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

3.     Bagi sekolah, agar menyediakan atau memperbaharui sarana dan prasarana olahraga sehingga semua siswa dapat menggunakan fasilitas olahraga, dan guru juga dapat menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dengan adanya sarana prasarana yang lengkap.

4.     Peneliti berikutnya, agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan lebih memvariasikan pembelajaran yang digunakan ataupun dengan memodifikasi pembelajaran sebagai bahan dalam mengembangkan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kader Ateng. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Achmad Rifa’i RC dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES PRESS.

Adang Suherman. 2000. Dasar-dasar Penjaskes. Jakarta: Depdiknas

Aip Syaifudin. 1992. Atletik. Departemen Pendidikan dan Kebudataan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Amung Ma’mun dan Yudha M. Saputra. 2000. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta:

Depdiknas.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Djumidar. 2007. Dasar-dasar Atletik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Husdarta dan Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Khomsin. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sebagai Media Pembentukan Karakter. Makalah Seminar Nasional. Semarang: FIK UNNES.

Moh Ali. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Offset Angka.

Punaji Setyosari. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:

Kencana Perdana Media Group.

Phil Yanuar Kiram. 1992. Belajar Motorik. Jakarta: Depdikbud

Rusli Lutan dan Yudha M. Saputra. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta:

Depdiknas.

—–. 2001. Mengajar Pendidikan Jasmani Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar.Jakarta:Depdiknas.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/MI.

Jakarta: Litera.

Sugiyono. 2010. Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&d. Bandung: Alfabeta.

Sukintaka. 1992. Teori Bermain untuk D2 PGSD Penjaskes. Jakarta: Depdikbud