Peningkatan Kemampuan Kerjasama dan Prestasi Belajar Melalui Model Make a Match
PENINGKATAN KEMAMPUAN KERJASAMA DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH SISWA KELAS IV
SD NEGERI 2 KARANGGONDANG KECAMATAN KARANGKOBAR SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Agus Riyanto
Guru SD Negeri 2 Karanggondang
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanggondang Kecamatan Karangkobar semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan model pembelajaran Make A Match dilakukan observasi dengan lembar pengamatan. Penelitian dilakukan selama 2 siklus dengan prosedur umum meliputi tahapan planning, acting, observing, dan reflecting. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi dan tes. Hasil penelitian tindakan kelas didapatkan hasil penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dari pra siklus 5 siswa atau 26% menjadi 17 siswa atau 89% dan dapat meningkatkan prestasi belajar dari rata-rata 62 menjadi 79,9 serta ketuntasan belajar dari 21% menjadi 84%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran Make A Match membawa peningkatan kemampuan kerjasama dan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanggondang.
Kata kunci: Kemampuan Kerjasama, Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Make A Match
PENDAHULUAN
SD Negeri 2 Karanggondang merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada di, kecamatan Karangkobar tersebut tepatnya terletak di desa Karanggondang dengan kondisi geografis berupa pegunungan. Sekolah tersebut terdiri dari 6 kelas, yaitu kelas satu sampai dengan kelas enam. Jumlah peserta didiknya ada 115 anak dengan 53 laki-laki dan 62 anak perempuan. Di samping itu kondisi input peserta didik rata-rata prestasinya masih rendah.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran menunjukkan prestasi yang masih tergolong rendah khususnya di kelas IV. Dari data yang ada bahwa aspek sikap dan psikomotor yang ditunjukkan pada kemampuan kerjasama peserta didik hasilnya masih rendah. Dari 19 peserta didik yang menunjukkan kemampuan kerjasama berkategori tinggi hanya 5 anak atau 26% selebihnya masih dalam kategori sedang dan rendah. Sementara itu dari aspek kognitif ketuntasan belajar baru mencapai 21% dan nilai rata-rata 62 dengan KKM 75,00. Dilain pihak pada aspek proses pembelajaran, pembelajaran lebih didominasi model ceramah dan lebih bersifat tekstual. Pembelajaran belum memberdayakan siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya dan mengaplikasikan konsep-konsep yang dipelajari, sehingga banyak siswa merasa kesulitan dalam memahami materi pelajaran.
Permasalahan yang masih dihadapi khususnya pada kelas IV antara lain: Kemampuan kerjasama peserta didik dalam pembelajaran masih rendah, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari peserta didik yang cenderung masih individualis, dan Prestasi belajar peserta didik masih rendah, hal ini karena proses pembelajaran lebih didominasi model ceramah dan bersifat tekstual, sehingga peserta didik merasa bosan dan kurang konsentrasi.
Kondisi tersebut menjadi perhatian yang serius dan harus segera diperbaiki. Perlu dilakukan inovasi pembelajaran yang mampu meningkatkan kerjasama dan prestasi belajar peserta didik. Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa jika menggunakan metode yang tepat. Oleh karena itu, proses pembelajaran dengan cara konvensional harus diubah dengan berbagai inovasi yang dapat meningkatkan kretivitas siswa dalam berpikir. Arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran akan lebih hidup dan hasilnya lebih baik (Sugiarto, 2008).
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Penggunaan model pembelajaran kooperatif sangat menunjang dalam proses belajar mengajar, karena siswa dapat lebih berkonsentrasi dan berinteraksi kepada orang lain dan guru selama proses belajar mengajar berlangsung, sehingga motivasi dan konsentrasi belajarnya lebih terfokus dan terarah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka untuk mengetahui peningkatan kemampuan kerjasama dan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Kerjasama dan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Model Pembelajaran Make A Match Kelas IV SD Negeri 2 Karanggondang Kecamatan Karangkobar Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016â€. Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya kemampuan kerjasama dan prestasi belajar, serta dapat memberikan kontribusi pada guru sehingga meningkatkan kinerjanya/ profesionalitasnya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan kemampuan kerjasama Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanggondang kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2015/2016?
2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanggondang kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2015/2016?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan prestasi belajar PKn melalui penerapan model pembelajaran Make A Match kelas IV SD Negeri 2 Karanggondang Kecamatan Karangkobar semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.
LANDASAN TEORI
Pengertian Kerjasama
Kerjasama merupakan sifat ketergantungan manusia yang memungkinkan dan mengharuskan setiap insan atau kelompok sosial untuk selalu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok lain. Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Begitupun Anak, dalam aktivitas usahanya setiap anak selalu membutuhkan kehadiran dan peran orang lain. Dengan demikian manusia harus bekerjasama dengan pihak lain.
Gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama juga merupakan kerjasama. Kerjasama dan pertentangan merupakan dua sifat yang dapat dijumpai dalam seluruh proses sosial atau masyarakat, diantara seseorang dengan orang lain, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan seseorang. Pada umumnya kerjasama menganjurkan persahabatan, akan tetapi kerjasama dapat dilakukan diantara dua pihak yang tidak bersahabat, atau bahkan bertentangan. Kerjasama diantara dua pihak yang bertentangan dinamakan kerjasama berlawanan (antagonic cooperation), merupakan suatu kombinasi yang amat produktif dalam masyarakat modern (Carol seefeldt & Barbara, 2008).
Hubungan kerjasama bermakna bagi diri atau kelompok sosial sendiri, maupun bagi orang atau kelompok yang diajak kerjasama. Makna timbal balik ini harus diusahakan dan dicapai, sehingga harapanharapan, motivasi, sikap dan lain-lainnya yang ada pada diri atau kelompok dapat diketahui oleh orang atau kelompok lain. Dengan adanya hubungan timbal balik ini akan menghilangkan kecurigaan, prasangka, dan praduga. Kerjasama adalah gejala saling mendekati untuk mengurus kepentingan bersama dan tujuan bersama. (Yudha & Rudyanto, 2005)
Dari pengertian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa kerjasama adalah aktivitas dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dalam jangka waktu tertentu.
Manfaat kerjasama dapat diperoleh anak ketika melakukan suatu kegiatan atau permainan. Menurut Kusnadi (2003) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian, kerjasama memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut: kerjasama mendorong persaingan didalam pencapaian tujuan, kerjasama mendorong berbagai upaya terciptanya banyak energy, kerjasama mendorong terciptanya hubungan yang baik antar individu serta meningkatkan rasa kesetiakawanan, Kerjasama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat kelompok dan kerjasama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik.
Berdasarkan pengertian kerjasama yang dinyatakan Davis (dalam Dewi, 2006) memuat indikator kerjasama sebagai berikut: tanggung jawab, yaitu secara bersama-sama menyelesaikan pekerjaan, yaitu dengan pemberian tanggung jawab dapat tercipta kerja sama yang baik, saling berkontribusi, yaitu dengan saling berkontribusi baik tenaga maupun pikiran akan terciptanya kerja sama, Pengerahan kemampuan secara maksimal, yaitu dengan mengerahkan kemampuan atau kekompakan masing-masing anggota tim secara maksimal.
Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:895) disebutkan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai. Prestasi adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes.
Menurut Muhibbin Syah “Prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program (2010: 141)â€. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan tanpa suatu usaha baik berupa pengetahuan maupun berupa keterampilan (Qohar,2000).
Dari pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Selain itu juga prestasi merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.
Gagne dan Berliner dalam Anni (2006: 2) menyatakan bahwa “Belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Seseorang sudah dianggap telah belajar jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunyaâ€.
Menurut Dimyati (2009: 7), “Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarâ€.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan. Perubahan itu tidak hanya perubahan sikap, dan pola pikir seseorang. Perubahan itu bersifat positif, yaitu menuju ke arah perbaikan yang terjadi secara sadar dan bersifat fungsional atau terus-menerus serta tidak statis.
Prestasi belajar siswa yaitu kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2012). Kata “Prestasi†berasal bahasa belanda yaitu Prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi â€Prestasi†yang berarti “hasil usaha†(Arifin, 2009).
Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi-rendahnya prestasi belajar siswa (Hamdani, 2011).
Dari beberapa pengertian prestasi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima kesan-kesan dalam proses pembelajaran.
Prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, prediket keberhasilan dan semacamnya (Azwar, 2011).
Model Pembelajaran Make a Match
Model pembelajaran Make A Match pertama kali dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Salah satu keunggulan pembelajaran ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Di dalam pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi pengenalan, satu bagian kartu soal dan bagian yang lain kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban.
3. Setiap siswa memikirkan jawaban atau soal yang dipegang
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya dengan kartu temannya atau tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban akan mendapat hukuman yang telah disepakati
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan dua atau tiga siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat sismpulan terhadap materi pelajaran.
METODE PENELITIAN
Seting Penelitian
Setting penelitian ini meliputi waktu penelitian dan tempat penelitian. Waktu penelitian merujuk pada kapan penelitian itu dilaksanakan. Pemilihan waktu biasanya berdasarkan pada kesesuaian materi yang disampaikan dengan rencana tindakan yang diberikan. Untuk tempat penelitian merujuk pada dimana penelitian dilaksanakan.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Karanggondang Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan selama 2 siklus.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanggondang berjumlah 19 siswa, terdiri dari 10 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki dengan karakteristik siswa memiliki potensi dan kompetensi yang heterogen. SD Negeri 2 Karanggondang adalah tempat peneliti melaksanakan tugas mengajar sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
Sumber Data
Tujuan mendasar dari sebuah Penelitian Tindakan Kelas adalah perbaikan kualitas pembelajaran di kelas, dengan demikian tentunya sumber data yang akurat berada di dalam lingkungan kelas itu sendiri. Sumber data pada penelitian tindakan kelas ini yang digunakan adalah:
1. Sumber data siswa meliputi: data tentang kemampuan kerjasama, data tentang prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan data tentang penerapan model pembelajaran Make a Match.
2. Sumber data guru meliputi data keterampilan guru merencanakan perbaikan pembelajaran dan ketrampilan proses pembelajaran seperti interaksi pembelajaran, implementasi penerapan model pembelajaran Make a Match.
3. Sumber data kolabolator meliputi pengamatan penerapan model pembelajaran Make a Match dan hasil refleksi bersama guru peneliti.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik dan alat pengumpulan data menggunakan:
1. Teknik Tes
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar. Pengertian tes prestasi belajar dalam penelitian ini merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengetahuan baru yang menghasilkan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku, serta ketrampilan.
2. Teknik Pengamatan
Pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengamatan tentang kemampuan kerjasama, pengamatan tentang penerapan model pembelajaran Make a Match dalam proses pembelajaran dan pengamatan perilaku peserta didik. Observasi dilakukan pada saat guru memberikan tindakan dengan mengisi lembar observasi. Observasi dilakukan oleh pengamat atau observer.
Prosedur Pelaksanaan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Prosedur umum penelitian melalui tahapan planning, acting, observing, dan reflecting.
HASIL PENELITIAN
Kondisi Awal
Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas pada umumnya peneliti masih menggunakan metode ceramah sebagai metode pokok dalam pembelajaran dan juga jarang sekali menggunakan media pembelajaran sehingga pembelajaran kurang aktif. Demikian juga pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dilakukan peneliti masih kurang maksimal. Kondisi proses pembelajaran seperti ini mengakibatkan aspek kemampuan kerjasama menjadi rendah. Hal ini ditunjukan hasil pengamatan dari 19 siswa hanya 5 siswa atau 26% yang mencapai kemampuan kerjasama berkategori tinggi.
Kondisi rendahnya kemampuan kerjasama berdampak juga pada rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini ditunjukan hasil tes prestasi Pendidikan Kewarganegaraan pada akhir materi Kompetensi Dasar 2.2 Menggambarkan struktur organisasi kabupaten, kota, dan provinsi, nilai rata-rata masih rendah yaitu 62 dari KKM 75.
Kondisi lain pada pra siklus, dalam proses belajar mengajar siswa hanya sebagai pendengar, hal ini berakibat siswa kurang konsentrasi, kurang bersemangat, kurang aktif, kurang memahami masalah, serta kurang dalam menyelesaikan masalah dan menafsirkan solusi.
Siklus I
1. Data kemampuan kerjasama
Data tentang kemampuan kerjasama diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus I, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh data kemampuan kerjasama skor 1-3 masuk kategori rendah, kemampuan kerjasama skor 4-6 masuk kategori sedang, kemampuan kerjasama skor 7-10 masuk kategori tinggi. Hasil selengkapnya diperoleh data sebagai berikut: kemampuan kerjasama pada rentang skor 7-10 sebanyak 8 siswa atau 42%, pada rentang skor 4-6 sebanyak 6 siswa atau 32%, dan pada rentang skor 1-3 sebanyak 5 siswa atau 26 %.
2. Data Tentang Tes Prestasi Belajar.
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis. Hasil tes prestasi belajar mata pelajaran Pkn diperoleh data sebagai berikut: skor tertinggi 92, skor terendah 60, skor rerata 74, ketuntasan belajar 53% atau 10 siswa.
Siklus II
1. Data kemampuan kerjasama
Data tentang kemampuan kerjasama diambil setelah melakukan pembelajaran pada akhir siklus II, instrumen data berupa lembar pengamatan yang terdiri dari 10 indikator. Dari data diperoleh data kemampuan kerjasama skor 1-3 masuk katagori rendah, kemampuan kerjasama skor 4-6 masuk katagori sedang, kemampuan kerjasama skor 7-10 masuk kategori tinggi. Hasil selengkapnya diperoleh data sebagai berikut: kemampuan kerjasama pada rentang skor 7-10 sebanyak 17 siswa atau 89%, pada rentang skor 4-6 sebanyak 2 siswa atau 11%, dan pada rentang skor 1-3 tidak ada yang diperoleh siswa atau 0%.
2. Data Tentang Tes Prestasi Belajar.
Setelah pembelajaran berlangsung 3 kali pertemuan maka dilakukan tes tertulis. Hasil tes prestasi belajar mata pelajaran Pkn diperoleh data sebagai berikut: skor tertinggi 95, skor terendah 67, skor rerata 79,9, ketuntasan belajar 84% atau 16 siswa.
Pembahasan
Pada pengamatan pra siklus kemampuan kerjasama tinggi hanya 26% atau 5 siswa dari 19 siswa, kemampuan kerjasama sedang hanya 21% atau 4 siswa dari 19 siswa dan kemampuan kerjasama rendah mendominasi sebanyak 53% atau 10 siswa dari 19 siswa. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match kemampuan kerjasama mengalami peningkatan. Kemampuan kerjasama tinggi menjadi 42% atau 8 siswa dari 19 siswa, kemampuan kerjasama sedang menjadi 32% atau 6 siswa dari 19 siswa dan kemampuan kerjasama rendah menjadi 26% atau 5 siswa dari 19 siswa. Hal ini disebabkan situasi pembelajaran lebih bermakna, aktif dan kreatif, siswa tidak lagi pasif sebagai pendengar, guru hanya berperan sebagai fasilitator, dan situasi kelas lebih menyenangkan. Namun sayangnya kemampuan kerjasama belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 75% sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan perbaikan.
Pada siklus II penerapan model pembelajaran Make a Match mengalami perbaikan dengan pemberian tugas berupa pekerjaan rumah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hasil pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut, kemampuan kerjasama tinggi meningkat menjadi 89% atau 17 siswa dari 19 siswa, kemampuan kerjasama sedang menjadi 11% atau 2 siswa dari 19 siswa, kemampuan kerjasama rendah 0 % atau 0 siswa dari 19 siswa. Jadi kemampuan kerjasama pada siklus II adalah 17 siswa atau 89%.
Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat pembelajaran diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Perbandingan Kemampuan Kerjasama Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Kemampuan Kerjasama |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Tinggi |
5 |
8 |
17 |
2 |
Sedang |
4 |
6 |
2 |
3 |
Rendah |
10 |
5 |
– |
Berdasarkan data di atas pada siklus I ada kenaikan kemampuan kerjasama dari 5 siswa atau 26% menjadi 8 siswa atau 42%. Pada siklus II ada kenaikan kemampuan kerjasama dari 8 siswa atau 42% menjadi 17 siswa atau 89%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dari 5 siswa (26%) menjadi 17 siswa (89%).
Prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diukur melalui tes menunjukan hasil pada pra siklus rerata adalah 62 dengan ketuntasan belajar 21%. Setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match mengalami peningkatan. Pada siklus I rerata menjadi 74 dan ketuntasan belajar sebanyak 53%. Hasil tersebut masih belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dengan pemberian tugas berupa pekerjaan rumah, hasil tes prestasi pada siklus II rerata menjadi 79,9 dan ketuntasan belajar menjadi 84%. Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan evaluasi pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Perbandingan Prestasi Belajar Pra Siklus, siklus I dan Siklus II
No |
Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai Tertinggi |
82 |
92 |
95 |
2 |
Nilai Terendah |
54 |
60 |
64 |
3 |
Nilai Rata-rata |
62 |
74 |
79,9 |
4 |
Ketuntasan Belajar |
21% |
53% |
84% |
Pada tabel di atas terlihat pada pra siklus nilai rata-rata hanya 62, pada siklus I rata-rata menjadi 74 dan siklus II rata-rata meningkat menjadi 79,9. Dengan demikian pembelajaran dengan model pembelajaran Make a Match, dapat meningkatkan rerata prestasi belajar pada siklus I dari 62 menjadi 74 dan siklus II menjadi 79,9. Ketuntasan belajar pada pra siklus hanya sebanyak 21% meningkat pada siklus I menjadi 53% dan siklus II menjadi 84%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan sebanyak 32% dari 21% menjadi 53% sedangkan pada siklus II meningkat sebanyak 31% dari 53% menjadi 84%. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 21% menjadi 84%.
Dengan penerapan model pembelajaran Make a Match, kemampuan kerjasama dan prestasi belajar mengalami kenaikan. Selain itu juga, penerapan model pembelajaran Make a Match berdampak pada perubahan situasi kelas dan siswa antara lain: siswa menjadi sangat aktif, sangat antusias dan sangat bersemangat. Kondisi kelas menjadi sangat menyenangkan, sangat konduksif dan sangat bermakna.
Dari uraian di atas maka diperoleh hasil bahwa penerapan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dari 5 siswa atau 26% menjadi 17 siswa atau 89% dan dapat meningkatkan prestasi belajar dari rata-rata 62 menjadi 79,9 serta ketuntasan belajar dari 21% menjadi 84%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Make a Match, dapat meningkatkan kemampuan kerjasama Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanggondang semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dari pra siklus hanya 5 siswa atau 26% menjadi 17 siswa atau 89% pada akhir siklus II.
2. Penerapan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV SD Negeri 2 Karanggondang semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dari nilai rerata 62 pada pra siklus menjadi 79,9 dan ketuntasan belajar dari 21% menjadi 84% pada akhir siklus II.
Saran
1. Saran Untuk Peneliti Lanjut
a. Pada pengumpulan data masih ada kelemahan pada indikator kemampuan kerjasama antara lain: a) Membantu perencanaan dan pembagian kerja yang matang. Sedangkan pada prestasi belajar juga masih ada beberapa indikator yang lemah yaitu Menjelaskan tanggung jawab pemerintah tingkat pusat. Dari beberapa kelemahan dari indikator variabel kemampuan kerjasama dan prestasi belajar, agar peneliti lain dapat memprioritaskan indikator variabel tersebut diatas.
b. Pelaksanaan penelitian ini baru 2 siklus, peneliti lain selanjutnya dapat menambah siklus 3 untuk mendapat temuan-temuan yang signifikan.
c. Instrumen tes dan lembar pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat validasinya belum memuaskan, peneliti berikutnya dapat menggunakan instrumen yang standar atau validitas dan reliabitas terstandar.
2. Penerapan Hasil Penelitian
Mengingat penerapan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka guru perlu menerapkan model pembelajaran Make a Match di sekolahnya. Sekolah perlu memberikan fasilitas guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran Make a Match sehingga kemampuan kerjasama dan prestasi belajar siswa dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh. Murtadho dkk. 2009. Pembelajaran Pkn MI. Surabaya: Lapis-PGMI.
Anni, Catharina Tri. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2011. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dewi. 2006. Indikator Kerjasama. (http://indikator.kerjasama.com, diakses pada tanggal 19 Maret 2016)
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ginting, Abdorrakhman. 2008. Esensi Praktis, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Humaniora.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Kusnadi, H. 2003. Masalah, Kerjasama, Konflik, dan Kinerja. Malang: Taroda.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Undang-undang No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional RI.
Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Permendiknas No. 22 tahun 2006. Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Qohar.2000. Prestasi Belajar Akademik. ( http://www. Prestasi + akademik_/ belajar news /235 / saq8 / html. diakses pada 19 Maret 2016).
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Saputra,Yudha,M. & Rudyanto. Pembelajaran kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. 2005. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Seefeldt, Carol & Barbara. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang.
Seligman, M. & Maeir, S. 1967. Failure to escape traumatic shock.Journal of Experimental Psychology.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2012. Penilain Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.