Peningkatan Kemampuan Menyusun Rencana Kerja Berkelanjutan Bagi Kepala Sekolah
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUSUN
RENCANA KERJA BERKELANJUTAN BAGI KEPALA
SEKOLAH DASAR DI DABIN GUGUS KI HAJAR DEWANTARA KECAMATAN SLOGOHIMO KABUPATEN WONOGIRI SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Jamilah
Pengawas Sekolah Dasar Dabin Gugus Ki Hajar Dewantara
Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah melalui pembinaan berkelanjutan bagi Kepala SD di Dabin Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilakukan pada semester 2 selama empat bulan, dari Februari sampai Mei 2018di Dabin Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo KabupatenWonogiri dengan sasaran 10 kepala SD, yaitu SDN 1 Slogohimo, SDN 3 Slogohimo, SDN 1 Gunan, SDN 2 Gunan, SDN 1 Karang, SDN 2 Karang, SDN 1 Bulusari, SDN 2 Bulusari, SDN 1 Waru, dan SDN 2 Sokoboyo. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan masing-masing siklus meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS dapat ditingkatkan melalui pembinaan berkelanjutan; pembimbingan dan pembinaan secara rutin oleh pengawas sekolah dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS; dan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir, yaitu: Kemampuan terendah naik 81% dari 44 menjadi 80, kemampuan tertinggi naik 48% dari 60 menjadi 89, sedangkan kemampuan rata-ratanya juga meningkat sebesar 78% dari 47 menjadi 83,17.
Kata Kunci: kemampuan menyusun RKS dan pembinaan berkelanjutan
PENDAHULUAN
Perencanaan sekolah merupakan aspek yang penting untuk meningkatkan mutu sekolah. Hanya melalui perencanaan yang efektif, mutu peserta didik akan dapat ditingkatkan dan kewajiban untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun dapat dipenuhi. Kenyataannya kondisi yang ada saat ini masih banyak sekolah yang belum mempunyai Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang merupakan rencana jangka menengah kurun waktu empat tahun. Hal ini disebabkan karena Kepala Sekolah belum mampu dalam menyusunnya. Rencana kerja yang dibuat Kepala Sekolah sampai saat ini sebagian besar masih berupa RAPBS dan APBS yang dilaksanakan dalam waktu satu tahun. Oleh karena itu perencanaan yang dimiliki sekolah masih rencana kerja jangka pendek. Selama ini RAPBS yang disusun tiap tahun tersebut hanya merupakan rutinitas pekerjaan Kepala Sekolah yang harus dipenuhi setiap awal tahun pelajaran, sehingga perencanaannya hanya mengacu tahun-tahun yang lalu, masih jarang yang memperhatikan perencanaan berdasarkan prioritas kebutuhan.
Perlu kita sadari bersama, selama ini yang sudah dilaksanakan Pengawas kaitannya dengan salah satu tugasnya yaitu mengadakan pembinaan kepada Kepala Sekolah, baru dalam penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah (RAPBS). Sehingga pembinaan yang dilakukan sebatas pada proses penyusunan RAPBS di sekolah-sekolah binaannya. Dalam menyusun RAPBS tersebut Kepala Sekolah diwajibkan untuk melibatkan semua guru dan perwakilan dari Komite Sekolah melalui rapat kerja sekolah sebelum awal tahun pelajaran baru. Namun demikian, masih ada sekolah-sekolah yang menyusun RAPBS sendiri atau hanya melibatkan guru tertentu, tanpa melibatkan peran komite sekolah.
Untuk memperbaiki kinerja sekolah tersebut diperlukan perencanaan yang matang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah. Untuk mewujudkan hal tersebut, diharapkan sekolah membuat perencanaan yang matang, yang disusun bersama antara Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah. Penyusunan rencana kerja jangka menengah tersebut dilakukan secara berkala, karena perencanaan yang disusun tersebut untuk empat tahun ke depan. Tujuan akhir yang diharapkan adalah tersusunnya Rencana Kerja Sekolah seperti yang diwajibkan pemerintah melalui Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.
Isi dari Standar Pengelolaan Pendidikan tersebut salah satunya adalah, bahwa setiap satuan pendidikan wajib mempunyai Rencana Kerja Sekolah yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu empat tahun. Untuk mewujudkan hal itu Pengawas perlu melakukan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS) di daerah binaannya. Di dalam menyusun RKS tersebut, Kepala Sekolah perlu melibatkan guru dan Komite Sekolah, dan dilakukan secara bertahap. Diharapkan lewat pembinaan secara berkelanjutan tersebut, Kepala Sekolah mampu menyusun RKS yang akan dipedomani dan dilaksanakan untuk empat tahun mendatang. Realita yang ada saat ini Kepala Sekolah merasa masih sangat kesulitan dalam menyusun RKS, karena merupakan hal yang baru. Proses awal penyusunan nya di mulai dengan mengisi tabel profil sekolah. Untuk mengisi tabel profil sekolah dibutuhkan data tiga tahun yang lalu. Sehingga Kepala Sekolah perlu menyiapkan data-data tersebut. Hal ini yang tidak biasa dilakukan sekolah, untuk itu perlu ada pembinaan dan bimbingan secara rutin oleh pengawas. Sehingga kalau sekolah mempunyai kesulitan dalam proses penyusunan RKS tersebut ada yang mendampingi dan membina.
Sementara yang sudah dilaksanakan pengawas saat ini adalah melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dalam rangka supervisi dan monitoring kegiatan- kegiatan rutin yang dilaksanakan di sekolah binaannya. Untuk kegiatan pembinaan juga sebatas pada permasalahan-permasalahan yang timbul di masing- masing sekolah. Sedangkan untuk pembinaan yang sifatnya umum biasanya pada kegiatan KKKS dan KKG, yang mana pembinaannya juga bersifat insidental. Pengawas memang belum melakukan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan dalam mengatasi masalah-masalah tertentu, misalnya untuk meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun KTSP, Silabus dan RPP dan menyusun RKS.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang timbul di sekolah dalam proses penyusunan Rencana Kerja Sekolah, yaitu perlu adanya tindakan dari Pengawas untuk mengadakan pembinaan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kemampuan bagi Kepala Sekolah dalam menyusun RKS. Hal ini dilakukan agar Kepala Sekolah memiliki kemampuan dalam proses penyusunan RKS. Sedangkan tindakan yang akan dilakukan Pengawas dalam rangka pembinaan berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah di Dabin Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri ini adalah: mengadakan pembinaan secara umum se-dabin untuk menjelaskan cara mengisi tabel profil sekolah beserta tahap-tahap penyusunan RKS, fokusnya pada tabel A Identifikasi Tantangan; mengadakan pembinaan secara berkelompok kepada sekolah terdekat untuk menjelaskan pengisian tabel B Alternatif Pemecahan Tantangan; mengadakan pembinaan masing-masing sekolah untuk menyusun tabel C Merumuskan Program dan Kegiatan; mengadakan pembinaan untuk menyusun tabel D yaitu Menghitung Biaya dan Sumber Pendanaan. Melalui empat tindakan pembinaan tersebut diharapkan Kepala Sekolah dapat menyusun Rencana Kerja Sekolah, yang akan akan dijadikan pedoman kerja sekolah selama empat tahun kedepan.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, maka judul penelitian yang ditetapkan adalah: â€Upaya Peningkatan Kemampuan Menyusun Rencana Kerja Sekolah Melalui Pembinaan Berkelanjutan Bagi Kepala Sekolah Dasar di Dabin Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Ajaran 2017/2018â€.
RumusanMasalah
1. Apakah melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah bagi Kepala SD di Dabin Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018?
2. Apakah melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah bagi Kepala SD di Dabin Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018?
TujuanPenelitian
1. Untuk meningkatkan motivasi Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah melalui Pembinaan Berkelanjutan bagi Kepala SD di Dabin Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.
2. Untuk meningkatkan Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah melalui Pembinaan Berkelanjutan bagi Kepala SD di Dabin Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Motivasi Menyusun Rencana Kerja Sekolah
Hamzah (2010:1) Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Menurut Suprihanto (2003) Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula.
Kemampuan Menyusun Rencana Kerja Sekolah
Pada hakikatnya Rencana Kerja Sekolah merupakan rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun, yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan. (Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007). Di dalam lampiran Permendiknas yang berisi tentang Standar Pengelolaan Pendidikan tersebut dijabarkan, bahwa RKS yang akan dijadikan pedoman kerja selama kurun waktu empat tahun tersebut perlu dijabarkan dalam Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dilaksanakan berdasarkan jangka menengah. RKAS yang dimaksud dalam standar pengelolaan adalah sama dengan Rencana Anggaran dan Belanja Sekolah, yang disebut dengan RAPBS.
Di dalam buku panduan penyusunan RKS yang diterbitkan oleh Dezentralized Basic Education l (DBE 1) USAID kerjasama dengan Kementrian Koordinator Bidang Kesra, Departemen Pendidikan Nasional, dan Departemen Agama, memberikan panduan langkah-langkah dalam proses penyusunan RKS, dan dapat dijadikan acuan dalam menyusun RKS agar proses perumusannya lebih rasional, obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Perumusan RKS merupakan suatu hal yang sangat penting, karena RKS dapat digunakan sebagai: pedoman kerja (kerangka acuan) dalam mengembangkan sekolah; dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengembangan sekolah; serta bahan acuan untuk mengidentifikasi dan mengajukan sumberdaya pendidikan yang diperlukan untuk pengembangan sekolah.
Pembinaan Berkelanjutan
Pembinaan berkelanjutan disini adalah memberikan arahan, bimbingan, contoh dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolahsecara terus menerus. (Rohmanto, 2007:207). Lebih lanjut diuraikan bahwa pembinaan pengawasan, sebagian meliputi: memberikan arahan agar menjadi terarah dan mencapai tujuan; memberikan bimbingan agar mengetahui secara lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara melaksanakannya; memberi saran-saran ke arah peningkatan mutu, terutama peningkatan mutu pendidikan; dan peran pembina adalah sebagai: peneliti, konsultan/penasehat, fasilitator, inovator, dan orang yang mampu mengendalikan diri.
Pembinaan Secara Kelompok
Di dalam melaksanakan pembinaan berkelanjutan ini, akan dilakukan secara kelompok dan secara indiviual. Pembinaan secara kelompok yang dimaksud disini adalah pembinaan kaitannya dengan kegiatan bimbingan secarakelompok.Menurut pendapat Marsudi (2003:92) dikatakan bahwa bimbingan kelompok dalam arti sempit diartikan bimbingan yang diberikan kepada sekelompok individu. Sedangkan dalam arti luas sering diartikan bimbingan yang dilakukan dengan memanfaatkan dinamika atau suasana kelompok. Bimbingan secara kelompok ini dimaksudkan untuk memungkinkan individu secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Fungsi utama bimbingan yang didukung adalah fungsi pemahaman dan pengembangan.
Pembinaan Secara Individual
Di samping pembinaan secara kelompok, dilakukan juga pembinaan secara individual. Pembinaan secara individual yang dimaksud disini adalah bimbingan secara individual. Hal ini dilakukan untuk melengkapi kegiatan dalam melakukan tindakan pada tiap-tiap tahap.Bimbingan individual memungkinkan individu mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan tenaga/pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.(Marsudi, 2003:91)
Fungsi utama bimbingan yang didukung adalah fungsi perbaikan atau pengentasan. Materi umum layanan ini ada berbagai macam yang pada dasarnya tidak terbatas. Setiap individu secara perorangan dapat membawa masalah yang dialaminya kepada tenaga/guru pembimbing. Pada dasarnya penyelenggaraan layanan ini atas inisiatif individu, namun pembimbing tidak boleh hanya menunggu saja. Dalam hal ini pembimbing harus menggunakan prinsip jemput bola, sehingga senantiasa ada upaya untuk pemecahan masalah secara tuntas. Pembimbing perlu proaktif dan berusaha untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi sehubungan dengan peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah. Dengan adanya pengkajian langsung tersebut, maka upaya peningkatan kompetensi Kepala Sekolah tersebut akan berhasil dengan efektif.
Kerangka Berpikir Penelitian
Rencana Kerja Sekolah menjadi wajib dimiliki sekolah, hal ini sesuai Permendiknas No. 19 tahun 2005. Untuk itu diharapkan masing-masing sekolah bisa menyusun RKS. Kondisi yang ada sekarang pengawas belum menerapkan pembinaan berkelanjutan bagi Kepala Sekolah untuk menyusun RKS, sehingga kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS masih rendah. Supaya kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS bisa meningkat, maka diperlukan adanya pembinaan berkelanjutan dari pengawas yang dilakukan melalui dua siklus.
Siklus I, Pengawas memberikan layanan bimbingan secara kelompok di Dabin Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri. Pembinaan di siklus yang pertama ini dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pada pertemuan yang pertama, Pengawas mengadakan bimbingan pada Kepala Sekolah di tingkat dabin untuk mengidentifikasi tantangan sekolah, yang datanya diambil dari profil sekolah masing-masing. Sedangkan pada pertemuan kedua, Pengawas membimbing Kepala Sekolah di Dabin Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri untuk melakukan analisis pemecahan tantangan. Selanjutnya di siklus II, Pengawas mengadakan layanan bimbingan individual ke masing-masing sekolah, langsung kepada Kepala Sekolah. Pada siklus yang kedua ini juga dilaksanakan dua kali pertemuan. Pada pertemuan yang pertama di siklus yang kedua ini, Pengawas mengadakan pembinaan dalam merumuskan program sekolah. Sedangkan pada pertemuan kedua dilakukan pembinaan pada Kepala Sekolah untuk menyusun rencana anggaran sekolah di masing-masing sekolah.
Melalui dua siklus yang dilaksanakan empat kali pertemuan, dengan jarak masing-masing pertemuan dua minggu, diharapkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah meningkat. Berdasarkan analisis ini diduga bahwa melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti yang telah diuraikan di atas, maka diajukan hipotesis tindakan adalah: “Melalui pembinaan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah bagi Kepala SD di Dabin Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri Semester 2 Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
METODOLOGI PENELITIAN
SettingPenelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester 2 selama empat bulan, dari Februari sampai Mei 2018. Untuk melaksanakan penelitian ini penulis mengambil tempat di daerah binaan penulis, yaitu di Dabin GugusKi Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo KabupatenWonogiridengansasaran10 SD, yaituSDN 1 Slogohimo, SDN 3 Slogohimo, SDN 1 Gunan. SDN 2 Gunan, SDN 1 Karang, SDN 2 Karang, SDN 1 Bulusari, SDN 2 Bulusari, SDN 1 Waru, dan SDN 2 sokoboyo.
SubjekPenelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah Kepala Sekolah Dasar di Dabin Gugus Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri yang berjumlah 10 SD, yaitu SDN 1 Slogohimo, SDN 3 Slogohimo, SDN 1 Gunan. SDN 2 Gunan, SDN 1 Karang, SDN 2 Karang, SDN 1 Bulusari, SDN 2 Bulusari, SDN 1 Waru, dan SDN 2 sokoboyo. Disamping Kepala Sekolah yang menjadi subyek pokok, juga dibantu guru-guru dan komite sekolah dalam menyusun RKS.
Metode Analisis data
Dalam proses analisis data terdapat komponen utama yang harus benar-benar dipahami. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptifkualitatif dilanjutkan refleksi, yang berdasarkan hasil observasi dan pengamatan dari tiap-tiap siklus. Pada saat melaksanakan analisis data yang perlu dicermati adalah data-data yang sudah diperoleh perlu direfleksikan untuk dapat membandingkan kondisi awal sebelum ada tindakan, dibandingkan dengan nilai kondisi setelah dilaksanakan siklus I dan siklus II. Diharapkan setelah adanya tindakan di siklus kedua diperoleh hasil yang signifikan, yaitu meningkatnya kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS.
IndikatorKinerja
Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah. Perlu diketahui bahwa sebelum ada tindakan yang dilakukan dengan adanya pembinaan berkelanjutan, kemampuan Kepala Sekolah dakam menyusun RKS masih rendah. Hal ini dapat diketahui bahwa selama ini sekolah belum memiliki RKS. Adapun yang menjadi indikator kinerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Nilai tes akhir kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS mencapai rentang nilai 81-100. Kepala Sekolah mampu menyusun RKS di tingkat sekolah masing-masing setelah mengikuti pembinaan berkelanjutan. Kepala Sekolah memiliki motivasi yang tinggi dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah.
Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini secara keseluruhan melalui langkah-langkah sebagai berikut: Menentukan metode, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan sekolah. Menentukan banyaknya siklus/tindakan dalam penelitian, dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus. Masing-masing siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan. Menentukan tahapan dalam siklus. Adapun tahapan yang dilaksanakan pada tiap-tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: planning, acting, observing dan reflecting.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil penilaian dari lembar instrumen yang diberikan pada Kepala SD di Dabin Ki Hajar Dewantara Kecamatan Slogohimo Kabupaten Wonogiri tersebut menunjukkan bahwa kemampuan Kepala SD dalam menyusun RKS masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari perolehan score yang rata-rata memperoleh nilai D (kurang) dengan rentang nilai 40 – 55.
Untuk memperbaiki kinerja sekolah diperlukan perencanaan yang matang dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah. Untuk mewujudkan hal tersebut, diharapkan sekolah membuat perencanaan yang matang, yang disusun bersama antara Kepala Sekolah, Guru, dan Komite Sekolah. Penyusunan rencana kerja jangka menengah tersebut dilakukan secara berkala, karena perencanaan yang disusun tersebut untuk empat tahun ke depan. Tujuan akhir yang diharapkan adalah tersusunnya Rencana Kerja Sekolah seperti yang diwajibkan pemerintah melalui Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.
Isi dari Standar Pengelolaan Pendidikan tersebut salah satunya adalah, bahwa setiap satuan pendidikan wajib mempunyai Rencana Kerja Sekolah yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu empat tahun. Untuk mewujudkan hal itu Pengawas perlu melakukan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah di daerah binaannya. Di dalam menyusun RKS tersebut, Kepala Sekolah perlu melibatkan guru dan Komite Sekolah, dan dilakukan secara bertahap. Diharapkan lewat pembinaan secara berkelanjutan tersebut, Kepala Sekolah mampu menyusun RKS yang akan dipedomani dan dilaksanakan untuk empat tahun mendatang.
Deskripsi Tiap Siklus
Berdasarkan hasil pengamatan selama penulis melaksanakan tindakan di siklus pertama ini, penulis mendapatkan data yang berbeda antara kondisi awal sebelum diadakan tindakan dibandingkan dengan kondisi setelah dilaksanakan siklus pertama.Perbedaan tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan sebelum penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi awal, dengan data nilai tertinggi baru mencapai 50 dengan rerata 47. Sedangkan tes yang diberikan pada akhir siklus pertama hasilnya menunjukkan adanya peningkatan, dengan data nilai tertinggi mencapai 70 dengan rerata 65,17.
Simpulan: Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS meningkat rata-ratanya sebesar 38%, dari kondisi awal baru mencapai 47 meningkat menjadi 65,17.Sedangkan kemampuan terendah meningkat 36% dan kemampuan tertinggi juga meningkat 40%.Ulasan: dari hasil simpulan di atas, menunjukkan adanya peningkatan kemampuan Kepala Sekolah menyusun RKS yang dapat dilihat dari hasil tes kondisi awal dibandingkan kondisi siklus I, diharapkan masih akan ada peningkatan-peningkatan lagi yang akan dicapai melalui siklus II. Di siklus yang kedua peneliti membuat perencanaan tindakan dengan kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya, dengan menambah materi sampai akhir finalisasi penyusunan RKS. Dalam Menyusun rancangan untuk siklus yang kedua, peneliti akan menggunakan dasar dari hasil evaluasi siklus pertama agar diperoleh hasil yang lebih optimal.
Deskripsi Siklus II
Dari hasil pengamatan selama penulis melaksanakan tindakan di siklus kedua ini, penulis mendapatkan data yang berbeda antara hasil siklus pertama dengan hasil siklus kedua.Perbedaan tersebut dapat dilihat secara menyeluruh dari hasil tes yang diberikan sebelum penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi awal, hasil tes setelah siklus pertama, dan hasil tes setelah siklus kedua.
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa kemampuan Kepala Sekolah menyusun RKS dari siklus pertama dibandingkan dengan siklus kedua meningkat rata-ratanya sebesar 27,7%, dari rata-rata 65,17 meningkat menjadi 83,17.Sedangkan Kemampuan terendahnya meningkat 25% dari 60 menjadi 80, dan kemampuan tertingginya juga meningkat 27% dari 70 menjadi 89. Dari ketiga item tersebut semua mengalami peningkatan hasilnya.Hasil temuan tersebut menunjukkan adanya kenaikan dari siklus I dibandingkan siklus II, baik dilihat dari nilai terendah, nilai tertinggi, maupun dari nilai rata-ratanya. Hasil yang dicapai di siklus kedua ini juga merupakan hasil untuk kondisi akhir penelitian, yang angkanya mencapai 80 untuk nilai terendah, 89 untuk nilai tertinggi, sedangkan untuk nilai rata-ratanya mencapai 83,17. Dengan melihat hasil akhir di siklus kedua, berarti indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelum penelitian ini dilaksanakan dapat dicapai, sehingga membuat penulis optimis bahwa Kepala Sekolah mampu menyusun RKS di sekolah masing-masing.
PEMBAHASAN
Untuk pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini, penulis mengadakan kegiatan selama tiga kali.Kegiatan yang pertama yaitu memberikan instrumen tes untuk mengetahui kondisi awal sebelumnya.Dari hasil tes kondisi awal tersebut dapat dijadikan tolok ukur kemampuan awal Kepala Sekolah dalam memahami RKS.Untuk meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah tersebut penulis melakukan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus pertama dan siklus kedua. Kegiatan yang dilakukan dalam siklus pertama ini adalah menyampaikan materi penyusunan RKS dengan format tabel A dan tabel B, yang diakhiri dengan memberikan tes kemampuan seperti yang disampaikan sebelum penelitian. Pada siklus kedua, penulis melanjutkan menjelaskan tabel C dan tabel D, yang juga diakhiri dengan memberikan tes kemampuan yang sama.
Hasil tes yang diperoleh di akhir siklus pertama menunjukkan adanya peningkatan kemampuan dibandingkan hasil dari kondisi awal. Namun demikian peningkatan kemampuan yang dicapai dalam siklus pertama belum mencapai indikator yang diharapkan, karena rata-ratanya belum mencapai 80.Untuk itu penulis melakukan tindakan kedua dengan memberikan materi yang lengkap tentang RKS. Untuk lebih jelasnya penulis melakukan pembinaan-pembinaan baik secara kelompok maupun individu. Hasil dari tes di akhir siklus yang kedua ini juga menunjukkan adanya peningkatan kemampuan Kepala Sekolah dibandingkan dengan kemampuan yang diperoleh pada siklus yang pertama.Rata-rata nilainya sudah mencapai 80 keatas, sehingga dapat dikatakan indikatornya tercapai. Hasil nilai di siklus yang kedua ini sekaligus dapat dijadikan hasil akhir tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini.
Menurut hasil pengamatan dari tiap-tiap siklus yang dilaksanakan, Kepala Sekolah memiliki keinginan dan motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan penulis untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menyusun RKS. Penyusunan RKS ini merupakan hal yang baru, maka wajar jika awalnya sekolah merasa kesulitan.Namun melihat antusias Kepala Sekolah dalam mengikuti setiap kegiatan, membuat penulis optimis bahwa mereka mampu menyusun RKS sendiri di sekolah masing-masing.Hasil refleksi di tiap-tiap siklus bisa dijadikan bahan evaluasi dari tindakan yang dilakukan.Untuk refleksi di siklus pertama, penulis mendapatkan data yang berbeda antara kondisi awal sebelum diadakan tindakan dibandingkan dengan kondisi setelah dilaksanakan siklus pertama. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari hasil tes yang diberikan sebelum penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi awal, dengan data nilai tertinggi baru mencapai 50 dengan rerata 44. Sedangkan tes yang diberikan pada akhir siklus pertama hasilnya menunjukkan adanya peningkatan, dengan data nilai tertinggi mencapai 70 dengan rerata 65,17. Sedangkan hasil refleksi di siklus kedua juga menunjukkan adanya perbedaan antara hasil siklus pertama dengan hasil siklus kedua. Perbedaan tersebut dapat dilihat secara menyeluruh dari hasil tes yang diberikan sebelum penelitian dilakukan untuk mengetahui kondisi awal, hasil tes setelah siklus pertama, dan hasil tes setelah siklus kedua.
Kemampuan Kepala Sekolah menyusun RKS di siklus pertama dibandingkan dengan siklus kedua meningkat rata-ratanya sebesar sebesar 27,7%, dari rata-rata 65,17 meningkat menjadi 83,17. Sedangkan Kemampuan terendahnya meningkat 25% dari 60 menjadi 80, dan kemampuan tertingginya juga meningkat 27% dari 70 menjadi 89. Untuk lebih jelasnya, berikut ini penulis sampaikan tabel yang menggambarkan tindakan dan hasil pembinaan yang telah penulis lakukan.
Dari hasil simpulan di atas dapat membuktikan bahwa kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS dapat ditingkatkan melalui pembinaan berkelanjutan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes, pengamatan-pengamatan dan hasil kerja pengisian tabel-tabel yang diberikan selama tindakan/kegiatan, juga menunjukkan hasil yang membuktikan adanya peningkatan kemampuan Kepala Sekolah. Secara garis besar peningkatan dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir dapat ditunjukkan sebagai berikut: Kemampuan terendah naik 81% dari 44 menjadi 80, kemampuan tertinggi naik 48% dari 60 menjadi 89, sedangkan kemampuan rata-ratanya juga meningkat sebesar 78% dari 47 menjadi 83,17.
Dari hasil simpulan di atas dapat membuktikan bahwa kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS dapat ditingkatkan melalui pembinaan berkelanjutan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes, pengamatan-pengamatan dan hasil kerja pengisian tabel-tabel yang diberikan selama tindakan/kegiatan, juga menunjukkan hasil yang membuktikan adanya peningkatan kemampuan Kepala Sekolah. Secara garis besar peningkatan dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir dapat ditunjukkan sebagai berikut: Kemampuan terendah naik 81% dari 44 menjadi 80, kemampuan tertinggi naik 48% dari 60 menjadi 89, sedangkan kemampuan rata-ratanya juga meningkat sebesar 78% dari 47 menjadi 83,17.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data Penelitian Tindakan Sekolah mulai dari kondisi awal, hasil siklus I, sampai dengan hasil siklus II, yang sekaligus menjadi hasil kondisi akhir, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut: Kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS dapat ditingkatkan melalui pembinaan berkelanjutan. Pembimbingan dan pembinaan secara rutin oleh pengawas sekolah dapat meningkatkan kemampuan Kepala Sekolah dalam menyusun RKS. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal dibandingkan kondisi akhir, yaitu: Kemampuan terendah naik 81% dari 44 menjadi 80, kemampuan tertinggi naik 48% dari 60 menjadi 89, sedangkan kemampuan rata-ratanya juga meningkat sebesar 78% dari 47 menjadi 83,17.
Saran-saran
Untuk Kepala Sekolah
1. Kepala Sekolah harus mampu menyusun RKS beserta tim di sekolah masing-masing.
2. Kepala Sekolah harus berusaha mendapatkan bimbingan dalam menyusun RKS, agar mempunyai RKS yang disusun sendiri.
3. Kepala Sekolah dapat membentuk tim penyusun RKS yang terdiri dari guru, komite sekolah dan stakeholder yang mampu.
Untuk Pengawas
1. Mampu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang RKS.
2. Menbantu membimbing Kepala Sekolah dalam menyusun RKS.
3. Berusaha membimbing dan mendampingi Kepala Sekolah kaitannya dengan tupoksinya.
Untuk Peneliti Lainnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadikan bahan referensi dalam melakukan penelitian yang sama, dan dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Surabaya: Yrama Widya
Hamzah B. Uno, M. 2010. Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara
Marsudi, L. 2003. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Malang: UNM Press.
Suprihanto, John, dkk., 2003. Perilaku Organisasional. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.