Peningkatan Kemampuan Bahasa Ekspresif Melalui Media Cerita Bergambar
|
PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF
MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B
DI TK PERTIWI TARAMAN SRAGEN SEMESTER II
TAHUN AJARAN 2017/2018
Ismiyati
TK Pertiwi Taraman
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemampuan bahasa anak Kelompok B TK Pertiwi Taraman tahun 2017/2018 melalui media ceita bergambar, (2) Mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan bahasa anak Kelompok B TK Pertiwi Taraman tahun 2017/2018 melalui media cerita bergambar.3) Meningkatkan mutu pembelajaran di TK Pertiwi Taraman. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak Kelompok B TK Pertiwi Taraman tahun 2017/2018 melalui media cerita bergambar. Langkah penelitian diawali identifikasi masalah dan mengumpulkan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan pengamatan sehari-hari. Kemudian diadakan tindakan perbaikan siklus 1, lalu di observasi dan direfleksi, kemudian melakukan perbaikan siklus 2. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat disimpulkan bahwa melalui media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak. Pada pra siklus keberhasilan pembelajaran baru mencapai 27,8%, siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 61% kemudian pada siklus kedua meningkat menjadi 88,9%.
Kata Kunci: kemampuan bahasa, cerita bergambar, anak
PENDAHULUAN
Pada umumnya taman kanak-kanak merupakan tempat bermain untuk anak-anak , dalam arti “ Bermain Sambil Belajar, Belajar Seraya Bermain”. Sebagai salah satu lembaga pendidikan tugas utama taman kanak-kanak adalah mempersiapkan anak dengan berbagai ketrampilan, pengetahuan, perilaku anak, kecerdasan anak agar anak dapat berekspresi sesuai dengan keinginan anak.
Pendidikan di taman kanak-kanak mengembangkan segala aspek perkembangan anak. Diantara aspek perkembangan itu adalah kemampuan nilai agama dan moral, kemampuan bahasa, kemampuan fisik motorik, kemampuan bahasa, dan kemampuan sosial emosional, serta kemampuan seni yang diintegrasikan dengan aspek kemampuan lainnya. Kemampuan bahasa sangat penting bagi anak karena akan mempengaruhi perkembangan aspek yang lainnya. Pengembangan kemampuan bahasa dilakukan dengan berbagai media, metode, kegiatan, dan eksplorasi pengalaman anak.
Berbahasa merupakan segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan seseorang yang disimboliskan agar dapat menyampaikan arti pada orang lain, pengertian ini mencakup semua cara untuk berkomunikasi , dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan , lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat , bunyi, lambang gambar dan lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Kemampuan Bahasa pada anak usia dini dibagi menjadi 3 yaitu mengungkapkan bahasa (bahasa ekspresif), menerima bahasa (bahasa reseptif) dan keaksaraan. Pengembangan kemampuan bahasa ekspresif usia 5-6 tahun diantaranya:1) Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, 2)menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, 3) Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung 4) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat keterangan), 5)Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada orang lain 6) Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan dan 7) Menunjukkkan pemahaman konsep – konsep dalam buku cerita.
Pengembangan kemampuan bahasa dapat menggunakan berbagai macam media, diantaranya dengan media Cerita bergambar. Media cerita bergambar akan lebih memudahkan anak dalam membaca dan memahami cerita. Pada guku cerita bergambar anak akan mendapati tokoh dalam cerita merasa takut, senang, marah, atau menghubungkan perasaan tokoh cerita dengan dirinya sendiri. Cerita bisa memperkaya pengalaman anak dengan melihat gambar dan mengerti cerita di dalamnya. Buku cerita disukai hampir semua anak apalagi dengan ilustrasi gambar yang menarik dengan permainan cerita yang melibatkan mereka.
Di TK Pertiwi Taraman anak –anak sebagian besar kurang suka mendengarkan cerita dan bercerita, diantara 18 murid hanya 5 anak atau 27,8% yang sudah bisa bercerita, karena buku ceritanya tidak bergambar atau bergambar hanya hitam putih dan tidak menarik sampulnya. Kadang jika guru bercerita anak suka ramai sendiri dan kurang memperhatikan, bahkan mereka kemudian terpancing untuk bercerita sendiri dengan temannya, sehingga anak kurang paham cerita yang disampaikan guru dan merasa kesulitan apabila diminta menceritakan kembali cerita guru. Ketertarikan anak pada buku terhalang pada penyediaan buku cerita yang terbatas, yang sudah usang dan berpenampilan kurang menarik.
Maka dari itu pada tahun ajaran 2017/2018 ini penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas di Kelas B TK Pertiwi Taraman dengan memanfaatkan Media Cerita bergambar untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Ekspresif anak
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1)Apakah melalui Media Cerita Bergambar dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak Kelompok B TK Pertiwi Taraman? (2) Bagaimanakah meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak Kelompok B TK TK Pertiwi Taraman melalui Media Cerita Bergambar
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) Untuk meningkatan kemampuan bahasa elspresif anak Kelompok B TK Pertiwi Taraman melalui Media Cerita Bergambar (2) Untuk mengetahui bagaimana penerapan peningkatan kemampuan bahasa ekspresif anak Kelompok B TK Pertiwi Taraman melalui Media Cerita Bergambar.
KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Kemampuan Berbahasa Ekspresif
Menurut Shaley dalam Irina V. Skolova (2008:142) bahwa kemampuan adalah pengetahuan mengenai area yang di dalamnya seorang individu bekerja dan memerlukan ketrampilan untuk memproses informasi secara kreatif dalam menghasilkan berbagai respon yang baru dan sesuai. Dengan bahasa yang lebih sederhana kemempuan adalah pengetahuan seseorang mengenai suatu subyek sebelum mereka memunculkan gagasan baru mengenai subyek tersebut.
Menurut Elizabeth B. Hurlock (1995:176) Bahasa merupakan alat komunikasi bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keingintahuan maupun kebutuhannya. Anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan, serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Manurut Ade Dwi Utami (2013: 332) Kemampuan berbahasa anak tidak hanya mengarah pada kemampuan membaca saja, namun didukung oleh kemampuan menguasai kosa kata, pemahaman serta kemampuan berkomunikasi. Bahasa merupakan tanda atau simbol dari benda-benda serta menunjukkan pada maksud tertentu.
Sedangkan menurut Yetti Mulyati (2009:2.3) bahasa adalah kumpulan bunyi – bunyi yang bermakna yang diujarkan dengan tujuan mengungkapkan pikiran. Dari hal ini dapat diturunkan hakikat bahasa adalah bunyi ujar (lisan) yang berujud lambang, bahasa memiliki sistem bunyi – bunyi bahasa yang diujarkan disusun berdasarkan ketentuan ketentuan yang dibuat oleh sekelompok masyarakat pengguna bahasa tersebut.
Menurut Agung Triharso (2013:116) kemampuan bahasa dan merangkai kata trermasuk kecerdasan linguistik dapat dilihat dari kepekaan akan makna dan urutan kataserta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa untuk menyatakan dan membuat arti yang kompleks.
Kemampuan Bahasa pada anak usia dini dibagi menjadi 3 yaitu mengungkapkan bahasa (bahasa ekspresif), menerima bahasa (bahasa reseptif) dan keaksaraan. Pengembangan kemampuan bahasa ekspresif diantaranya pada anak usia 5-6 tahun menurut Permendikbud no. 137 tahun 2014 yaitu:1) Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks, 2) menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi yang sama, 3) Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung 4) Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat keterangan), 5)Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekpresikan ide pada orang lain 6) Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan dan 7) Menunjukkkan pemahaman konsep – konsep dalam buku cerita.
Fungsi Bahasa
Ariestoteles (2004: 58) menyatakan bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan manusia. Karl Raemid Popper mengemukakan 4 fungsi bahasa yaitu: (1) Fungsi ekspresif yaitu Fungsi untuk mengungkapkan atau menyatakan diri. (2) Fungsi Sinyal yaitu fungsi mereaksi, menjawab, atau memberi tanggapan (3) Fungsi deskriptif yaitu fungsi yang mencakuap kedua fungsi diatas hanya caranya memberi gambaran atau mendiskripsikan secara rinci apa-apa yang akan disampaikan. (4) Fungsi argumentasi yaitu fungsi bahasa dalam memberikan alasan atau argumen.
Peranan Bahasa Bagi Anak
Menurut Wardani dan Asmawulan (2011:88) peranan bahasa bagi anak usia dini dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Bahasa sebagai sarana berpikir. Anak bayi bila ingin sesuatu ia biasanya menangis. dengan bunyi tangis ini anak berfikir supaya ada orang yang mendekatinya. Anak mengungkapkan keinginan dengan bahasanya ia berpikir orang lain akan menuruti keinginannya (2) Bahasa sebagai sarana untuk mendengarkan. Pada awal kelahirannya ke dunia anak tidak mengenal bahasa dalam lingkungan keluarga anak mendengarkan bunyi bahasa ibu dan bapaknya. Secara perlahan bunyi yang didengar itu akan mampu dipahami maksudnya. (3) Bahasa sebagai sarana untuk melakukan kegiatan berbicara. Setelah anak dapat dan mampu mendengarkan bunyi bahasa, kemudian anak berusaha untuk berlatih bicara sesuai dengan bahasa yang ia dengarkan. Dan berbicara sesuai kemampuannya hingga anak mahir dalam bicara. (4) Setelah anak memasuki sekolah bahasa mempunyai peranan untuk membaca dan menulis. Hal ini mempunyai paranan sangat penting dalam belajar kemampuan yang lainnya baik Moral agama, kognitif, fisik motorik maupun sosial emosional.
Media
Menurut Sri Anitah (2007: 2) media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan tersebut. Associate for Educational commmunication and technology (AECT, 1997) mendefinasikan media sebagai bentuk yang digunakan untuk penyaluran informasi. Menurut Briggs dalam Sri Anitah (2007: 2) mengatakan bahwa media pada hakekatnya adalah peralatan fisik untuk membawakan atau menyempurnakan isi pembelajaran. Sebaliknya menurut Gagne dalam Sri Anitah (2007: 2) memandang media sebagai salah satu komponen dari suatu sistem penyampaian. Di dalamnya termasuk segala peralatan fisik pada komunikasi seperti buku, slide, modul, tape recorder, dan lain – lain.
Cerita Bergambar
Metode bercerita adalah cara bertutur kata dan penyampaikan cerita atau memberikan penjelasan kepada anak secara lisan (Wahyuningsih, 2011:15). Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis dengan atau tanpa alat peraga. Dengan mendengarkan cerita anak dapat cepat memahami bahasa berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman yang mereka peroleh.
Menurut Aisyiah (2008: 6.19) anak mempelajari cerita yang mempunyai susunan yang jelas dan bagian- bagian yang spesifik. Pada saat anak mendengarkan cerita dia belajar bahwa cerita yang baik mempunyai awal tengah dan akhir cerita. Dia juga belajar memprediksi , berdasarkan halaman buku, akan seperti apa ceritanya, juga apa yang akan terjadi berikutnya atau bagaimana cerita akan berakhir.
Manfaat bercerita menurut Musbikin (2009:254) melalui cerita orang tua dapat menanamkan nilai positif kepada anak. Mereka dapat mengasah dan melatih kecerdasan emosional anak sejak dini. Dengan cerita guru dapat merangsang kemampuan berbicara dan memperkaya kosakata anak terutama bagi anak yang sedang belajar bicara. Selain itu membawakan cerita akan membawa anak mengalami perasaan positif seperti dalam cerita , ia bisa menikmati isi sebuah buku melalui pembacaan cerita yang didengar dan dilihatnya.
Kerangka Pikir
Berdasarkan penelitian yang diperoleh mengembangkan kemampuan bahasa memerlukan berbagai kegiatan, alat peraga atau media kreatif sehingga memperoleh kemampuan bahasa yang maksimal, misalnya dengan menggunakan Media cerita bergambar untuk anak, sehingga memperoleh kemampuan bercerita yang berguna untuk perkembangan bahasa dan komunikasi selanjutnya. Alat peraga media cerita bergambar dapat membantu anak untuk menuangkan ide bercerita dan menambah kosakata anak.
Penerapan bercerita dengan media cerita bergambar diharapkan anak lebih mudah menceritakan kembali sesuai dengan media cerita bergambar yang diperlihatkan. Gambar ini akan menstimulasi anak untuk mengungkapkan ide ceritanya dan membantu mengingatkan pada kosakata yang pernah didengarnya. Dengan alat peraga Gambar sebagai pendukung cerita membantu imajinasi anak untuk memahami isi cerita.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut dapat dirumuskan hipotesa tindakan: Dengan Kegiatan pembelajaran melalui Media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak di TK Pertiwi Taraman Tahun Pelajaran 2017/2018. Melalui Media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan bahasa terutama kemampuan bercerita anak, dengan media gambar anak akan lebih mudah mengungkapkan kosakata yang ada berdasarkan gambar dan lebih mudah mengingat alur cerita dengan melihat gambar yanga ada dalam buku cerita bergambar. Dengan cerita bergambar akan menstimulasi daya imajinasi anak tentang cerita dalam gambar dan dapat mengembangkan daya pikir anak mengenai cerita yang sudah atau belum disampaikan berdasarkan gambar. Dengan kemampuan bercerita anak meningkat kemampuan bahasa anak juga akan meningkat.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak TK Pertiwi Taraman Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun 2017/2018. Menurut Moleong, (1997:7) dalam penelitian kualitatif mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi “proses dari pada hasil” artinya hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses. Strategi yang paling cocok untuk menjawab pertanyaan untuk dapat mengklasifikasikan secara tepat hasil penelitian ini adalah memberikan treatment pada saat pembelajaran mengembangkan kemampuan bahasa dengan melalui Media cerita bergambar.
Latar Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B TK Pertiwi Taraman Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen yang terletak di Dukuh Taraman, Desa Taraman, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen.
Waktu Penelitian
Penelitian di TK Pertiwi Taraman pada bulan Januari 2018 sampai Juni 2018.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ditetapkan pada anak Kelompok B TK Pertiwi Taraman Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen dengan jumlah anak 18, terdiri dari 9 anak laki-laki, 9 anak perempuan. Dengan 2 pendidik di kelompok B yang terdiri dari dua pendidik bersertifikasi dan berpendidikan S1.
Fokus Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilaksanakan untuk memberikan solusi permasalahan kemampuan bahasa ekspresif yang belum mencapai tingkat pencapaian perkembangan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak terutama kemampuan bercerita melalui Media cerita bergambar.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah anak didik , pendidik dan Kepala Sekolah TK Pertiwi Taraman. Sedangkan data yang dikaji yaitu: daftar hadir guru, daftar hadir anak, kurikulum, RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian)
Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan prosedur kerja dari Hopkins mengambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penting untuk mendapatkan data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Observasi
Menurut Suharsini Arikunto, (2002:234) Metode pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode perolehan data dengan menggunakan mata langsung tanpa bantuan alat standar untuk keperluan pengamatan. Metode observasi adalah metode ilmiah yang bisa diartikan sebagai pencatatan dan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang terjadi.
Wawancara
Wawancara adalah suatu proses tanya jawab lisan dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinganya sendiri suaranya sendiri.
Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penyidikan. Melalui wawancara dapat diperoleh berbagai keterangan dan data yang diperlukan dalam suasana penelitian. Metode wawancara ini dilakukan pada guru, orang tua murid, dan juga anak didik.
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mengambil dari dokumen catatan, foto, hasil tes atau benda yang dapat memberi informasi dengan lengkap. Metode pengumpulan dokumentasi yaitu metode pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku tentang pendapat, teori, dalil, hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan. Pengumpulan data dalam penelitian ini mengambil sumber-sumber dokumen bahan yang dijadikan dokumen misalnya buku, foto, catatan dan sebagainya.
Keabsahan Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya/keabsahannya sehingga data tersebut dapat dipertanggung- jawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan review informan kunci.
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data.
Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data – data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik diskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analitis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kualitatif. Yakni dengan membandingkan antar siklus. Teknik analitis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analitis kritis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada.
Indikator Kinerja
Dalam penelitian diperlukan indikator keberhasilan kinerja yang menjadikan tolok ukur keberhasilan penelitian. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan penelitian. Anak dikatakan tuntas apabila memenuhi penilaian BSB dan BSH dengan prosentase 80%. Untuk mengetahui prosentase ketuntasan pada hasil belajar anak adalah: Rumus P=n/N x 100%
Keterangan: P =Prosentase yang dicari, n=Jumlah nilai tuntas/tidak tuntas, N= Jumlah anak, 100%= Angka konstan (100%)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Kondisi Pra Siklus
Sebelum dilakukan tindakan penelitian diadakan pretest dengan tujuan untuk mengetahui kompetensi anak dalam bidang kemampuan berbahasa anak dalam bercerita. Adapun hasil belajar anak masih kurang, sebagaimana tergambar pada data penilaian pra siklus nilai ketuntasan anak hanya 27,8% atau 5 anak, sehingga perlu mengadakan perbaikan pembelajaran.
Diskripsi Siklus Pertama
Penulis melakukan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi terhadap kegiatan anak dalam bercerita dengan media bergambar. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut:1)Anak cukup mampu mendengarkan guru bercerita, 2)Anak cukup mampu menyebutkan judul cerita dan tokohnya, 3)Anak belum cukup mampu mengetahui isi cerita dalam cerita bergambar, 4)Anak belum dapat menceritakan kembali cerita dari guru, 4)Anak belum dapat membaca cerita bergambar sederhana.
Hal tersebut terlihat dari hasil observasi ketuntasan kemampuan bahasa anak yang meningkat dari pra siklus yang hanya 27,8% atau 5 anak, setelah diadakan perbaikan pada siklus I hari ke-1 menjadi 39% atau 7anak. Dalam siklus I ini sudah ada peningkatan tapi belum maksimal karena sebagian anak belum tertarik pada buku cerita yang gambarnya kurang menarik, sehingga guru perlu menambah buku cerita bergambar yang lebih menarik lagi. Pada hari ke-2 meningkat menjadi 44,4% atau 8 anak. Dalam siklus I hari ke-2 ini sudah ada peningkatan tapi belum maksimal karena belom mencapai indikator keberhasilan 80%. Dan pada hari ke-3,meningkat menjadi 61% atau 11 anak. Dalam siklus I hari ke-3 ini sudah ada peningkatan tapi belum maksimal karena belum mencapai indikator keberhasilan 80%. Sehingga perlu ada perbaikan lagi pada siklus II. Pelaksanaannya disepakati pada hari Senin sampai Rabu tanggal 19 sampai 21 Pebruari 2018.
Diskripsi Siklus Kedua
Penulis melakukan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi terhadap kegiatan anak dalam bercerita dengan media bergambar. Setelah diadakan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: 1)Anak sudah mampu mendengarkan guru bercerita, 2)Anak sudah mampu menyebutkan judul cerita dan tokohnya, 3)Anak sudah cukup mampu mengetahui isi cerita dalam cerita bergambar, 4)Anak sudah dapat menceritakan kembali cerita dari guru, 5)Anak sudah cukup mampu membaca cerita bergambar sederhana.
Hal tersebut terlihat dari hasil observasi kemampuan bahasa anak yang meningkat dari pra siklus yang hanya 27,8% setelah diadakan perbaikan pada siklus I hari ke-1 menjadi 61%.Pada Siklus II hari ke-1 ketuntasan 66,7% atau 12 anak. Dalam siklus II hari ke-1 ini sudah ada peningkatan tapi belum maksimal karena sebagian anak belum tertarik pada buku cerita yang gambarnya kurang menarik, sehingga guru perlu menambah buku cerita bergambar yang lebih menarik lagi. Pada hari ke-2 meningkat menjadi 77,8% atau 14 anak. Dalam siklus I hari ke-2 ini sudah ada peningkatan tapi belum maksimal karena belum mencapai indikator keberhasilan 80%. Dan pada hari ke-3, meningkat menjadi 88,9% atau 16 anak. Dalam siklus I hari ke-3 ini sudah ada peningkatan yang maksimal karena sudah melampoi indikator keberhasilan 80%. Sehingga tidak perlu ada perbaikan lagi pada siklus berikutnya cukup sampai siklus II.
Pembahasan
Siklus I
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I, peneliti mengambil langkah awal dengan melakukan apersepsi yang sesuai dengan kegiatan bercerita dengan media cerita bergambar. Pada akhir kegiatan peneliti melakukan evaluasi dan hasilnya sudah ada peningkatan kemampuan bahasa anak dibandingkan hasil kegiatan pada pra siklus. Namun peningkatan ini belum signifikan karena anak belum dapat menggunakan media cerita bergambar sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari indikator ketuntasan pada pra meningkat dari pra siklus yang hanya 27,8% atau 5 anak ,setelah diadakan perbaikan pada siklus I hari ke-1 menjadi 39% atau 7 anak, pada hari ke-2 menjadi 44,4% atau 8 anak, dan pada hari ke-3, 61% atau 11 anak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam meningkatkan kemampuan bahasa anak melalui media cerita bergambar siklus I berdasarkan indikator ketuntasan 80% dinyatakan belum berhasil dan harus dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya
Siklus II
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada siklus II setelah melakukan apersepsi yang sesuai dengan materi pembelajaran, kegiatan bercerita dengan media cerita bergambar. Guru berusaha menambah buku cerita bergambar dengan meminjam buku di perpustakaan daerah dan membeli beberapa buku cerita bergambar yang lebih menarik dan bervariasi, agar anak tertarik serta tidak merasa bosan saat pembelajaran bercerita. Setelah peneliti mengadakan evaluasi hasil kegiatan terdapat peningkatan yang signifikan. Pada siklus II ini hasil pembelajaran yang diperoleh sudah optimal dan sudah melebihi indikator ketuntasan yang ditetapkan.
Hal ini dapat dilihat pada prosentase indikator keberhasilan pada siklus II pada hari pertama 66,7%, hari ke-2 77,8% dan hari ke-3, sudah mencapai 88,9%, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam upaya meningkatkan kemampuan bahasa anak melalui media cerita bergambar berdasarkan indikator ketuntasan 80% bisa dikatakan memuaskan dan penelitian dikatakan berhasil dan berhenti pada siklus ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Melalui cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak terutama dapat mendengarkan guru bercerita, dapat menyebutkan judul cerita dan tokohnya, dapat mengetahui isi cerita dalam cerita bergambar, dapat menceritakan kembali cerita dari guru, dan dapat membaca cerita bergambar sederhana. Pada Pra Siklus keberhasilan pembelajaran mencapai 27,8% atau 5 anak. Pada siklus pertama keberhasilan pembelajaran mencapai 61% atau 11 anak dan pada siklus kedua meningkat menjadi 88,9% atau 16 anak.
- Pengembangan kemampuan bahasa melalui cerita bergambar dapat berhasil karena pembelajaran yang menarik, menyenangkan, guru yang selalu memotivasi murid, kreatif, inovatif, dan didukung sarana pendidikan yang memadai.
Saran
Bagi Guru TK
- Guru hendaknya mengetahui dan dapat memberikan solusi pada masalah yang timbul dalam pembelajaran bahasa.
- Guru hendaknya meningkatkan kinerjanya dalam mendidik agar semua kompetensi anak didik dapat tercapai dengan baik.
- Guru hendaknya memberikan motivasi pada anak dan membuat kegiatan pembelajaran yang kreatif, inovatif ,menarik dan menyenangkan.
Bagi Sekolah
- Sekolah hendaknya menjadi tempat yang menarik dan menyenangkan bagi anak dalam berbagai kegiatan.
- Sekolah hendaknya memberikan dukungan pendidikan dengan memberikan fasilitas , sarana dan prasarana yang memadai untuk meningkatkan mutu pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
Ade Dwi Utami, dkk (2013). Pendidikan Anak Usia Dini Konsorsorium Sertifikasi 2013
Agung Triharso (2013). Permainan Kreatif & Edukatif untuk Anak Usia Dini , Penerbit Andi Yogyakarta.
Elizabeth B. Hurlock. (1995). Perkembangan Anak I:Jakarta: Erlangga
Imam Musbikin, (2009). Buku Pintar PAUD, Yogyakarta. Divapres.
Irina V. Sokolova (2008). Kepribadian anak. Sehatkah Kepribadian Anak Anda?. Penerbit Kata Hati. Jogjakarta.
Juwita Dwi Wardani, Tri Asmawulan (2011). Perkembangan Fisik Motorik dan Bahasa, Qinant Universitas Muhammadiyah Surakarta
- Lexy Moleong. (1997). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Rosdakarya
Siti Aisyiah. (2008). Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan anak Usia Anak Usia Dini. Departemen pendidikan Nasiona. Universitas Terbuka.
Siti Wahyuningsih, Muh.Munif Syamsudin (2011). Pendalaman Materi Bidang Studi Guru Kelas PAUD/TK , UNS , Surakarta.
Siti Wahyuningsih, Rahmawanti Anayanti. (2011). Pendalaman Materi Bidang Studi Guru Kelas PAUD/TK , Surakarta. UNS.
Sri Anitah (2007). Media pembelajaran. Surakarta:UNS
Suharsini Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka
Surtikanti (2011). Media dan Sumber Belajar Untuk Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Winda Gunarti.(2008). Metode pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka
Yeti Mulyati, dkk, Bahasa Indonesia, (2009) Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Terbuka.