PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PERMAINAN MERAIH SASARAN BOLA BAGI SISWA KELAS VI SDN 2 KEDUNGBACIN TAHUN 2018/2019

 

Marsito

SDN 2 Kedungbacin Kecamatan Todanan Kabupaten Blora

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan keaktifan dan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui permainan meraih sasaran bola. Penelitian dilaksanakan di SDN 2 Kedungbacin Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Kecamatan Todanan Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 15 anak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus tindakan terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes dan nontes. Pengumpulan data dengan teknik tes diambil dari hasil tes unjuk kerja. Adapun teknik nontes datanya diambil dari pengamatan proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif. Data hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan peningkatan keaktifan belajar siswa. Pada kondisi awal keaktifan belajar siswa “kurang aktif” meningkat menjadi “aktif” pada kondisi akhir. Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa. Pada kondisi awal ketuntasan belajar siswa adalah 46,67% meningkat menjadi 86,67% pada kondisi akhir.

Kata Kunci:      keaktifan belajar, hasil belajar, lompat jauh gaya jongkok, permainan meraih sasaran bola

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Khomsin, 2010: 12).

Mengenai mata pelajaran pendidikan jasmani menyebutkan bahwa tujuan pendidikan jasmani di sekolah dasar adalah memacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan hidup sehat. Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional.

Melalui proses belajar pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial) serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Tujuan pembelajaran penjasorkes akan dapat tercapai apabila pelajaran pendidikan jasmani diajarkan menggunakan metode, model dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi sekolah yang bersangkutan.

Keterbatasan fasilitas dan perlengkapan dalam proses penjasorkes menuntut guru penjasorkes untuk lebih kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan perlengkapan yang ada sesuai dengan kondisi siswa dan sekolah. Tidak sedikit siswa yang merasa gagal atau kurang menyukai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru karena kemampuan guru dalam menyampaikan materi yang monoton tanpa variasi ataupun penggunaan fasilitas yang belum optimal membuat siswa terkesan cepat merasa bosan dan kurang antusias sehingga proses pembelajaran dan hasil belajar siswa belum maksimal. Proses pembelajaran penjasorkes yang tidak variatif menjadikan tingkat antusias dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menurun. Dengan permainan meraih sasaran bola di udara diharapkan siswa dapat memperbaiki teknik dasar lompat jauh gaya jongkok dengan benar dan dapat memacu motivasi siswa sehingga hasil belajar meningkat.

Keadaan siswa SDN 2 Kedungbacin Kecamatan Todanan pada dasarnya senang terhadap pembelajaran pendidikan jasmani dan olah raga, terutama pada cabang permainan. Pada cabang atletik, anak kurang menyenangi dengan alasan tidak menyenangkan. Karena pembelajaran atletik di SDN 2 Kedungbacin Kecamatan Todanan kurang mendapat tanggapan yang positif dari para siswa, maka prestasi pada cabang atletik khusus pada nomor lompat jauh belum bisa optimal. Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor penyebab yaitu: (1) Terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani, (2) Terbatasnya alat bantu dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.

Gaya yang dipakai guru dalam mengajar praktik pendidikan jasmani juga monoton, yaitu hanya menggunakan satu gaya mengajar. Sehingga situasi pembelajaran yang dirasakan oleh siswa terasa membosankan. Dan juga metode praktik ditekankan pada latihan-latihan berdasarkan perintah yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut tidak dilakukan sesuai inisiatif dari siswa itu sendiri. Dalam hal ini guru cenderung menggunakan pendekatan pembelajaran yang mengarah pada prestasi.

Pembelajaran di SDN 2 Kedungbacin Kecamatan Todanan siswa kelas VI tersebut mengalami kesulitan dalam melakukan tehnik lompat jauh gaya jongkok. Sebagian besar siswa baru menguasai cara melompat. Mereka belum mampu melakukan gerakan secara keseluruhan terbukti dari hasil evaluasi, dari siswa kelas VI yang berjumlah 15 anak yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan, baru 7 siswa (46,67%) yang dapat mencapai nilai KKM 75 dan sisanya masih 8 siswa (53,33%) yang masih belum mencapai nilai KKM yang ditentukan.

Dengan keadaan seperti ini tentu dibutuhkan penggunaan alat bantu pembelajaran sebagai suatu pendekatan alternatif dalam mengajaran pendidikan jasmani. Guru harus mempunyai kemampuan untuk memodifikasi keterampilan yang hendak diajarkan dengan harapan sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa.

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat digunakan dalam hal ini adalah pendekatan pembelajaran dengan menggunakan permainan meraih sasaran bola, yaitu suatu pendekatan pembelajaran untuk membantu siswa untuk mempelajari keterampilan dasar dalam mempelajari teknik dasar lompat jauh.

Berdasarkan latar belakang tersebut mendasari peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatann Keaktifan Dan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Permainan Meraih Sasaran Bola Bagi Siswa Kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun 2018/2019”.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul diatas maka timbul suatu pemikiran, perhatian dan suatu permasalahan bagi peneliti untuk meneliti masalah penelitian sebagai berikut:

1.     Apakah permainan meraih sasaran bola dapat meningkatkan keaktifan belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019?

2.     Apakah permainan meraih sasaran bola dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019?

3.     Apakah permainan meraih sasaran bola dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian adalah:

1.     Meningkatkan keaktifan belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui permainan meraih sasaran bola.

2.     Meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui permainan meraih sasaran bola.

3.     Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019 melalui permainan meraih sasaran bola.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu yang dijadikan obyek penelitian. Manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah:

1.     Bagi Guru

a)    Sebagai upaya untuk melengkapi ketersediaan sarana di sekolah

b)    Sebagai tambahan pengetahuan mengenai pengembangan sarana dalam pembelajaran.

2.     Bagi Sekolah

a)    Sebagai masukan dalam proses pembelajaran penjasorkes untuk mengadakan inovasi terhadap proses belajar mengajar penjasorkes.

b)    Memberikan masukan untuk selalu berinovari untuk membuat sarana dan prasarana yang tepat dan proposional bagi siswa dalam pembelajaran.

3.     Bagi Siswa

Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran penjasorkes, mengembangkan pembelajaran teknik dasar lompat jauh.

KAJIAN TEORI

Keaktifan Belajar

Menurut Depdikbud (1996: 24 –25), aktif adalah giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan adalah suatu keadaan atau hal dimana siswa aktif. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar yang beraneka ragam. Paul B. Diedrich dalam Oemar Hamalik (2005: 172) membagi kegiatan belajar siswa dalam 8 kelompok, yaitu: Visual Activeties (kegiatan-kegiatan visual), Oral Activities (kegiatan-kegiatan lisan), Listening Activities (kegiatan-kegiatan mendengarkan), Writing Activities (kegiatan-kegiatan menulis), Drawing Activities (kegiatan-kegiatan menggambar, Motor Activities (kegiatan-kegiatan motorik), Mental Activities (kegiatan-kegiatan mental), dan Emotional Activities (kegiatan-kegiatan emosional).

Menurut Mayer (dalam Jamal Ma’mur Asmani, 2011: 67), siswa yang aktif tidak hanya sekedar hadir dikelas, menghafalkan, dan akhirnya mengerjakan soal diakhir pelajaran. Siswa dalam pembelajaran harus terlibat aktif, baik secara fisik maupun mental sehingga terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya.

Hasil Belajar

Menurut Mulyono Abdurrahman (2003:37) “Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai ditentukan sebelumnya. Anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan-tujuan pelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Dimyati dan Mujiono (2006:3) memaparkan bahwa “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa. Setelah selesai mempelajari materi, diadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya, sebelum dilanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.

Menurut Sudjana (2002:37) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Pengertian Pembelajaran

Menurut Sukintaka (1992:70) mengemukakan bahwa pembelajaran mengandung pengertian bagaimana mengajar sesuatu kepada anak didik, tetapi juga ada sesuatu pengertian bagaimana anak didik mempelajarinya.

Menurut Supandi (1992:5) mengatakan bahwa strategi belajar-mengajar pendidikan jasmani merupakan kegiatan sebelum proses belajar-mengajar dilaksanakan. Tujuan menciptakan kondisi dan kegiatan belajar yang memungkinkan murid lancar belajar dan mencapai sasaran belajar. Kegiatan itu antara lain memilih informasi yang bersifat verbal atau model lain seperti gerak yang disampaikan, menetapkan cara-cara pengarahan dan pembimbingan kea rah yang dikehendaki, dan terakhir menetapkan cara bagaimana menilai hasil belajar.

Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi. Pendidikan jasmani sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, karena melalui pendidikan jasmani tidak hanya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta psikomotor saja tetapi juga ranah kognitif dan afektif setiap anak (Samsudin, 2008:2)

Adang Suherman (2000:2) menyatakan bahwa pengertian pendidikan jasmani dibedakan dari dua sudut pandang yaitu sudut pandang tradisional dan sudut pandang modern. Pada sudut pandang tradisional menganggap bahwa manusia itu terdiri dari dua komponen utama yang dapat dipilah-pilah yaitu jasmani dan rohani. Pendidikan jasmani merupakan proses mendidik jasmani sebagai pelengkap, penyeimbang atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Sedangkan pada sudut pandang modern pendidikan jasmani menganggap bahwa manusia adalah kesatuan dari bagian yang terpadu atau utuh. Pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui aktifitas jasmani serta proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan jasmani.

Permainan

Menurut Sukintaka (1992:11), permainan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan jasmani. Oleh sebab itu permainan atau bermain mempunyai tugas dan tujuan yang sama dengan tugas dan tujuan pendidikan jasmani. Kalau anak diberikan permainan dalam rangka pendidikan jasmani, maka anak akan melakukan permainan itu dengan rasa senang. Karena rasa senang itulah maka anak akan mengungkapkan keadaan pribadinya yang asli saat mereka bermain baik berupa watak asli, maupun kebiasaan yang telah membentuk kepribadiaannya.

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan rasa senang, suka rela, bersungguh-sungguh, tetapi bukan merupakan suatu kesungguhan, dan semata-mata hanya memperoleh kesenangan dalam bermainnya (Sukintaka, 1992: 91).

Permainan Meraih Sasaran Bola

Permainan meraih sasaran bola di udara pada dasarnya terdapat dalam perlombaan perlombaan tradisional yang sering diadakan pada waktu peringatan hari Kemerdekaan Indonesia. Permainan ini pada dasarnya bernama (Pentong Plastik) yang dalam bahasa Indonesia dinamakan pukul air.

Permainan ini dibuat untuk siswa Sekolah Dasar berkaitan dengan teknik dasar lompat jauh gaya jongkok, melalui permainan ini siswa mengetahui bagaimana cara melakukan teknik dasar lompat jauh gaya jongkok yang benar. Permainan meraih sasaran bola di udara juga dapat melatih kemampuan daya ledak atau saat melakukan tolakan lompat jauh. Kemampuan untuk memiliki keterampilan dalam lompat jauh siswa harus percaya diri, tenang, konsentrasi, dan fokus pada saat melakukan lompatan.

Selain itu melalui permainan meraih sasaran bola di udara diharapkan dalam diri anak akan tumbuh dan berkembang semangat persaingan (competition), kerjasama (coorperation) interaksi sosial (social interaction).

Teknik Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat dari ancangancang dengan gerak vertikal yang dihasilkan dari kaki tumpu, formulasi dari kedua aspek tadi menghasilkan suatu gaya gerak parabola dari titik pusat gravitasi (Djumidar, 2007:12.40). Kecepatan lari awalan serta besarnya sudut tolakan merupakan komponen yang menentukan tercapainya suatu jarak.

Teknik lompat jauh dapat dibagi menjadi empat tahap yaitu: ancang-ancang, menumpu, melayang, mendarat. Aktivitas pembelajaran gerak dasar melompat atau meloncat dapat dilakukan baik di dalam ruangan maupun di lapangan terbuka dengan menggunakan berbagai media yang telah dimodifikasi. Tujuan dari lompat yaitu untuk meningkatkan kemampuan fisik atau meningkatkan suatu kondisi yang optimal antara lain yaitu meningkatkan kekuatan anak, meningkatkan kecepatan anak, meningkatkan daya tahan anak, meningkatkan kelincahan anak dan meningkatkan ketangkasan anak (Djumidar, 2007:6.13).

Kerangka Berpikir

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui aktifitas jasmani yang beguna untuk mengembangkan aspek yang ada dalam peserta didik secara keseluruhan yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara fisik. Pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan permainan meraih sasaran bola di udara untuk pembelajaran teknik dasar gaya jongkok di SDN 2 Kedungbacin.

Melalui modifikasi diharapkan pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan. Akan tetapi tidak lepas dari tujuan pendidikan jasmani itu sendiri.

Pembelajaran permainan meraih sasaran bola di udara ini diharapkan dapat menjadi alternatif guru penjasorkes dalam proses belajar mengajar atletik khususnya pada lompat jauh gaya jongkok agar dapat dijadikan pengalaman baru bagi siswa dalam proses pembelajaran di SDN 2 Kedungbacin, sehingga efektifitas siswa dalam pembelajaran penjasorkes dapat tercapai.

Hipotesis Tindakan

            Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah disusun, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

1.     Penerapan permainan meraih sasaran bola dapat meningkatkan keaktifan belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019.

2.     Penerapan permainan meraih sasaran bola dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019.

3.     Penerapan permainan meraih sasaran bola dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN

Seting dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VI SDN 2 Kedungbacin. Alasan pengambilan lokasi penelitian di SDN 2 Kedungbacin karena peneliti saat ini adalah guru mapel PJOK di SDN 2 Kedungbacin. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan tepatnya pada semester 2 tahun pelajaran 2018/2019 dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2019. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin tahun pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 15 anak yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

            Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen daftar nilai, lembar observasi, dan hasil tes unjuk kerja siswa pada akhir siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan pada penelitian ini meliputi teknik tes dan non tes. Data yang dikumpulkan dari kedua teknik tersebut nantinya akan dianalisis untuk selanjutnya digunakan sebagai pedoman menarik kesimpulan. Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah teknik deskriptif komparatif.

            Data keaktifan belajar siswa pada pembelajaran Siklus I dan Siklus II yang dikumpulkan melalui teknik observasi dan wawancara, datanya divalidasi dengan menyusun lembar observasi. Untuk data hasil belajar pada Siklus I dan Siklus II yang dikumpulkan dengan melaksanakan tes unjuk kerja di akhir setiap siklus, agar data yang diperoleh mempunyai tingkat validitas tinggi divalidasi dengan menyusun kisi-kisi tes unjuk kerja.

Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik deskriptif komparatif, yaitu membandingkan data yang diperoleh selama penelitian. Terdapat dua jenis data yang perlu dianalisis dalam penelitian ini yaitu: (1) Data kualitatif berupa data hasil observasi keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif; (2) Data kuantitatif berupa hasil belajar dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif.

Indikator Kebersihan

            Indikator keberhasilan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan dari penelitian ini. Adapun indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu: (1) Keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok meningkat dari kurang aktif pada kondisi awal menjadi minimal aktif pada kondisi akhir; (2) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok meningkat dari 46,67% tuntas belajar pada kondisi awal menjadi minimal 80% tuntas belajar pada kondisi akhir.

Prosedur Tindakan

            Penelitian ini dilaksanakan dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pelaksanaan tindakan sebanyak dua siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pra Siklus

            Pada pembelajaran pra siklus, keaktifan belajar siswa masuk dalam kategori kurang aktif. Terdapat 5 indikator dengan skor kemunculan 0 (rendah). Indikator tersebut adalah: 1) Keberanian mengajukan pertanyaan; 2) Bekerjasama dengan teman; 3) Menghargai hasil pekerjaan teman; 4) Membantu teman yang kesulitan; dan 5) Memanfaatkan media pembelajaran. Untuk skor kemunculan 1 (sedang) terdapat 5 indikator yaitu: 1) Kesiapan mengikuti pelajaran; 2) Memperhatikan penjelasan guru; 3) Keberanian melakukan kegiatan; 4) Antusias dalam pembelajaran; dan 5) Fokus dalam melakukan kegiatan. Pada pembelajaran pra siklus belum nampak indikator dengan skor kemunculan 2 (tinggi). Skor keaktifan belajar pada pembelajaran pra siklus adalah 5. Dengan skor maksimal 20, apabila dipersentasekan adalah 25%. Skor ini masuk dalam kategori kurang aktif.

            Perolehan nilai tes unjuk kerja pra siklus yaitu: nilai 55 sebanyak 1 anak, nilai 60 sebanyak 2 anak, nilai 65 sebanyak 2 anak, nilai 70 sebanyak 3 anak, nilai 75 sebanyak 2 anak, nilai 80 sebanyak 2 anak, dan nilai 85 sebanyak 1 anak. Rata-rata nilai tes unjuk kerja pra siklus adalah 70,67. Dari 15 siswa kelas VI yang tuntas belajar dengan KKM 75 adalah 7 anak (46,67%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 8 anak (53,33%).

Deskripsi Siklus I

            Pada pembelajaran siklus I peneliti sudah menggunakan dengan permainan meraih sasaran bola untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Terdapat 2 indikator dengan skor kemunculan 0 (rendah). Indikator tersebut adalah: 1) Keberanian mengajukan pertanyaan; dan 2) Menghargai hasil pekerjaan teman. Untuk skor kemunculan 1 (sedang) terdapat 5 indikator yaitu: 1) Memperhatikan penjelasan guru; 2) Bekerjasama dengan teman; 3) Antusias dalam pembelajaran; 4) Membantu teman yang kesulitan; dan 5) Memanfaatkan media pembelajaran. Pada pembelajaran pra siklus sudah terdapat skor kemunculan 2 (tinggi) yaitu: 1) Kesiapan mengikuti pelajaran; 2) Keberanian melakukan kegiatan; dan 3) Fokus dalam melakukan kegiatan. Skor keaktifan belajar pada pembelajaran siklus I adalah 11. Dengan skor maksimal 20, apabila dipersentasekan adalah 55%. Skor ini masuk dalam kategori cukup aktif.

            Hasil belajar siklus I menunjukkan penigkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar pada pembelajaran pra siklus. Hal ini terjadi karena keaktifan belajar siswa pada pembelajaran siklus I juga meningkat jika dibandingkan pada pembelajaran pra siklus. Perolehan nilai tes unjuk kerja siklus I yaitu: nilai 60 sebanyak 1 anak, nilai 65 sebanyak 2 anak, nilai 70 sebanyak 2 anak, nilai 75 sebanyak 5 anak, nilai 80 sebanyak 3 anak, nilai 85 sebanyak 1 anak, dan nilai 90 sebanyak 1 anak. Rata-rata nilai tes unjuk kerja siklus I adalah 74,67. Dari 15 siswa kelas VI yang tuntas belajar dengan KKM 75 adalah 10 anak (66,67%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 5 anak (33,33%).

Deskripsi Siklus II

Keaktifan belajar siswa pada pembelajaran siklus II sudah tidak terdapat indikator dengan skor kemunculan 0 (rendah). Pada pembelajaran siklus II, terdapat 4 indikator dengan skor kemunculan 1 (sedang) yaitu: 1) Keberanian mengajukan pertanyaan; 2) Bekerjasama dengan teman; 3) Menghargai hasil pekerjaan teman; dan 4) Membantu teman yang kesulitan. Untuk skor kemunculan 2 (tinggi) terdapat 6 indikator yaitu: 1) Kesiapan mengikuti pelajaran; 2) Memperhatikan penjelasan guru; 3) Keberanian melakukan kegiatan; 4) Antusias dalam pembelajaran; 5) Memanfaatkan media pembelajaran; dan 6) Fokus dalam melakukan kegiatan. Skor keaktifan belajar pada pembelajaran siklus II adalah 16. Dengan skor maksimal 20, apabila dipersentasekan adalah 80%. Skor ini masuk dalam kategori aktif.

Hasil belajar siklus II kembali menunjukkan penigkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar pada pembelajaran siklus I. Hal ini terjadi karena keaktifan belajar siswa pada pembelajaran siklus II juga meningkat jika dibandingkan pada pembelajaran siklus I. Perolehan nilai tes unjuk kerja siklus II yaitu: nilai 65 sebanyak 1 anak, nilai 70 sebanyak 1 anak, nilai 75 sebanyak 5 anak, nilai 80 sebanyak 4 anak, nilai 85 sebanyak 2 anak, nilai 90 sebanyak 1 anak, dan nilai 95 sebanyak 1 anak. Rata-rata nilai tes unjuk kerja siklus II adalah 79,00. Dari 15 siswa kelas VI yang tuntas belajar dengan KKM 75 adalah 13 anak (86,67%) dan yang tidak tuntas belajar adalah 2 anak (13,33%).

Pembahasan

Keaktifan Belajar

Terjadi peningkatan keaktifan belajar pada setiap siklus pembelajaran. Pada pembelajaran pra siklus, skor keaktifan belajar siswa adalah 25% (kurang aktif). Setelah peneliti menggunakan media box kardus pada pembelajaran siklus I, skor keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 55% (cukup aktif). Pada pembelajaran siklus II skor keaktifan belajar siswa kembali meningkat menjadi 80% (aktif).

Hasil Belajar     

Terjadi peningkatan hasil belajar pada setiap siklus pembelajaran. Pada pembelajaran pra siklus, ketuntasan belajar siswa adalah 46,67%. Setelah peneliti menggunakan media box kardus pada pembelajaran siklus I, ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 66,67%. Pada pembelajaran siklus II ketuntasan belajar siswa kembali meningkat menjadi 86,67%.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1.     Penerapan permainan meraih sasaran bola dapat meningkatkan keaktifan belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019.

2.     Penerapan permainan meraih sasaran bola dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019.

3.     Penerapan permainan meraih sasaran bola dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok pada siswa kelas VI SDN 2 Kedungbacin Tahun Pelajaran 2018/2019.

Implikasi

Penelitian ini berimplikasi bagi perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan di SDN 2 Kedungbacin Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Guru pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan dapat menerapkan pembelajaran atletik lompat jauh gaya jongkok melalui penggunaan media pembelajaran inovatif. Penggunaan media pembelajaran inovatif dapat pula digunakan pada materi pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan lainnya, terutama pada cabang atletik, sehingga siswa merasa tertarik dengan pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan akhirnya adalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Saran

Saran yang disampaikan bekenaan dengan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan adalah:

Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya melengkapi seluruh alat bantu pembelajaran agar guru dapat menerapkan pembelajaran yang efektif, efisien, dan menyenangkan, sehingga siswa dapat belajar dengan fokus, aktif, dan antusias yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

Bagi Guru

Guru hendaknya dalam menyampaikan materi pembelajaran menggunakan alat bantu yang telah tersedia atau menyediakan alat bantu sendiri yang sesuai dengan materi pembelajaran, sehingga materi dapat disampaikan dengan mudah dan menyenangkan bagi siswa.

Bagi Siswa

Siswa hendaknya dapat mengikuti pembelajaran secara fokus, aktif, dan lebih serius, sehingga materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru mudah diterima dan dikuasai, sehingga hasil belajar lebih meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Depdikbud. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Djumidar. 2007. Dasar-dasar Atletik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Khomsin. 2010. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sebagai Media Pembentukan Karakter.Makalah Seminar Nasional. Semarang: FIK UNNES.

Lutan, Rusli dan Yudha M. Saputra. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdiknas

Mulyono, Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/MI. Jakarta: Litera

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suherman, Adang. 2000. Dasar-dasar Penjaskes. Jakarta: Depdiknas

Sukintaka. 1992. Teori Bermain untuk D2 PGSD Penjaskes. Jakarta: Depdikbud

Supandi. 1992. Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdiknas.