PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA

MELALUI PERMAINAN BISIK BERANTAI

PADA ANAK KELOMPOK B TK MOJODOYONG 2

KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Sri Muryani

TK Mojodoyong 2

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara anak Kelompok B di TK Mojodoyong 2 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK Mojodoyong 2 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen yang berjumlah 26 anak terdiri dari 14 anak perempuan dan 12 anak laki-laki. Penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dimulai dari perencanaan, tindakan dan pengamatan, dilanjutkan dengan refleksi. Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Dari capaian hasil belajar anak menunjukkan bahwa persentase rata-rata dalam 1 kelas pada pratindakan sebesar 42,88% dengan kriteria mulai berkembang (MB). Pada siklus I hasil belajar anak melalui kegiatan permainan bisik berantai tersebut meningkat sebesar 70.77% dengan kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH), hal ini dikarenakan peneliti menerapkan kegiatan permainan bisik berantai. Pada siklus II ini, hasil belajar anak kembali meningkat sebesar 87,37% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB), hal ini dikarenakan peneliti memberikan reward bagi kelompok /group yang menyampaikan pesan bu guru dengan benar dan guru juga menggunakan media gambar untuk memudahkan anak mengingat pesan guru.

Kata kunci: kemampuan berbicara, permainan bisik berantai, anak TK

 

PENDAHULUAN

Pendidikan yang baik hendaknya dimulai sejak masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak merupakan periode emas pertumbuhan dimana pada masa itu otak anak berkembang sangat pesat (Santrock, 2007: 174). Salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan adalah aspek bahasa. Bahasa menurut Santrock (2007:353) adalah bentuk komunikasi yang diucapkan, ditulis, atau dilambangkan berdasarkan sistem simbol. Menurut Salimah, (2011:187) bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang sangat mendasar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan, dengan memiliki kosakata yang banyak maka anak dapat berbicara lancar. Hurlock (1978:185), mengemukakan bahwa berbicara mencakup tiga proses terpisah tetapi saling berkaitan satu sama lain, yaitu belajar pengucapan kata, membangun kosakata dan membentuk kalimat. Dalam bukunya Yeti Mulyati (2009: 2.23) menurut Suhendar berbicara adalah kegiatan menyampaikan pesan kepada orang lain (penyimak) dengan media bahasa lisan. Hurlock, (1978:176).Melalui berbicara maka akan terjadi komunikasi antara anak satu dengan anak lainnya. Tadkiroatun Musfiroh (2010: 118) mengungkapkan beberapa metode yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak antara lain dengan menggunakan metode bercakap-cakap, metode tanya jawab, metode bercerita, metode dramatisasi, Show and Tell, metode bermain, metode karyawisata, metode latihan dan metode brainstorming spontan.

Dari observasi yang dilakukan pada tanggal 11 Februari 2019 di TK Mojodoyong 2 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen pada Kelompok B, saat anak diajak berkomunikasi anak hanya diam dan cenderung acuh dan tidak menjawab. Kemampuan anak dalam menjawab ataupun berbicara masih kurang lancar. Anak hanya akan mengucapkan satu atau dua kata saja, bukan berupa kalimat. Hal itu disebabkan karena pada saat dajak berkomunikasi anak kurang paham apa yang dibicarakan, anak kurang percaya diri karena tidak tahu apa yang harus diucapkan dan sebagainya. Selain itu, anak sering lupa dengan kalimat apa yang diucapkan guru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bicara anak Kelompok B di TK Mojodoyong 2 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen belum berkembang secara optimal. Dari 26 anak yang mendapat pencapaian kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) belum ada, anak yang mendapat pencapaian kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 6 anak atau 23,08% saja yang mampu menjawab pertanyaan guru dan mau berbicara tetapi itu pun belum lancar masih berfikir apa yang akan disampaikan dan diucapkan. Anak yang mencapai kriteria Mulai Berkembang (MB) sebanyak 16 anak atau 61,54%. Hal ini dikarenakan anak kurang memahami apa yang disampaikan dan kurangnya kosakata anak sehingga anak cenderung diam saja ketika diajak berbicara. Sedangkan anak yang mencapai kriteria Belum Berkembang (BB) sebanyak 4 anak atau 15,38% hal ini dikarenakan anak tersebut sulit berkomunikasi mereka ketika diajak berbicara malu dan hanya senyum dan diam saja. Dan kalau menjawab suaranya pelan dan tidak terdengar.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah yang akan diteliti adalah: “Bagaimana Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Permainan Bisik Berantai Pada Anak Kelompok B TK Mojodoyong 2 Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019?”.

Berdasarkan atas uraian permasalahan, dapat dirumuskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara anak Kelompok B di TK Mojodoyong 2 Kecamatan kedawung kabupaten Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

KAJIAN PUSTAKA

Hakekat Berbicara

Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan, sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Suhartono, 2005: 20). Berbicara ialah komunikasi lisan. Selain itu, Henry Guntur Tarigan (2008:16) berpendapat bahwa bicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara ialah kegiatan berbahasa yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berbicara seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan (Soenardi Djiwandono, 1996: 68).

Berbicara merupakan kemampuan mental motorik karena berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan (Hurlock, 1978: 176).

Menurut Suhartono (2005: 122) bahwa yang dimaksud dengan pengembangan bicara anak yaitu usaha meningkatkan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan sesuai dengan situasi yang dimasukinya. Tujuan umum dari pengembangan bicara tersebut adalah: (a) anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat; (b) anak mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi; dan (c) anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan (Suhartono, 2005: 123). Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana (Nurbiana Dhieni, 2005: 3.7).

Nurbiana Dhieni (2005:3.8) menyebutkan bahwa untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar kemampuan berbicaranya dapat berkembang secara maksimal

Menurut Arman Agung (Siti Manar Mufidah, 2010: 55), ada dua faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara yaitu: a) faktor internal, dan b) Faktor eksternal. Hurlock (1980:115) juga menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi banyaknya anak berbicara adalah: a) intelegensi, b) jenis disiplin, c) posisi urutan (urutan kelahiran), d) besarnya keluarga, e) berbahasa dua, dan f) jenis kelamin. Selanjutnya, menurut Nurbiana Dhieni (2005: 3.5) ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan, aspek kebahasaan meliputi: (a) ketepatan ucapan; (b) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai; (c) pilihan kata; (d) ketepatan sasaran pembicaraan, sedangkan untuk aspek non kebahasaan meliputi: (a) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat; (b) kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain; (c) kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara; (d) relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu. Sejalan dengan pendapat di atas, Sabarti Akhadiah, dkk (1992: 154) menyebutkan bahwa faktor penunjang dalam keterampilan berbicara ialah: a) Aspek kebahasaan b) Penggunaan kata dan kalimat.

Menurut Nurbiana Dhieni (2005: 9.7) kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang oleh guru dengan menggunakan pendekatan tematik dan beranjak dari tema yang menarik bagi anak. Sejalan dengan pendapat Nurbiana Dhieni, Mamat (2005: 11) mengatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang penuh makna dan berwawasan metakurikulum, yaitu pembelajaran yang berwawasan dua hal pokok: 1) penguasaan bahan ajar yang lebih bermakna bagi kehidupan anak; dan 2) pengembangan kemampuan berpikir matang dan bersikap dewasa agar dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan. Disamping itu, secara tidak langsung pendekatan tematik akan memberikan kekayaan bahasa pada anak, karena melalui tema dan subtema tersebut anak mendapatkan perbendaharaan kosakata baru. Kata-kata baru yang dikenalnya tersebut akan diingat dan dipahami anak, untuk kemudian digunakan oleh anak dalam bahasa lisan (Nurbiana, 2005: 9.7). Pembelajaran dengan pendekatan tematik secara umum dilaksanakan mengikuti tiga tahapan, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; dan 3) evaluasi (Mamat, 2005: 33). Dalam kegiatan pengenalan dan pembelajaran berbahasa, Slamet Suyanto (2005:172) mengatakan bahwa untuk melatih anak berkomunikasi secara lisan yaitu dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan anak berinteraksi dengan teman dan orang lain. Guru dapat mendesain berbagai kegiatan yang dapat memungkinkan anak mengungkapkan ide, perasaan, dan emosinya. Berikut beberapa contoh kegiatan untuk melatih komunikasi lisan pada anak (Slamet Suyanto, 2005: 173-174) yaitu: 1) Bermain drama (dramatic play) seperti dokter- pasien, bermain keluarga, dan bermain jual)beli. 2) Bermain paralel dan kooperatif (parallel and cooperative play) 3) Menunjukkan dan menceritakan (show and tell). Setelah anak mampu memainkannya, guru menambah muatan edukatif pada permainan tersebut, sehingga secara tidak langsung anak bermain. Membelajarkan anak dengan bermain dikenal dengan bermain sambil belajar (Slamet Suyanto, 2005: 43).

Permaian Bisik Berantai

Menurut Siti Partini Suardiman (2003: 50), apabila seorang guru akan menggunakan metode bermain permainan dalam pembelajaran, perlu melakukan langkah-langkah seperti berikut ini. 1) Menentukan tujuan dan tema kegiatan bermain permainan. 2) Memilih bahan dan peralatan bermain permainan.

Gordon dan Browne (Siti Partini Suardiman, 2003: 51) menyatakan ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan dan peralatan bermain, yaitu: (a) mengundang perhatian semua anak, yakni bahan yang dapat memuaskan kebutuhan, menarik minat, dan yang menyentuh perasaan anak; (b) memilih bahan yang dapat memenuhi bermacam tujuan pengembangan seluruh aspek perkembangan anak; (c) memilih bahan yang dapat memperluas kesempatan anak untuk menggunakannnya dengan bermacam cara.

Menurut Suhartono (2005: 20), kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2005: 165), kemampuan berbicara adalah “beromong, bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan”. Menurut Hariyadi dan Zamzami (dalam Suhartono, 2005: 20), kemampuan berbicara adalah proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam proses peningkatan kemampuan bicara menurut Jamaris (2003: 56). Owens dalam Rita Kurnia (2009: 37) mengemukakan bahwa anak usia tersebut memperkaya kemampuan berbicaranya melalui pengulangan. Aliday dan Hasan dalam Rita Kurnia (2009: 38) mengemukakan, anak usia 5-6 tahun rata-rata dapat menggunakan 900-1000 kosa kata yang berbeda. Pateda dalam Suhartono (2005:49) menjelaskan tahapan perkembangan awal ujaran anak, yaitu tahap penamaan, tahap telegrafis, dan tahap transformasional.

Berkaitan dengan permainan, Pellegrini dan Saracho dalam Fathul Mujib, (2011: 32) menyatakan bahwa permainan memiliki beberapa sifat. 1) Permainan dimotivasi secara personal karena memberi rasa kepuasan. 2) Pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan) daripada tujuan yang ingin dicapai. Budinuryanta, (2008:29). Permainan berbisik adalah guru membisikkan suatu pesan atau informasi kepada anak.

Dewi (2014: 4) mengatakan bahwa permainan bisik berantai adalah komunikasi antar kelompok sehingga anak dapat melatih emosi sosial. Subana dan Sunarti (2015:28) berpendapat bahwa langkah-langkah bisik berantai adalah sebagai berikut: Bagi kelas dalam regu-regu lalu bentuk lingkaran. Bisikkan sebuah kalimat pendek kepada seseorang anak pada tiap regu. Ia harus membisikkannya lagi kepada teman di sebelahnya anak terakhir harus mengatakan dengan keras kepada guru. Regu yang berhasil mengucapkan kalimat yang benar ialah pemenangnya. Kelebihan dari permainan bisik berantai adalah: Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Menarik minat siswa dalam pembelajaran. Menimbulkan rasa bahagia dalam proses belajar mengajar. Meningkatkan rasa kerjasama antara siswa. Kekurangan dari permainan ini adalah: Menimbulkan situasi kelas yang ramai, Memerlukan waktu yang cukup lama. Menimbulkan interaksi antara siswa dan guru kurang kondusif.

Kerangka Berfikir

Dari observasi yang dilakukan di TK Mojodoyong 2 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen pada Kelompok B, saat anak diajak berkomunikasi anak hanya diam dan cenderung acuh dan tidak menjawab. Kemampuan anak dalam menjawab ataupun berbicara masih kurang lancar. Anak hanya akan mengucapkan satu atau dua kata saja, bukan berupa kalimat. Hal itu disebabkan karena pada saat dajak berkomunikasi anak kurang paham apa yang dibicarakan, anak kurang percaya diri karena tidak tahu apa yang harus diucapkan dan sebagainya. Selain itu, anak sering lupa dengan kalimat apa yang diucapkan guru. Hal ini dikarenakan anak kurang memahami apa yang disampaikan dan kurangnya kosakata anak sehingga anak cenderung diam saja ketika diajak berbicara.

Permasalahan tersebut diatas tidak terlepas dari penggunaan metode dan media yang kurang tepat dalam mengembangkan kemampuan berbicara. metode dan media yang digunakan biasanya kurang menarik bagi anak. Solusi yang dapat diberikan antara lain adalah dengan mengubah kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga anak menjadi bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan tujuan guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dapat berhasil dan berjalan maksimal.

Sekolah merupakan alternative orang tua yang diharapkan mampu meningkatkan berbicara anak sedini mungkin melalui stimulasi yang diberikan, salah satunya melalui permainan bisik berantai. Permainan bisik berantai ini memudahkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan bahasa yang dimilikinya dan dapat menerima, mengungkapkan bahasa. Permainan bisik berantai ini memudahkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan bahasa yang dimilikinya, dapat menerima, mengungkapkan bahasa. Dengan Permainan bisik berantai diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak TK Mojodoyong 2 yang masih rendah.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dalam kerangka berfikir di atas, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah melalui permainan bisik berantai dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak pada kelompok B di TK Mojodoyong 2 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Mojodoyong 2 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen yang beralamat di Dukuh Mojodoyong, Desa Mojodoyong, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen. Waktu pelaksanaan pada semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019, selama 6 bulan mulai bulan Januari sampai dengan Juni 2019 dilakukan dalam dua siklus masing-masing siklus tiga kali pertemuan.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B TK Mojodoyong 2 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen yang berjumlah 26 anak terdiri dari 14 anak perempuan dan 12 anak laki-laki.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Rochiati Wiriatmadja (2006: 107) yaitu observasi partisipasi lengkap yang artinya dalam melakukan pengumpulan data, peneliti terlibat sepenuhnya dalam pembelajaran yang dilakukan sumber data. Dan dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya” (Arikunto, 2010: 201).

Instrumen penelitian menurut Wina Sanjaya (2010: 84) adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 203) “instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”. Instrumen penelitian menurut Wina Sanjaya (2011: 84) adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengolah dan menginterpretasi data untuk memperoleh informasi yang bermakna dan jelas sesuai dengan tujuan penelitian dalam Wina Sanjaya (2010: 106-107). Penelitian ini mengambil 4 kriteria persentase, yang diadaptasikan dari pendapat Acep Yoni (2010: 176) dan prosedur penilaian di TK yaitu: BSB (Berkembang Sangat Baik)= 76%-100%, BSH (Berkembang Sesuai Harapan)= 51%-75%, MB (Mulai Berkembang) = 26%-50%, BB (Belum Berkembang) =0%-25%.

Validitas Data

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen (Suharsini Arikunto, 2010: 168). Berdasarkan hasil validasi instrumen yang dilakukan, pada awalnya instrumen, khususnya rubrik observasi peningkatan kemampuan berbicara melalui permainan bisik berantai masih belum operasional. Validasi yang dilakukan setelahnya menghasilkan rubrik observasi yang lebih jelas menguraikan apa saja yang diteliti serta menghasilkan kalimat-kalimat yang lebih operasional sebagaimana yang telah tercantum pada poin instrumen penelitian.

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya peningkatan kemampuan berbicara melalui permainan bisik berantai anak. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase setiap aspek kemampuan berbicara melalui permainan bisik berantai anak yang diamati yaitu apabila dari jumlah anak (26 anak) memperlihatkan indikator dalam persentase 80%, Berkembang Sangat Baik (BSB).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan data kemampuan berbicara dari 26 anak yang mendapat nilai dengan kriteria Belum Berkembang (BB) sebanyak 6 anak atau 23,07%, yang mendapat nilai Mulai Berkembang (MB) sebanyak 16 anak atau 61,54% dan anak yang mendapat nilai Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 4 anak atau 15,38%, sedangkan anak yang mendapat nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) belum ada. hasil kemampuan berbicara anak dari 26 siswa rata-rata anak dalam 1 kelas sebesar 42,88% dengan kriteria Mulai Berkembang (MB) jauh seperti yang diharapkan capaian indikator keberhasilan yaitu sebesar 80%. Untuk itu peneliti mengadakan perbaikan-perbaikan dengan penelitian tindakan kelas (PTK).

Pada Siklus 1 ini penilaian persentase rata-rata dalam 1 kelas pada pertemuan ke 1 sebesar 55,58% dengan kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH), pertemuan ke 2 sebesar 76,15% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB) dan pertemuan ke sebesar 80,58% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB). Dari data tersebut diketahui dari pertemuan ke-1 sampai 3 mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dikarenakan peneliti menerapkan kegiatan permainan bisik berantai pada anak walaupun belum menggunakan alat peraga, hasil persentase rata-rata anak dari pertemuan ke -1, ke-2 dan ke-3 siklus 1 sebesar 70.77% dengan kriteria Berkembang Sesuai harapan (BSH).

Berdasarkan hasil observasi kemampuan berbicara melalui permainan bisik berantai siklus I, pencapaian perkembangan anak dengan kriteria Belum berkemnbang (BB) dan Mulia Berkembang (MB) tidak ada atau 0%, sedangkan anak yang berada pada kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sebanyak 25 anak dengan persentase 96,15% sedangkan anak yang mendapat nilai Berkembang Sangat Baik (BSB) hanya 1 anak dengan persentase 3,85%. Hal ini dikarenakan anak tersebut fasih berbicara dan lancar. Berdasarkan hasil observasi diatas, maka ditemukan bahwa kemampuan berbicara anak melalui permainan bisik berantai pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan dalam penelitan ini. Hal ini dikarenakan belum terpenuhinya indikator kemampuan berbicara, yaitu belum mencapai 80% anak sehingga masih diperlukan penelitian tindakan kelas lanjutan yaitu siklus II.

Pada siklus II ini menunjukkan peningkatan dibandingkan sebelum tindakan dan siklus I, Pada Siklus II pertemuan I prosentase rata-rata hasil capaian anak sebesar 83.46% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB), sedangkan pada pertemuan ke 2 prosentase rata-rata hasil capaian anak sebesar 87.88% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB), dan pada pertemuan ke 3 prosentase rata-rata hasil capaian anak sebesar 90,77% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB), pada siklus II, dari pertemuan ke 1, 2 dan 3 prosentase rata-rata hasil capaian belajar anak sebesar 87,37% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB). Berdasarkan data hasil observasi kemampuan berbicara anak siklus II diatas, menunjukkan bahwa hasil pencapaian perkembangan anak yang mendapat kriteria Belum Berkembang (BB), kriteria mulai berkembang (MB) dan kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH) sudah tidak ada semua dan hamprir rata-rata anak mendapat pencapaian yang sangat baik yaitu Berkembang Sangat Baik (BSB) yaitu sebesar 100%, maka peningkatan yang dicapai pada siklus II ini sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian ini. Maka peneliti sepakat untuk mengakhiri penelitian tindakan kelas sampai pada siklus II.

Pembahasan  

Penelitian tindakan kelas melalui kegiatan permaian bisik berantai dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B TK Mojodoyong 2 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/2019 ini dilakukan dalam dua siklus. Pada setiap siklus, data yang diambil adalah kegiatan dan nilai evalusi pada akhir siklus. Maka hasil tindakan adalah:

Pada kondisi awal kemampuan berbicara anak terlihat masih kurang. Dari capaian hasil belajar anak menunjukkan bahwa persentase rata-rata dalam 1 kelas pada pratindakan sebesar 42,88% dengan kriteria mulai berkembang (MB). Pada siklus I hasil belajar anak melalui kegiatan permainan bisik berantai tersebut meningkat sebesar 70.77% dengan kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH), hal ini dikarenakan peneliti menerapkan kegiatan permainan bisik berantai. Pada siklus II ini, hasil belajar anak kembali meningkat sebesar 87,37% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB), hal ini dikarenakan peneliti memberikan reward bagi kelompok /group yang menyampaikan pesan guru dengan benar dan guru juga menggunakan media gambar untuk memudahkan anak mengingat pesan guru.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Kemampuan berbicara anak di TK Mojodoyong 2 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen, hasil pencapaian kemampuan berbicara anak pada pratindakan sebesar 42,88% dengan kriteria mulai berkembang (MB). Pada siklus I hasil belajar anak melalui kegiatan permainan bisik berantai tersebut meningkat sebesar 70.77% dengan kriteria Berkembang Sesuai Harapan (BSH), hal ini dikarenakan peneliti menerapkan kegiatan permainan bisik berantai. Pada siklus II ini, hasil belajar anak kembali meningkat sebesar 87,37% dengan kriteria Berkembang Sangat Baik (BSB), Dengan permainan bisik berantai, anak didik lebih mudah dalam berkomunikasi dan menyampaikan atau mengemukakan pendapatnya dalam memahami pembelajaran berbahasa.

Saran

Berdasarkan penelitian yang diperoleh maka dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, antara lain: 1). Sebaiknya permainan bisik berantai dilakukan dengan variasi kegiatan, misal lompat dan jalan. 2). Permainan ini dilaksanakan secara berkelompok tidak lebih dari 10 anak. 3). Tambahkan media lain sehingga menarik, seperti kertas yang digulung sebagai alat untuk membisikkan. 4). Buat kartu gambar dan kata yang akan digunakan dalam permainan. 5). Hendaknya kata-kata yang dibisikkan itu jelas atau dapat dipahami anak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budinuryanta. 2008. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Cipta untuk Anak Usia TK. Yogyakarta: FIP UNY.

Djiwandono, Soenardi. 2008. Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta: Indeks.

Fathul Mujib, 2011. Metode Permainan-Permainan Edukatif dalam Belajar Bahasa Arab. Yogjakarta: Diva Press,

Henry Guntur Tarigan.2008, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Hurlock, 1978. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga

Jamaris, M. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman. Kanak-kanak. Jakarta: Program Pendidikan Anak Usia Dini PPS. Universitas Negeri Jakarta

KBBI, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi 3). Departemen. Pendidikan Nasional. Jakarta. Balai Pustaka

Mamat, S. dkk 2005. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik. Jakarta: Depag RI.

Nurbiana Dhieni, 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Rita Kurnia,2009. Metodologi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Pekanbaru: Cendikia Insani

Rochiati Wiriatmadja, 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sabarti Akhadiah, dkk, 1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Salimah, 2011 Dampak Penerapan Bermain Dengan Media Gambar Seri Dalam. Mengembangkan Keterampilan Berbicara dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini Jurnal Pendidikan (1): 187-196. (Online). Jurnal.upi.edu/file/18-salimah.pdf (diakses pada 29 Februari 2019, 5.35 PM)

Santrock, 2007. Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta: PT. Erlangga.

Siti Manar Mufidah, 2010. Pengaruh Kreativitas Verbal terhadap Ketrampilan Berbicara pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

 Maulana Malik Ibrahim Malang. (Online). Diakses dari http://lib.uin malang. ac.id/ fullchapter /06410036sitimanarmufidah.ps. Pada tanggal 19 Februari 2019, jam 11.24 WIB.

Siti Partini Suardiman, 2003. Metode Pengembangan Daya Pikir dan Daya. Yogyakarta: FIP UNY.

Slamet Suyanto. 2005. Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Suhartono, 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Tadkiroatun Musfiroh, 2010, Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks

Wina Sanjaya 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Yeti Mulyati, 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka