PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA KELAS VII-D

SMP NEGERI 1 TAYU KABUPATEN PATI SEMESTER II

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Istianah

Guru Bahasa Indonesia SMP Negeri I Tayu Kabupaten Pati

 

ABSTRAK

Menulis puisi merupakan bagian dari kompetensi yang harus dimiliki siswa. Standar kompetensi tersebut yaitu siswa diharapkan mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan dan puisi. Dalam materi menulis puisi siswa dituntut untuk mampu menciptakan puisi. Siswa dalam menulis puisi masih mengalami kesulitan. Siswa harus mencari kata-kata dengan idenya sendiri yang menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik ketika pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis puisi. Namun, pada kenyataannya pembelajaran menulis puisi telah diberikan pada siswa kelas VII D di SMP Negeri 1 Tayu, yang sebagian besar siswa merasa kesulitan. Hal ini ditunjukkan dari hasil tes awal yang diberikan kepada siswa kelas VII D yang berjumlah 34 anak, sebanyak 15 anak atau sekitar 46,51% kurang pemahaman terhadap ujian penulisan. Mereka menganggap bahwa ada bentuk tulisan yang memiliki tujuan yang sama, sehingga tulisan yang mereka buat tidak sesuai dengan tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Penelitian ini menggunakan setting penelitian tindakan kelas yang dirancang untuk dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan, Dari hasil pengamatan, keaktifan siswa tidak berpengaruh pada kemampuan menulis mereka, maksudnya siswa yang banyak bertanya prestasinya belum tentu lebih baik dari mereka yang cenderung diam. Tetapi ada sebagian dari mereka yang diam karena tidak mau menggali informasi tentang hal yang tidak diketahuinya. Hal ini terjadi karena kurangnya keberanian untuk bertanya. Keadaan ini tidak berlangsung lama, karena pada pembelajaran berikutnya siswa sudah mulai pro aktif untuk mencari pemecahan atas permasalahan yang muncul, sehingga mengakibatkan kemampuan menulis mereka meningkat. Dengan memperhatikan kenyataan bahwa proses pembelajaran berlangsung baik dan sebagian besar siswa telah mendapatkan nilai B ke atas, yaitu 76,47% maka terdapat peningkatan kemampuan menulis siswa melalui pendekatan CTL pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Tayu tahun 2017/2018.

 

Kata kunci: Pembelajaran kontekstual (CTL), Kemampuan Menulis Puisi

 

PENDAHULUAN

Menulis puisi merupakan bagian dari kompetensi yang harus dimiliki siswa. Standar kompetensi tersebut yaitu siswa diharapkan mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan dan puisi. Dalam materi menulis puisi siswa dituntut untuk mampu menciptakan puisi. Siswa dalam menulis puisi masih mengalami kesulitan. Siswa harus mencari kata-kata dengan idenya sendiri yang menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik ketika pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis puisi.

Pembelajaran menulis puisi telah diberikan pada siswa kelas VII D di SMP Negeri 1 Tayu, yang sebagian besar siswa merasa kesulitan. Hal ini ditunjukkan dari hasil tes awal yang diberikan kepada siswa kelas VII D yang berjumlah 34 anak, sebanyak 15 anak atau sekitar 46,51% kurang pemahaman terhadap ujian penulisan. Mereka menganggap bahwa ada bentuk tulisan yang memiliki tujuan yang sama, sehingga tulisan yang mereka buat tidak sesuai dengan tujuan yang sebenarnya ingin dicapai.

Melihat kenyataan yang dihadapi, maka penulis berusaha agar siswa bisa memperoleh pemahaman secara tepat tetapi tidak membuat siswa hanya menganggap apa yang disampaikan hanya sebuah teori semata. Untuk itu penulis memilih memberi pembelajaran yang berusaha menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata dan dapat memotivasi siswa dalam menghubungkan pengetahuan serta menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari atau yang lebih dikenal dengan nama pembelajaran kontekstual. Pembelajaran yang bersifat kontekstual ini diterapkan agar siswa memiliki peluang untuk bisa memecahkan masalah secara nyata, dan siswa dapat berlatih menyelesaikan tugas dengan senang hati serta tidak membebaninya sebagai tugas yang sulit dan berat, sehingga pembelajaran bahasa Indonesia dapat berlangsung aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Adapun beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan adalah hasil belajar materi menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) terutama pada kompetensi menulis puisi, siswa belum bisa mandiri, masih bekerja sama dengan teman sebangku dalam membuat tulisan puisi, dan penggunaan model pembelajaran yang kurang variatif.

Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada permasalahan menulis puisi dengan menggunakan pendekatan CTL, yang mana materi ini terdapat pada kelas VII semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan rumusan masalah apakah terdapat peningkatan kemampuan menulis siswa melalui pendekatan CTL pada siswa kelas VII D semester II SMP Negeri 1 Tayu tahun 2017/2018.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis puisi di SMP Negeri 1 Tayu dan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa khususnya untuk siswa kelas VII-D semester II tahun pelajaran 2017/2018.

Manfaat dari penelitian ini adalah bermanfaat untuk pengembangan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kompetensi menulis bagi guru dan siswa memiliki kemampuan menulis, yang bercorak narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasi secara tepat sesuai dengan tujuan penulisan yang diharapkan.

KAJIAN TEORI

Pembelajaran menulis diarahkan untuk mencapai beberapa tujuan. Diantaranya agar para siswa bisa menggunakan tulisan untuk memenuhi beberapa keperluan. Untuk mencapai tujuan ini, pembelajaran menulis diarahkan pada pembahasan berbagai model tulisan yang bercorak naratif, deskriptif, ekspositoris, argumentatif dan persuasif.

Menurut Syamsudin (dalam http: Makalah dan Skripsi. Blogspot. Com: 2008) Menulis adalah aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran, perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis, sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh para pembaca. Jadi, dapat dikatakan bahwa sebuah tulisan tercipta atas dasar sebuah ide yang muncul di benak seseorang dalam situasi dan kondisi apapun.

Sabarti Akhadiah (1992:104) menyatakan bahwa penulisan sebuah karangan menuntut beberapa persyaratan. Persyaratan ini menyangkut isi, bahasa, dan teknik penyajian. Karena itu, sebuah karangan, terutama yang cukup panjang, perlu direncanakan dengan baik. Kegiatan menulis yang dilakukan merupakan suatu proses. Artinya, kegiatan itu dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi.

Menulis meliputi narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Semuanya memiliki ciri yang berbeda. Dengan ciri tersebut, kita dapat menunjuk apakah tulisan kita berbentuk narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, ataukah persuasi.

Berikut diuraikan karakter setiap tulisan agar lebih dapat memahaminya. Yustinah dan Ahmad Iskak (2008: 145-147) mengemukakan karakter tulisan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Narasi dapat berupa peritiwa fiktif (khayalan), seperti cerpen, novel, dongeng dan lain-lain; dan peristiwa non fiktif (bukan khayalan), atau sebenarnya, seperti pengalaman pribadi/orang lain, peristiwa lokal, nasional, internasional. Deskripsi merupakan bentuk tulisan yang bertujuan untuk melukiskan, memerikan atau memberi perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan. Dalam deskripsi, penulis memindahkan kesan-kesan atau memindahkan hasil pengamatan dan perasaan kepada pembaca, sehingga pembaca seolah-olah menyaksikan situasi yang digambarkan penulis.

Eksposisi atau pemaparan merupakan bentuk tulisan untuk menerangkan atau menguraikan satu pokok pikiran yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Argumentasi bertujuan membuktikan kebenaran pendapat dengan mengemukakan data dan fakta, sehingga meyakinkan pembacanya. Tulisan jenis ini harus logis dan obyektif. Persuasi bertujuan untuk mengajak, mendorong, membujuk, dan mempengaruhi pembaca agar mau mengikuti saran penulis.

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari Bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau poeisis‘pembuatan’, dan dalam Bahasa Inggris disebut poem atau poetry (Amminudin 2011: 134). Puisi diartikan ‘membuat’ dan ‘pembuatan’ karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu¸ baik fisik maupun batiniah. “Puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermentrum) (as the interpretive dramatization of experience in metrical language)” (Altenbernd 1970, Pradopo 2007: 5).

Menurut Tirtawirya (1980) dalam Syahputri (2010) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, dimana kata-katanya condong pada makna konotatif. Sedangkan menurut Aminuddin (2011: 197) puisi adalah keindahan dan kehikmahan. Puisi mampu memberikan kesenangan atau hiburan kepada pembaca. Puisi juga mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka membentuk pandangan hidupnya. Para penyair baru (modern) menulis puisi tanpa mempedulikan ikatan-ikatan formal seperti puisi lama (Pradopo, 2007: 312).

Pradopo (2007: 12) menyatakan bahwa menulis puisi merupakan suatu aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa. Pencurahan jiwa tersebut harus padat, maksudnya makna yang disampaikan puisi tidak bersifat menguraikan. Sedangkan menurut Altenberd (1970) dalam Pradopo (2007: 316) menulis puisi itu merupakan aktivitas pemadatan. Tidak semua hal diceritakan dalam puisi. Hal yang dikemukakan dalam puisi hanyalah inti masalah, inti peristiwa atau inti cerita.

Menulis puisi merupakan cara mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta dari diri seseorang melalui bahasa yang indah dan puitis. Pradopo (2007: 13) menyatakan bahwa kepuitisan dalam puisi dapat dicapai engan berbagai cara misalnya: dengan susunan bait, pemilihan kata, bahasa kiasan, bunyi persajakan, gaya bahasa dan sebagainya. Selain memperhatikan aspek kepuitisan, ketika menulis puisi juga harus memperhatikan tema dan pilihan kata. Hal pertama yang dilakukan sebelum menulis puisi adalah menentukan tema puisi terlebih dahulu. Tema merupakan dasar dari makna atau pesan yang ingin disampaikan. Pilihan kata yang tepat digunakan agar makna atau pesan puisi dapat tersampaikan dengan baik.

Selain itu, ketika menulis puisi hendaknya menggunakan perasaan yang paling dalam karena menulis puisi adalah kegiatan mencurahkan isi hati. Perasaan yang ada di dalam hati diungkapkan ke dalam bentuk baris-baris puisi kemudian dikembangkan menjadi bait-bait puisi. Setelah puisi jadi, jangan lupa untuk memberi judul yang sesuai dengan isi puisi. Agar bisa menulis puisi yang baik, dapat dilakukan dengan mengenal jenis puisi yang ada.

Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahui, hal ini sesuai dengan pendapat Sagala (2011: 61 yang mengemukakan bahwa pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Menurut Wina Sanjaya (2011: 109), Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

Agus Suprijono (2011:79) mengemukakan bahwa Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerepannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Sedangkan Johnson Elaine (2006:67) berpendapat bahwa sistem pembelajaran CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

CTL berusaha membangun makna yang berkualitas dengan menghubungkan pelajaran bahasa dengan pelajaran lain, lingkungan personal dan sosial siswa, misalnya dengan fenomena sampah yang tidak terurus di lingkungannya. Mencium bau sampah dengan indera, dan meyakini bahaya akibatnya dengan nalar. Ini merupakan sebuah pembelajaran kalimat yang bermakna. Siswa tidak saja belajar bahasa, melainkan juga belajar lingkungan hidup dan manajemen pengelolaan sampah. Dengan kata lain, lingkungan fisik dan psikis dibermaknakan bagi siswa.

Hakikat pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya

Dengan CTL mencerminkan prinsip kesalingbergantungan, diferensiasi, dan pengorganisasian diri. Prinsip kesaling-bergantungan membuat hubungan menjadi mungkin. Diferensiasi mewujudkan keunikan dan keberagaman yang tak tebatas. Sedangkan prinsip pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan minat mereka sendiri yang berbeda.

Suatu kelas dikatakan telah menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning apabila terdapat 7 komponen Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran. Secara garis besar langkah-langkah penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran yaitu: kembangkan pemikiran siswa bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya; laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya; ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok); hadirkan pendekatan sebagai contoh pembelajaran; lakukan refleksi di akhir pertemuan; lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. (Depdiknas 2006: 6 dalam Trianto 2008: 26)           

Sedangkan Hairuddin (2007: 4-4) menyatakan secara garis besar langkah-langkah penerapan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut: kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. (komponen konstruktivisme); laksanakan kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetisi yang diinginkan. (komponen inkuiri); kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya. (komponen bertanya); ciptakan masyarakat belajar, kerja kelompok. (komponen masyarakat belajar); hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. (komponen pemodelan); lakukan refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka belajar sesuatu. (komponen refleksi); dan lakukan penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara. (komponen asesmen autentik).

Penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu melihat proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis puisi pada siswa kelas VII-D SMP Negeri 1 Tayu Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018 dengan pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).

Kerangka Berpikir

Pendekatan CTL dapat diterapkan pada kompetensi menulis. Penulis meneliti siswa di kelas VII D semester II pada materi menulis. Materi ajarnya meliputi menulis puisi. Diharapkan dengan menggunakan pendekatan CTL, dapat diperoleh peningkatan kemampuan menulis siswa dibandingkan proses pembelajaran sebelumya yang lebih banyak menggunakan metode ceramah.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir dari permasalahan yang diajukan, dapat penulis rumuskan hipotesis yaitu terdapat “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Melalui Pendekatan CTL Pada Kelas VII D SMP Negeri 1 Tayu Kabupaten Pati Semester Gasal Tahun Pelajaran 2017/2018”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai dari Februari sampai dengan bulan Mei 2018 pada semester II tahun pelajaran 2017/2018. Pada tahun pelajaran ini berlaku kurikulum K13.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tayu, yang beralamat di Jln. P. Diponegoro 33 Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Merupakan tempat peneliti bertugas sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Subjek penelitian yang peneliti lakukan adalah siswa kelas VII-D SMP Negeri 1 Tayu tahun Pelajaran 2017/2018 dengan jumlah siswa sebanyak 34 siswa.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa. Adapun bentuk datanya adalah hasil pengamatan proses pembelajaran siswa, presensi, nilai tugas, dan nilai ulangan. Nilai ulangan diperoleh dari penilaian tes tertulis. Selain itu ditunjang oleh perangkat pembelajaran yang dibuat guru; buku sumber pelajaran; masukan, saran dari observer yang dilakukan sebelum, selama, dan sesudah tindakan penelitian.

Untuk mengumpulkan data kiranya diperlukan pemilihan teknik yang sesuai dan tepat guna agar dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Untuk mengamati kehadiran siswa diperoleh dari daftar presensi kelas, guna mencatat kejadian selama proses pembelajaran berlangsung digunakan lembar pengamatan seperti yang tampak pada lampiran. Lembar pengamatan diisi oleh pengamat dan peneliti. Untuk menilai kemampuan menulis siswa dengan cara memberi tugas dan ulangan.

Validitas data atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses penelitian. Agar data yang diamati valid, maka penelitian ini tidak hanya diamati oleh peneliti saja, tetapi oleh observer. Untuk kevalidan data yang dikumpulkan maka perlu dilakukan validasi data, yaitu dengan triangulasi. Teknik triangulasi yang dilakukan adalah, yaitu mencocokkan data yang diperoleh dari observasi dengan angket.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik diskriptif komparatif, yang berupa data kuantitatif maupun data kualitatif. Data Kuantitatif digunakan untuk membandingkan hasil belajar kondisi awal, hasil belajar kondisi siklus I dan hasil belajar setelah siklus ke II, kemudian direfleksikan. Sedangkan data kualitatif degunakan untuk membandingkan hasil pengamatan/observasi maupun wawancara pada proses pembelajaran kondisi awal, proses pembelajaran siklus I dan proses pembelajaran siklus II kemudian direfleksikan.

Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil belajar per siklus dengan cara prosentase yaitu dengan cara menghitung peningkatan ketuntasan belajar peserta didik secara individual jika peserta didik tersebut mampu mencapai skor minimal 75 dan ketuntasan klasikal, jika peserta didik yang memperoleh ≥75 ini jumlahnya mencapai 85% dari jumlah seluruh peserta didik dan masing-masing dihitung dengan menggunakan rumus: analisis tersebut dilakukan dengan menghitung ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal.

Untuk data kualitatif diperoleh observasi pembelajaran guru pada saat memberikan materi aritmatika sosial kepada peserta didik kelas VII-D SMP Negeri 1 Tayu, yang dianalisis menggunakan kriteria amat tinggi, tinggi, sedang, dan kurang.

Keseluruhan data yang terkumpul digunakan untuk menentukan indikator kinerja. Indikator kinerja dalam penelitian ini dalam bentuk hasil belajar peserta didik khusus materi kemampuan menulis adalah tercapainya peningkatan keaktifan belajar siswa dari kategori kurang menjadi kategori baik atau tinggi; adanya peningkatan perolehan nilai rata-rata ulangan harian yang kurang dari nilai KKM, dengan penerapan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran, menjadi keseluruhan siswa tuntas atau nilai minimal 75.

Kegiatan penelitian ini mengikuti siklus seperti yang dikemukakan oleh Madya (dalam Suroso, 2007:35), yaitu penyusunan rencana, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Penyusunan Rencana

Penulis membuat perencanaan pembelajaran yang mengacu pada pendekatan CTL, antara lain memulai pembelajaran dengan memberikan sebuah pertanyaan untuk didiskusikan oleh para siswa sebelum mereka menyelesaikan tugas yang akan diberikan. Pertanyaan tersebut berhubungan dengan gambaran yang akan ditemui oleh siswa pada tugas. Membicarakan terlebih dahulu mengenai gagasan-gagasan dibalik tugas yang akan diberikan, membuka jalan bagi para siswa untuk melihat bahwa menulis berhubungan dengan kehidupan mereka.

Pelaksanaan

Penulis melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Observasi

Peneliti memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan, yang kemudian digunakan untuk langkah perbaikan.

Refleksi

Hasil yang diperoleh pada tahapan observasi dikumpulkan, kemudian dilakukan refleksi untuk melihat kekurangan atau kelemahan yang telah terjadi. Hasil refleksi ini akan digunakan dalam perencanaan siklus berikutnya.

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DESKRIPSI AWAL

Kondisi awal siswa sebelum diteliti, adalah sebagian besar siswa merasa kesulitan pada saat diminta menulis puisi. Mereka menganggap ada bentuk puisi yang memiliki tujuan yang sama. Mereka mengalami kesulitan untuk membedakan puis yang berbentuk narasi fiktif dan narasi deskriptif. Adapun hasil observasi yang telah di lakukan adalah: (1) pelajaran yang di berikan oleh guru bersifat monoton di dalam kelas dan tidak melibatkan siswa dengan Gambar Peristiwa dalam menulis puisi, (2) siswa kurang termotivasi, anak yang memiliki motivasi tinggi akan lebih cepat dalam mengerjakan tugas yang di berikan, sebaliknya anak yang kurang mendapatkan motivasi, maka akan lambat dalam mengerjakan tugas yang di berikan, (3) siswa takut bertanya kepada guru mengenai hal–hal yang kurang jelas, (4) siswa kurang mengerti bagaimana cara menulis puisi. Sebagian diantara mereka tidak mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, sehingga mengakibatkan prestasi mereka, utamanya kompetensi menulis kurang. Akhirnya penulis berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan jalan memberikan pembelajaran dengan pendekatan CTL.

DESKRIPSI SIKLUS I

Direncanakan Siklus I berlangsung selama dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 6 Maret 2018. Materi yang disampaikan menulis, dengan sub kompetensi menulis puisi yang bercorak deskripsi. Guru (yang dalam hal ini peneliti) telah menyiapkan tugas I yang diberikan pada tanggal 10 Maret 2018.

Proses belajar diawali dengan memberikan satu arahan untuk didiskusikan oleh para siswa sebelum mereka belajar mengenai tulisan yang berbentuk puisi. Pertanyaan tersebut misalnya, di atas meja guru ada sebuah vas bunga beserta mawar merah yang cantik, di ruang kelas terdapat gambar-gambar pahlawan yang terpasang di dinding. Pertanyaan yang diajukan dihubungan dengan pengarahan/kata kunci penulisan puisi tentang benda yang diamati. Dari pertanyaan yang diajukan pada siswa diharapkan bisa membuka jalan pikiran siswa, bahwa materi yang sedang dibahas berhubungan dengan situasi di sekitar mereka. Kemudian mereka bisa mencermati apa yang disampaikan menjadi akrab dengan materinya, sehingga mereka siap untuk menerapkan apa yang sedang mereka pelajari.

Nilai yang harus diraih siswa diberitahukan, bahwa batas nilai tuntas 7,50, apabila ada diantara mereka ada yang mendapat nilai kurang dari 7,50, maka tidak tuntas dan harus mengikuti remidi. Pada siklus I ini diberikan tugas I (yang dikerjakan di rumah/diluar jam pelajaran) pada tanggal 21 Februari 2018 dan dikumpulkan tanggal 28 Februari 2018.

Berdasarkan observasi oleh pengamat, disimpulkan bahwa guru telah berusaha memulai pembelajaran dengan masalah kontekstual, masalah-masalah tersebut disisipkan ketika pembelajaran berlangsung. Siswa telah dibentuk dalam kelompok kecil diajak untuk membahas permasalahan yang muncul, kemudian antar kelompok tadi saling bertanya dan berpendapat, namun, interaksi masih cenderung satu arah dan hanya ada beberapa siswa saja yang berani untuk bertanya dan mencoba mencari tahu hal yang belum diketahuinya.

 

 

 

Tabel Nilai Tugas I

Nilai

Kategori

Banyak Siswa

Prosentase

9,00-10,00

A

1

2,94%

7,51-8,99

B

25

73,53%

6,50-7,50

C

6

17,65%

<6,50

D

2

5,88%

Jumlah

34

100%

 

Dari data tabel di atas, dapat dilihat bahwa hanya ada dua siswa yang belum memahami corak tulisan dan sebagian besar siswa sudah memahami materi dengan baik.

Berdasarkan data presensi dapat diketahui bahwa semua siswa hadir pada setiap tatap muka, dan sebagian besar siswa telah mengumpulkan tugas. Namun dari segi proses pembelajaran diperoleh masukan bahwa interaksi masih cenderung satu arah, yaitu siswa belum begitu berperan aktif, utamanya mereka yang duduk di bagian belakang kurang mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Tidak banyak siswa yang berusaha untuk menggali informasi, dan menginformasikan apa yang sudah diketahuinya. Untuk mengatasi hal ini, pada siklus berikutnya guru berusaha untuk mendorong dan menganjurkan siswa untuk memiliki keberanian untuk mengungkapkan sesuatu yang terasa menggelitik untuk segera diketahui, tentunya dengan jalan bertanya, guru memotivasi agar seluruh siswa berusaha untuk bisa mengikuti pembelajaran dengan baik khususnya siswa yang duduk di bagian belakang.

DESKRIPSI SIKLUS II

Direncanakan siklus II berlangsung selama dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 10 Maret 2018 dan 15 Maret 2018. Materi yang disampaikan adalah menulis puisi yang bertemakan alam dan pengalaman pribadi.

Proses belajar diawali dengan memberikan satu arahan untuk didiskusikan oleh para siswa sebelum mereka belajar mengenai puisi yang akan mereka buat. Pertanyaan tersebut misalnya, Di depan sekolah ad ataman bunga yang baru, di depan ruang kelas terdapat bunga-bunga yang bermekaran, anak-anak kelas lain yang sedang praktek olahraga di halaman tengah sekolah. Pertanyaan yang diajukan dihubungan dengan pengarahan/kata kunci penulisan puisi tentang benda yang diamati. Dari pertanyaan yang diajukan pada siswa diharapkan bisa membuka jalan pikiran siswa, bahwa materi yang sedang dibahas berhubungan dengan situasi di sekitar mereka. Kemudian mereka bisa mencermati apa yang disampaikan menjadi akrab dengan materinya, sehingga mereka siap untuk menerapkan apa yang sedang mereka pelajari.

Dengan melihat keadaan sekitar kelas mereka, siswa tampak aktif untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru sebelumnya. Mereka sudah berani dan aktif untuk menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan menyakan hal-hal yang belum diketahui. Guru tinggal mengarahkan dan membantu menjawab pertanyaan yang belum terjawab.

Tabel Nilai Tugas

Nilai

Kategori

Banyak Siswa

Prosentase

9,00-10,00

A

9

26,47%

7,51-8,99

B

24

70,59%

6,50-7,50

C

1

2,94%

<6,50

D

0

0%

Jumlah

34

100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa, yaitu 97,06% siswa telah memperoleh nilai A dan B dan yang nilainya cukup hanya ada 1 siswa, serta tidak ada nilai yang kurang dari 6,50.

Tabel Nilai ulangan

Nilai

Kategori

Banyak Siswa

Prosentase

9,00-10,00

A

5

14,71%

7,51-8,99

B

25

73,53%

6,50-7,50

C

4

11,76%

<6,50

D

0

0%

Jumlah

34

100%

 

Tabel Nilai Akhir Kompetensi

Nilai

Kategori

Banyak Siswa

Prosentase

9,00-10,00

A

7

20,59%

8,51-8,99

B

26

76,47%

7,90-8,50

C

1

2,94%

<7,90

D

0

0%

Jumlah

34

100%

 

Dari tabel tersebut tampak bahwa nilai ulangan siswa cukup baik. Tidak ada siswa yang memperoleh nilai D, dan nilai akhir kompetensi dapat disimpulkan bahwa ada 7 siswa (20,59%) mendapatkan nilai A, 26 siswa (76,47%) mendapat nilai B, dan hanya 1 siswa (22,94%) mendapat nilai C, sehingga harus mengikuti remidi.

Pada siklus II kebanyakan siswa memperoleh nilai B. Hasil secara keseluruhan sudah cukup baik. Baiknya proses pembelajaran dapat dilihat dari kenyataan, bahwa sudah terjadi interaksi multi arah, sebagai salah satu ciri pendekatan CTL. Siswa sudah mulai menggali informasi atas apa yang tidak diketahuinya. Kemampuan menulis siswa sudah mulai meningkat.

PEMBAHASAN ANTARSIKLUS

Dari data-data yang ada dari Siklus I sampai siklus II dapat dilihat bahwa cukup sulit untuk menyajikan proses pembelajaran dengan pendekatan CTL, sehingga tercipta interaksi multiarah. Proses interaksi multiarah baru dapat terjadi pada siklus II setelah guru melontarkan sebuah pertanyaan pada siswa. Pertanyaan tersebut, apakah kalian ingin pintar? Guru menanyakan hal tersebut karena seluruh siswa kelas VII D mesti ingin pintar. Dari pertanyaan tersebut diharapkan muncul pertanyaan atau jawaban, masukan. Apa yang diharapkan benar-benar terjadi, karena masalah yang dibahas sesuai atau sangat dekat dengan keadaan mereka.

Dari hasil pengamatan, keaktifan siswa tidak berpengaruh pada kemampuan menulis mereka, maksudnya siswa yang banyak bertanya prestasinya belum tentu lebih baik dari mereka yang cenderung diam. Tetapi ada sebagian dari mereka yang diam karena tidak mau menggali informasi tentang hal yang tidak diketahuinya. Hal ini terjadi karena kurangnya keberanian untuk bertanya. Keadaan ini tidak berlangsung lama, karena pada pembelajaran berikutnya siswa sudah mulai pro aktif untuk mencari pemecahan atas permasalahan yang muncul, sehingga mengakibatkan kemampuan menulis puisi mereka meningkat.

Dengan memperhatikan kenyataan bahwa proses pembelajaran berlangsung baik dan sebagian besar siswa telah mendapatkan nilai B ke atas, yaitu 76,47% maka terdapat peningkatan kemampuan menulis puisi siswa melalui pendekatan CTL pada siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Tayu tahun 2017/2018.

Dari penelitian tindakan kelas ini diperoleh hasil bahwa nilai akhir kompetensi I ada 76,47% yang mendapat nilai B ke atas dan tidak ada satupun siswa sedangkan yang dapat nilai C hanya ada 1 siswa sehingga harus mengikuti remidi, tetapi peneliti tidak melakukan remidi saat ini karena keterbatasan waktu dan akan melaksanakan remidi pada proses pembelajaran berikutnya. Sudah mulai terjadi pembelajaran multi arah, namun belum maksimal. Kemampuan menulis siswa mengalami peningkatan dibandingkan nilai siswa sebelumnya.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat peningkatan kemampuan menulis puisi siswa melalui pendekatan CTL pada siswa kelas VII D semester II SMP Negeri 1 Tayu tahun pelajaran 2017/2018, dengan menggunakan pendekatan CTL, proses pembelajaran bahasa Indonesia, utamanya kompetensi menulis puisi berlangsung lebih baik bila dibandingkan dengan proses pembelajaran sebelumnya. Artinya dengan pembelajaran dengan pendekatan CTL, aktivitas dan hasil belajar menulis puisi meningkat.

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan peneliti, maka peneliti bisa menyimpulkan implikasi bahwa pendekatan CTL cukup efektif diterapkan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa, khususnya pada sekolah yang memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi penelitian.

Beberapa saran yang dapat disampaikan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.      Disarankan guru lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran dan guru lebih berinteraksi (melibatkan) dengan peserta didik, sehingga komunikasi antara guru dengan peserta didik terjalin lebih baik dan lancar. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat membantu guru dan peserta didik dalam menyelesaikan materi pembelajaran dengan hasil yang lebih maksimal. Penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif dan menarik akan membantu proses belajar anak didik.

2.      Untuk sekolah, hendaknya mendukung pembelajaran dengan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang menunjang, sehingga kualitas pembelajaran meningkat yang akhirnya menjadikan kualitas siswa dan sekolah dapat terus meningkat.

Daftar Pustaka

Akhadiah, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwi,Hasan, dkk. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Departemen Pendidikan Nasional.

Aminuddin, 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru.

Andrias Harefa. 2003. Agar Menulis-Menulis Bisa Gampang. Jakarta: Gramedia.

Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Http://Makalah dan Skripsi. Blogspot. Com/2008/08/Penggunaan Media – Poster – terhadap. html.

Johnson, Elaine B. 2008. Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC.

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lamuddin Finoza. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia.

Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Pradopo, Rachmat Djoko.2007. Pengkajian Puisi. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press.

Sanjaya, H. Wina.2010. Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana.

Suroso. 2007. Classroom Action Research. Yogyakarta: Pararaton Publishing.

Susilo. 2007. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Rokhman, Nur, dkk. 2004. Pengetahuan Sosial. Jakarta: Depdiknas.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada