PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA

MATERI SISTEM EKSKRESI MANUSIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

PADA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 3 ADIWERNA

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sri Yuniarti

SMP Negeri 3 Adiwerna

 

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari keprihatinan peneliti tentang kondisi dan situasi kegiatan belajar mengajar di SMPN 3 Adiwerna khususnya kelas VIII C semester genap Tahun 2018/2019 dimana siswa kelas ini sering kali mendapatkan nilai terendah dibanding kelas lainnya khususnya pada mata pelajaran yang peneliti ampu. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi Sistem Ekresi Manusia melalui penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII C SMPN 3 Adiwerna semester genap Tahun 2018/2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dibagi kedalam dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu planing, action, observation dan reflection. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan tes tertulis. Hasil penelitian tindakan kelas ini adalah: pada kondisi awal diperoleh data keaktifan siswa sangat rendah dan hasil belajarpun hanya 31% karena hanya 9 dari 29 siswa yang mendapat nilai sesuai KKM. Hasil siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan keaktifan menjadi 57,9% dan hasil belajar meningkat menjadi 65,5%. Hasil siklus 2 peningkatan bertambah untuk keaktifan menjadi 64% dan hasil belajar menjadi 86,2%.

Kata kunci:   Keaktifan dan Hasil Belajar, Sistem Ekskresi Manusia, Model Numbered Head Together (NHT)

 

PENDAHULUAN

Keberhasilan pendidikan di sekolah merupakan tanggungjawab semua pihak, baik sekolah, pemerintah maupun masyarakat. Pihak sekolah bertanggungjawab dalam menyelenggrakan proses pendidikan, pemerintah pemegang keputusan kebijakan, sedangkan masyarakat pendukung sumber daya yang diperlukan sekolah. Secara khusus dalam kenyataan pihak sekolah yang lebih banyak berperan dalam mengantarkan siswanya menuju keberhasilan. Dan tolak ukur keberhasilan pada umumnya hanya dilihat dari tinggi rendahnya hasil belajar siswa.

Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Yang termasuk faktor internal adalah faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor keluarga, faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum) dan faktor masyarakat (Daryanto, 2010:51).

Untuk dapat melakukan pembelajaran yang baik, seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk dapat menciptakan suatu kegiatan belajar mengajar yang menarik sehingga tercapai hasil belajar secara optimal. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai wawasan yang luas tentang pemilihan strategi belajar mengajar, pengembangan variasi mengajar, pemilihan alat peraga, dan sebagainya. Dalam pengembangan variasi mengajar tentu saja tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap proses belajar mengajar, memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, memberi kemungkinan pemilihan dan fasilitas belajar individu, dan mendorong anak didik untuk belajar.

Rendahnya hasil belajar juga terjadi di kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Berdasarkan pengamatan peniliti selama pembelajaran sejak awal semester genap, hasil belajar yang diperoleh kelas VIII C selalu lebih rendah dari kelas yang lainnya. Sebelum penelitian dilakukan peneliti sekaligus sebagai guru memang belum menggunakan berbagai model pembelajaran dan alat peraga yang sesuai. Guru baru sebatas menggunakan metode ceramah. Setelah selesai menerangkan materi tentang sistem eskkresi secara umum dan fungsi sistem ekskresi, guru memberikan soal yang harus dikerjakan siswa. Hasil tes yang dilakukan pada kondisi awal ini memperoleh nilai yang tertinggi 90, nilai terendah 40 dan nilai rata-rata 62,2. Berdasarkan nilai ulangan harian tersebut hanya 9 dari 29 siswa yang mencapai nilai minimal yaitu 76 atau hanya 31%.

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk peningkatan hasil belajar siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif yaitu salah satunya adalah model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran kooperatif. Siswa belajar dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. Setelah guru menjelaskan materi kemudian guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakan, kemudian kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan dan mengetahui jawabannya. Setelah itu guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil pada semua kelompok melaporkan hasil kerja mereka.

Mengacu pada paparan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah keaktifan belajar IPA materi Sistem Eksresi Manusia dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019? (2) Bagaimanakah hasil belajar IPA materi Sistem Eksresi Manusia dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019? (3) Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berlangsung sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA Materi Sistem Ekskresi Manusia pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019?.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan keaktifan belajar IPA materi Sistem Eksresi Manusia melalui penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) kepada siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. (2) Meningkatkan hasil belajar IPA materi Sistem Eksresi Manusia melalui penggunaan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) kepada siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. (3) Mendeskripsikan langkah–langkah pembelajaran model Numbered head Together (NHT) dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada materi Sistem Eksresi Manusia bagi siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

KAJIAN PUSTAKA

Kajian Teori

Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Menurut Anni (2008:2) belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan yang berperan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Sebagaimana dikatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan manusia. Oemar Hamalik (2009:37), menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antar individu dan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya.

Menurut Thursan Hakim (2000:1) bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut yang ditampakkan dalam bentuk kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman keterampilan, daya pikir, dan lain-lain.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah suatu proses memahami segala bentuk pembelajaran dalam rangka untuk perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalamannya sendiri sebagai interaksi dengan lingkungannya.

Keaktifan Belajar

Thorndike mengemukakan keaktifan belajar siswa dalam belajar denganhokum Law of exercise nya menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan–latihan dan MC Keachie menyatakan berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu” (Dimyati,2009:45). Segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, baik secara rohani maupun teknik.

Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.

Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2005:111) hasil belajar adalah bentuk tingkah laku yang dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar. Bentuk tingkah laku sebagai hasil belajar dapat berupa memberi reaksi terhadap rangsangan, asosiasi verbal, mengemukakan konsep, prinsip, dan memecahkan masalah. Hasil belajar biasanya diperoleh setelah siswa dinyatakan berhasil dalam suatu penilaian yang dilkukan pada akhir pembelajaran. Hasil belajar pada hakekatnya tersirat dalam tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran.

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dipahami siswa. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan (Suharsimi Arikunto, 2009:24).

Hakikat Pembelajaran IPA

Secara umum kegiatan belajar dalam IPA berhubungan dengan eksperimen. Dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala alam yang terjadi dialam. Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan atau eksperimen, tanpa membuat suatu alat atau tanpa melakukan observasi.

IPA sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. . Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari IPA adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya.

IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific method) yang terwujud melalui suatu rangkaian “kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (Depdiknas,2006).

Sistem Ekskresi

Menurut Syafi’ah Isnaeni (2012:20), Sistem ekskresi adalah sistem pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak berguna bagi tubuh dari dalam tubuh, seperti: menghembuskan gas CO2 ketika kita bernafas, berkeringat dan buang air kecil (urine). Organ ekskresi pada manusia meliputi ginjal, hati, kulit dan paru-paru. Ginjal merupakan alat penyaring darah yang bentunya seperti kacang merah. Ginjal pada manusia terdiri atas 2 buah. Panjang ginjal antara 10-15 cm. Massa: 200 gram. Letak: rongga perut bagian belakang agak ke atas dan di dekat tulang belakang. Funfsi ginjal yaitu menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh. mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan. reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal, menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Model pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karateristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Hamzah, 2011:3).

Model Pembelajaran Numbered head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas (Ibrahim, 2000:28).

Kerangka Berfikir

Salah satu masalah adalah kemampuan guru dalam memilih metode, media atau model pembelajaran serta kemampuan guru untuk dapat memotivasi siswa untuk ikut berperan aktif dalam proses kegiatan pembelajaran yang nyaman, menantang dan menyenangkan siswa. Pemilihan metode, model atau media pembelajaran yang kurang tepat akan berdampak pada kurangnya motivasi belajar siswa yang akan berdampak pula pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.

Karena hal tersebut guru merencanakan untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajaran NHT. Tindakan dalam penelitian ini direncanakan ada 2 siklus. Pada siklus I dilakukan secara kelompok dengan anggota 4-5 siswa, perubahan keaktifan siswa diharapkan terjadi terutama saat diskusi, siswa diharapkan lebih antusias dan penuh semangat dibandingkan dengan kondisi awal.

Pada akhir siklus diharapkan penggunaan model pembelajaran NHT meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi Sistem Ekresi pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 Adiwerna Semester GenapTahun Pelajaran 2018/2019.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir diatas diajukan hipotesis tindakan bahwa penggunaan model pembelajaran NHT meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA materi Sistem Ekresi pada siswa kelas VIIIC SMP Negeri 3 Adiwerna Semester GenapTahun Pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Objek Tindakan

Objek tindakan pada penelitian ini adalah keaktifan dan hasil belajar IPA materi Sistem Ekskresi yang akan ditingkatkan melalui model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

Setting Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna, Jalan Raya Barat Ujungrusi, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.

 

Subjek

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Kab. Tegal, Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa kelas VIII C seluruhnya ada 29 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

Waktu

Penelitian ini direncanakan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 dari tanggal 2 Januari 2018 s. d. 30 Juni 2018.

Metode Pengumpulan Data

Observasi/pengamatan

Observasi/pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran dan mengetahui tentang jalannya proses PBM. Dalam lembar pengamatan keaktifan terdapat 10 indikator, antara lain (1) Antusias mengikuti pelajaran, (2)Perhatian terhadap penjelasan guru, (3)Keaktifan dalam diskusi kelompok, (4)Kemampuan mengemukakan pendapat dalam kelompoknya, (5)Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompoknya, (6)Kemampuan menjawab pertanyaan guru, (7)Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat,(8)Mengajukan pertanyaan, (9)Saling membantu dan menyelesaikan masalah, (10) Tampak percaya diri.

Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes ini dilaksanakan pada pembelajaran siklus I dan siklus II.

Instrumen yang digunakan adalah soal pilihan ganda sebanyak 20 soal dengan 4 pilihan jawaban a, b, c, dan d. Nilai akhir sebagai hasil belajar dapat dihitung dengan skor 1 kemudian menjumlahkan seluruh skor yang benar dikalikan 5.

Dokumentasi

Dokumentasi berupa daftar nilai, tes hasil belajar, contoh hasil pekerjaan siswa dan foto-foto kegiatan penelitian. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pelaksanaan kegiatan penelitian.

Analisis Data

Data Keaktifan belajar

Keaktifan belajar diukur menggunakan lembar pengamatan keaktifan. Dalam lembar pengamatan tersebut terdapat 10 indikator, setiap indikator diberi skor antara 0, 1, dan 2. Skor 0 diberikan kepada siswa yang tidak melakukan aktivitas sesuai indikator pengamatannya, skor 1 diberikan kepada siswa yang kadang-kadang melakukan aktivitas sesuai indikator pengamatan, dan skor 2 diberikan kepada siswa yang selalu melakukan aktivitas sesuai indikator pengamatan tersebut.

 

 

Data Hasil Belajar

Hasil belajar yang diukur dengan instrumen tes kemudian dianalisis untuk diketahui jumlah nilai masing-masing siswa, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata- rata dan ketuntasan belajar klasikal. Analaisis data tersebut selanjutnya dibuat perbandingan hasil antar siklus, perbandingan dengan menggunakan tabel dan grafik serta dideskripsikan secara kualitatif.

Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer berasal dari siswa memperoleh nilai hasil belajar siswa dan keaktifan siswa dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), sedangkan data sekunder dari pihak lain yang secara tidak langsung menunjang penelitian antara lain kepada Sekolah dan Staf Tenaga Administrasi SMP Negeri 3 Adiwerna.

Indikator Keberhasilan

Pengambilan simpulan penelitian ini ditetapkan dengan menentukan indikator capaian sebagai berikut: (1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran ditetapkan indikator capaiannya adalah jika keaktifan siswa dalam pembelajaran telah mencapai lebih dari 61% ke atas dengan kriteria aktif. (2) Hasil belajar siswa pada penelitian ini mencakup ketuntasan belajar perorangan dan klasikal. Indikator capaian pada ketuntasan belajar perorangan ditetapkan jika siswa memperoleh nilai hasil belajar sama atau diatas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal Mapel IPA sebesar 76 atau (KKM = 76) sedangkan ketuntasan belajar klasikal ditetapkan jika jumlah siswa yang telah tuntas belajar perorangan dalam satu kelas telah mencapai sama atau di atas 80%.

Prosedur Penelitian

   Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan dua kali siklus, dimana masing-masing siklus terdapat empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observasi), dan relfeksi (reflection).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Rendahnya hasil belajar juga terjadi di kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 khususnya pada materi Sistem Ekskresi manusia. Pada kondisi awal (prasiklus) nilai yang diperoleh setelah diadakan tes adalah 40 untuk nilai terendah, dan 90 untuk nilai tertinggi dan nilai rat-rata 62,2 padahal KKM yang sudah ditetapkan adalah 76. Berdasarkan nilai tes tersebut hanya 9 dari 29 siswa yang mencapai nilai minimal yaitu 76 atau hanya 31%.

Identifikasi terhadap penyebab terjadinya masalah sebagaimana telah dianalisis di atas adalah guru kurang tepat dalam memilih metode, media atau model pembelajaran serta kurang mampunya guru dalam memotivasi siswa untuk ikut berperan aktif dalam proses kegiatan pembelajaran yang nyaman, menantang dan menyenangkan siswa.

Mencermati permasalahan di atas perlu kiranya upaya lain yang dilakukan peneliti untuk dapat melakukan proses pembelajaran lebih kreatif, menarik, dan merangsang bagi semua siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga para siswa secara merata akan lebih mudah memahami materi pelajaran. upaya dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif yaitu salah satunya adalah model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) layak untuk melakukan penelitian tindakan kelas ini.

Deskripsi Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran IPA siklus I pada materi Sistem Ekskresi, terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Hasil observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I diperoleh hasil sebagai berikut: sebagian besar indikator baru memenuhi criteria cukup aktif (57,9%). Besar prosentase keaktifan siswa pada tiap indikator observasi dalam pembelajaran siklus I secara jelas dapat digambarkan pada grafik 2 berikut: pada indikator antusias mengikuti pelajaran 62%, kemampuan mengemukakan pendapat 63,8%, kemampuan menjawab pertanyaan guru 70,7%, dan indikator mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat 66% yang sudah memenuhi kriteria aktif, sedangkan untuk indikator yang lainnya hanya memenuhi kriteria cukup aktif.

Nilai Tes Hasil Belajar, analisis hasil ulangan harian materi Sistem Ekskresi pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 sebagai berikut: jumlah siswa 29 orang, nilai rata-rata 76,4, nilai tertinggi 95, nilai terendah 50, memperoleh nilai ≥ 76 (tuntas belajar sesuai KKM 76) adalah 19 siswa (65,5%) dan belum tuntas 10 siswa (34,5%).

Deskripsi Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran IPA siklus II pada materi Sistem Ekskresi, terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Observasi pembelajaran pada siklus II secara garis besar hasil observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus II diperoleh hasil sebagai berikut: bahwa hanya 3 indikator saja yang masih dalam kategori cukup aktif, sedang untuk indikator lainnya sudah mencapai kategori aktif. Rata-rata keaktifan juga meningkat menjadi 64,0% dengan kriteria aktif. Besar persentase keaktifan siswa pada tiap indikator observasi dalam pembelajaran siklus II secara jelas meningkatnya jumlah siswa yang memiliki kriteria aktif sebanyak 15 siswa atau 51,7% atau meningkat sebesar 27,6%, sementara untuk kriteria tidak aktif dan kurang aktif berkurang drastis. Dari hasil observasi diketahui bahwa pembelajaran di siklus II mengalami peningkatan, siswa yang sebelumnya hanya cukup aktif meningkat menjadi aktif.

Nilai Tes Hasil Belajar Analisis hasil ulangan siklus II materi Sistem Ekskresi pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 3 Adiwerna Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 sebagai berikut: jumlah siswa 29 orang, nilai rata-rata 80,5, nilai tertinggi 95, nilai terendah 60, memperoleh nilai ≥ 76 (tuntas belajar sesuai KKM 76) adalah 25 siswa (86,2%) dan belum tuntas 4 siswa (13,6%).

 

 

 

Pembahasan

Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa dalam pembelajaran yang diobservasi menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan model Numbered Head Together (NHT) mengalami peningkatan pada setiap siklus penelitiaan tindakan kelas ini. Peningkatan keaktifan siswa terbesar diperoleh pada indikator saling membantu dalam menyelesaikan masalah dimana pada siklus I hanya 53% pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 62%, sedangkan indikator lainnya semua mengalami peningkatan secara signifikan, sehingga rata-rata keaktifan meningkat dari 57,9% dengan criteria cukup aktif pada siklus I menjadi 64% dengan kriteria aktif di siklus II, atau meningkat sebesar 6,1%.

Nilai hasil belajar siswa

Nilai hasil belajar siswa diukur dengan tes hasil belajar siswa yang dilakukan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada setiap indikator rata-rata mengalami kenaikan. Siswa yang tuntas belajar pada kondisi awal 9 siswa (31%), siklus I terdiri 19 siswa (65,5%), dan siklus II terdiri 25 siswa (86,2%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan, jika dibandingkan kondisi awal dengan siklus I terjadi peningkatan 34,5%, sedangkan siklus I dan siklus II terjadi peningkatan 6,9%. Sebaliknya siswa belum tuntas belajar mengalami penurunan, jika dibandingkan kondisi awal dengan siklus I penurunan sebesar 34,5%, sedangkan siklus I dan siklus II terjadi penurunan 20,7%.

Dengan diterapkannya model pembelajaran Numbered Head Together (NHT), dapat meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran terlihat dari persentase rata -rata keaktifan siswa dari kriteria cukup aktif menjadi kriteria aktif dan peningkatan siswa yang tuntas belajar, ini berarti langkah – langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) berhasil dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar.

PENUTUP

Simpulan

Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Besarnya peningkatan keaktifan siswa dapat diketahui pada siklus I rata-rata 57,9% dan siklus II rata-rata menjadi 64,0% dengan demikian ada peningkatan 6,1%.

Penerapan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Besarnya peningkatan belajar siswa dapat diketahui pada kondisi awal rata–rata tes hasil belajar sebesar 62,2 dengan siswa tuntas belajar sebesar 31%, pada siklus I rata-rata tes hasil belajar adalah 76,4 dan 65,5% siswa tuntas belajar sedangkan pada siklus 2 rata-rata tes hasil belajar adalah 80,5 dan 86,2% siswa tuntas belajar. Dengan demikian ada peningkatan 34,5% dari kondisi awal ke siklus I dan 20,7% dari siklus I ke siklus II.

Kendala-kendala model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) selama proses belajar adalah disetiap kelompok masih terdapat siswa yang masih kurang aktif, hanya menghafal jawaban dari teman sekelompoknya tanpa berusaha memahami hakekat dari pertanyaan dalam diskusi.

Saran

  1. Untuk melaksanakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar– benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dalam proses pembelajaran, sehingga memperoleh hasil yang optimal.
  2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran maupun model pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan ketrampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah – masalah yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya.

Depdiknas. 2006. Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK, dan SLB). Jakarta: Depdiknas.

Dimyati, 2009. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University press.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Syafiah isnaeni, 2012. Buku Pegangan Guru IPA Terpadu. Klaten: Intan Pariwara

Sudjana, Nana. 2005, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Sinar Baru

Thursan Hakim. 2000. Belajar Secara Efektif. Semarang: Sindur Pres.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tri Anni, Catharina. 2008. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Press.

Uno, Hamzah B. 2011. PerencanaanPembelajaran. Jakarta: BumiAksara