Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Supervisi Akademik di Sekolah Dasar
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU
DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN DENGAN OPTIMAL
MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SEKOLAH DASAR
DAERAH BINAAN GUGUS MOHAMMAD SYAFEI UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI
SEMESTER II TAHUN AJARAN 2016/2017
Harsono
Pengawas SD UPTD Pendidikan Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri
ABSTRAK
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk: (1) Meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017; (2). Meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017.(3). Meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan di Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri. Jenis penelitian adalah penelitian tindakan sekolah. Penelitian dilakukan pada semester II, yakn bulan Februari sampa Mei 2017. Subyek penelitian ini adalah guru SD Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri, sebanyak 10 guru Penelitian dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus menggunakan prosedur:perencanaan, pelaksanaan, pengamatan an refleksi. Hasil penelitian dapat diismpulkan: (1) Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017 hingga 100% guru memiliki nilai dalam kategori yang baik (B), dan nilai reratanya l mencapai 93,6 (kategori amat baik) atau A; (2) Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017. hingga 100% guru memiliki nilai dalam kategori baik (B), dan nilai reratanya mencapai 95,3 atau kategori sangat bak (A); (3) Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017. hingga mencapai 100% guru memiliki nilai dalam kategori baik (B), dan nilai reratanya mencapai angka 94,5 atau kategori sangat baik (A).
Kata kunci: kompetens guru, supervisi akademik, pelaksanaan pembelajaran optimal
PENDAHULUAN
Kegiatan melaksanakan pembelajaran merupakan salah satu tugas dan kewajiban guru yang sudah diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Pemerintah nomor 16 tahun 2009. Salah satu kompetensi yang dipersyaratkan dalam standar kompetensi dan kualifikasi akademik guru dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 juga mempersyaratkan bahwa guru harus mempunyai kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pendidikan secara formal di sekolah, karena pelaksanaan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pendidikan, oleh karena itu sudah seharusnya jika pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh para guru secara optimal.
Salah satu faktor penting agar guru dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan optimal adalah ketersediaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP. RPP sangat memegang peranan penting dalam proses pembelajaran, karena RPP merupakan pedoman bagi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran. Tanpa adanya RPP maka pembelajaran cenderung mengalami kegagalan karena tidak memiliki acuan tentang kegiatan yang harus dilakukan dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.
RPP yang dikembangkan oleh pendidik yang mengacu pada silabus, merupakan seperangkat rencana yang menjadi pedoman pendidik dalam melaksanakan tahapan pembelajaran baik secara teori maupun praktek. Namun kenyataannya banyak pendidik yang beranggapan bahwa RPP tidak penting, karena tanpa RPP pun pembelajaran dapat berjalan, jadi yang penting masuk kelas dan peserta didik mendapat pembelajaran, itu dirasa sudah cukup. Ada juga guru yang memiliki RPP lengkap, namun hanya dipergunakan untuk memenuhi kelengkapan administrasi saja, tanpa digunakan untuk pedoman dalam menyampaikan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran berlangsung hanya berdasarkan urutan materi pada buku pelajaran semata.
Hal yang demikian itu terjadi di Sekolah-sekolah Dasar di Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri, yaitu sekolah-sekolah yang menjadi daerah binaan Peneliti saat ini. Dari hasil supervisi pelaksanaan pembelajaran bagi guru kelas, dengan sasaran 10 SD binaan yang mengkhususkan bagi para guru kelas yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) saja terdiri dari 36 guru kelas, masih ada 10 guru yang dalam melaksanakan pembelajaran belum optimal. Guru yang dalam melaksanakan pembelajaran tidak menggunakan RPP sebanyak 2 orang, dan yang menggunakan RPP namun pengimplementasiannya dalam pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai atau kurang sesuai ada 8 orang. Hal yang demikian itu menunjukkan bahwa guru tersebut belum optimal dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam penelitian ini yang penulis maksudkan pelaksanaan pembelajaran secara optimal adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru benar-benar berpedoman pada RPP yang sesuai dengan jadwal pada hari pelaksanaan, dan pengimplementasiannya sesuai dengan RPP yang telah disiapkan baik meliputi langkah-langkah kegiatannya, metode atau strategi pembelajarannya, media dan alat /sumber bahannya sampai dengan penilaian dan tindak lanjutnya.
Berdasarkan analisis hasil supervisi pelaksanaan pembelajaran secara optimal pada prasiklus, dari 36 guru kelas yang berstatus PNS di Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono sebanyak 36 orang guru, yang memiliki nilai dengan kategori baik sebanyak 26 orang guru, yang berkategori cukup sebanyak 2 orang, yang berkategori kurang sebanyak 6 orang dan yang berkategori sangat kurang sebanyak 2 orang. Berdasarkan kondisi tersebut maka ada 10 orang guru yang perlu mendapatkan pembinaan akademik untuk meningkatkan kompetensinya dalam melaksanakan pembelajaran secara optimal yakni para guru yang belum mampu mencapai nilai dalam kategori baik. Oleh karena itu maka dalam penelitian ini yang akan dijadikan sebagai subyek penelitan berjumlah 10 orang guru, di mana hasil supervisi akademik dari 10 orang guru tersebut 2 orang guru (20%) dari 10 subyek penelitian memiliki nilai dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal dalam kategori cukup (C), 6 orang guru (60%) memiliki nilai dalam kategori kurang baik (D) dan 2 orang guru (20%) memiliki nilai dalam kategori sangat kurang, sedangkan nilai reratanya baru mencapai 64,3 yakni termasuk dalam kategori kurang baik (D).
Masih adanya kompetensi guru yang rendah (kurang baik) dalam melaksanakan pembelajaran secara optimal di Gugus daerah binaan ini menjadikan suatu permasalahan yang perlu segera ditindak lanjuti agar menjadi lebih baik. Hal ini sangat penting dikarenakan pelaksanaan pembelajaran di sekolah sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu jika masalah ini berkepanjangan maka dikhawatirkan mutu pendidikan di seolah-sekolah ini akan menjadi kurang baik. Untuk itu maka penulis selaku Pengawas Sekolah di daerah binaan ini melakukan refleksi guna mencari akar permasalahan yang menyebabkan rendahnya kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran secara optimal ini, agar dapat melakukan perbaikan dengan tepat sehingga tidak lagi terjadi hal yang demikian.
Berdasarkan refleksi yang penulis lakukan, Penulis sebagai Pengawas Sekolah di daerah binaan ini berasumsi bahwa salah satu faktor penyebab rendahnya kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran yang optimal ini disebabkan dari faktor pengawas. Penulis selaku pengawas sekolah di Gugus ini, belum pernah melaksanakan supervisi pelaksanaan pembelajaran yang optimal, yakni yang sesuai antara pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada saat itu, dikonfirmasikan dengan RPP yang seharusnya sesuai dengan jadwal pelajaran pada hari itu. Selama ini Pengawas melaksanakan supervisi bagi guru kelas di gugus ini hanya dilakukan bagian demi bagian, misalnya pada suatu saat hanya melakukan supervsi tentang RPP bagi semua guru se gugus sekolah binaan, dan suatu saat lainnya Pengawas melakukan supervisi hanya pada kegiatan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Dengan model supervisi seperti ini maka tidak akan terpantau, apakah guru benar-benar mempersiapkan RPP secara rutin dan tepat waktu atau hanya sekedar mencetak RPP demi untuk memenuhi kelengkapan admnistrasi semata? Apakah pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh para guru itu benar-benar berpedoman pada RPP yang sudah dipersiapkan pada hari itu, atau guru sekedar menyampaikan materi pembelajaran dengan berpedoman pada buku paket semata? Apakah para guru telah melaksanakan pembelajaran dengan optimal, yang ditunjukkan dengan performent guru dalam melaksanakan pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan pada hari itu, baik langkah-langkahnya,strategi atau metode yang digunakan, penilaian yang dilakukan dan lain-lain?
Mengingat akan arti pentingnya proses pembelajaran dalam mencapai keberhasilan pendidikan, serta tuntutan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran secara optimal, maka kurang optimalnya kemampuan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran ini menjadi suatu kebutuhan yang sangat essensial dan urgen untuk segera mendapatkan penanganan yang serius. Penanganan yang dimaksud adalah untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga mutu pendidikan menjadi lebih berkualitas.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, penulis yang memiliki tugas sebagai Pengawas Sekolah Dasar di Kecamatan Jatisrono khususnya di daerah binaan Gugus Mohammad Syafei, bermaksud untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan ini dengan menerapkan supervsi akademik bagi para guru di Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatirsrono.
Untuk melaksanakan perbaikan tersebut, penulis berupaya mengemas kegatan ini dalam suatu Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) guna meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optmal, khususnya di Gugus Mohammad Syafei UPTD Pendidikan Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2016/2017 yang dilakukan melalui supervsi akademik.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
- Apakah ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017?
- Apakah ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017?
- Apakah ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:
- Meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017.
- Meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017.
- Meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017.
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Kajan Teori tentang Kompetensi Guru
Menurut Saudagar (2009: 30) kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga seseorang dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan pskimotorik dengan sebaik-baiknya. Kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi guru ialah sejumlah kemampuan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tingkatan guru profesional.
Menurut Kandar (2010: 1) kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. Standar Kompetensi Guru adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan. Menurut Mulyasa (2008: 135) kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kajian Teori tentang Pembelajaran
Saylor (Sutardi, 2007:2) menyatakan bahwa “Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan seorang guru dalam mewujudkannya. Guru aktif dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa sesuai dengan program yang dibuatnya. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dan siswa. Kualitas hubungan antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran sebagian besar ditentukan oleh guru dalam mengajar (teaching) dan siswa dalam belajar (learning). Kualitas hubungan antara guru dan siswa menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang efektif. Mengingat begitu pentingnya peranan hubungan antara guru dan siswa dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, maka guru dituntut untuk mampu menciptakan hubungan yang positif. Guru dituntut untuk menciptakan suasana yang kondusif agar siswa bersedia terlibat sepenuhnya pada kegiatan pembelajaran.Bottom of Form
Pelaksanaan Pembelajaran yang Optimal
Arti kata optimal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS. Poerwadarminta,1976:687) adalah optimum yang berarti terbaik atau yang paling menguntungkan,misalnya suhu yang optimum bagi pertumbuhan tanam-tanaman. Dari pengertian optimal tersebut maka dapat diartikan bahwa pembelajaran yang optimal artinya pembelajaran yang paling baik.
Wujud dari proses pembelajaran optimal dapat ditujukkan dengan kondisi belajar yang efektif yang di susun dengan ketentuan sebagai berikut: (1) memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan penemuan-penemuan sebagai wujud perolehan hasil belajarnya (2) mampu menuntun anak untuk mengolah perolehan hasil belajarnya sendiri, (3) memacu kemampuan mental, fisik, dan sosial anak sebagai penggerak tercapainya kemampuan-kemampuan berikutnya yang lebih tinggi, (4) memberikan kesempatan kepada anak untuk menunjukkan kreatifitas dan bertangung jawab terhadap kegiatan itu, (5) memberi kesempatan kepada anak untuk menetapkan kegiatan belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing, (6) memberi kesempatan anak untuk mengembangan kegiatan belajar sesuai dengan minat dan perbedaan bakatnya, (7) memberi peluang terjadinya akselerasi belajar individual dengan tetap terbinanya sikap kebersamaan dalam proses pembelajaran.
Kajan Teori tentang Supervisi Akademik
Menurut Sukirman, dkk (2010: 105), supervisi sebagai suatu proses pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, pada akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang lebih baik yang disebut dengan supervisi klinis. Supervisi klinis merupakan salah satu pendekatan dalam supervisi pendidikan. Supervisi klinis bertujuan membantu perkembangan profesional para guru khususnya dalam penampilan mengajar.
Menurut Mulyasa (2006: 155) mengungkapkan bahwa supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan. Dalam definisi ini supervisi dipandang sebagai subsistem dari sistem administrasi sekolah. Sebagai sub sistem, supervisi tidak terlepas dari sistem administrasi yang juga menyangkut non-guru. Menurut Sagala (2009: 194) supervisi adalah sebagai bantuan dan bimbingan profesional bagi guru dalam melaksanakan tugas instruksional guna memperbaiki hal belajar dan mengajar dengan melakukan stimulasi, koordinasi, dan bimbingan secara kontinu untuk meningkatkan pertumbuhan jabatan guru secara individual maupun kelompok.
Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan, maka sudah seharusnya dilakukan oleh para guru secara optimal. Namun kondisi guru di lapangan masih belum mampu melaksanakan pembelajaran dengan optimal.
Untuk meningkatakan kemampuan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran secara optimal diperlukan tindakan berupa pembinaan dari Pengawas Sekolah karena salah satu tugas pokok dan fungsi pengawas adalah melaksanakan supervisi dan melakukan pembinaan baik utamanya dalam bidang akademik. Dalam hal ini untuk meningkatkan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran diupayakan menggunakan pembinaan secara kelompok. Melalui pembinaan kelompok diharapkan dapat memberi penyegaran agar guru dapat melaksanakan tugas pembelajaran dengan optimal.
Hipotesis Tindakan
Pada umumnya hipotesis tindakan adalah merupakan dugaan sementara atan memprediksi perubahan apa yang akan terjadi pada objek penelitian jika suatu tindakan dilakukan. Dalam penelitian ini Hipotesis tindakan dimaksudkan adalah asumsi penulis akan tercapainya keberhasilan setelah suatu tindakan ini diberlakukan (diterapkan). Dalam penelitian ini diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut:
- Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017.
- Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017.
- Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan Daerah Binaan Gugus Muhamad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian dilaksanakan pada Semester II tahun pelajaran 2016/2017 dikarenakan temuan permasalahan terjadi pada semester II tahun pelajaran pelajaran 2016/2017.
Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian tindakan sekolah ini adalah sebagian guru SD di Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri, sebanyak 10 guru yang tersebar pada 7 Sekolah Binaan. Pengambilan subyek penelitian 10 guru ini didasarkan pada pertimbangan: Guru berstatus PNS dan Kompetensi Guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal belum mampu mencapai nilai dalam kategori baik. Obyek penelitian ini adalah permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, upaya peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan hasil penilaian kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung peristiwa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh subyek penelitian. Pengamatan akan dilakukan terhadap: (1). Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru; (2) Rencana pelaksanaan pembelajaran dan jadwal pelajaran, dan hasilnya dinilai dalam lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil pengamatan akan dipergunakan guna menata langkah-langkah perbaikan pada siklus berikutnya.
Analisa Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Lexy J Moleong,1998:248).
Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan kondisi akhir atau target yang diharapkan dapat dicapai pekerjaan (tindakan) selesai dilakukan. Dalam penelitian ini indikator keberhasilan penelitian ditentukan sebagai berikut: Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila: Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017 hingga 80% guru memiliki nilai dalam kategori yang baik (B), dan nilai reratanya minimal mencapai angka 85 (kategori baik). Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017. hingga 80% guru memiliki nilai dalam kategori yang baik (B), dan nilai reratanya minimal mencapai angka 85 (kategori baik). Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017. hingga 80% guru memiliki nilai dalam kategori yang baik (B), dan nilai reratanya minimal mencapai angka 85 (kategori baik)
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Pra Siklus
Dari hasil supervsi pelaksanaan pembelajaran dengan optimal pada pra siklus dapat lakukan analisis hasilnya (nilainya), bahwa sebanyak 10 orang guru yang menjadi subyek penelitian ini seluruhnya belum memlik kompetensi yang baik dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal, baik ditnjau dari pelaksanaan pembelajarannya maupun ditnjau dari kesesuaiannya antara pelaksanaan pembelajaran dengan RPP nya.
Dilihat dari aspek-aspek yang dinilai, ada beberapa kelemahan atau kekurangan guru pada masing-masing komponen. Pada komponen kompetensi pelaksanaan pembelajaran ada 3 kekurangan atau kelemahan yaitu pada aspek: (1) Kemampuan membuka pelajaran, (2) Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran; dan (3). Tindak lanjut. Sedangkan dari komponen kesesuaan pelaksanaan pembelajaran dengan RPP, mash mengalam kekurangan pada aspek: (1). Kesesuaian Metode Pembelajaran; (2). Kesesuaian Media/alat, Bahan dan Sumber Bahan, dan (3). Kesesuaian Penilaian. Untuk komponen kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal, pada aspek pelaksanaan pembelajaran mash dalam kategori kurang (D), sedangkan pada aspek kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP masih dalam kategori sangat kurang (E).
Siklus I
Dari hasil supervisi pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil dengan nilai rata-rata kompetens guru dalam melaksanakan pembelajaran sebesar 79.8 atau dalam kategori baik (B). Namun masiih ditemukan kelemahan-kelemahan yang di berbaga aspek penilaan yang perlu ditingkatkan, yaitu: (1). Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran dengan ratat-rata nlai 62.5 atau kategor kurang, (2) kegatan tindak lanjut” yang baru mencapai nilai 60, termasuk pada kategori sangat kurang.
Dari hasil supervisi kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP diperoleh hasil dengan nilai rata-rata sebesar 86.9 atau dalam kategori baik (B). Namun masiih ditemukan kelemahan mayortias guru, yakni pada komponen “ Kesesuaian Media/alat, Bahan dan Sumber Bahan” dengan yang baru mencapai scor rata-rata 3.0 atau setara dengan nilai 75, termasuk pada kategori cukup (C). Dari hasil pengolahan nilai kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal telah mencapai nilai rerata sebesar 83.4 yakni dalam kategor baik.
Berdasarkan data tersebut,menunjukkan masih adanya kelemahan-kelemahan guru pada beberapa aspek sehingga peneltian pada sklus I ini belum berhasil mencapai indikator keberhasilan kinerja yang ditargetkan. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya, dengan memberikan pembinaan akademik kepada para guru untuk memperbaiki kekurangan atau kelemahan yang masih dialami para guru sehingga ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal hingga mencapa target yang diharapkan.
Siklus II
Dari hasil supervisi pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil dengan nilai rata-rata kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran sebesar 93,6 atau dalam kategori sangat baik (A), dan tidak ditemukan kelemahan atau kekurangan guru di berbagai aspek penilaan yang perlu ditingkatkan. Dari hasil supervisi kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP diperoleh hasil dengan nilai rata-rata sebesar 95,3 atau dalam kategori sangat baik (A). dan tidak ditemukan kelemahan atau kekurangan guru di berbagai aspek penilaan yang perlu ditingkatkan.
Dari data nilai kompetensi guru dalam melaksanaakn pembelajaran dengan optimal menujukkan bahwa jumlah guru yang memiliki nilai dalam ketagori sangat baik sebanyak 9 orang (90%) dan yang memiliki nilai dalam kategori baik sebanyak 1 orang (10%). Sedangkan reratanya mencapai nilai 94,5 yakni dalam kategori Sangat baik (A). Berdasarkan data tersebut,menunjukkan bahwa penelitian pada siklus II telah berhasil mencapai indikator keberhasilan kinerja yang ditargetkan. Oleh karena itu penelitian ini tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.
PEMBAHASAN
Pra Sklus ke Siklus I
Peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Secara kualitatif jumlah guru yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik (A) pada pra siklus belum ada (0%) sedangkan pada sklus I dicapai oleh 1 orang guru (10%). Kategori baik (B), pada pra siklus belum ada (0%). pada siklus I dicapai oleh 5 orang guru (50%). Kategori cukup (C), pada pra siklus ada 3 orang (30%), pada siklus I dicapai oleh 4 orang guru (40%). Dan kategori kurang (D), pada pra siklus sebanyak 7 orang (70%), namun pada siklus I sudah tdak ada lag (0%). Secara kuantitatif ada peningkatan nla rerata sebesar 1.2 yaitu dari 68,6 (kategori kurang) atau D. menjadi 79,8 (kategori cukup) atau C.
Peningkatan kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP. Secara kualitatif jumlah guru yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik (A) pada pra siklus belum ada (0%) sedangkan pada sklus I dicapai oleh 4 orang guru (40%). Kategori baik (B), pada pra siklus belum ada (0%). pada siklus I dicapai oleh 4 orang guru (40%). Kategori cukup (C), pada pra siklus ada 2 orang (20%), pada siklus I dicapai oleh 2 orang guru (20%). Dan kategori kurang (D), pada pra siklus sebanyak 6 orang (60%), pada siklus I tidak ada lagi (0%). Secara kuantitatif ada peningkatan nilai rerata sebesar 20.9 yaitu dari 60,0 (kategori kurang) atau D. menjadi 86,9 (kategori baik) atau B.
Peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal, Secara kualitatif jumlah guru yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik (A) pada pra siklus belum ada (0%) sedangkan pada sklus I dicapai oleh 1 orang guru (10%). Kategori baik (B), pada pra siklus belum ada (0%). pada siklus I dicapai oleh 6 orang guru (60%). Kategori cukup (C), pada pra siklus ada 2 orang (20%), pada siklus I dicapai oleh 3 orang guru (30%). Kategori kurang (D), pada pra siklus sebanyak 6 orang (60%), pada siklus I tidak ada lagi (0%). Dan kategori sangat kurang (E), pada pra siklus sebanyak 2 orang (20%), pada siklus I tidak ada lagi (0%). Secara kuantitatif ada peningkatan nilai rerata sebesar 19.1 yaitu dari 64,3 (kategori kurang) atau D. menjadi 83,4 (kategori baik) atau B.
Sklus I ke Siklus II
Peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Secara kualitatif jumlah guru yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik (A) pada siklus I sebanyak 1 orang guru (10%) sedangkan pada siklus II dicapai oleh 9 orang guru (90%). Kategori baik (B), pada siklus I sebanyak 5 orang guru (50%). pada siklus II dicapai oleh 1 orang guru (10%). Kategori cukup (C), pada siklus I ada 4 orang (40%), pada siklus II sudah tidak ada (0%). Dan kategori kurang (D) atau sangat kurang (E) pada siklus I sudah tidak ditemukan (0%), demikan juga pada siklus II sudah tidak ditemukan juga (0%). Secara kuantitatif ada peningkatan nilai rerata sebesar 13,8 yaitu dari 79,8 (kategori cukup) atau C, menjadi 93,6 (kategori sangat baik) atau A.
Peningkatan kesesuan pelaksanaan pembelajaran dengan RPP. Secara kualitatif jumlah guru yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik (A) pada siklus I ada 4 orang (40%) sedangkan pada siklus II dicapai oleh 9 orang guru (90%). Kategori baik (B), pada siklus I ada 4 (40%). pada siklus II dicapai oleh 1 orang guru (10%). Kategori cukup (C), pada siklus I ada 2 orang (20%), pada siklus II sudah tidak (0%). a Dan kategori kurang (D) dan sangat kurang (E) pada siklus I sudah tidak ada (0%), pada siklus II juga tidak ada lagi (0%). Secara kuantitatif ada peningkatan nilai rerata sebesar 8,4 yaitu dari 86,9 (kategori baik) atau B. menjadi 95.3 (kategori sangat baik) atau A.
Peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal, Secara kualitatif jumlah guru yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik (A) pada siklus I sebanyak 1 orang (10%) sedangkan pada sklus II dicapai oleh 9 orang guru (90%). Kategori baik (B), pada siklus I sebanyak 6 orang (60%). pada siklus II dicapai oleh 1 orang guru (10%). Kategori cukup (C), pada siklus I ada 3 orang (30%), pada siklus II sudah tidak ada (0%). Kategori kurang (D), dan kategori sangat kurang (E), pada siklus I sudah tidak ada (0%), pada siklus II tidak ada lagi (0%). Secara kuantitatif ada peningkatan nilai rerata sebesar 11.1 yaitu dari 83.4 (kategori bak) atau B. menjadi 94,5 (kategori sangat baik) atau A.
Pra Siklus Sampai dengan Siklus II
Peningkatan nilai kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran sebesar 25, yaitu dari rerata 68,6 pada pra siklus, menjadi 79,8 pada siklus, dan pada siklus II menjadi 93,6. Sedangkan untuk kategorinya mengalami penngkatan dari kategor i D pada pra siklus, menjadi C pada siklus, dan pada siklus II menjadi A. Dari jumlah gurunya, yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik (A) pada pra siklus sebanyak 0 orang (0%), pada siklus I sebanyak 1 orang (10%) dan pada siklus II sebanyak 9 orang (90%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori baik (B) pada pra siklus sebanyak 0 orang (0%), pada siklus I sebanyak 5 orang (50%) dan pada siklus II sebanyak 1 orang (10%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori cukup (C) pada pra siklus sebanyak 3 orang (30%), pada siklus I sebanyak 4 orang (40%) dan pada siklus II tidak ada (0%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori kurang (D) pada pra siklus sebanyak 7 orang (70%), pada siklus I sebanyak 0 orang (0%) dan pada siklus II tidak ada (0%).
Peningkatan nilai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP sebesar 35,3 yaitu dari rerata 60,0 pada pra siklus, menjadi 86,9 pada siklus I, dan pada siklus II menjadi 95,3. Sedangkan untuk kategorinya mengalami peningkatan dari kategori D pada pra siklus, menjadi B pada siklus, dan pada siklus II menjadi A. Dari jumlah gurunya, yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik (A) pada pra siklus sebanyak 0 orang (0%), pada siklus I sebanyak 4 orang (40%) dan pada siklus II sebanyak 9 orang (90%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori baik (B) pada pra siklus sebanyak 0 orang (0%), pada siklus I sebanyak 4 orang (40%) dan pada siklus II sebanyak 1 orang (10%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori cukup (C) pada pra siklus sebanyak 2 orang (20%), pada siklus I sebanyak 2 orang (20%) dan pada siklus II tidak ada (0%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori kurang (D) pada pra siklus sebanyak 6 orang (60%), pada siklus I sebanyak 0 orang (0%) dan pada siklus II tidak ada (0%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat kurang (E) pada pra siklus sebanyak 2 orang (20%), pada siklus I sebanyak 0 orang (0%) dan pada siklus II tidak ada (0%).
Peningkatan nilai kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal sebesar 30,2 yaitu dari rerata 64,3 pada pra siklus, menjadi 83,4 pada siklus I, dan pada siklus II menjadi 94,5. Sedangkan untuk kategorinya mengalami peningkatan dari kategori D pada pra siklus, menjadi B pada siklus, dan pada siklus II menjadi A. Dari jumlah gurunya, yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat baik (A) pada pra siklus sebanyak 0 orang (0%), pada siklus I sebanyak 1 orang (10%) dan pada siklus II sebanyak 9 orang (90%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori baik (B) pada pra siklus sebanyak 0 orang (0%), pada siklus I sebanyak 6 orang (60%) dan pada siklus II sebanyak 1 orang (10%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori cukup (C) pada pra siklus sebanyak 2 orang (20%), pada siklus I sebanyak 3 orang (30%) dan pada siklus II tidak ada (0%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori kurang (D) pada pra siklus sebanyak 6 orang (60%), pada siklus I sebanyak 0 orang (0%) dan pada siklus II tidak ada (0%). Yang mendapatkan nilai dalam kategori sangat kurang (E) pada pra siklus sebanyak 2 orang (20%), pada siklus I sebanyak 0 orang (0%) dan pada siklus II tidak ada (0%).
|
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017 hingga 100% guru memiliki nilai dalam kategori yang baik (B), dan nilai reratanya l mencapai a 93,6 (kategori amat baik) atau A.
Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017. hingga 100% guru memiliki nilai dalam kategori baik (B), dan nilai reratanya mencapai 95,3 atau kategori sangat bak (A). Ada peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan optimal setelah diberikan supervisi akademik di Sekolah Binaan Gugus Mohammad Syafei Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2016/2017. hingga mencapai 100% guru memiliki nilai dalam kategori baik (B), dan nilai reratanya mencapai angka 94,5 atau kategori sangat baik (A).
Saran
Untuk Kepala Sekolah dan Pengawas
Lebih mengintensifkan pelaksanaan supervisi akademk khususnya terkait dengan pelaksanaana pembelajaran secara optimal
Untuk Guru
- Walaupun mengajar merupakan tugas rutin, seyogyanya guru tidak mengabaikan komponen-komponen yang harus dikerjakan dalam proses pembelajaran.
- RPP merupakan pedoman untuk melaksanakan pembelajaran agar pembelajaran dapat optimal dan dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, untuk itu gunakan RPP dengan tertib, jangan hanya untuk kelengkapan administrasi semata
DAFTAR PUSTAKA
Kandar, Endang. 2010. Standar Kompetensi Guru. http://endang965.wordpress. com, diakses tanggal 14 Februari 2010, jam 20:00.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
——-. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Sagala Syaiful. 2009. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Saudagar, Fachruddin; Ali Idrus. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: Gaung Persada Press
Sukirman. 2010. Administrasi dan Supervisi Pendidikan.UniversitasNegeri Yogyakarta
Sutardi,2007. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta