Peningkatan Keterampilan Proses dan Prestasi Belajar Dengan Cooperative Learning Peta Konsep
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES
DAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI PERKEMBANGBIAKAN MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING
DENGAN MEDIA PETA KONSEP SISWA KELAS VI SEMESTER 1
SDN 3 TLAGA TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Khadriyah
Guru SD Negeri 3 Tlaga UPT Dindikpora Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup dengan menerapkan Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep siswa kelas VI SDN 3 Tlaga. Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN 3 Tlaga Kecamatan Punggelan Kabupaten Banjarnegara pada semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 berjumlah 19 siswa, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Langkah-langkah dalam setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, tindakan dan pengamatan. Data penelitian ini adalah data tentang keterampilan proses dan prestasi belajar. Teknik pengumpulan data melalui metode observasi dan metode tes. Instrumen pengambilan data dengan lembar pengamatan untuk mengetahui motivasi siswa. Sedangkan instrumen tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskriptif komparatif yaitu membandingkan pra siklus dan antar siklus. Siklus I siswa yang memiliki keterampilan proses baik 58% atau 11 siswa dari 19 siswa, cukup 16% atau 3 siswa, kurang 26% atau 5 siswa. Hasil pengamatan pada siklus II keterampilan proses baik 84% atau 16 siswa dari 19 siswa, cukup 3 siswa atau 16%, dan yang kemampuan keterampilan proses kurang 0%. Sehingga ada kenaikan dalam keterampilan proses dari siklus I dan siklus II. Untuk data prestasi belajar siklus I diperoleh rerata 72 nilai tertinggi 87, nilai terendah 43, dan ketuntasan belajar 68%. Prestasi belajar siklus II diperoleh rerata 84 nilai tertinggi 97, nilai terendah 69, ketuntasan belajar 84%. Ini berarti ada kenaikan rata-rata dan ketuntasan belajar dari siklus I dan siklus II. Dari hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep dapat meningkatkan keterampilan proses dan prestasi belajar siswa.
Kata kunci: keterampilan proses, prestasi belajar, IPA, Model Cooperative Learning, Media Peta Konsep
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Permendiknas nomor 24 tahun 2006).
Pembelajaran IPA yang dilakukan di Kelas VI SD Negeri 3 Tlaga menggunakan model pembelajaran atau metode yang belum mengembangkan keterampilan proses siswa secara keseluruhan. Media pembelajaran yang digunakan masih kurang sehingga mempengaruhi kemampuan keterampilan proses siswa.
Ketika guru melakukan studi pendahuluan tentang mata pelajaran IPA tentang Perkembangbiakan Makhluk Hidup. Hasil tes prestasi belajar tingkat pemahaman materi sangat rendah. Hal ini terbukti hanya 5 siswa atau 26% yang mencapai ketuntasan belajar dari 19 siswa. Hal ini bisa menyebabkan kesulitan proses belajar selanjutnya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk meningkatkan keterampilan proses dan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri 3 Tlaga dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan Keterampilan Proses dan Prestasi Belajar IPA Materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup dengan Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep Siswa Kelas VI Semester 1 SD Negeri 3 Tlaga Tahun Pelajaran 2017/2018â€.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah rumusan masalahnya adalah:
1. Apakah penerapan Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep dapat meningkatkan keterampilan proses siswa terhadap mata pelajaran IPA materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup siswa kelas VI semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018?
2. Apakah penerapan Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup siswa kelas VI semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018?
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Keterampilan Proses
Pendapat S. Belen, Chaerudin dan Maman Abdurahman (1996: 29), keterampilan proses adalah sejumlah keterampilan fisik-mental-intelektual yang mendasar (keterampilan dasar = basic skills) yang perlu dikembangkan dalam diri anak. Keterampilan proses ini akan dimiliki anak melalui kegiatan belajar mengajar yang aktif dan kreatif, di mana anak mampu mencari, memproses, dan menemukan pengetahuan sendiri, di bawah bimbingan guru. Sejalan dengan itu sikap dan nilai yang diharapkan akan tumbuh dan berkembang.
Adapun jenis-jenis keterampilan proses yang perlu dikembangkan dan diberikan kepada siswa SD menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 141-144) adalah meliputi:
1) Mengamati
Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan panca indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa / pengecap. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakn hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain.
Mengamati memiliki dua sifat utama, yaitu sifat kualitatif dan kuantitatif. Bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaannya menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Sedang bersifat kuantitatif apabila pelaksanaanya selain menggunakan panca indra, juga menggunakan peralatan yang memberikan informasi khusus dan tepat.
2) Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasrjkan sifat-sifat khususnya, sehingga didaptkan golongan/ kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.
3) Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan daalm bentuk suara, visual, atau suara visual.
4) Mengukur
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah diterapkan sebelumnya. Keterampilan mengukur merupakan hal tepenting dalam membina observasi kuantitatif, mengklasifikasikan dan membandingkan segala sesuatu disekeliling kita, serta mengkomunikasikan secara tepat kapada yang lain.
5) Memprediksi
Memprediksi merupakan keterampilan mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala sesuatu hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
6) Menyimpulkan
Menyimpulkan ialah keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui.
Keterampilan proses terdiri dari keterampilan dasar dan keterampilan-keterampilan terintegrasi. Keterampilan- keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomuni-kasikan. Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
Belajar
Menurut Gagne (dalam Agus Suprijono, 2016: 2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat tidaklah demikian. Belajar dianggapnya property sekolah. Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas (sekolah). Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak seluruhnya salah sebab, seperti dikatakan Reber, (dalam Agus Suprijono, 2016: 3) belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.
Dari definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan disposisi atau kemampuan berupa pengetahuan.
Prestasi Belajar
Poerwanto dalam Ghullam (2011:83) memberikan pengertian bahwa “prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapotâ€. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Winkel dalam Ghullam (2011:83) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainyaâ€. Menurut Djamarah dalam Annur (2011:12), “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan perilaku dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajarâ€. Prestasi belajar dapat diperoleh oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar, biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dalam bentuk kuantitaif atau angka yang akan dipersiapkan untuk evaluasi dalam raport (http://www.eurekapendidikan.com/2014/12/prestasi-belajar.html).
Zaenal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa prestasi belajar berupa kemampuan, keterampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.
IPA
H.W Flowler dalam Trianto, (2010:136) menyatakan bahwa IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi
Wahyana dalam Trianto (2010:136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Model Cooperative Learning
Parker (1994) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran di mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Sementara itu Davidson (1995) mendefinisikan pembelajaran kooperatif secara terminologis dan perbedaannya dengan pembelajaran kolaboratif. Menurutnya, pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini memang dikenal sangat penting untuk meningkatkan kinerja kelompok, organisasi, dan perkumpulan manusia (dalam Miftahul Huda, 2015: 30).
Media Peta Konsep
Peta konsep adalah suatu gambar yang memaparkan struktur konsep yaitu keterkaitan antar konsep dari suatu gambaran yang menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dari suatu materi pelajaran yang dihubungkan dengan suatu kata penghubung sehingga membentuk suatu proposisi. Karena itu, peta konsep akan mendorong siswa menghubungkan konsep-konsep selama belajar, sehingga tercapai pembelajaran yang bermakna (Dahar,1989:123). Menurut Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut Suparno (dalam Basuki, 2000: 9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Novak and Gowin (1985) menyatakan bahwa peta konsep adalah alat atau cara yang dapat digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa. Gagasan Novak ini didasarkan pada teori belajar Ausabel. Ausabel sangat menekankan agar guru mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki oleh siswa supaya belajar bermakna dapat berlangsung. Dalam belajar bermakna pengetahuan baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif (otak) siswa. Bila dalam struktur kognitif tidak terdapat konsep-konsep relevan, pengetahuan baru yang telah dipelajari hanyalah hapalan semata (http://www.eurekapendidikan.com/2015/08/pengertian-peta-konsep.html)
Media peta konsep dalam pembelajaran ini adalah berupa peta konsep mengenai perkembangbiakan tumbuhan secara generatif dan perkembanganbiakan tumbuhan secara vegetatif. Diharapkan dengan penggunaan media peta konsep perkembangbiakan tumbuhan secara generatif dan perkembanganbiakan tumbuhan secara vegetatif membuat siswa lebih tertarik dan memahami materi pelajaran.
Hipotesis Tindakan
Hipotesa tindakan dalam penelitian ini adalah keterampilan proses dan prestasi belajar siswa kelas III semester 1 tahun pelajaran 2017/2018 dalam pembelajaran IPA materi Perkembangbiakan Makhluk Hidup akan meningkat dengan diterapkannya Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep di SDN 3 Tlaga.
Kriteria dan Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dianggap berhasil jika hasil observasi siswa tentang keterampilan proses siswa persentase rata-rata mencapai 75% dari jumlah seluruh siswa. Dan dampak dari keterampilan proses tersebut prestasi belajar siswa memperoleh nilai di atas KKM 75% dari jumlah siswa.
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Tlaga Kecamatan Punggelan, Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA selama 2 siklus.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VI SD Negeri 3 Tlaga yang berjumlah 19 siswa.
Sumber Data
Sumber Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: Sumber data siswa, Sumber data guru, Sumber data kolaborator, Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran IPA serta aktivitas lain yang bertalian, dokumen atau arsip.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik merupakan cara mengumpulkan data sedangkan alat pengumpulan data merupakan instrument yang digunakan mengambil data. Teknik pengumpulan data meliputi: teknik tes, teknik pengamatan, teknik wawancara, teknik dan dokumen.
Validasi Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan validasi data: Data Tes Prestasi Belajar dan Data Dokumentasi.
Analisis Data
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan menggunakan analisis data: Analisa Data Tes Prestasi Belajar, Analisa Data Pengamatan, dan Analisis Dokumentasi.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Prosedur umum penelitian ini melalui tahapan planning, acting, observing dan reflecting.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kondisi Awal
Secara lengkap hasil observasi awal yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Kemampuan Keterampilan Proses pada Pra Siklus
No |
Keterampilan Proses |
Jumlah Siswa |
% |
Ket |
1 |
Baik |
3 |
16 |
|
2 |
Cukup |
3 |
16 |
|
3 |
Kurang |
13 |
68 |
|
|
Jumlah |
|
100% |
|
Dari hasil tes awal terlihat jumlah siswa yang memiliki keterampilan proses kurang berjumlah 13 siswa atau 58%. Siswa berkemampuan keterampilan proses cukup berjumlah 3 siswa atau 16%, kemampuan keterampilan proses baik berjumlah 3 siswa atau 16%. Secara umum kemampuan keterampilan proses dalam proses pembelajaran IPA Kelas VI semester 1 di SD Negeri 3 Tlaga kategori rendah atau kurang.
Data hasil tes prestasi belajar pra siklus secara lengkap disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Hasil Tes Prestasi Belajar Pra Siklus
No |
Hasil Tes Prestasi Belajar |
Hasil |
Keterangan |
1 |
Nilai Tertinggi |
75 |
|
2 |
Nilai Terendah |
40 |
|
3 |
Ketuntasan Belajar |
26 |
|
4 |
Nilai Rata-rata |
60 |
|
Dari hasil tes prestasi belajar pra siklus menunjukkan banyak siswa yang belum tuntas belajar atau yang mendapatkan nilai sama dengan KKM atau sama dengan 70 ada 5 siswa dengan ketuntasan belajar 26%. Nilai tertinggi 75, nilai terendah 40 dengan rentang nilai 0-100 dan dengan nilai rata-rata 60.
Hasil Pengamatan Siklus I
Pada siklus 1 diperoleh hasil, siswa memiliki keterampilan proses yang berkategori baik 11 siswa atau 58%, siswa memiliki keterampilan proses kategori cukup 3 siswa atau 16% dan siswa yang memiliki keterampilan proses kategori kurang 5 siswa atau 26%. Ini berarti ada kenaikan dalam keterampilan proses siswa kategori baik dari pra siklus 7 siswa menjadi 11 siswa atau 37% menjadi 58%.
a) Data tentang tes prestasi belajar
Hasil tes prestasi belajar baru mancapai rata-rata 72 dan ketuntasan belajar 68% sehingga belum berhasil.
b) Hasil Refleksi Siklus I
Akhir siklus 1 menunjukkan bahwa hasil penelitian keterampilan proses baik siswa baru mencapai 58% sehingga belum berhasil. Hasil tes prestasi belajar baru mancapai rata-rata 72 dan ketuntasan belajar 68% sehingga belum berhasil. Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian dilanjutkan siklus II dengan menambah media pembelajaran berupa media peta konsep.
Hasil Pengamatan Siklus II
Akhir siklus II menunjukkan hasil penelitian keterampilan proses siswa mencapai 84% sehingga sudah mencapai indikator keberhasilan. Hasil tes prestasi belajar sudah mencapai rerata 84% sehingga sudah berhasil. Berdasarkan diskusi refleksi maka penelitian siklus II dihentikan karena semua indikator sudah tercapai.
Pembahasan Tiap dan Antar siklus
Perbandingan hasil penelitian pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan pengamatan pada saat proses pembelajaran diperoleh data pada tabel sebagai berikut:
Tabel Perbandingan Keterampilan Proses Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No |
Keterampilan Proses |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Baik |
3 |
11 |
16 |
2 |
Cukup |
3 |
3 |
3 |
3 |
Kurang |
13 |
5 |
– |
4 |
Rerata |
18 |
23 |
27 |
Berdasarkan data di atas rerata keterampilan proses baik pra siklus sejumlah 3 siswa menjadi 11 di siklus I. Sementara pada siklus II ada kenaikan rerata keterampilan proses dari 23 menjadi 27 dari siklus I. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep dapat meningkatkan rerata keterampilan proses siswa dari 18 menjadi 27.
Sementara dari aspek prestasi belajar mata pelajaran IPA yang diukur melalui tes prestasi menunjukkan hasil pada pra siklus rerata 60 dan ketuntasan belajar 26% setelah dilakukan pembelajaran dengan Model Cooperative Learning ada peningkatan. Pada siklus I rerata 72 dan ketuntasan 68%. Berdasarkan diskusi refleksi disimpulkan hasil belum mencapai indikator keberhasilan. Dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I yaitu dalam hal media pembelajaran dengan media peta konsep. Hasil tes prestasi pada siklus II rerata 84 dan ketuntasan belajar 84%. Perbandingan hasil tes prestasi belajar pra siklus, siklus I dan siklus II setelah dilakukan evaluasi pada akhir siklus diperoleh data sebagai berikut.
Tabel Perbandingan Prestasi Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No |
Prestasi Belajar Matematika |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
1 |
Nilai Tertinggi |
75 |
87 |
97 |
2 |
Nilai Terendah |
40 |
43 |
69 |
3 |
Nilai Rata-rata |
60 |
72 |
84 |
4 |
Ketuntasan Belajar |
26 |
68 |
84 |
Berdasarkan data di atas terlihat pra siklus nilai rata-rata 60 pada siklus I rata-rata menjadi 72 dan siklus II rata-rata meningkat menjadi 84. Dengan demikian pembelajaran dengan Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep dapat meningkatkan prestasi belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Model Cooperative Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA rerata pada pra siklus 60 menjadi 72 di siklus I. Ketuntasan belajar pada pra siklus 26%, pada siklus I 68%, dan siklus II 84%. Ini berarti pada siklus I ada peningkatan ketuntasan belajar dari 26% menjadi 84%. Sedangkan pada siklus II meningkat dari 72% menjadi 84%. Dengan demikian pembelajaran melalui Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep dapat meningkatkan ketuntasan belajar dari 26% menjadi 84%.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep dapat meningkatkan keterampilan proses siswa mata pelajaran Matematika siswa kelas VI SDN 3 Tlaga semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 dari keterampilan proses siswa rata-rata 18 berkategori cukup pada pra siklus menjadi rata-rata 27 berkategori baik pada akhir siklus II.
2. Penerapan Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep dapat meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran IPA siswa kelas VI SDN 3 Tlaga semester 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 dari pra siklus rata-rata 60 dengan ketuntasan belajar 26% menjadi rata-rata 84 dengan ketuntasan belajar 84% pada akhir siklus II.
Saran
Mengingat penerapan Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep dapat meningkatkan keterampilan proses dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA maka guru perlu menerapkan Model Cooperative Learning dengan Media Peta Konsep di sekolahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfindasari, Dessy. 2014. Prestasi Belajar. http://www.eurekapendidikan.com/2014/12/prestasi-belajar.html. Tanggal akses 26 Oktober 2017.
Arifin, Zaenal. 1990. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Akademika.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Huda, Miftahul. 2015. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Junaedi. 2010. Instrumen Penelitian dan Analisis Data. Semarang: Pemprov. Jateng Dinas Pendidikan Bidang PPTK.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan lampirannya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Trianto, 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Rineka Cipta.
S. Belen, dkk. 1996. Pendidikan IPS 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suprijono, Agus. 2016. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.