Peningkatan Keterampilan Membaca Lancar Aksara Jawa
PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA LANCAR AKSARA JAWA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI WIROTO
PADA SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Rochani
Guru Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas V di SD Negeri Wiroto
ABSTRAK
Aksara Jawa merupakan salah satu materi muatan lokal dalam struktur kurikulum yang diajarkan disemua SD/MI di Jawa Tengah. Namun, berdasarkan data observasi di kelas V SD Negeri Wiroto Kecamatan Kaliori, ditemukan masalah bahwa siswa masih kesulitan membaca aksara Jawa. Guru sudah menggunakan model pembelajaran yang inovatif tetapi belum mengembangkannya secara maksimal, dan kurang memanfaatkan media untuk kegiatan pembelajaran. Dari segi siswa kurangnya minat, konsentrasi, dan aktivitas siswa dalam pembelajaran serta siswa kurang menguasai materi pelajaran. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model Word Square. Rumusan masalah dalam penelitian yaitu apakah penerapan model Word Square dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan membaca lancar aksara Jawa siswa kelas V SD Negeri Wiroto Kaliori? Sedangkan tujuan penelitian yaitu meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan membaca lancar aksara Jawa siswa kelas V SD Negeri Wiroto Kaliori. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan masing-masing siklus satu pertemuan. Subjek penelitian adalah guru dan siswa kelas V SD Negeri Wiroto yang berjumlah 14 siswa. Terdapat dua jenis data yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes berupa tes unjuk kerja membaca lancar aksara Jawa dan teknik non tes berupa lembar pengamatan, wawancara, dan catatan lapangan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan guru, aktivitas siswa dan keterampilan membaca lancar aksara Jawa melalui model Word Square mengalami peningkatan. Keterampilan guru pada siklus I mendapatkan skor 30 dengan kategori baik, siklus II menjadi 36 dengan kategori sangat baik, dan siklus III menjadi 42 dengan kategori sangat baik. Aktivitas siswa pada siklus I mendapat skor rata-rata 19,1 dengan kategori aktif, siklus II menjadi 22,2 dengan kategori aktif, dan siklus III menjadi 26,1 dengan kategori sangat aktif. Ketuntasan hasil belajar klasikal siklus I adalah 50%, siklus II menjadi 71,43%, dan pada siklus III meningkat menjadi 85,71%. Simpulan dari penelitian ini adalah penerapan model Word Square dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan membaca lancar aksara Jawa. Saran peneliti sebaiknya guru dapat mengembangkan penerapan model Word Square pada pelajaran lainnya.
Kata Kunci: aksara Jawa, keterampilan membaca lancar, model Word Square
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bahasa Jawa adalah salah satu muatan lokal dalam struktur kurikulum di tingkat pendidikan SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, bahkan di Propinsi Jawa Tengah menjadi muatan lokal wajib bagi semua jenjang pendidikan. Sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompe-tensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Permendiknas, 2006: 9).
Ruang lingkup kompetensi mata pelajaran Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa terbagi atas aspek kompetensi berbahasa dan bersastra dalam kerangka budaya Jawa. Aspek kompetensi berbahasa dan bersastra masing–masing terbagi atas sub aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Wibawa dalam Rohmadi dan Hartono, 2011: 11).
Membaca dalam aspek kompetensi berbahasa dan bersastra dalam kerangka budaya Jawa di tingkat pendidikan dasar hingga menengah ke atas memasukkan sub aspek membaca aksara Jawa dalam kurikulumnya. Khususnya di tingkat pendidikan dasar, aksara Jawa sebagai bekal pengetahuan pada jenjang sekolah yang lebih tinggi. Pembelajaran Bahasa Jawa kerap memiliki kesulitan saat dihadapkan dengan keterampilan memba-ca aksara Jawa. Kesulitan yang lebih “menakutkan” bagi para pelajar pada umumnya adalah bila mereka harus membaca atau menulis aksara Jawa.
Keadaan pembelajaran Bahasa Jawa di SDN Wiroto, siswa kelas V masih kesulitan membaca lancar aksara Jawa. Guru sudah menggunakan model pembela-jaran yang inovatif tetapi belum mengem-bangkannya secara maksimal, dan kurang memanfaatkan media untuk kegiatan pem-belajaran. Dari segi siswa yaitu kurangnya minat, konsentrasi dan aktivitas siswa dalam pembelajaran serta banyak siswa yang kurang menguasai materi pelajaran.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa keterampilan membaca lancar aksara Jawa belum mencapai target yang diharapkan. Dari hasil belajar berupa tes unjuk kerja membaca lancar, 64,29% (9 dari 14 siswa) tersebut mendapatkan skor penilaian di bawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 65. Dari data hasil tes unjuk kerja membaca lancar dan pelaksanaan pembelajaran tersebut perlu peningkatan proses pembelajaran, agar siswa sekolah dasar tersebut terampil membaca lancar aksara Jawa.
Berdasarkan kolaborasi dengan guru kelas V SDN Wiroto, ditentukan suatu alternatif pemecahan masalah yang bertu-juan untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan keterampilan membaca lancar aksara Jawa melalui penerapan model Word Square. Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokan metode ceramah yang berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran (Mujiman, dalam http://ras–eko.blog-spot.com/2011/05/model–pembelajaran–word–square.html).
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut 1) Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam membaca lancar aksara Jawa. Hal ini dikarenakan bentuk huruf yang rumit, 2) Metode pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, kurang menggunakan cara-cara yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Sehingga siswa semakin malas untuk belajar membaca aksara Jawa, 3) Siswa malas belajar karena kurangnya motivasi yang diberikan guru, 4) Hasil belajar siswa dalam kompetensi membaca lancar aksara Jawa masih sangat rendah.
Rumusan Masalah
1. Apakah melalui model Word Square dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran membaca lancar aksara Jawa di kelas V SDN Wiroto, Kaliori, Rembang?
2. Apakah melalui model Word Square dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca lancar aksara Jawa di kelas V SDN Wiroto, Kaliori, Rembang?
Tujuan Penelitian
1. Meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran membaca lancar aksara Jawa di kelas V SDN Wiroto, Kaliori, Rembang dengan menggunakan mo-del Word Square.
2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam membaca lancar aksara Jawa di kelas V SDN Wiroto, Kaliori, Rembang dengan menggunakan model Word Square.
3. Meningkatkan hasil belajar siswa berupa keterampilan membaca lancar aksara Jawa di kelas V SDN Wiroto, Kaliori, Rembang dengan mengguna-kan model Word Square.
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HI-POTESIS
Kajian Teori
Menurut Slameto (2010: 2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubah-an itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Menurut Bell–Gredler (dalam Winataputra dkk, 2008: 1.5), belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam compe-tencies, skills, and attitudes. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
Hakikat belajar juga tidak terlepas dari adanya proses belajar. Menurut Hardi-ni dan Puspitasari (2012: 4), proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri peserta didik, agar proses belajar tersebut mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum, maka pengajar/guru harus merencanakan de-ngan seksama dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku peserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pelaksanaan pembelajaran hendak-nya perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar. Uno dan Mohamad (2011: 34) menjelaskan bahwa prinsip belajar dianta-ranya: (1) stimulus belajar; (2) perhatian dan motivasi; (3) respon yang dipelajari; (4) penguatan; serta (5) pemakaian dan pemindahan. Prinsip belajar tersebut perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan proses belajar yang dilaksanakan sehingga dapat berlangsung secara optimal.
Selain ciri dan prinsip belajar, masih ada tujuan belajar yang perlu diperhatikan untuk ketercapaian proses belajar. Sardiman (2011: 26), bahwa ada tiga tujuan belajar yaitu: (1) mendapat-kan pengetahuan; (2) penanaman kon-sep dan keterampilan; serta (3) pemben-tukan sikap.
Kualitas pembelajaran disebut pula sebagai efektivitas belajar. Menurut Depdiknas (2004: 7), kualitas pembelajar-an secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergi pengajar, subjek belajar, kurikulum dan bahan belajar, media, fasilitas, serta sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler. Dapat disimpulkan kualitas pembelajaran atau juga disebut efektivitas belajar merupakan tingkat keberhasilan suatu pembelajaran.
Pemahaman terhadap pengertian kualitas pembelajaran dapat dikemukakan aspek–aspek kualitas pembelajaran. Menu-rut Hamdani (2011: 194), aspek-aspek efektivitas belajar, yaitu: (1) peningkatan pengetahuan; (2) peningkatan keterampil-an; (3) perubahan sikap; (4) perilaku; (5) kemampuan adaptasi; (6) peningkatan integrasi; (7) peningkatan partisipasi; (8) peningkatan interaksi cultural.
Adanya aktivitas siswa dalam pembelajaran sangat diperlukan. Menurut Sardiman (2011: 95) perlu adanya aktivitas siswa karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar–mengajar.
Macam–macam aktivitas siswa diklasifikasikan menjadi beberapa kelom-pok. Dierich (dalam Hamalik, 2012: 172) membagi kegiatan siswa dalam 8 kelompok, yaitu: (1) kegiatan–kegiatan visual; (2) kegiatan–kegiatan lisan (oral); (3) kegiatan–kegiatan mendengarkan; (4) kegiatan–kegiatan menulis; (5) kegiatan– kegiatan menggambar; (6) kegiatan–kegi-atan metrik; (7) kegiatan–kegiatan mental; dan (8) kegiatan-kegiatan emosional.
Hasil belajar merupakan hal yang diperhatikan hubungannya terhadap keter-capaian suatu pembelajaran. Menurut Abdurrahman (dalam Jihad dan Haris, 2010: 14), hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan–tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Aksara Jawa yang dikenal sampai saat ini memiliki sejarah dalam perkem-bangannya. Hastuti (dalam Rohmadi dan Hartono, 2011: 192) bahwa sejarah aksara Jawa berupa legenda hanacaraka itu berasal dari aksara Brahmi yang asalnya dari Hindustan.
Ada lima prinsip belajar aksara Jawa. Menurut Endraswara (2009: 86) prinsip belajar aksara Jawa, yaitu 1) Imitating adalah belajar aksara Jawa yang hanya meniru dari pengajar, buku, maupun apa saja yang pernah dilihat, 2) Remembering adalah belajar aksara Jawa dengan metode memberdayakan daya ingat, 3) Reformulating adalah langkah belajar aksara Jawa dengan mencoba menulis ulang yang pernah diingat, dilihat dalam contoh, 4) Creating adalah langkah mencipta aksara Jawa, 5) Justifying, adalah langkah menilai mana tulisan aksara Jawa yang benar dan yang salah.
Membaca merupakan pemahaman bahasa tulis oleh pembaca. Menurut Tarigan (2008: 7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata–kata/bahasa tulis. Menurut Crawley dan Mountain (dalam Rahim, 2005: 2), membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.
Membaca lancar memiliki tujuan tersendiri dalam pencapaian keterampilan tersebut. Menurut Santosa (2008: 3.19), membaca lancar bertujuan untuk melatih siswa menyuarakan lambang–lambang tulisan dengan lafal yang baik dan intonasi yang wajar.
Membaca lancar aksara Jawa sama halnya mengajarkan membaca permulaan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca lancar dengan mengasosialisasikan huruf dengan bunyi–bunyi bahasa untuk membaca kata–kata dan kalimat sederhana. Baik itu di kelas V SD, membaca lancar aksara Jawa diartikan anak membaca kata ataupun kalimat yang menggunakan aksara Jawa dengan benar.
Word Square dalam arti bahasa terdiri atas dua suku kata diantaranya “Word” yang berarti “Kata” dan “Square” yang berarti “Pencari”. Jadi menurut bahasa, arti dari Word Square adalah pencari kata. Model Word Square adalah model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak–kotak jawaban. Mirip seperti teka–teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh. Model ini sesuai untuk semua mata pelajaran. Tinggal bagaimana guru dapat membuat sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf pengecoh bukan untuk mempersulit siswa, namun melatih sikap teliti dan kritis.
Kerangka Berpikir
Alternatif tindakan yang akan dilaksanakan untuk memperbaiki keteram-pilan membaca lancar aksara Jawa dengan menerapkan model Word Square. Karak-teristik pembelajaran Word Square ialah siswa terlibat aktif dalam pembelajaran yang dikondisikan menyenangkan bagi sis-wa. Siswa didorong meningkatkan kete-rampilan membaca lancar aksara Jawa melalui aksara-aksara yang tersusun dalam kotak–kotak Word Square. Hal ini melibatkan kedisiplinan, ketelitian dan kemampuan dalam mencari jawaban. Guru terlibat dalam pembelajaran dan bertindak sebagai fasilitator pembelajaran, diantaranya dengan menyiapkan media Word Square. Media Word Square yaitu kotak–kotak aksara jawaban yang tersusun acak dengan aksara pengecoh.
Hipotesis
Model Word Square dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar berupa keterampilan membaca lancar aksara Jawa pada siswa kelas V SDN Wiroto Kaliori Rembang.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Wiroto pada semester I tahun pelajaran 2014/2015, yang beralamatkan di Desa Wiroto, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah peserta didik kelas V SD Negeri Wiroto, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, berjumlah 14 peserta didik, terdiri dari 10 laki-laki dan 4 perempuan.
Sumber Data
Peneliti mengumpulkan data yang berasal dari guru melalui lembar observasi keterampilan guru selama pembelajaran membaca lancar aksara Jawa yang menerapkan model Word Square.
Peneliti mencari data dari siswa melalui lembar observasi aktivitas siswa dan hasil evaluasi yang dilakukan saat pelaksanaan pembelajaran. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa.
Data dokumen berupa data nilai yang berupa hasil tes unjuk kerja membaca lancar aksara Jawa.
Catatan lapangan berupa catatan selama proses pembelajaran berlangsung yang memuat hal–hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, baik aktivitas siswa maupun keterampilan guru.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, tes, dokumen, dan catatan lapangan.
Prosedur Penelitian
Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilaksanakan selama tiga siklus dengan masing–masing siklus satu pertemuan, terdiri atas empat kegiatan. Arikunto, dkk (2008: 16) bahwa langkah–langkah penelitian tindakan kelas dibagi menjadi empat kegiatan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Kondisi Awal
Gambaran secara umum kondisi siswa saat berlangsung pelajaran adalah kurang tertib dan suasana kelas cenderung tidak kondusif untuk belajar. Hal tersebut terjadi sejak awal jam belajar dimulai hingga jam belajar berakhir, siswa cende-rung tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran dan inginnya bermain-main terus. Kondisi ini tidak hanya terjadi pada pelajaran bahasa Jawa saja, tapi hampir terjadi di semua pelajaran.
Selain nilai dan ketuntasan belajar yang masih kurang, permasalahan yang paling dirasakan adalah rendahnya motivasi belajar siswa kelas 5. Siswa belum memiliki kesadaran belajar yang baik di kelas. Setiap waktu dan kesempatan yang ada selalu mereka manfaatkan untuk bermain, tanpa memperhatikan dampak negatif berupa hasil belajar kurang baik.
Deskripsi Siklus I
Hasil penelitian siklus I diperoleh data berupa catatan lapangan, hasil obser-vasi keterampilan guru, hasil observasi aktivitas siswa, hasil wawancara guru, dan evaluasi belajar siswa dianalisis kembali bersama guru kelas V untuk melakukan perbaikan pada siklus II.
Permasalahan yang diperbaiki yaitu 1) Sebagian besar siswa hanya meng-andalkan sumber belajar dari sekolah (buku LKS), bahkan ada yang tidak membawa. Hanya sedikit siswa yang membawa pepak Bahasa Jawa sehingga semua materi hanya dari guru baik yang diterangkan maupun yang tertulis dipapan tulis. Dalam hal ini guru masih kurang memberikan sumber belajar terhadap siswa. Tentu saja hal ini akan mempengaruhi tingkat pemahaman siswa, 2) Guru kurang mengaktifkan siswa terutama memancing siswa untuk meng-ajukan pertanyaan atau memunculkan ide–ide baru. Dalam kegiatan tanya jawab belum terkondisikan secara maksimal. Siswa berani menjawab secara klasikal, namun belum berani untuk bertanya/ mengungkapkan pendapat individu, 3) Ketika diskusi kelompok masih terdapat beberapa siswa yang keliling mencontek hasil temuan teka–teki Word Square dari kelompok lain, tentunya hal tersebut juga memancing kegaduhan kelas, 4) Ketika pelaksanaan tes unjuk kerja membaca lancar aksara Jawa, siswa yang lainnya sangat ramai. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa mengabaikan tugas guru untuk membaca bersama–sama dalam kelompok aksara Jawa yang diberikan oleh guru. Sehingga kelas menjadi gaduh, 5) Guru belum mengajak siswa untuk menyimpul-kan pembelajaran dan melakukan refleksi, 6) Hasil belajar berupa keterampilan membaca lancar aksara Jawa siswa memperoleh ketuntasan sebanyak 50% belum memenuhi kriteria indikator ketun-tasan belajar klasikal yaitu 80%.
Hal–hal yang perlu diperbaiki dan diadakan revisi untuk tahap pelaksanaan siklus II sesuai dengan permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya adalah 1) Guru memberikan gambar aksara Jawa kepada setiap kelompok untuk menambah ketertarikan siswa membaca materi dan sebagai tambahan sumber belajar siswa, 2) Meningkatkan keterampilan bertanya dan memancing siswa untuk mengungkapkan pendapatnya, 3) Guru memberikan bimbingan yang lebih intensif pada saat diskusi kelompok berlangsung agar setiap kelompok dapat melaksanakan diskusi dengan baik dan tidak gaduh¸ 4) Ketika pelaksanaan tes unjuk kerja membaca lancar aksara Jawa, siswa yang lain diberikan penugasan mendiskusikan aksara Jawa yang diberikan oleh guru kemudian menulisnya di buku, sehingga siswa lebih serius mengerjakan dan tidak membuat gaduh, 5) Guru memberikan reward tidak hanya untuk kelompok yang berhasil menemukan kata benar terbanyak, tetapi juga kepada siswa yang berani menanggapi atau bertanya¸ 6) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih serius dan tertib pada saat pembelajaran sehingga dapat meningkat-kan keterampilan membaca lancar aksara Jawa.
Deskripsi Siklus II
Hasil penelitian siklus II diperoleh data berupa catatan lapangan, hasil obser-vasi keterampilan guru, hasil observasi aktivitas siswa, hasil wawancara guru, dan evaluasi belajar siswa dianalisis kembali bersama guru kelas V untuk melakukan perbaikan pada siklus III.
Permasalahan yang diperbaiki yaitu 1) Ketika kegiatan tanya jawab belang-sung, sebagian besar siswa aktif menja-wab pertanyaan secara bersama–sama, na-mun belum berani mengungkapkan penda-pat secara individu serta siswa kurang aktif untuk mengajukan pertanyaan, 2) Pada saat tes unjuk kerja membaca lancar aksara Jawa, siswa yang lain masih ramai sekalipun sudah diberikan tugas secara tertulis, 3) Siswa masih kurang aktif dalam menyimpulkan hasil belajar, 4) Hasil belajar berupa keterampilan membaca lancar aksara Jawa siswa siklus II mem-peroleh ketuntasan sebanyak 71,43% be-lum memenuhi kriteria indikator ketuntasan belajar klasikal yaitu 80%..
Hal–hal yang perlu diperbaiki dan diadakan revisi untuk tahap pelaksanaan siklus III sesuai dengan permasalahan yang telah diungkapkan sebelumnya adalah 1) Guru lebih meningkatkan kemampuan untuk memancing siswa lebih aktif lagi mengungkapkan pendapatnya dan berani mengajukan pertanyaan, 2) Guru lebih meningkatkan pengawasan dan menerapkan punishment kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas, sehingga kelas tidak gaduh, 3) Guru memberikan motivasi pada siswa untuk belajar lebih giat dan mempersiapkan diri untuk pertemuan selanjutnya.
Pembahasan Tiap Siklus dan Antar Siklus
Berdasarkan tabel dan diagram hasil observasi peningkatan keterampilan guru dalam pembelajaran membaca lancar aksara Jawa melalui model Word Square pada siklus I, II, dan III tersebut menun-jukkan adanya peningkatan keterampilan guru dalam mengajar. Pada siklus I kete-rampilan mengajar guru mendapatkan total skor 30 dengan kriteria baik, meningkat pada siklus II dengan perolehan skor 36 dengan kriteria sangat baik. Kemudian pada siklus III skor yang diperoleh adalah 42 dengan kriteria sangat baik.
Berdasarkan tabel dan diagram hasil observasi peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran membaca lancar aksara Jawa melalui model Word Square pada siklus I, II, dan III tersebut menunjukkan adanya peningkatan. Pada siklus I jumlah skor rata–rata yang diperoleh siswa adalah 19,1 dengan kriteria baik. Siklus II mengalami peningkatan, jumlah skor rata–rata yang diperoleh 22,2 dengan kriteria baik. Dan siklus III jumlah skor rata–rata yang diperoleh 26,1 dengan kriteria sangat baik.
Berdasarkan tabel dan diagram hasil observasi peningkatan keterampilan membaca lancar aksara Jawa melalui model Word Square pada siklus I, II, dan III menunjukkan peningkatan. Pada siklus I jumlah skor rata–rata yang diperoleh adalah 10,2. Siklus II mengalami peningkatan, jumlah skor rata–rata yang diperoleh adalah 11,6. Dan meningkat lagi pada siklus III dengan jumlah skor rata–rata 12,8.
Berdasarkan hasil penelitian ditunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar membaca lancar aksara Jawa melalui model Word Square dari siklus I sampai siklus III. Hasil belajar pada siklus I diperoleh nilai rata–rata kelas 63,8 dan persentase ketuntasan klasikal 50%. Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu dengan nilai rata–rata 72,3 dan persentase ketuntasan klasikal 71,43%. Hasil belajar siswa lebih meningkat lagi pada siklus III dengan nilai rata–rata 79,5 dan persentase ketuntasan klasikal 85,71%.
Nilai ketuntasan merupakan nilai yang menggambarkan proporsi dan kualifi-kasi penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah dikontrakan. Untuk menentukan batas minimal nilai ketuntasan peserta tes dapat menggunakan pedoman yang ada (Poerwanti, 2008: 6–16). Berdasarkan indikator keberhasilan yang ditetapkan, kriteria ideal ketuntasan klasikal adalah 80%. Berdasarkan nilai belajar siswa pada siklus I menunjukkan bahwa persentase ketuntasan belajar klasikal siswa belum mencapai 80%. Hal ini ditunjukkan dari ketuntasan yang dicapai hanya 50%, dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 7 dari 14 siswa. Setelah dilaksanakan siklus II persentase ketuntasan siswa mencapai 71,43% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 10 dari 14 siswa. Berdasarkan nilai belajar siswa pada siklus II menunjuk-kan bahwa persentase ketuntasan belajar klasikal belum mencapai 80%. Setelah dilaksanakan siklus III persentase ketun-tasan siswa mencapai 85,71% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 12 dari 14 siswa.
Berdasarkan data yang telah didapatkan berupa hasil pengamatan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan data hasil belajar berupa keterampilan membaca lancar aksara Jawa, diperoleh hasil bahwa keterampilan guru meningkat dengan kriteria sangat baik, aktivitas siswa meningkat dengan kriteria sangat baik, dan hasil belajar siswa berupa keterampilan membaca lancar aksara Jawa memenuhi ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 80%, maka penelitian ini berhenti sampai di siklus III.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada pelajaran membaca lancar aksara Jawa di kelas V SD Negeri Wiroto, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang menunjukkan bahwa keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar berupa keterampilan membaca lancar aksara Jawa dapat meningkat dari satu siklus ke siklus selanjutnya.
Hasil tes yang telah dilaksanakan oleh siswa menunjukkan adanya pening-katan pada setiap siklus. Siklus I diperoleh nilai rata–rata kelas 63,8 dan persentase ketuntasan klasikal 50%. Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan yaitu dengan nilai rata–rata 72,3 dan persentase ketuntasan klasikal 71,43%. Hasil belajar siswa lebih meningkat lagi pada siklus III dengan nilai rata–rata 79,5 dan persentase ketuntasan klasikal 85,71%. Keterampilan guru dalam mengajar juga mengalami peningkatan. Pada siklus I guru mendapat skor 30 yang termasuk dalam kriteria baik. Siklus II diperoleh skor 36 yang termasuk dalam kriteria sangat baik. Pada siklus III diperoleh skor 42 yang termasuk dalam kriteria sangat baik. Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan. Pada siklus I siswa mendapatkan jumlah skor rata–rata 19,1 yang termasuk dalam kriteria baik. Siklus II mendapatkan jumlah skor rata– rata 22,2 yang termasuk dalam kriteria baik. Dan siklus III diperoleh jumlah skor rata–rata 26,1 yang termasuk dalam kriteria sangat baik.
Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model Word Square pada penelitian ini dapat meningkatkan keteram-pilan guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar berupa keterampilan membaca lancar aksar Jawa. Guru dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa melalui inovasi pembelajaran yaitu dengan menerapkan model Word Square. Selain itu dengan penggunaan media kotak Word Square yang diaplikasikan ke dalam Lembar Kerja Siswa merangsang siswa untuk berpikir lebih kreatif dalam pembelajaran. Tentunya hal tersebut akan meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
PENUTUP
Simpulan
1. Model Word Square dapat meningkat-kan keterampilan guru dalam kegiatan pembelajaran.
2. Penerapan model Word Square dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas siswa.
3. Penerapan model Word Square dapat meningkatkan hasil belajar berupa keterampilan membaca lancar aksara Jawa siswa.
Saran
1. Guru diharapkan selalu menggunakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya yaitu: (1) menerapkan model–model pembelajaran seperti model Word Square baik dalam materi membaca aksara Jawa maupun materi lain; (2) sebaiknya guru memanfaatkan media yang lebih menarik.
2. Sebaiknya siswa lebih berani meng-ungkapkan pendapat melalui diskusi dan tanya jawab.
3. Sekolah diharapkan dapat memberikan dukungan diantaranya: (1) dorongan kepada guru untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran; (2) me-nyediakan fasilitas sekolah sehingga pembelajaran maksimal, dan mening-katkan akreditasi sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Alek dan Achmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Anggoro, Toha, dkk. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Aqib, Zainal. 2009. Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: Yrama Widya.
_____ , dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Sinar Grafika.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Endraswara, Suwardi. 2009. 30 Metode Pembelajaran Bahasa dan Sastra Jawa. Yogyakarta: KUNTUL Press.
Hamalik, Oemar. 2012. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hamijaya, dkk. 2008. QUICK READING: Melejitkan DNA Membaca. Bandung: Refika Offset.
Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia.
Herhyanto, Nar dan Akib Hamid. 2010. Statistika Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.
http://arisandi.com/jenis–jenis–membaca/, posting 06 Oktober 2010, diunduh pada 2 September 2014
http://bahasa.kompasiana.com/2012/04/21/bahasa–jawa-dalam–media–cetak–457028.html, diunduh pada 28 September 2014.
http://igkprawindyadwitantra.blogspot.com/2011/09/model–pembelajaran–word square.html, diunduh pada 2 Sptember 2014.
http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran–word–square.html, diunduh pada 2 September 2014.
http://repository.library.uksw.edu/bitstream/handle/123456789/1063/T1_292010802_BAB%20II.pdf?sequence=3, diunduh pada 2 September 2014.
http://s–surya62.blogspot.com/2012/05/pengertian-jenis–dan–tujuanmembaca.html, diunduh pada 28 September 2014.
Iskandar. 2008. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Lapono, Nabisi, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.
Lestari, Yani. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran Word Square dalam Peningkatan Motivasi dan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas IV SD. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Lexy J. Moloeng. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulia, Aki. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Word Square pada Mata Pelajaran PKn untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Cemorokandang 01 Kota Malang. Skripsi. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Malang.
Nurhadi. 2008. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendiknas.
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Depdiknas.
Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press.
Rohmadi, Muhammad dan Lili Hartono. 2011. Kajian Bahsa, Sastra dan Budaya Jawa Teori Pembelajarannya. Surakarta: Pelangi Press.
Rusman. 2012. Model–Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Santosa, dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses & Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suryadipura, dkk. 2008. Cara Belajar Membaca dan Menulis Huruf Jawa. Bandung: CV Yrama Widya.
Suyadi. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: DIVA Press. Taniredja, Tukiran, dkk. 2012. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung:Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.
Taufiq, Agus, dkk. 2010. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang–Undang Republik Indonesia. 2004. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah. Jakarta: UU RI.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yulianti, Rusmidah. 2013. Penggunaan Model Word Square dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas IV SD. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.