PENINGKATAN KOMPETENSI MENGANALISIS ALAT-ALAT OPTIK

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW BAGI SISWA

KELAS XC SEMESTER 2 SMA NEGERI 1 BULU

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

 

Dalyono

Guru SMA Negeri 1 Bulu Sukoharjo

 

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kompetensi menganalisis alat-alat optik, dan mengetahui perubahan keaktifan siswa setelah pambelajaran menggunakan model pembelajaran jigsaw. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bulu. Subjek penelitian kelas XC berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 26 perempuan dan 10 laki-laki dengan pertimbangan bahwa kompetensi dan keaktifan siswa pada pembelajaran alat-alat optik di kelas tersebut rendah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan observasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan, bahwa (1) Proses pembelajaran model pembelajaran model jigsaw mampu meningkatkan kompetensi dan keaktifan belajar siswa. (2). Besar peningkatan kompetensi menganalisis alat-alat optik dengan rincian nilai rata-rata nilai Pra Tindakan sebesar 69, Siklus 1 sebesar 77 dan Siklus 2 rata-rata sebesar 82. Sehingga peningkatan dari Pra Tindakan ke Siklus 1 adalah 8%, dari Siklus 1 ke Siklus 2 adalah 5% dan dari Pra Tindakan ke Siklus 2 adalah 13%. (3) Pembelajaran dengan model pembelajaran jigsaw pada kompetensi menganalisis alat-alat optik mengalami perubahan keaktifan siswa. Pada Pra tindakan nilai rata-rata keaktifan siswa 49 (kurang) , pada siklus 1 menjadi 61 (sedang) dan pada siklus 2 menjadi 75 (baik).

Kata kunci: Keaktifan siswa, Model Pembelajaran Jigsaw

                                

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.

Salah satu kompetensi pada mata pelajaran fisika di kelas X adalah menganalisis alat-alat optik. Pada kenyataan bahwa Kompetensi menganalisis alat-alat optik siswa kelas XC SMA Negeri 1 Bulu masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa hambatan. Hambatan yang pertama berasal dari siswa itu sendiri. Siswa kurang berminat pada pembelajaran alat-alat optik. Mereka kurang tertarik, merasa kesulitan dalam menganalisis alat-alat optik.

Hambatan yang kedua berasal dari guru. Guru kurang dapat memotivasi siswa untuk lebih menyenangi pembelajaran menganalisis alat-alat optik. Selain itu metode yang digunakan guru kurang variatif, sehingga membosankan bagi siswa. Pembelajaran alat-alat optik masih bertumpu pada pembelajaran klasik konvensional dengan strategi, pendekatan, dan metode pembelajaran yang belum mampu menumbuhkan kebiasaan berpikir produktif. Sebagai guru hendaknya pandai dalam memilih metode, teknik maupun model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

            Dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat akan mampu meningkatkan keaktifan peserta didik. Saat ini sudah dikembangkan dan disosialisasikan model-model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan peserta didik yaitu model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik atau model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif ini memiliki beberapa type yaitu Jigsaw, Number Heads Together (NHT), Student Teams Achievement Division (STAD), Team Assited Individualization atau Team Accelarated Intruction (TAI) dan Investigasi Kelompok.

 Berpijak dari latar belakang di atas maka dalam penelitian ini akan dipaparkan bagaimana guru dapat meningkatkan kompetensi menganalisis alat-alat optik dengan model pembelajaran kooperatif type Jigsaw siswa kelas XC semester 2 SMA Negeri 1 Bulu. Dengan pembelajaran type jigsaw diharapkan menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja sama, kreatifitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman. Hal inilah yang memacu siswa untuk berpartisipasi aktif.

RUMUSAN MASALAH

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Seberapa besar peningkatakan kompetensi menganalisis alat-alat optik setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran jigsaw bagi siswa kelas XC semester 2 SMA Negeri 1 Bulu tahun pelajaran 2015/2016 ?

TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui besar peningkatakan kompetensi menganalisis alat-alat optik setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran jigsaw bagi siswa kelas XC semester 2 SMA Negeri 1 Bulu tahun pelajaran 2015/2016.

MANFAAT PENELITIAN

Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat untuk:

1.   Manfaat Teoritis.

a.   Mendapatkan teori baru bahwa penguasaan materi alat-alat optik pada kelas X Sekolah Menengah Atas dapat dicapai melalui penggunaan model Jigsaw.

b.   Sebagai acuan bagi peneliti lain terutama yang berkaitan dengan usaha meningkatkan hasil belajar materi pelajaran alat-alat optik.

2.   Manfaat Praktis

a.   Bagi siswa

1)      Dapat meningkatkan hasi belajar alat-alat optik;

2)      Dapat meningkatkan aktifitas belajar alat-alat optik.

b.   Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan penelitian tindakan kelas dalam kegiatan belajar mengajar.

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

Hakikat Belajar

Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari sifat-sifat dan gejala-gejala yang terdapat pada benda mati. Pada hakikatnya fisika membekali siswa dengan kemampuan berbagai cara untuk “mengetahui” dan suatu cara “mengerjakan” yang dapat membantu siswa untuk memahami secara mendalam tentang sifat-sifat dan gejala-gejala yang terdapat pada benda mati (Balitbang Puskur, 2001).

Hasil belajar fisika pada materi pengukuran merupakan manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan pembelajaran pengukuran. Hasil belajar ini meliputi berbagai aspek antara lain aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (praktik pengamalan). Aspek kognitif berupa bertambahnya pengetahuan dan pemahaman secara baik hal ini ditunjukkan oleh hasil ulangan formatif maupun ulangan umum yang memuaskan. Aspek afektif berupa sikap yang dimiliki siswa saat dan setelah melaksanakan pembelajaran. Aspek psikomotorik berupa praktik pengamalan yang dapat dilakukan baik saat pembelajaran berlangsung maupun setelah usai pembelajaran.

Dengan demikian yang dimaksud hasil belajar adalah hasil suatu proses perubahan kearah perubahan perilaku dan perubahan sikap meliputi pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotorik) maupun sikap (afektif), yang bersifat permanen dan tahan lama dan terbentuk sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya.

Keaktifan Siswa

Didalam diri seseorang terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembanagkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Keaktifan siswa sangat diperlukan dalam belajar, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi dalam belajar siswa harus melakukan kegiatan atau beraktifitas. Apabila siswa belum melakukan aktifitas maka dapat dikatakan siswa tersebut belum melakukan pembelajaran.

Model Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun social siswa sangat diperlukan.

Model pembelajaran tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kooperatif dimana siswa membentuk kelompok yang bertanggungjawab dari materi yang ditugaskan guru kemudian siswa mengajarkannya kepada anggota lain dalam kelompoknya. Konsep jigsaw merupakan pembelajaran tutor sebaya. Pembelajaran jigsaw diharapkan dapat meningkatkan siswa untuk bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikannya.

Model jigsaw pada hakekatnya model pembelajaran kooperatif yang berpusat pada siswa. Siswa mempunyai peran dan tanggung jawab besar dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilisator dan motifator. Tujuan model Jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara individual. Dalam metode Jigsaw ini siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu “kelompok awal” dan “kelompok ahli”. Setiap siswa yang ada dalam” kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dalam sebuah unit pembelajaran. Siswa dalam “kelompok awal” ini kemudian dibagi lagi untuk masuk kedalam “kelompoka ahli” untuk mendiskusikan materi yang berbeda. Siswa kemudian kembalike “kelompok awal” untuk mendiskusikan materi hasil “kelompok ahli” pada siswa “kelompok awal”. Dalam konsep ini siswa harus bisa mendapat kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat diketahui.

Teknik Jigsaw terdiri dari beberapa langkah yaitu:

(1)   Membagi topik dalam beberapa bagian (sub topik).

(2)   Membentuk kelompok asli, Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 4 sampai 6 orang per kelompok dengan cara heterogen. Menugaskan setiap siswa dalam kelompok asli untuk mempelajari satu sub topik pelajaran. Memberi siswa waktu untuk mempelajari apa yang menjadi bagiannya.

(3)   Membentuk kelompok ahli (expert) sementara, yaitu siswa yang memiliki bagian sub topik yang sama membentuk kelompok ahli. Pada tahap ini diberi waktu kepada kelompok ahli ini untuk mendiskusikan konsep-konsep utama yang ada dalam topik bagiannya dan berlatih menyajikan topik yang dipelajari tersebut kepada temannya dalam kelompok asli.

(4)   Meminta siswa untuk kembali ke kelompok asli dan meminta setiap siswa untuk mempresentasikan topik hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergantian kepada anggota kelompok asli. Siswa lain diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi. Guru mengelilingi satu kelompok ke kelompok lain untuk mengamati proses. Guru menyuruh siswa untuk membuat rangkuman dari hasil diskusi kelompoknya dan menyuruh perwakilan kelompok untuk menyampaikan kesimpulan diskusi.

(5)   Pada akhir pelajaran, Guru mengadakan kuis secara individual. hasil nilai yang diperoleh tiap anggota kelompok dikumpulkan, kemudian dirata-rata dalam kelompok untuk menentukan predikat kelompok. dalam menjawab kuis, anggota tidak boleh saling membantu. Perubahan skor awal (base score) individu dengan skor hasil kuis disebut skor perkembangan

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif jigsaw bersumber pada hal berikut, yaitu:

1. Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. 

2. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengerjakan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah.

3. Menerima keragaman dan menjalin hubungan sosial yang baik dalam hubungan dengan belajar 

4. Meningkatkan berkerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.

Alat – alat Optik

Fenomena yang terjadi di alam semesta, kebanyakan terungkap karena tersedianya alat-alat optik. Alat-alat optik yang dipelajari kelas X tingkat Sekolah Menengah Atas adalah Mata, Kamera, Lup, Mikroskop dan Teropong.

Mata berfungsi sebagai indra penglihatan, bagian-bagian mata antara lain kornea, Aqueous humor, vitreous humor, pupil, iris, lensa mata, retina, otot ciliary dan syarat optik. Mata dapat melihat dengan jelas jika benda terletak di dalam jangkaun penglihatan, yaitu antara titik dekat dengan titik jauh mata. Mata dengan batas penglihatan titik dekat (PP) 25 cm, dan titik jauh (PR) tak terhingga disebut mata normal (emetropi). Sedangkan jika suatu mata batas penglihatannya di luar batas mata normal dikatakan mata mengalami cacat mata.

Kamera merupakan alat optik yang dapat digunakan untuk menyimpan atau merekam bayangan dalam bentuk gambar foto. Pola kerja kamera sama dengan mata yaitu mengambil bayangan nyata, terbalik dan diperkecil. Hal ini dapat terwujud karena kerja lensa cembung yang berada dibagian depan kamera hingga bayangan tepat jatuh pada film yang ditempatkan dibelakang dalam kamera.

Lup adalah lensa positif yang berfungsi sebagai kaca pembesar yang digunakan untuk mengamati sebuah benda kecil agar detailnya dapat diketahui. Bayangan yang terletak didepan lensa bersifat maya tegak dan diperbesar. Lup memiliki perbesaran anguler yaitu perbandingan antara sudut pandang jika mata melihat memakai lup dengan sudut pandang jika mata melihat tanpa memakai lup.

Mikroskop adalah alat yang dapat digunakan untuk melihat benda yang sangat kecil agar tampak lebih jelas. Mikroskop terdiri atas dua lensa cembung (positif) yaitu lensa obyektif (lensa dekat dengan benda) dan lensa okuler (lensa dekat dengan mata berfungsi seperti lup). Perbesaran total mikroskop merupakan hasil perkalian perbesaran yang dihasilkan lensa obyektif dengan perbesaran yang dihasilkan oleh lensa okuler.

Teropong atau teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat benda-benda yang terletak sangat jauh agar tampak lebih besar dan jelas. Secara garis besar teropong dibagi menjadi dua kelompok yaitu teropong bias yang terdiri dari beberapa lensa dan teropong pantul yang terdiri dari beberapa lensa dan cermin. Contoh teropong bias adalah teropong bintang, teropong bumi dan teropong panggung, sedangkan contoh teropong pantul adalah teropong pantul astronomi yakni teropong yang menggunakan cermin cekung dan lensa cembung.

KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran Fisika pada pokok bahasan menganalisis alat-alat optik menggunakan ceramah, mengakibatkan kurangnya aktivitas dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran. Untuk itu diperlukan inovasi dan strategi pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa yang nantinya berdampak pada prestasi belajar siswa. Salah satu strategi pembelajaran yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran tipe Jigsaw.

Pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw direncanakan 2 siklus. Kelas X C yang terdiri dari 36 siswa akan dibagi menjadi 9 kelompok asal masing-masing terdiri dari 4 anggota dan akan dibentuk menjadi 4 kelompok ahli. Masing-masing anggota dalam kelompok asal diberi tanggungjawab untuk mendiskusikan masalah yang diberikan guru dalam kelompok ahli. Setelah maslah tersebut selesai didiskusika, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk mempresentasikan / menginformasikan hasil diskusikan kepada anggota lain dalam kelompok asal.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan Kajian teori dan kerangka berfikir diajukan hipotesis tindakan yaitu melalui model pembelajaran kooperatif type jigsaw dapat meningkatkan kompetensi menganalisis alat-alat optik bagi siswa kelas XC semester 2 SMA Negeri 1 Bulu tahun pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan 2 Januari 2016 sampai 31 Maret 2016. Adapun rincian kegiatan penelitian tersebat adalah menyusun proposal PTK, menyusun instrumen, pengumpulan data (siklus 1 dan siklus 2), Analisa data, pembahasan, dan laporan.

 Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dari bulan Januari sampai Maret 2016. Penelitian dilaksanakan di kelas XC SMA Negeri 1 Bulu pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Bulu. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah kelas XC. Siswa kelas tersebut berjumlah 36 siswa terdiri dari 26 siswa perempuan dan 10 siswa laki – laki.

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang hasil belajar dan keaktifan siswa dalam belajar fisika pada kompetensi menganalisis alat-alat optik. Data penelitian ini berasal dari (1) Informan atau nara sumber yaitu guru dan siswa, (2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran fisika tentang alat-alat optik. (3) Dokumen atau arsip dari kurikulum, rencanakan pelaksanaan pembelajaran dan buku penilaian.

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi observasi dan Tes. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Obsevasi dilaksanakan kepada siswa secara langsung yang berarti mengadkan pengamatan secara langsung terhadap keaktifan siswa selama pembelajaran. Observasi terhadap guru yaitu mengamati secara langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas.

Tes digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa besar hasil belajar fisika tentang alat-alat optik, mengukur keberhasilan dan efisiensi pembelajaran yang dilakukan serta seberapa jauh siswa menyerap materi yang disampaikan. Tes dilakukan pada akhir siklus setelah proses pembelajaran selesai.

Teknik analisa data menggunakan teknik analisis kritis. Teknik analisis ini mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoritis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN                                                       

Setelah dilakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat diperoleh nilai hasil belajar siswa pada tiap siklus tindakan dipaparkan seperti pada tabel dan grafik di bawah ini.

No

Hasil Tes

Kondisi Pra Tindakan

Siklus 1

Siklus 2

1

Rata – rata

69

77

82

2

Nilai Tertinggi

85

85

95

3

Nilai Terendah

40

70

75

4

Ketuntasan

41,66%

72,22%

100%

 

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan hal – hal sebagai berikut:

a.     Nilai rata-rata meningkat yaitu dari kondisi pra tindakan sebesar 69 menjadi 77 pada siklus 1 dan 82 pada siklus 2.

b.     Tingkat ketuntasan belajar siswa yaitu dari 38,1% dari kondisi pra tindakan menjadi 85,71% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2.

Melalui penerapan model pembelajaran type jigsaw yang dilaksanakan terbukti dapat meningkatkan kompetensi dalam mempelajari alat-alat optik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa besar peningkatan kompetensi menganalisis alat-alat optik adalah 10,5%. Yaitu dengan rincian rata-rata nilai Pra Tindakan sebesar 69, Siklus 1 sebesar 77 dan Siklus 2 rata-rata sebesar 82. Sehingga peningkatan dari Pra Tindakan ke Siklus 1 adalah 8%, dari Siklus 1 ke Siklus 2 adalah 5% dan dari Pra Tindakan ke Siklus 2 adalah 13%.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi & Widodo s. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Aqib Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: PT Yrama Widya

Arikunto Suharsini dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas. 2003. Undang-undang RI Nomor 20, Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas

—————. 2006. Model-model Pemebelajaran yang efektif. Bahan Sosisalisasi KTSP. Jakarta: Depdiknas

Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Lewin Kurt. 1990. “Action Reseach and Minorty Problems” 3rd ed. Victoria: Deakin University.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.

Sutama. 2013. Modul PLPG Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Badan Penerbit FKIP UMS