PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL SUKU KATA

MELALUI METODE RUTE NYATA

BAGI ANAK TK WIYATA SIWI BOTO

SEMESTER II TAHUN AJARAN 2017/2018

 

Sri Setyawati

Taman Kanak Kanak Wiyata Siwi Boto, Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode peningkatan kemampuan mengenal suku kata melalui metode RUTE NYATA (Rumah Tetangga dan Nyanyian Tetangga) untuk siswa TK B di TK Wiyata Siwi Boto. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat peraga yang memudahkan siswa untuk mengidentifikasi suku kata. Selain itu, metode ini juga menggunakan cerita singkat dan nyanyian dengan lirik yang mudah karena disesuaikan dengan bentuk huruf dalam setiap suku kata. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini merupakan siswa Kelas B, siswa TK B di TK Wiyata Siwi sebanyak 17 siswa. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan penilaian check list. Sedangkan analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan mengenal suku kata siswa yang mula – mula rendah, meningkat setelah metode RUTE NYATA digunakan dalam 2 siklus. Presentase siswa yang memperoleh skor Berkembang Sangat Baik pada masa pra siklus mula – mula 0% meningkat menjadi 94%.

Kata kunci: meningkatkan kemampuan, suku kata, metode bernyanyi, metode bercerita, TK B

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Petunjuk Teknis penyelenggaraan Taman Kanak – kanak, yang kemudian akan disebut sebagai TK, TK adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 tahun sampai dengan 6 tahun dengan prioritas usia 5 dan 6 tahun. Pendidikan Taman Kanak-kanak salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur Pendidikan Formal yang menyediakan program pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun. Usia 4 sampai 6 tahun ini merupakan usia yang paling efektif untuk mengembangkan berbagai potensi yang di miliki anak. Menurut Muliawan (2009:15) pendidikan anak usia dini disebut juga dengan pendidikan anak prasekolah, taman bermain, atau taman kanak-kanak. Usia tersebut disebut sebagai bagian dari golden age dimana merupakan masa keemasan anak untuk mengembangkan kemampuan dasarnya sebagai landasan untuk menuju ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang Sekolah Dasar. Masa kanak – kanak adalah masa dimana anak mendapatkan kesempatan untuk bermain secara luas. Bermain adalah cara yang paling baik untuk mengembangkan potensi anak. Maka bermain merupakan salah satu pendekatan dalam proses belajar mengajar di Taman Kanak – kanak. Hal tersebut sesuai dengan prinsip belajar Taman Kanak – kanak yaitu bermain sambil belajar, belajar seraya bermain, Sudono (1995: 1).

Peraturan daerah Nomor 27 tahun 1990, tentang Pendidikan Prasekolah Bab I pasal 1 ayat (2), mengatakan bahwa Pendidikan di Taman Kanak-Kanak dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain sesuai dengan perkembangan anak didik. Perkembangan yang dimaksud meliputi perkembangan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, ketrampilan, dan berbahasa. Ketrampilan berbahasa adalah ketrampilan yang meliputi beberapa komponen yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Mengajarkaan membaca di Taman Kanak – kanak dapat dilaksanakan selama masih berada dalam batas – batas aturan pengembangan pra-skolatik atau pra-akademik serta berdasarkan pada prinsip pendidikan Taman Kanak – kanak, yaitu bermain sambil belajar. Keterampilan membaca dan menulis bukanlah menjadi tanggung jawab utama lembaga TK untuk mengembangkannya. Keterampilan tersebut merupakan tanggung jawab satuan pendidikan Sekolah Dasar atau SD.

Namun pada prakteknya, alur pemikiran tersebut tidaklah sejalan dengan praktik kependidikan Taman Kanak – kanak dan Sekolah Dasar. Telah terjadi pergeseran tanggung jawab yaitu kewajiban memberikan ketrampilan membaca dan menulis secara tidak langsung berpindah ke lembaga TK mengingat materi yang diberikan di SD membuat anak setidaknya harus mengenal kata maupun kalimat sederhana. Hal ini mendorong lembaga pendidikan TK maupun orang tua untuk berlomba mengajarkan keterampilan membaca dan menulis. Maka hal ini membuat lembaga pendidikan TK berfikir keras untuk menyelipkan materi membaca dan menulis yang tidak memberatkan anak, salah satunya adalah TK Wiyata Siwi Boto.

Mengajarkan membaca dan menulis dapat dilaksanakan selama lembaga berpegang teguh pada prinsip lembaga Taman Kanak – kanak yaitu bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Untuk mencapai tujuan seraya tetap berpegang teguh pada prinsip TK, maka diperlukan penelitian tindakan kelas yang meliputi tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi.

Metode yang dipakai untuk mengenalkan suku kata yang dipakai selama ini ternyata tidak memberikan hasil yang maksimal. Hanya sebagian kecil darri siswa yang dapat mengenal suku kata dengan baik. Selebihnya, anak hanya mengenal beberapa dari suku kata yang diajarkan, bahkan tidak mengenal sama sekali. Dengan demikian, peneliti menarik kesimpulan mengenai penyebab siswa kesulitan mengenal suku kata yaitu metode yang digunakan kurang menarik minat siswa. Maka penulis merancang metode untuk menarik minat siswa dengan maksud untuk membuat suasana belajar menyenangkan sehingga siswa secara tidak sadar akan belajar secara menyenangkan dan aktif. Gambar sederhana dan nyanyian sederhana akan digunakan dalam penelitian ini. RUTE NYATA, yaitu rumah tetangga dan nyanyian tetangga suku kata digunakan dalam metode ini karena mudah untuk diperoleh atau dibuat. Nyayian sederhana akan digunakan dalam metode ini karena melalui cara belajar yang menyenangkan yaitu menyanyi, proses penyerapan materi akan terlaksana dengan lebih cepat.

Rumusan Masalah

Pokok masalah yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan melalui pertanyaan berikut:

Bagaimana meningkatkan kemampuan mengenal suku kata melalui metode rute nyata (Rumah tetangga dan Nyanyian tetangga) bagi anak TK Wiyata Siwi Boto semester II pada tahun ajaran 2017/2018?

Tujuan Perbaikan

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan terjadinya peningkatan kemampuan mengenali suku kata menggunakan metode rumah tetangga serta nyayian tetangga suku kata. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan metode pembelajaran mengenal suku kata dengan metode rumah tetangga dan nyanyian tetangga di TK Wiyata Siwi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menemukan peningkatan kemampuan mengenali suku kata menggunakan metode rumah tetangga serta nyayian tetangga (RUTE NYATA) di TK Wiyata Siwi.

Manfaat Perbaikan

Perbaikan ini diharapkan memberi manfaat:

Bagi siswa Taman Kanak – kanak, supaya siswa dapat belajar dengan cara yang menyenangkan dan tidak membuat mereka terbebani.

Bagi guru Taman Kanak – kanak, dengan menggunakan metode rumah tetangga dan nyanyian tetangga dapat memperolah pengalaman belajar baru dalam kegiatan belajar mangajar yang menyenangkan.

Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi permasalahan anak yang memiliki kesulitan mengenal suku kata.

KAJIAN PUSTAKA

Peningkatan Kemampuan Mengenal Suku Kata

PP RI No.19 Tahun 2005 tentang standar pendidikan Bab. IV Pasal 19 menyatakan bahwa: proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat dan perkembangan fisik dan psikologi peserta didik. Masa usia Taman Kanak-kanak merupakan masa emas, dimana perkembangan fisik, mptorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional anak berkembang dengan sangat cepat. Untuk mencapai perkembangan anak tersebut dilakukan dalam kegiatan pembelajar.

Harun Rasyid, dkk (2012: 40) juga menjelaskan bahwa usia emas adalah dimana anak dengan mudah menerima, mengikuti, melihat, dan mendengar segala sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan dan diperhatikan. Oleh karena itu, pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungan sekitar. Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai harapan sesuai dengan tugas perkembangan anak.Kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak lebih dikenal sebagai kegiatan bermain. memberikan rangsangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak adalah tugas seoang guru. Melalui pembelajaran di Taman Kanak-kanak diharapkan mampu mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak sesuai dengan kurikulum Taman Kanak-kanak yang salah satunya adalah bahasa.

Keterampilan berbahasa mencakup empat segi, dimana keempat hal tersebut merupakan catur tunggal yaitu, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Henry Guntur Tarigan, 1991:42). Keempat segi diatas saling berkaitan dan tidak dapat dipisah-pisahkan serta merupakan keterampilan yang harus dimiliki seseorang dalam berbahasa. Kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis semua bergantung pada kekayaan kosakata yang diperlukan untuk berkomunikasi yang dimiliki seseorang.. Sebagai langkah awal dalam membaca, mengenal suku kata addalah hal yang penting.

Munawir Yusuf dkk (2003: 69) berpendapat bahwa membaca adalah aktivitas audiovisual untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata yang meliputi dua proses, yaitu proses decoding atau membaca teknis dan proses pemahaman. Mengenal suku kata adalah langkah awal bagi anak untuk memulai pembelajaran membaca. Dalam teori whole language, disebutkan bahwa anak mengenali huruf dan bunyinya dari konteksnya (dari bahasa yang digunakan), dalam Susanto (2011: 86). Untuk mengenal suku kata ini, anak – anak akan diajak untuk lebih mengenal jenis – jenis suku kata sehingga anak akan lebih cepat memahami bacaan nantinya.

Karakteristik kemampuan bahasa anak usia dini dikhususkan pada usia taman kanak-kanak terbagi menjadi dua kelompok, yaitu usia 4 tahun dan usia 5-6 tahun. Menurut Martini Jamaris (2006: 32-33) karakteristik perkembangan bahasa anak usia empat tahun terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar. Anak telah menguasai 90% dari fonem dan sintaksis bahasa yang digunakannya.

Mengingat kembali pinsip pembelajaran di TK haruslah menggunakan cara yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa terbebani dalam belajar, maka metode yang digunakan adalah metode yang lebih menekankan penanaman konsep suku kata sehingga anak akan lebih mudah dalam mengenali bunyi suku kata.

Media Pembelajaran

Media pembelajaran pada dasarnya adalah alat yang digunakan sebagai sarana pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas ini, Metode Rute Nyata, yaitu Rumah Tetangga dan Nyanyian Tetangga dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal suku kata. Rumah tetangga digunakan untuk menyebut metode ini karena media yang digunakan adalah gambar 22 rumah. Masing – masing rumah memiliki nomor yang berurutan. Dimulai dari nomor terkecil, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 22. Teknik penomoran disesuaikan dengan urutan alfabet dikurangi huruf vokal. Nomor 1 dimulai dengan huruf vokal, yaitu a, i, u, e, dan o yang dituliskan menurun kebawah, dengan 1 huruf/suku kata per satu kotak. Hal ini dimaksudkan supaya anak mengenal huruf/suku kata per huruf/suku kata. Kemudian untuk rumah berikutnya akan dihuni oleh kelompok suku kata kedua, yaitu ba, bi, bu, be, dan bo. Sama seperti kelompok pertama (a, i, u, e, o), kelompok suku kata kedua ditulis menurun kebawah. Begitu seterusnya hingga suku kata terakhir.

 

 

 

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

Subyek dan Tempat Penelitian

a.     Nama Sekolah         : KB – TK Wiyata Siwi

b.     Lokasi                     : Jl. Krasak – Boto Km 1 Desa BotoKecamatan Bancak Kabupaten Semarang                             

c.     Kelas                      : Kelompok usia 5-6 tahun (TK B)

d.     Materi                     : Pengenalan suku kata sederhana

e.     Waktu pelaksanaan  : 9 April 2018 – 20 April 2018

f.      Jumlah siswa           : 17 (tujuh belas) siswa

Adapun ketujuh belas siswa tersebut terdiri dari 11 siswa perempuan dan 6 siswa laki – laki

Waktu penelitian

Penentuan waktu penelitian dalam laporan ini mengacu pada jadwal yang telah disediakan oleh Universitas Terbuka untuk mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional dengan masa registrasi 2018.1 yaitu sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Per Siklus

Dalam bab ini, penulis akan mengungkap secara jelas hasil penelitian selama dua siklus yang telah dilaksanakan. Untuk memudahkan penjelasan serta pemahaman, maka peneliti akan menguraikan masing – masing siklus secara terpisah. Pada setiap siklus akan ditampilkan hasil penelitian beserta pembahasannya sehingga laporan ini mudah dipahami dan juga dapat terlihat dengan jelas kesimpulan setiap siklus yang sudah terlaksana. Penyusunan penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Pra siklus

Kemampuan siswa kelompok B di kelas B dalam mengenali suku kata saat pra siklus cukup rendah. Satu kali pertemuan akan dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran, dimana 1 jam pelajaran adalah 30 menit. Maka dalam satu kali pertemuan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan selama 60 menit. Di pertemuan yang pertama, anak belajar mengenali 3 kelompok suku kata yaitu a-i-u-e-o, ba-bi-bu-be-bo, dan ca-ci-cu-ce-co. Metode yang digunakan pada masa pra siklus adalah metode semi drilling. Anak – anak diminta untuk mengucapkan suku kata berulang – ulang. Kemudiaan anak akan diminta untuk maju kedepan lalu guru akan menunjuk suku kata yang harus diucapkan oleh anak.

Guru melakukan observasi pada masa pra siklus dan terlihat bahwa anak terlihat kurang tertarik dengan materi yang disampaikan. Anak – anak terlihat sulit berkonsentrasi dan fokus terhadap materi yang diberikan.

Rata – rata nilai atau pencapaian siswa adalah 0.17. Dari hasil pencapaian siswa, dapat disimpulkan bahwa hanya 17% dari materi yang dapat tersampaikan pada pertemuan pertama yaitu masa pra siklus. Hal ini memperlihatkaan bahwa pencapaian siswa jauh dibawah indikator pencapaian siswa.

Peneliti menyadari bahwa metode yang digunakan kurang tepat. Metode yang digunakan membuat siswa beranggapan bahwa mengenal suku kata adalah hal yang sulit sebab guru menggunakan metode semi drilling yaitu dengan cara mengulang dan menghafal. Hal tersebut bagi siswa adalah hal yang kurang menarik dan membosankan. Sehingga siswa kesulitan dalam mempertahankan fokusnya mengingat bahwa usia siswa berkisar 5 – 6 tahun yang berarti kemampuan konsentrasi anak kurang lebih selama 5 – 6 menit.

Siklus I

Terjadi peningkatan pencapaian siswa dalam mengenal suku kata. Presentase terrendah adalah 30% dan presentase tertinggi adalah 77%.

Siklus II

Terjadi peningkatan pencapaian siswa dalam mengenal suku kata. Presentase terrendah adalah 71% dan presentase tertinggi adalah 94%.

Pembahasan

Prasiklus

Terjadi peningkatan pada Kegiatan perbaikan hari ke-2 dan hari ke-3. Puncak pencapaian tertinggi ada pada hari ke-3. Menurut analisa penulis, hal ini trjadi karena materi yang dipilih adalah materi yang sudah diajarkan pada hari ke-1 dan hari ke-2, metode pengulangan atau review ini membuat memori anak – anak akan materi suku kata lebih kuat.oleh sebab itu ketika guru melakukan evaluasi dengan cara meminta anak menyebutkan suku kata tertentu maka anak mampu menyebutkan dengan benar, walaupun tidak seluruh anak mampu. Kemudian,pada hari ke-4 dan 5,grafik pencapaian terlihat menurun. Hal ini dimungkinkan karena anak menerima materi baru. Walaupun grafik menunjukkan angka yang menurun, anak – anak dapat menyerap sebanyak 59% – 65% dari materi yang diberikan. Untuk memperoleh tingkat pencapaian yang lebih tinggi, maka penulis melakukan beberapa perbaikan dalam melaksanakan siklus II.

Siklus II

Perolehan siswa tampak semakin meningkat. Pada hari pertama perolehan yang telah dicapai menunjukkan 70% kemudian terus meningkat sampai pada hari ke-5 menunjukkan angka yang sama yaitu 94%. Hal ini semakin menguatkan bahwa media yang digunakan serta cara penyampaian materi mempengaruhi daya tangkap anak.

Perolehan yang tercermin dalam diagram diatas membuktikan bahwa anak – anak dapat menyerap materi dengan lebih baik melalui nyanyian serta penyampain materi melalui bercerita. Bernyanyi dalam belajar terbukti dapat meningkatkan kemampuan serta daya konsentrasi siswa. Ketika suatu materi pembelajaran dikemas dalam bentuk nyanyian, akan menimbulkan ketertarikan pada Anak Usia Dini akan hal baru. Menurut Abbott (2002), nyanyian memberikan keuntungan bagi anak, yaitu dalam memahami isi lagu dalam konteks yang bermakna. Dalam hal ini, makna yang tersampaikan adalah perkenalan suku kata serta symbol huruf melalui lirik lagu. Dengan bercerita, ilmu yang diberikan dapat tersampaikan (Kak Mal, 2012:5), dalam penelitian ini ilmu yang disampaikan yaitu bahwa setiap huruf memiliki bunyi yang berbeda jika dipasangkan dengan huruf yang lain.

Dengan tercapainya kriteria keberhasilan anak yang telah ditetapkan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran “Peningkatan Kemampuan Mengenal Suku Kata Melalui Metode Rute Nyata Bagi Anak TK Wiyata Siwi di Boto pada semester II tahun pelajaran 2017/2018” dianggap telah berhasil. Adapun 1 anak yang sampai pada akhir pelaksanaan kegiatan perbaikan tidak dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengenali suku kata dikarenakan anaktersebut adalah anak yang berkebutuhan khusus.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan kegiatan perbaikan yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus di kelas B TK Wiyata Siwi di Boto, telah menunjukkan hasilyang cukup baik yaitu meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal suku kata sederhana. Peningkatan tersebut terlihat dari hasil pengamatan mengenai perolehan anak dalam presentase seperti yang telah dijelaskan pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1.     Anak lebih antusias dan bersemangat dalam belajar mengenal suku kata dengan cara bernyanyi dan mendengar cerita tentang rumah tetangga.

2.     Guru memberikan materi pembelajaran dengan cara yang lebih menyenangkan dan membuat anak menikmati proses belajar mengajar.

3.     Dengan menggunakan metode yang tepat dan media yang tepat, dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran yaitu menjadikannya lebih menarik dan merema di hati anak sehingga dapat dipahami anak dengan lebih mudah. Dengan begitu maka hasil kegiatan pembelajaran pun dapat lebih meningkat.

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, ada beberapa hal yang sebaiknya diterapkan oleh pendidik dalam meningkatkan kualitas pengajaran, terkhususnya dalam pengenalan suku kata. Berikut adalah saran yang dapat disampaikan oleh penulis:

1.     Dalam proses penyampaian pembelajaran, khususnya dalam pengenalan suku kata untuk anak TK, sebaiknya menggunakan metode yang menyenangkan ata dalam kata lain metode yang dapat membuat anak secara tidak sadar belajar mengenal suku kata. Sehingga anak menjadi rileks dan dapat menyerap materi dengan baik.

2.     Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sebaiknya mempertimbangkan materi yang diberikan yaitu yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi. 2006. Penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hibana S. Rahman. (2002).Konsep Dasar Pendidikan Dasar Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press

Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno. (2012). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gama Media.

Kak Mal. 2012, The Miracle Of Story Telling, Zikrul Hakim, Jakarta

M. Abbott (2002), “Using Music to Promote Second Language Learning Among Adult Learners” TESOL Journal, 11 (1), 10-17

Munawir Yusuf, Sunardi, Mulyono Abdurrahman. (2003). Pendidikan Bagi Anak Dengan Problem Belajar. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak – kanak tahun 2015

Sudono, Anggani. 1995. Alat permainan dan sumber belajar. TK. Jakarta.

Sukartowi. 1995, Meningkatkan Efeksitas Mengajar, PT Dunia Pustaka, Jakarta