PENINGKATAN HASIL DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PERKALIAN CARA SUSUN

MELALUI METODE DEMONSTRASI BAGI SISWA KELAS IV

SEMESTER II SDN HADILUWIH 2 KECAMATAN SUMBERLAWANG

KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2014/2015

Purnomo

SDN Hadiluwih 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang belum memuaskan. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan hasil dan motivasi belajar matematika siswa kelas IV SDN Hadiluwih 2 Sumberlawang Sragen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui metode Demonstrasi. PTK ini mengambil subjek siswa kelas IV yang berjumlah 24 siswa.Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang meliputi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, serta tahap refleksi. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 03 Februari 2015. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2015. Pada studi awal hasil belajar siswa masih rendah, setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas, siklus I siswa yang tuntas KKM sebanyak 3 siswa (12,5%) dan yang belum tuntas KKM 21 siswa (87,5%). Siklus II yang tuntas KKM sebanyak 20 siswa (83,3 %) dan yang belum tuntas KKM 4 siswa (16,6%). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan melalui metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil dan motivasi belajar Matematika siswa kelas IV SDN Hdiluwih 2 Sumberlawang Sragen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015..

Kata Kunci: Motivasi Belajar, Hasil Belajar, Metode Demonstrasi


PENDAHULUAN

Sejak berlakunya kurikulum KTSP terdapat perubahan-perubahan yang sangat mendasar dalam kegiatan belajar mengajar di SD sampai dengan SLTA. Dalam prinsip kurikulum sebagai landasan kurikulum 2006 dengan kurikulum sebelumnya.

1

Agar pendidikan lebih bermutu dan berdaya guna dalam pelaksanaannya harus diperhatikan betul – betul, selain itu harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dalam peningkatan kualitas pendidikan usaha yang ditempuh salah satu di antaranya adalah: mengadakan supervisi, mengadakan penataran bagi guru-guru, mengadakan proses belajar mengajar yang tepat, yaitu cara pemakaian metode mengajar yang baik, mengaktifkan siswa dan sebagainya.

Keberadaan guru sebagai motivator menjadi penting ketika memacu proses belajar peserta didik. Motivasi merupakan upaya untuk mendorong seseorang bertingkah laku (Prayitno, 2009:208). Kebiasaan belajar yang diiringi dengan motivasi berprestasi yang kuat diduga akan membentuk lingkungan belajar yang baik sehingga menimbulkan hasil belajar yang optimal.

Pembelajaran konvensional untuk mata pelajaran matematika tentu tidak relevan dan akan menimbulkan kejenuhan bagi pemahaman anak, padahal masih banyak guru yang menyukainya. Untuk mengatasi kebiasaan guru matematika mengajar dengan metode monoton atau konvensional, maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan sarana termudah untuk meneliti, menyempurnakan, mening-katkan, dan mengevaluasi pengelolaan pembelajaran yang lebih pro aktif dan inovatif. Metode demonstrasi pada pembelajaran matematika siswa kelas IV Semester II SDN Hadiluwih 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen tahun ajaran 2014/2015 dimaksudkan agar menjadikan kebiasaan untuk cepat menangkap dan mengetahui dengan cepat dan tepat hasil dan motivasi belajar matematika. Metode atau aplikasi model pembelajaran pada mata pelajaran matematika adalah dengan menggunakan metode demonstrasi.

Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah pembelajaran dengan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan Hasil dan Motivasi belajar Matematika materi perkalian cara susun di kelas IV Semester II SDN Hadiluwih 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2014/2015 ? (2) Bagaimana hasil belajar siswa melalui Metode Demonstrasi materi perkalian cara susun di kelas IV Semester II SDN Hadiluwih 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2014/2015 ?

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk meningkatkan Hasil dan Motivasi pembelajaran materi perkalian cara susun melalui Metode Demonstrasi di kelas IV Semester II SDN Hadiluwih 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen tahun ajaran 2014/2015; (2) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas melalui Metode Demonstrasi dalam pembelajaran materi perkalian cara susun di kelas IV Semester II SDN Hadiluwih 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2014/2015.

KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar

Belajar merupakan kegiatan setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan karena belajar. Seperti kita ketahui bahwa istilah belajar bukan istilah yang asing dalam dunia pendidikan. Begitu memasyarakat nya istilah ini sehingga beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang belajar.

Sardiman (2001:20) menyatakan bahwa belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Selanjutnya Slameto (2003:2) mengemuka-kan bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku, pengetauan, keterampilan dan kegemaran sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Hasil belajar materi perkalian cara susun adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran matematika dengan menggunakan tes tertulis.

Motivasi Belajar

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menelusuri faktor motivasi belajar pada peserta didik. Motivasi dikatakan sebagai sesuatu yang kompleks, karena motivasi akan menyebabkan terjadinya perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan berpengaruh terhadap gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau atau bersikap terhadap sesuatu. Motivasi melakukan sesuatu didorong oleh adanya tujuan atau keinginan yang kuat dari dalam diri seseorang.

Kata motif diartikan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif” itu, maka motifasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. (Sardiman, 2001:71). Menurut Mc.Donald dalam Oemar Hamalik (2001,106) menyatakan bahwam motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi merupakan faktor penentu dan berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat belajar untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Motivasi dapat timbul dari dalam diri siswa atau disebut motivasi instrinsik namun juga timbul dari luar diri seorang siswa atau yang disebut motivasi ekstrinsik.

Pengertian Matematika

Menurut Andi Hakim (dalam Karso, 2002: 1 – 39), istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau mathenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungan dengan kata sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi.

Selanjutnya Ruseffendi (Karso, 2002) menyatakan bahwa matematika itu terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil, dimana dalil-dalil adalah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

Ruseffendi juga mengungkapkan beberapa pendapat tentang matematika seperti menurut Johnson dan Rising (1972) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis ; matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representatifnya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari pada bunyi ; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya ; matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah seni, keindahannya terdapat pada ketentuan dan kehormatan.

Selanjutnya menurut Karso (2002: 1.40), matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan perubahan bentuk-bentuk atau struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal-hal itu ; matematika adalah ilmu deduktif, karena baik isi maupun metode pencarian kebe-naran dalam matematika menggunakan metode deduktif ; matematika disebut ilmu tentang pola, karena dalam matematika sering dicari keseragaman untuk membuat generalisasi ; matematika adalah ilmu tentang hubungan, karena dalam matema-tika konsep-kosepnya satu sama lain saling berhubungan.

Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Metode ini digunakan agar siswa menjadi lebih paham terhadap materi yang dijelaskan karena menggunakan alat peraga dan menggunakan media visualisasi yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami.

Kelebihan metode demonstrasi adalah: (1) Membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda; (2) Memudahkan berbagai jenis penjelasan; dan (3) Kesalahan-kesalahan yeng terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melaui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan obyek sebenarnya.

Kelemahan metode demonstrasi adalah: (1) Anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan; (2) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan; dan (3) Sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.

PELAKSANAAN PENELITIAN

Setting Penelitian

Adapun kegiatan perbaikan pem-belajaran ini dilaksanakan di kelas IV SDN Hadiluwih 2 Kecamatan Sumberlawang Ka-bupaten Sragen, mulai tanggal 3 Februari sampai dengan tanggal 13 Februari 2015. Adapun karakteristik siswa kelas IV SDN Hadiluwih 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen diantaranya adalah jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 10 orang perempuan usia siswa rata-rata 9 – 10 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan petani dan tempat tinggal tidak jauh dari sekolah.

Refleksi

Mata Pelajaran Matematika. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat setelah proses perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran Matematika selesai. Sesuai dengan hasil yang diperoleh siswa ternyata masih ada sebagian siswa yang belum mampu mamahami materi sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah dengan kualifikasi dibawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi guru yang terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan guru. Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada siklus II.

Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta pemberian diskusi tanya jawab antara siswa dengan guru sehingga terjadi komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Guru juga memberikan media sederhana yaitu media korak api yang dapat membantui siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pada siklus II terdapat hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat nilai yang kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan berhasil membangkitkan semangat siswa sehingga tidak diperlukan tahapan siklus selanjutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Hadiluwih 2, maka diperoleh data yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil pembelajaran yang diperoleh setelah penulis melakukan penelitian. Adapun hasil dari penelitian mata pelajaran matematika di SDN Hadiluwih 2 dapat dilihat pada hasil observasi berikut:

Tampak pada ananalisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru mencapai 12,5 %. Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran. Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam poses terbanyak yaitu sebesar 54,17 % dan yang berkategori sedang sebanyak 33,33%. Itu akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang berkategori sedang dan kurang harus mengalami penurunan. Setelah permasalahan utama yang menjadi focus perbaikan dalam mata pelajaran Matematika, penulis mencoba memperbaiki terhadap proses pembelajar-an serta meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi factor penyebab rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai berikut: (1) Guru terlalu cepat dalam mencapaikan pembelajaran; (2) Guru kurang menguasai dalam penggunaan alat pera.ga; (3) Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran; (4) Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa; dan (5) Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru.

Tampak pada analisis hasil evaluasi bahwa nilai yang berkategori baik jauh lebih banyak dan mengalami kenaikan prestasi yang cukup signifikan yaitu mencapai 83,33%. Itu artinya pada siklus ke II sudah menunjukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran dengan hal ini maka cukup hanya sampai siklus II karena sampai tahap ini tingkat keberhasilan belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa yang mendapatkan kategori sedang terdapat 16,67%. Hal ini jel;as terliha bahwa prestasi siswa sedang mengalami penurunan yang signifikan.

Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat dari kategori sedang yang mengalami penurunan serta tidak terdapatnya siswa yang mendapat nilai kurang.

Artinya pada tahapan siklus I yang menunjukan bahwa kenaikan hasil evaluasi siswa belum terlalu terlihat signifikan, tetapi apabila dibandingkan pada sebelum ada perbaikan masih dapat dikategorikan lebih baik dari sebelumnya karena pada siklus I tidak terdapat nilai dibawah 4 ke bawah. Dengan demikian menunjukan bahwa perbaikan pembelajaran belum signifikan tetapi sudah menunjukan sedikit perubahan kearah yang lebih baik dengan kualifikasi baik 12,5 %, sedang 33,33 % dan kurang 54,17 %. Dengan demikian penulis mencoba pada tahapan selanjutnya yaitu di tahap siklus II.

Siklus II:

Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut: Nilai 10 Tidak ada; Nilai 9 ada 9 orang siswa; Nilai 8 ada 11 orang siswa; Nilai 7 ada 4 orang siswa; dan Nilai 6 ke bawah tidak ada.

Dengan demikian terjadi perubah-an yang sangat signifikan antara hasil dari penelitian siklus II, dimana pada siklus II terdapat hasil evaluasi yang dapat dikategorikan baik. Dengan demikian penelitian sudah dapat dikatakan berhasil pada siklus II serta tidak ada tahapan siklus selanjutnya karena pada siklus II sudah dapat dikategorikan baik dengan hasil evaluasi 83,33 % siswa dengan hasil kategori baik dan 16,67 % siswa dengan kategori hasil evaluasi sedang.

Pembahasan

1.   Mata Pelajaran Matematika

Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan terbukti menunjukan ada perubahan belajar siswa yang signifikan dari perkembangan siswa dengan adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran yang diupayakan pada setiap siklusnya. Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang dialami oleh masing-masing siswa yang semakin meningkat dilihat dari rekapitulasi nilai perbaikan pembelajaran.

Pelaksanaan proses perbaikan yang telah dilaksanakan pada Mata Pelajaran Matematika tentang penggunaan perkalian cara susun untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap perkalian. Dengan demikian penulis menggunakan metode cara susun dengan menggunakan media korek api yang dijadikan alat Bantu untuk proses penjumlahan bilangan dalam teknik perkalian cara susun.

Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal ini didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya system diskusi antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu tahapan pertama yaitu pada siklus I hanya sedikit mengalami kenaikan serta belum begitui signifikan. Setelah melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka penulis mencoba mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu disamping menggunakan media teknik cara susun dalam penyampaian materi perkalian dalam proses pembelajaran, penulis juga menggunakan system diskusi tanya jawab dengan mencoba uji keberanian terhadap siswa. Dengan demikian penulis mendapatkan hasil temuan yaitu meningkatnya tingkat hasil belajar siswa, maka dari itu proses penelitian penulis cukupkan pada siklus II karena pada siklus ini hasil belajar siswa sudah didapatkan dengan hasil yang baik.

2.   Mata Pelajaran Matematika

Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan pembelajaran pada mata pelajara Matematika terhadap siswa kelas IV SDN Hadiluwih 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen yang sudah dilaksanakan, terbukti menunjukan ada perubahan belajar siswa yang signifikan dari perkembangan siswa dengan adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran yang diupayakan pada setiap siklusnya. Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang dialami oleh masing-masing siswa yang semakin meningkat dilihat dari rekapitulasi nilai perbaikan pembelajaran.

Pelaksanaan proses perbaikan yang telah dilaksanakan pada Mata Pelajaran Matematika tentang metode penguatan verbal dan non verbal untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap penguasaan materi kepahla-wanan dan patriotisme di lingkungan sekitar.

Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal ini didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya system diskusi antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu tahapan pertama yaitu pada siklus I hanya sedikit mengalami kenaikan serta belum begitui signifikan.

Setelah melakukan berbagai disku-si dengan teman sejawat, maka penulis mencoba mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu disamping menerapkan pola penguatan sistem verbal dan non verbal, penulis juga menyam-paikan pembelajaran dengan sistem diskusi dan tanya jawab antara guru dan siswa. Dengan demikian penulis mendapatkan hasil temuan yaitu meningkatnya tingkat hasil belajar siswa, maka dari itu proses penelitian penulis cukupkan pada siklus II karena pada siklus ini hasil belajar siswa sudah didapatkan dengan hasil yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan pembe-lajaran telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Penerapan metode Demonstrasi dalam perkalian cara susun pada awal pem-belajaran masih belum nampak bentuk pembelajaran yang diharapkan, tetapi setelah beberapa tindakan dalam siklus, hasil belajar siswa kelas IV SDN Hadiluwih 2 Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015 dari tiap tindakan mengalami peningkatan.

2. Setelah beberapa tindakan dalam pembelajaran melalui metode Demonstrasi terjadi peningkatan dalam kelompok dengan adanya kerjasama, diskusi, saling membantu dan merasa bertanggung jawab akan keberhasilan kelompoknya sehingga terjadi peningkatan motivasi belajar.

Saran

Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini dan dalam upaya peningkatan pembelajaran matematika di SD disarankan sebagai berikut:

1. Pembelajaran perkalian cara susun melalui metode demonstrasi ini dapat diujicobakan dan dikembangkan di SD-SD lain mulai di kelas III

2. Dalam pembelajaran metode demonstrasi, guru harus tetap berupaya untuk meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan suatu pendekatan dengan memperhatikan karakter atau perbedaan, kemampuan dan tahap perkembangan siswa di SD.

3. Penyampaian materi pembelajaran dengan berdasarkan dari soal yang mudah sampai ke yang sulit.

4. Memberikan bimbingan dan latihan terus pada siswa yang mengalami kesulitan dalam perkalian dan pembagian yang merupakan dasar, yang akan mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. (2009). Pemantapan Kemampuan Propesional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology. Cambridge: Harvard University.

Farrs, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA: Brown Communications, Inc.

Sumantri, Mulyani. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tim TAP FKIP. (2009). Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wahyudin, dinn. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.

 

Weton, D. A and Mallan, J.T. (1988). Children and Their World. Boston: Houghton Mifflin Coy.