Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Media Kartu Mimpi Bergambar
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI
DENGAN MEDIA KARTU MIMPI BERGAMBAR
PADA SISWA KELAS VIIIA
SMP KATOLIK SANTA MARIA GUNUNG KARMEL WOLOFEO
Ndona Martinus
Guru di SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo, Tanawawo, Sikka, Nusa Tenggara Timur
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia melalui penggunaan media kartu mimpi bergambar. Penelitian ini diadakan berdasarkan adanya permasalahan dalam pembelajaran menulis puisi. Kemampuan menulis puisi siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo masih tergolong kurang.Sasaran penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo Tahun Ajaran 2016/2017. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Prosedur pelaksanaan tindakan dan implementasi di lokasi penelitian terbagi dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara peneliti bersama guru bahasa Indonesia. Pada siklus pertama, implementasi tindakan dengan menggunakan media kartu mimpi dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Siklus kedua, tindakan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Implementasi tindakan pada siklus II menggunakan media yang sama, yaitu media kartu mimpi bergambar. Implementasi tindakan pada siklus II lebih menekankan pada aspek-aspek yang peningkatannya belum optimal. Penilaian dalam penelitian ini terdiri dari 5 aspek, yakni terdiri dari a) diksi, b) gaya bahasa, c) kesesuaian judul dan tema dengan isi puisi, d) persajakan, e) makna. Pengamatan yang dipakai dalam penelitian ini termasuk jenis pengamatan tidak terstruktur, yaitu pengamatan yang tidak membatasi pengamatan dengan kerangka kerja tertentu. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan didokumentasikan dalam catatan lapangan. Pada tahap refleksi, mahasiswa peneliti bersama kolaborator berusaha memahami proses, masalah, dan kendala yang dihadapi selama perlakuan tindakan. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, angket, wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dan dokumentasi kegiatan pembelajaran. Analisis dilakukan dengan teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif. Kriteria keberhasilan tindakan adalah dengan tes menulis puisi menggunakan media kartu mimpi bergambar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media kartu mimpi bergambar dalam pembelajaran menulis puisi mampu meningkatkan kemampuan siswa. Kemampuan rata-rata siswa dalam menulis puisi sebelum adanya implementasi tindakan berkategori kurang. Namun setelah implementasi tindakan selama dua siklus, kemampuan rata-rata siswa dalam menulis puisi menjadi berkategori baik. Hal ini berdasarkan hasil tes siswa dari pretes dengan nilai rata-rata hitung sebesar 66,90 meningkat di siklus I menjadi 72,48 dan pada akhir siklus II nilai rata-rata hitung kembali meningkat menjadi 73,03. Jadi, kemampuan menulis puisi siswa dari pretes sampai akhir siklus II mengalami peningkatan sebesar 6,13.
Kata kunci: enulis puisi, kartu mimpi bergambar
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu kunci bagi seseorang dalam mencapai kehidupan yang sukses. Pendidikan bukan sekadar proses membekali siswa dengan ilmu pengetahuan tetapi juga membekali siswa dengan budi pekerti yang luhur. Penyelenggaraan pendidikan dimaksudkan untuk mendidik siswa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani (Dharmojo, 2006: 58). Seseorang yang mempunyai intelektualitas tinggi namun tidak didukung dengan moralitas yang luhur akan membawa orang tersebut menjadi pribadi yang tidak mengaplikasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam hidupnya. Oleh karenanya, antara pendidikan dan moralitas diperlukan kesinambungan dan hubungan yang sinergis agar tercapailah sebuah kehidupan yang harmonis.
Hal inilah yang mendorong diberikannya pembelajaran sastra dari mulai jenjang SD hingga SMA. Pembelajaran sastra dapat memberikan pencerahan batin kepada siswa. Melalui pembelajaran sastra siswa dapat merasakan dan seakan mengalami berbagai peristiwa yang dibuat pengarang dalam sebuah karya sastra. Dengan merasakan dan seakan mengalami berbagai peristiwa yang sarat dengan nilai-nilai moral yang terdapat dalam sebuah karya sastra, siswa akan kaya akan nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan ini pada akhirnya akan meningkatkan kepekaan perasaan siswa terhadap kehidupan di sekitarnya sehingga membentuk pribadi yang berbudi perkerti luhur.
Salah satu bentuk karya sastra adalah puisi. Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan srtuktur batin (Waluyo, 1991: 25). Jadi, di dalam sebuah puisi, penyair mencurahkan segala perasaan dan pikirannya atau kalau dalam istilah Pradopo dalam bukunya Pengkajian Puisi, disebut dengan pengalaman jiwa. Pikiran dan perasaan itu diramu dengan memanfaatkan kreativitas penyair, kemudian diwujudkan melalui medium bahasa. Bahasa yang digunakan pun khas, berbeda dengan bahasa yang dipakai dalam drama dan fiksi, karena penyair ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya secara padat dan intens. Untuk itu, penyair memanfaatkan diksi, arti denotatif dan konotatif, bahasa kiasan, citraan, sarana retorika, faktor kebahasaan, dan hal-hal yang berhubungan dengan struktur kata-kata atau kalimat dalam puisinya (Pradopo, 2005: 48).
Menurut Tarigan (1986:1), keterampilan berbahasa Indonesia meliputi empat jenis keterampilan yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Nurgiyantoro (1995: 296) menyatakan bahwa dibanding ketiga keterampilan yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan. Hal itu disebabkan keterampilan menulis memerlukan penguasaan terhadap unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Unsur bahasa maupun unsur isi harus terjalin dengan baik, agar
dapat menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Sementara itu, Akhadiah (1988: 2) menyatakan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling rumit. Karena menulis melibatkan berbagai keterampilan lainnya, di antaranya kemampuan menyusun pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk kalimat yang tepat sesuai dengan kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam satu paragraf.
Keterampilan menulis seseorang bukan merupakan bakat, tetapi merupakan keterampilan yang dapat dikembangkan melalui latihan yang berkesinambungan. Ketrampilan menulis memerlukan intensitas pelatihan yang terus menerus hingga menghasilkan sebuah tulisan yang indah dan memiliki nilai estetika. Keterampilan menulis perlu ditumbuhkembangkan dalam dunia pendidikan karena dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dalam menanggapi segala sesuatu. Menulis juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah, dan menyusun urutan dari pengalaman. Melatih kaum remaja dalam hal ini siswa SMP dengan kegiatan menulis puisi sangat penting. Meskipun pembelajaran menulis puisi tidak dimaksudkan untuk mencetak sastrawan, pembelajaran menulis puisi dapat dipakai siswa untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya. Selain itu, kegiatan menulis puisi juga dapat dipakai untuk melatih kreativitas siswa dan melatih kepekaan mereka terhadap seni sastra.
Dalam proses pembelajaran terjadi proses interaksi antara guru dengan murid. Suasana yang dimunculkan sebaiknya menyenangkan, sehat, berdaya dan berhasil guna. Hal ini ditandai dengan adanya keterlibatan secara positif dan aktif baik dari guru maupun dari siswa. Proses keterlibatan ini sangat bergantung pada guru dalam membuat perencanaan, pengelolaan, dan penyampaiannya. Dengan kata lain, guru sastra yang sekaligus merangkap menjadi guru bahasa harus mampu mengembangkan seni mengajarkan sastra secara tepat dan bervariasi, sehingga kegiatan pembelajaran tidak membosankan dan monoton. Sebaiknya, pembelajaran memberikan kesenangan, kegairahan, minat, serta kebahagiaan pada siswa. Hal ini akan memberikan dukungan bagi penumbuhan sikap cipta, rasa dan karsa siswa terhadap sastra.
Berdasarkan hasil observasi awal di Kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo, kelas ini merupakan kelas yang memiliki nilai menulis puisi rendah dibandingkan kelas VIIIB. Hal ini didasarkan pada nilai yang diperoleh siswa dari hasil tes menulis puisi yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Pemberian nilai dilakukan dengan cara menugasi siswa membuat sebuah puisi kemudian guru menilai hasil tulisan siswa tersebut. Selain itu, partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran juga menjadi acuan dalam penilaian kemampuan menulis tersebut. Selanjutnya menurut guru kelas VIIIA, nilai rata-rata keterampilan menulis siswa kelas VIIIA belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, yaitu 75.
Hal tersebut diperjelas saat peneliti melakukan observasi di kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo. Berdasarkan hasil puisi yang di buat siswa pada penugasan yang pernah diberikan oleh guru, menunjukkan bahwa keterampilan menulis mereka rendah. Nilai yang diperoleh siswa masih di bawah rata-rata ketuntasan minimal. Selain itu minat yang rendah terhadap kegiatan menulis puisi terlihat saat guru memberi tugas menulis. Banyak di antara mereka yang mengeluh dan tidak menginginkan tugas tersebut. Sebagian besar siswa menghabiskan waktu yang diberikan untuk mencari ide tulisan dan mereka mengalami kesulitan untuk memilih kata-kata yang nantinya akan digunakan dalam menulis puisi. Akibatnya, tugas menulis yang seharusnya selesai di hari yang sama harus menjadi tugas di rumah, karena siswa sulit menemukan kata-kata yang akan digunakan di dalam puisi.
Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti menggunakan media Kartu Mimpi Bergambar untuk membangkitkan minat siswa pada mata pelajara Bahasan Indonesia. Kartu Mimpi Bergambar adalah pengembangan dari teknik kartu mimpi yang merupakan sebuah media atau alat peraga yang digunakan untuk menuliskan ide dari mimpi yang dialami siswa untuk dijadikan bahan dalam penulisan puisi atau cerpen. Kartu mimpi bergambar ini merupakan pengembangan dari ide kartu mimpi. Melalui kartu mimpi siswa diharapkan akan lebih mudah menuangkan ide-ide yang mereka ingin sampaikan, karena di dalam kartu mimpi ini berisi data yang dapat membantu siswa dalam penulisan puisi. Data dalam kartu mimpi ini terkait dengan unsur-unsur pembangun puisi. Data yang ada pada kartu mimpi diharapkan dapat menjadi panduan untuk siswa dalam pengembangan saat menulis puisi. Data akan berisikan (a) peristiwa dalam mimpi, (b), bagian menarik dalam mimpi tersebut (c) hal-hal yang ingin disampaikan terkait mimpi, (d) hal-hal yang muncul dalam pikiran saat melihat gambar, dan (e) pilihan kata/ diksi.
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan masalah di atas, penelitian ini akan membicarakan tentang apakah penggunaan media kartu mimpi bergambar dalam pembelajaran sastra dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo?
Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan media kartu mimpi bergambar dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo.
KAJIAN TEORI
Pembelajaran Sastra
Tujuan kegiatan bersastra secara umum dapat dirumuskan ke dalam dua hal (Sayuti 2000: 1), pertama, untuk tujuan yang bersifat apresiatif, kedua, tujuan yang bersifat ekspresif. Apresiatif maksudnya melalui kegiatan bersastra seseorang dapat mengenal, menggemari, menikmati, dan menghasilkan sebuah karya berdasarkan pengalaman yang dijumpai dalam bersastra. Lebih dari itu, mereka dapat memanfaatkan pengalaman baru tersebut dalam kehidupan nyata. Tujuan ekspresif maksudnya melalui kegiatan bersastra kita dapat mengkomunikasikan pengalaman jiwa kita kepada orang lain melalui sebuah karya. Dalam komunikasi ini, pembaca mendapat tambahan pengalaman baru, sedangkan penulis mendapat masukkan mengenai karyanya.
Untuk pembelajaran sastra di sekolah, kegiatan bersastra lebih diarahkan kepada tujuan membina apresiasi sastra. Hal ini didasarkan pada tiga fungsi pokok pembelajaran sastra di sekolah, yaitu fungsi ideologis, fungsi kultural, dan fungsi praktis (Sarwadi via Sayuti, 1994: 12). Fungsi ideologis berhubungan dengan pembentukan jiwa Pancasila yang tercermin dalam pribadi dengan sifat luhur, cakap, demokratis dan bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Fungsi kultural berhubungan dengan pewarisan karya sastra yang merupakan bagian dari kebudayaan dari satu generasi ke generasi yang berikutnya untuk dimiliki, dinikmati, dipahami, dan dikembangkan. Fungsi praktis yaitu berhubungan dengan pembekalan pengalaman-pengalaman agar siswa siap terjun dalam kehidupan nyata bermasyarakat.
Melalui kegiatan berapresiasi, fungsi pengajaran sastra di atas dapat dicapai. Dengan mengapresiasi sastra, siswa mendapat pencerahan batin melalui nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, yang merupakan refleksi pengarang terhadap realitas. Siswa akan semakin memahami nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat. Nilai-nilai ini pada gilirannya akan membentuk manusia yang peka perasaannya, berhati luhur, dan bertanggung jawab. Di sisi lain, pencerahan batin di atas dapat dipandang sebagai bentuk pewarisan kebudayaan. Proses pencerahan batin dapat diartikan sebagai transfer nilai-nilai moral sebagai salah satu bentuk kebudayaan, dari generasi yang tua (sastrawan) ke generasi yang lebih muda (siswa).
Puisi
Pengertian puisi sampai saat ini masih diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Tidak konsistennya pengertian puisi lebih disebabkan oleh perkembangan puisi yang semakin hari semakin beragam dan mengakibatkan lahirnya jenis-jenis puisi baru. Hal tersebut yang menimbulkan kesulitan menyimpulkan apa pengertian puisi yang bisa dikenakan pada berbagai jenis puisi pada berbagai zaman.
Menurut Suminto A Sayuti, (2002: 3) puisi dapat dirumuskan sebagai “sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya. Menurut Sayuti (2002: 24-25), puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa yang khas. Puisi sebagai sosok pribadi penyair atau ekspresi personal berarti puisi merupakan luapan perasaan atau sebagai produk imajinasi penyair yang beroperasi pada persepsi-persepsinya. Bahasa dalam puisi sebagai sosok pribadi penyair lebih difungsikan untuk menggambarkan, membentuk dan mengekspresikan gagasan, perasaan, pandangan dan sikap penyairnya.
Definisi atau pengertian puisi menurut Waluyo (1987:25), adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Menurut Waluyo (1987:22), puisi adalah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih memiliki banyak kemungkinan makna. Hal ini disebabkan terjadinya pengkonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Sementara itu, Slamet Mulyana (dalam Waluyo, 1987:23), mengatakan puisi merupakan bentuk kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya.
Sebuah puisi terbangun dari dua hal, yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik berkaitan dengan diksi (diction), kata konkret (the concrete word), gaya bahasa (figurative language), dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma (rhyme and rhytm). Struktur batin meliputi perasaan (feeling), tema (sense), nada (tone), dan amanat (intention) Richards (dalam waluyo, 1987:24).
Struktur fisik dan struktur batin dipadu oleh penyair untuk mencapai nilai estetis dalam puisinya. Memang ada juga penyair yang hanya mengolah struktur fisik atau struktur batinnya saja sehingga orang sering menyebut sebuah puisi sengan komentar “ bahasanya bagus†atau “ maknanya bagusâ€. Lebih dari itu semua, setiap penyair selalu berusaha menulis puisi yang mencapai apa yang disebut oleh Harace: dulce et etile. Hendaknya, sebuah puisi tidak saja indah, tetapi juga harus bermanfaat. Dan sebaliknya, tidak hanya bermanfaat, tetapi juga harus indah.
Kemampuan Menulis
Menurut Darmadi (1996: 2), kemampuan menulis merupakan salah satu bagian dari kemampuan berbahasa. Selain itu, kemampuan menulis juga dianggap sebagai kemampuan yang paling sukar dibanding kemampuan berbahasa yang lainnya, seperti kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Kemampuan menulis memang sangatlah penting bagi dunia pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi karena menulis mempunyai fungsi sebagai sarana untuk belajar. Harsiton (via Darmadi, 1996: 3), juga mengemukakan bahwa ada beberapa alasan tentang pentingnya kemampuan menulis, antara lain (1) Kegiatan menulis adalah suatu sarana untuk menemukan sesuatu, (2) Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru, (3) Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasikan dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimiliki, (4) Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang, (5) Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk menyerap dan memperoleh informasi, (6) Kegiatan menulis akan memungkinkan kita untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus, (7) Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.
Berdasarkan alasan pentingnya menulis, jenis tulisan puisi merupakan salah satu hasil dari munculnya ide-ide baru sebagai hasil pemikiran dan kreativitas diri seseorang. Dengan demikian, kegiatan menulis puisi dengan menggunakan metode kartu mimpi dalam pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan imajinasi mereka sehingga siswa dapat memunculkan dan mengembangkan idenya dalam menulis puisi melalui bantuan media kartu mimpi.
Media Kartu Mimpi Bergambar dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Menulis Puisi
Kartu mimpi diperkenalkan oleh guru SMA asal Ponorogo, Jawa Timur, Drs. Sutejo, M. Hum. Sejak empat tahun lalu teknik ini digunakan untuk mengajarkan siswanya belajar dengan mudah menulis karya sastra, khususnya cerita pendek (cerpen) dan puisi. Lewat kartu mimpi, siswa diharapkan lebih mudah mengidentifikasi dan menulis tema cerita, tokoh, setting, peristiwa, dan klimaks untuk membantu penulisan cerpen dan menggunakan unsur-unsur pembentuk puisi yakni imajinasi, citraan, kiasan, dan diksi untuk penulisan puisi. Lewat kartu mimpi, siswa dibimbing untuk melakukan refleksi dan kemudian mengidentifikasi mimpi menarik yang pernah dialaminya. Lewat kegiatan tersebut siswa sudah masuk kegiatan menulis sastra, meskipun awalnya tampak sangat sederhana.
Mimpi yang dimaksudkan disini memiliki keterbatasan makna. Keterbatasan konsep mimpi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah imajinasi siswa ketika siswa dihadapkan pada suatu gambaran, situasi atau peristiwa, dimana imajinasi tersebut terjadi ketika siswa dalam kondisi relaks, nyaman dan dengan situasi yang tenang. Melalui kartu mimpi siswa di minta mereka ulang kejadian atau peristiwa yang pernah mereka alami terkait tema yang telah ditentukan.
Kartu mimpi bergambar merupakan pengembangan ide kartu mimpi yang juga dimaksudkan untuk memberikan kemudahan kepada siswa dalam menuliskan ide-ide dan imajinasi siswa ke dalam sebuah tulisan berbentuk puisi. Kartu mimpi bergambar akan memiliki dua sisi berlainan isi. Satu sisi akan berisikan gambar yang akan merangsang indera penglihatan siswa sehingga bisa membayangkan dan merasakan sebagaimana yang nampak dalam gambar tersebut. Siswa akan diminta mengingat kembali mimpi menarik yang pernah dialaminya terkait dengan gambar yang ada dalam kartu mimpi tersebut. Pada tahapan pertama siswa diminta untuk mengingat kembali mimpi mereka yang paling berkesan terkait dengan tema yang diberikan. Pada tahapan selanjutnya siswa akan diberikan kartu mimpi yang berisi gambar terkait tema yang diharapkan dapat membantu indera penglihatan dan perasa siswa sehingga bisa merasakan kembali ke dalam mimpi paling berkesan terkait tema yang pernah dialami. Melalui gambar tersebut diharapkan akan membantu siswa dalam menemukan kata-kata yang nantinya dapat digunakan dalam menulis puisi. Pada sisi yang berlainan akan berisikan data–data yang merupakan unsur-unsur pembentuk puisi yakni imajinasi, citraan, kiasan, dan diksi, yang nantinya akan di susun menjadi sebuah tulisan berbentuk puisi.
Menurut Jordan E Kayan (via Sutejo 2008: 63), mimpi merupakan lorong rahasia menuju alam kesadaran-lain. Mimpi merupakan satu langkah lebih maju menuju kesadaran-lain, di luar tingkat gelombang alpha menuju tingkat tidur delta dan theta. Telah lama diakui bahwa mimpi merupakan tanda-tanda pesan intuitif atau nasihat dari alam kesadaran lain, mimpi telah memberikan inspirasi yang menggugah banyak ilmuwan untuk menemukan, memecahkan, dan mematangkan bidang keilmuan yang digelutinya.
Banyak tokoh dunia seperti Robert Louis Stevenson, Stephen King menyatakan bahwa karya-karya besar mereka lahir dari mimpi-mimpi yang indah. Bahkan Bette Nesmith Graham menciptakan kertas cair (cairan penghapus) sesudah suatu mimpi memberikan dia ide tersebut. Ciptaan itu telah menghasilkan uang sebanyak 50 juta dolar menjelang kematiaannya pada tahun 1980. Demikian halnya, Elias Howe mampu menyempurnakan ciptaannya, mesin jahit, sesudah suatu mimpi yang jelas membisiki agar dia menambahkan semacam jendela untuk jarum di alasnya (Sutejo 2008: 63).
Dari pengalaman para tokoh yang menginspirasi itu, tidak berlebihan jika mimpi itu juga dapat dimaksimalkan untuk media pembelajaran sastra, khususnya dalam reproduksi cerpen dan puisi (Sutejo, 2008: 63). Dalam dunia pendidikan kita, hal itu belum disentuh sama sekali. Padahal, sejak para ahli filsafat menganggapnya sebagai pintu nyata menuju pikiran yang lebih dalam. Filosof Aristoteles menganggap mimpi merupakan tanda peringatan awal suatu penyakit.
Dalam pembelajaran penulisan puisi, pengalaman mimpi ini dapat dimanfaatkan secara efektif dan menarik, tidak saja sebagai sumber inspirasi (ide) cerita tetapi ada tahap-tahap peristiwa yang diproduksi ulang. Kartu mimpi terdiri atas (a) identitas siswa, (b) waktu terjadinya mimpi, (c) tokoh-tokoh yang muncul dalam mimpi, (d) latar/tempat terjadinya mimpi, (e) peristiwa-peristiwa dan konflik yang terjadi, (f) hubungan antar tokoh di dalamnya (g) klimaks yang ada di dalam mimpi (Sutejo 2008: 64). Namun dalam pengembangannya, kartu mimpi bergambar yang akan digunakan untuk membuat puisi akan berisikan (a) peristiwa dalam mimpi, (b), bagian menarik dalam mimpi tersebut (c) hal-hal yang ingin disampaikan terkait mimpi, (d) hal-hal yang muncul dalam pikiran saat melihat gambar, dan (e) pilihan kata/ diksi.
Selanjutnya sebelum siswa menuliskan ide ke dalam kartu mimpi, disarankan agar hanya mimpi yang paling berkesanlah yang ditulis. Hal itu dilandasi pemikiran bahwa sesuatu yang berkesan merangsang dan memilki daya tarik lebih yang dapat merangsang kerja pikiran (Sutejo 2008: 65). Adapun indikator mimpi yang menarik menurut Sutejo (2008: 65), dapat ditandai dengan beberapa hal (a) menjadikan seseorang senang dan berbunga-bunga, (b) sebaiknya, menimbulkan kecemasan yang luar biasa, (c) menyangkut nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi (human interest), dan memecahkan (solutif) atau kekompleksan pengalaman nyata.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Burns (lewat Madya, 2007: 8), penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi, dan orang awam. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), observasi (pengamatan), dan refleksi (Burns, 1999 lewat Madya, 2007: 59).
Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun, dan dari segi definisi mengarah pada tindakan. Rencana bersifat fleksibel karena tindakan sosial dalam batas tertentu tidak dapat diramalkan. Rencana disusun berdasarkan hasil pengamatan awal yang reflektif.
Tindakan yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana serta mengandung inovasi. Implementasi tindakan ini mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Tujuannya, agar pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.
Pengamatan berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya. pengamatan yang cermat diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh kendala realitas dan semua kendala itu belum pernah dapat dilihat dengan jelas pada waktu yang lalu. Pengamatan direncanakan terlebih dahulu sehingga akan ada dasar dokumenter untuk refleksi berikutnya.
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam pengamatan. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik. Refleksi mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial, dan memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu.
Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini berlokasi di SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo. Secara strategis sekolah ini berada di Desa Renggarasi, Kecamatan Tanawawo, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Subjek penelitian yang dikenai tindakan adalah kelas VIIIA. Kesulitan yang sering dihadapi adalah bagaimana mencari metode dan media yang tepat dalam pembelajaran menulis puisi, sehingga dalam pembelajaran menulis puisi biasanya siswa langsung disuruh membuat puisi dengan tema tertentu. Selain itu, dalam menulis puisi, siswa kesulitan dalam mengembangkan dan memilih kata-kata.
Penelitian tindakan kelas dengan penerapan media kartu mimpi bergambar dalam pembelajaran menulis puisi ini diharapkan dapat menjadi salah satu media alternatif bagi guru. Dengan demikian, pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pembelajaran sastra menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian yang dikenai tindakan adalah kelas VIIIA, yang berjumlah 22 orang, dengan perincian siswa laki-laki berjumlah 13 orang dan siswa perempuan berjumlah 9 orang. Pemilihan kelas VIIIA ini dikarenakan pada kelas tersebut terdapat kendala dalam pembelajaran praktik menulis puisi. Selain itu, kelas VIIIA dilihat dari tingkat kepandaiannya berkategori sedang. Penentuan kelas VIIIA yang berkategori sedang sebagai subjek penelitian dimaksudkan agar penelitian tidak bias. Objek penelitian pada PTK ini adalah kemampuan siswa dalam menulis puisi, khususnya pada siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo.
Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Alokasi waktu untuk setiap pertemuan 2 x 45 menit. Dalam pelaksanaannya, masing-masing siklus mengikuti tahap-tahap yang ada dalam penelitian tindakan kelas, yaitu tahap pertama perencanaan, tahap kedua implementasi tindakan, tahap ketiga pengamatan, dan tahap terakhir refleksi.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku siswa selama dalam proses penulisan puisi dengan menggunakan media kartu mimpi bergambar. Data kuantitatif berupa tingkat kemampuan siswa yang ditunjukkan dengan nilai tes menulis puisi.
Sumber data diambil pada saat dan sesudah proses belajar mengajar Bahasa Indonesia. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara yaitu:
Observasi atau Monitoring Kelas
Observasi atau monitoring kelas dilakukan untuk memperoleh data tentang perilaku siswa dan perilaku guru dalam proses pembelajaran. Melalui observasi atau monitoring kelas dapat diketahui bagaimana keaktifan, minat dan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu dapat diketahui juga bagaimana aktifitas guru dalam proses mengajar.
Observasi kelas dilakukan dengan berpegang pada pedoman observasi dan didukung oleh fotografi, semua peristiwa dalam pembelajaran dicatat dalam catatan lapangan dengan menggunakan panduan catatan lapangan.
Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti dengan guru pelaku tindakan. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan penulisan naskah puisi siswa dan kendala yang dihadapi guru saat mengajarkan apresiasi sastra khususnya penulisan puisi.
Angket merupakan instrumen pencarian data yang berupa pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Instrumen ini disusun berdasarkan indikator yang dapat mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman menulis khususnya menulis puisi. Angket adalah serangkaian (daftar) pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden (siswa) mengenai masalah-masalah tertentu yang bertujuan untuk mendapatkan tanggapan dari responden tersebut. Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan penerapan media kartu mimpi bergambar dalam pembelajaran menulis puisi.
Catatan lapangan
Catatan lapangan adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal, tentang apa yang dikatakan atau dilakukan guru maupun siswa dalam situasi pembelajaran dalam suatu jangka waktu. Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan kegiatan pembelajaran yang diisi pada saat proses pembelajaran. Catatan lapangan dibuat oleh mahasiswa peneliti berdasarkan pengamatan saat pembelajaran.
Dokumen tugas siswa
Dokumentasi tugas siswa merupakan hasil kerja siswa dalam menulis puisi baik pada saat pretes, siklus I sampai siklus II. Dokumentasi tugas siswa digunakan untuk mengetahui intensitas siswa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.
Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan dari awal sampai akhir yang berguna untuk merekam peristiwa penting dalam aspek kegiatan kelas.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini meliputi monitoring kelas, dokumen tugas siswa, wawancara tak terstruktur, angket, dan catatan lapangan. Selain itu, dokumentasi yang berupa foto-foto pelaksanaan penelitian juga diikutsertakan agar data yang diperoleh lebih akurat.
Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan pedoman penilaian menulis puisi dengan menggunakan acuan dari buku Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra (Nurgiyantoro 2009: 58), yang telah dimodifikasi. Penialaian dalam puisi ini memiliki keterbatasan pada aspek yang di nilai dan pemberian skor. Penilaian di sesuaikan dengan kemampuan siswa tingkat SMP khusunya kelas VIIIA. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keberhasilan menulis puisi siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Informasi Awal Kemampuan Siswa dalam Menulis Puisi
Berdasarkan data informasi awal yang diperoleh, kemampuan siswa dalam apreisasi puisi khususnya menulis puisi belum dilaksanakan secara maksimal. Dari hasil wawancara dengan guru, dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi, guru belum menemukan strategi atau media pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, dalam pembelajaran menulis puisi, siswa biasanya langsung disuruh menulis puisi dengan tema tertentu tanpa menggunakan sarana pendukung yang dapat membantu proses penulisan puisi. Akibatnya, puisi hasil karya siswa kurang memuaskan.
Jumlah rata-rata hitung yang diperoleh siswa dari keseluruhan aspek yang dinilai adalah 66,9 atau jika dipersentasekan berjumlah 66,90%. Dari hasil pretes ini dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo dalam menulis puisi berkategori kurang. Skor rata-rata keseluruhan aspek yang diamati dalam puisi siswa, belum mencapai nilai ketuntasan minimal yakni 75. Melihat kondisi tersebut, kegiatan praktik menulis puisi di sekolah perlu dilakukan perbaikan-perbaikan. Salah satu langkah yang dapat diambil guru adalah pengembangan variasi pembelajaran dan penggunaan media atau cara pembelajaran yang tepat agar apresiasi siswa terhadap sastra tumbuh dengan baik. Melalui penggunaan media kartu mimpi bergambar ini, kualitas pembelajaran menulis puisi dapat ditingkatkan.
Pelaksanaan Tindakan Kelas Menulis Puisi dengan Menggunakan Media Kartu Mimpi Bergambar Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media kartu mimpi bergambar yang telah diterapkan dalam dua siklus, memfokuskan pada bentuk kegiatan menulis puisi. Untuk mencapai hasil yang maksimal, guru dituntut untuk selalu memperhatikan seluruh siswa dalam praktek menulis puisi dengan menggunakan media kartu mimpi bergambar. Mulai dari memahami gambar yang ada pada kartu mimpi, mengingat kembali mimpi yang pernah dialami terkait gambar pada kartu mimpi, menemukan ide dan mengisi data-data yang terdapat pada kartu mimpi bergambar sampai dengan proses menyusun data-data tersebut menjadi sebuah puisi. Data-data pada kartu mimpi bergambar bertujuan untuk membantu siswa dalam proses penyusunan puisi agar menjadi lebih mudah. Data-data tersebut terdiri dari peristiwa dalam mimpi, bagian menarik dalam mimpi, hal-hal yang muncul terkait dengan mimpi, hal-hal yang muncul dalam pikiran saat melihat gambar dan diksi. Setelah mengamati gambar yang ada pada kartu mimpi dan mengingat kembali mimpi yang pernah dialami terkait gambar, siswa mengisi data-data yang terdapat dalam kartu mimpi. Selanjutnya, siswa mengembangkan data tersebut menjadi sebuah puisi.
Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Menggunakan Media Kartu Mimpi Bergambar
Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi dalam penelitian ini adalah dengan tes. Dalam penelitian tindakan kelas ini akan disajikan peningkatan hasil tes menulis puisi dari pretes hingga akhir siklus II. Rangkuman peningkatan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Peningkatan Rata-Rata Pretes Siklus I dan Siklus II Kemampuan Siswa dalam Menulis Puisi
|
Pretes |
Siklus I |
Siklus II |
Jumlah Skor |
2208 |
2392 |
2410 |
Rata-rata Hitung |
66,90 |
72,48 |
73,03 |
Dari tabel di atas dapat diketahui peningkatan skor tes kemampuan menulis puisi siswa dari sebelum tindakan sampai akhir tindakan (siklus II). Nilai rata-rata hitung pretes siswa sebesar 66,90 dan pada akhir siklus I nilai rata-rata hitung puisi siswa menjadi 72,48. Jadi, kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami kenaikan sebesar 5,58.
Dari tabel di atas juga diperoleh data peningkatan skor rata-rata pretes ke siklus II kemampuan siswa dalam menulis puisi. Hasil tes menunjukkan skor rata-rata hitung pretes puisi siswa sebesar 66,90. Di akhir siklus II skor rata-rata hitung puisi siswa mengalami peningkatan yaitu menjadi 73,03. Jadi, peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi dari pretes hingga siklus II meningkat sebesar 6,13.
Data tentang peningkatan skor rata-rata siklus I ke siklus II kemampuan menulis puisi dapat dilihat dari tabel 9 (halaman 93). Hasil tes menunjukkan pada siklus I pertemuan terakhir, rata-rata hitung kemampuan siswa dalam menulis puisi sebesar 72,48 atau 72,48%. Rata-rata hitung puisi siswa pada siklus II pertemuan terakhir sebesar 73,03 atau 73,03%. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi dengan menggunakan media kartu mimpi bergambar dari siklus I ke siklus II sebesar 0,55 atau 0,55%. Berikut tabel peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dari siklus I ke siklus II.
Tabel 4: Peningkatan Rata-Rata Siklus I ke Siklus II Kemampuan Siswa Dalam Menulis puisi
|
Siklus I |
Siklus II |
Jumlah Skor |
2392 |
2410 |
Rata-rata Hitung |
72,48 |
73,03 |
Data peningkatan rata-rata hasil pretes ke siklus II pertemuan terakhir aspek-aspek dalam puisi siswa dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 5. Peningkatan Rata-Rata Hitung Pretes ke Siklus II Aspek-Aspek Dalam Menulis Puisi
No. |
Aspek |
Pretes |
Siklus II |
Peningkatan |
1 |
Diksi |
3,30 |
4,15 |
0,85 |
2 |
Gaya bahasa |
3,24 |
3,66 |
0,42 |
3 |
Kesesuaian judul, |
3,33 |
3,87 |
0,54 |
|
tema dan isi |
|
|
|
4 |
Persajakan |
3,36 |
3,72 |
0,36 |
5 |
Makna |
3,42 |
3,96 |
0,54 |
Skor rata-rata aspek diksi pretes sebesar 3,30. Di siklus II pertemuan terakhir skor rata-rata aspek diksi meningkat menjadi 4,15. Jadi, peningkatan aspek diksi puisi siswa dari pretes sampai siklus II sebesar 0,85. Skor rata-rata aspek gaya bahasa pada pretes sebesar 3,24. Pada akhir siklus II rata-rata aspek gaya bahasa meningkat menjadi 3,66. Jadi, terjadi peningkatan skor rata-rata aspek gaya bahasa sebesar 0,42. Skor rata-rata aspek kesesuaian judul, tema dan isi pada pretes sebesar 3,33, dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 3,87. Jadi, peningkatan skor rata-rata aspek keseuaian judul, tema dan isi puisi siswa dari pretes sampai siklus II sebesar 0,54. Skor rata-rata aspek persajakan pada pretes sebesar 3,36. Pada akhir siklus II rata-rata aspek persajakan meningkat menjadi 3,72. Jadi, terjadi peningkatan skor rata-rata aspek persajakan sebesar 0,36. Skor rata-rata aspek makna pada pretes sebesar 3,42 dan pada akhir siklus II meningkat menjadi 3,96. Jadi, peningkatan skor rata-rata aspek makna puisi siswa dari pretes sampai siklus II sebesar 0,54. Jumlah total hasil keseluruhan aspek-aspek dalam menulis puisi siswa pada pretes sebesar 66,9 atau 66,90% sedangkan pada siklus II pertemuan terakhir meningkat menjadi 73,03 atau 73,03%. Jadi, peningkatan jumlah keseluruhan aspek puisi siswa dari pretes ke siklus II sebesar 6,13 atau sebesar 6,13%.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi dengan memanfaatkan media kartu mimpi bergambar yang dilakukan pada siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santa Maria Gunung Karmel Wolofeo di lakukan dalam dua siklus. Namun, sebelum masuk pada siklus-siklus tersebut dilakukan pratindakan terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan awal siswa khususnya dalam hal menulis puisi. Berdasarkan hasil pada pratindakan dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi masih tergolong kurang. Nilai yang diperoleh siswa masih di bawah standar ketuntasan minimal yakni 70. Selama proses tindakan, secara bertahap keterampilan menulis puisi siswa mengalami peningkatan, baik dari segi proses maupun hasil.
Penggunaan media kartu mimpi bergambar dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata puisi siswa dalam pretes dan postes diakhir siklus Nilai rata-rata puisi siswa dalam pretes sebesar 66,90. Nilai rata-rata puisi siswa dalam postes di akhir siklus I sebesar 72,48. Hal ini berarti terjadi peningkatan skor rata-rata puisi siswa sebesar 5,58. Peningkatan kembali terjadi pada postes siklus II, nilai rata-rata puisi siswa menjadi 73,03. Jadi terjadi peningkatan dari pretes ke siklus II sebesar 6,13. Peningkatan nilai ini menunjukkan bahwa implementasi tindakan dalam siklus I dan siklus II mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi. Penggunaan media kartu mimpi bergambar juga mampu memberikan motivasi dan kesenangan dalam proses pembelajaran menulis puisi. Siswa terlihat lebih aktif dan lebih bersemangat dalam proses pembelajaran menulis puisi.
Implikasi
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan media kartu mimpi bergambar untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi memiliki potensi untuk dikembangkan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam praktik menulis puisi. Tanggapan siswa juga menunjukkan bahwa penggunaan media kartu mimpi bergambar mampu memberikan kesenangan dan motivasi belajar. Bagi guru, penelitian ini dapat dipakai sebagai alternatif media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, saran untuk penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi guru Bahasa Indonesia
Menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dalam proses pembelajaran khususnya dalam apresiasi sastra. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya pembelajaran menulis puisi adalah media kartu mimpi bergambar.
Kemampuan menulis puisi yang sudah baik yang telah dicapai harus dipertahankan dan terus dikembangkan, karena bukan tidak mungkin kelak ada salah seorang dari kalian yang menjadi penyair atau penulis.
c. Bagi pihak sekolah
Pihak sekolah harus lebih meninjau kembali kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran serta meningkatkan penggunaannya, sehingga akan mempermudah guru dalam merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media yang bervariasi dan menarik.
Akhadiah, Sabarti. 1997. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Beetlestone, Florence. 2011. Creative Learning. Bandung: Nusa Media
Endraswara, Suwardi. 2002. Metode Pengajaran Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Radhita Buana.
Fasriyatin, Desy. 2009. Upaya peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Teknik Kartu Mimpi Dalam Model Pembelajaran Inovatif pada Siswa Kelas XC SMAN 1 Jogonalan Klaten (Skripsi). Yogyakarta: UNY
Jabrohim, Suminto A. Sayuti, Chairul Anwar. 2009.â€Unsur-unsur Puisi†dalam Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jamaluddin. 2003. Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: AdiCita.
Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPEF.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pardjono,dkk. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Lembaga peneliian UNY
Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.