Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Model Pembelajaran Tipe Picture and Picture
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN TEMATIK
TEMA “PENGALAMANKU” MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE
PADA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGDUREN 01
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/ 2019
Sugiarto
Sekolah Dasar Negeri Karangduren 01
ABSTRAK
Permasalahan pembelajaran tematik di SD Negeri Karangduren 01 adalah guru dalam pembelajaran belum menggunakan multimedia belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif serta belum menggunakan model kooperatif tipe picture and picture hanya penguasaan konsep-konsep saja dan belum dikaitkan media nyata yang ada di sekitar siswa. Kemampuan berpikir siswa kurang dioptimalkan menjadi lebih kritis dan lebih aktif melalui kerja sama sehingga hasil belajar siswa rendah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa? Pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan, guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri Karangduren 01 dalam pembelajaran tematik melalui model kooperatif tipe picture and picture. Rancangan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas melalui model kooperatif tipe picture and picture menggunakan dua siklus, setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah guru (peneliti) dan siswa kelas II SD Negeri Karangduren 01. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Hasil penelitian menujukkan bahwa: (1) keterampilan guru pada siklus I diperoleh skor 20 dengan kriteria baik, Siklus II dengan skor 25.5 dengan kriteria Sangat baik. (2) Aktivitas siswa siklus I memperoleh skor 19.75 dengan kriteria baik, siklus II diperoleh skor 26.1 dengan kriteria Sangat baik. (3) Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada pra siklus sebesar 30% siklus I menjadi 50%. Pada siklus II meningkat menjadi sebesar 85%. Simpulan penelitian ini adalah melalui model kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar pada pembelajaran tematik. Saran adalah guru dapat menggunakan model kooperatif tipe picture and picture untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran lain dan kelas lain.
Kata kunci: Kualitas pembelajaran tematik, kooperatif tipe Picture and Picture.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Struktur kurikulum terdiri dari kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia didik pada kelas tertentu. Kompetensi inti 1 (KI-1) untuk sikap spiritual, Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial, Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, dan Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai matapelajaran ke dalam berbagai tema.
Menurut Program for International Student Assesment / PISA (2011) pada literasi membaca, matematika dan IPA menunjukkan Indonesia baru berada pada 10 besar terbawah dari 65 negara. Hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) menunjukkan siswa Indonesia berada pada ranking amat rendah pada kemampuan (1) memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah dan (4) melakukan investigasi. Hasil studi ini menunjukkan bahwa perlu ada perubahan orientasi kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang.
Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan (Depdiknas, 2006).
Pembelajaran di sekolah dapat dilaksanakan dengan berbagai model. Ada model pembelajaran yang dilaksanakan dengan muatan mata pelajaran, ada pula pembelajaran yang dilaksanakan dengan penyatuan tema yang disebut pembelajaran tematik. Dalam pembelajaran tematik ada istilah tema. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan” Depdiknas (2007:226). Selanjutnya menurut Kunandar (2007: 311), “tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran tematik terpadu merupakan konsep dasar dalam pelaksanaan proses pembelajaran pada kurikulum 2013 di jenjang SD yang sudah diatur dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Pembelajaran Tematik Terpadu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu
Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah, kita tidak bisa lagi mempertahankan paradigma lama. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok pikiranyaitu Menurut pendapat Piaget (dalam Lie 2002: 5), “Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa. Guru menciptakan kondisi, situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar, menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut”. Menurut pendapat Anderson (dalam Lie 2002: 5), “Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu dilakukan terhadap siswa”. Menurut pendapat Maslow (dalam Lie, 2002: 5) bahwa pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa.
Permasalahan tersebut terjadi dalam pelaksanakan pembelajaran masih sering dijumpai kendala sehingga siswa kurang memahami materi yang dipelajari. Kendala dalam proses pembelajaran dihadapi para guru di SD Negeri Karangduren 01 ketika melaksanakan pembelajaran. Minat belajar, aktifitas siswa masih sangat kurang, sehingga hasil belajar rendah. Disebabkan guru dalam pembelajaran kurang inovatif sehingga siswa kurang aktif serta guru belum menggunakan multimedia. Hasil belajar sangat rendah ini merupakan suatu permasalahan harus segera diatasi. Untuk mengatasi masalah tersebut guru hendaklah menciptakan suasana pembelajaran menyenangkan. Kegiatan pembelajaran menyenangkan dapat tercipta bila menggunakan metode bervariasi, media pembelajaran relevan dengan materi melaui pendekatan pembelajaran yang tepat. Siswa akan merasa tertarik daam pelajaarn, mencoba dan membuktikan sendiri, sehingga akan memperkuat kemampuan kognitifnya dengan demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna dan tujuan pembelajaran tematik SD dapat tercapai.
Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai ulangan harian dan ulangan akhir semester I tahun 2018/2019 siswa kelas II SD Negeri Karangduren 01 pada pembelajaran tematik belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 65. Hasil Ulangan Akhir Semester I tahun 2018/ 2019 siswa kelas II SD N Karangduren 01, diperoleh nilai terendah 50, nilai tertinggi 85 dan nilai rata-rata 63. Dari 20 siswa yang mencapai KKM hanya 6 siswa.
Berdasarkan hasil tersebut, untuk memecahkan masalah ini maka menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tematik menggunakan salah satu model pembelajaran inovatif yaitu model Kooperatif tipe picture and picture. Pembelajaran kooperatif model ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Hasil belajar siswa yang sangat rendah merupakan suatu permasalahan harus segera diatasi. Untuk mengatasi masalah tersebut guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Dalam memperbaiki proses pembelajaran, peneliti menetapkan pemecahan masalah dengan menggunakan pendekatan kooperatif. Guru dalam pendekatan kooperatif menciptakan sebuah revolusi pembelajaran di dalam kelas.
Dari uraian latar belakang masalah tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran Tematik Tema “Pengalamanku” Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture And Picture Pada Siswa Kelas II SD Negeri Karangduren 01 Semester Genap Tahun Pelajaran 2018/ 2019”.
Perumusan Masalah
- Apakah melalui Model Kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran tematik di Kelas II SD N Karangduren 01?
- Apakah melalui Model Kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran tematik di Kelas II SD N Karangduren 01?
- Apakah melalui Model Kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di Kelas II SD N Karangduren 01?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tematik melalui model kooperatif tipe picture and picture pada siswa kelas II SD N Karangduren 01.
Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus sebagai berikut:
- Melalui model kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran tematik di kelas II SD N Karangduren 01.
- Melalui model kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan akivitas siswa dalam pembelajaran tematik di kelas II SD N Karangduren 01.
- Melalui model kooperatif tipe picture and picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik di kelas II SD N Karangduren 01.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak khususnya dunia pendidikan baik secara teoritis maupun praktis.
Manfaat teoritis
- Memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pembelajaran tematik dengan pengembangan ilmu
- Menambah kajian tentang hasil penelitian pembelajaran tematik di SD serta memberikan wawasan mengenai model kooperatif tipe picture and picture di kelas II SD N Karangduren 01.
Manfaat Praktis
Bagi Guru
- Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi pembelajaran yang sudah
- Mengembangkan kurikulum di tingkat kelas, serta untuk mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran.
- Membantu guru untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran.
- Membuat guru lebih kreatif dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Bagi Siswa
- Menumbuhkan minat belajar siswa pada pembelajaran tematik menjadi pelajaran menarik bagi
- Mendiskripsikan aktifitas siswa dalam proses pembelajaran.
- Melatih siswa untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan pemikiran secara logis dan
Bagi Sekolah
- Digunakan sebagai pertimbangan dalam memotivasi guru untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan
- Menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas pembelajaran di
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Landasan Teori
Kualitas Pembelajaran
Untuk mencapai pembelajaran yang optimal perlu model pembelajaran secara tepat.Kualitas merupakan mutu atau keefektifan. efektifitas dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan guna mencapai tujuan atau sasarannya.
Menurut Etzioni (Daryanto,2011:54) dalam mengembangkan kualitas pembelajaran ada empat pilar yang perlu diperhatikan oleh kalangan pendidik:
- Learning to know
Belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan. Artinya guru sebagai fasilitator, berperan aktif sebagai teman sejawat bagi siswa untuk mengembangkan penguasaan pengetahuan.
- Learning to do
Belajar menguasai keterampilan, maksudnya sekolah berperan untuk memfasilitasi minat dan bakat siswa untuk mengembangkan keterampilan.
- Learning to live together
Belajar hidup bermasyarakat.Maksudnya sekolah mempersiapkan siswanya hidup bermasyarakat yang diwujudkan dengan kebiasaan saling menghargai, terbuka, memberi, menerima di lingkungan sekolah.
- Learning to be
Belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal. Maksudnya pengembangan bakat, minat, fisik dan kejiwaan.
Peneliti memfokuskan kualitas pembelajaran pada perilaku pembelajaran guru serta aktivitas siswa,iklim pembelajaran, materi media, dan sistem pembelajaran sistematis. Alasanya, perilaku guru sebagai fasilitator mengatur kelas, menentukan materi, media, serta sistem dalam menentukan metode sesuai sehingga menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Dan perilaku siswa sebagai pembelajar sehingga pencapaian kualitas pembelajaran dapat dilihat dari indikator keterampilan guru dan aktivitas siswa.
Model Kooperatif tipe Picture And Picture
Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran menggunakan media gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain menjadi urutan yang logis. prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture (Johnson & Johnson) meliputi:
- Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
- Setiap anggota kelompok (siswa) mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan
- Setiap anggota kelompok (siswa) membagi tugas dan bertanggung jawab yang sama di antara anggota
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai
- Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.
Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran tematik di SD N Karangduren 01 belum optimal, guru dalam mengajarkan pembelajaran tematik masih menggunakan metode ceramah. siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru dan kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga siswa kurang tertarik dengan materi. Permasalahan tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa dibawah KKM (65).
Melalui penerapan model kooperatif tipe picture and picture di Kelas II SD Negeri Karangduren 01, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran tematik meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar.
METODOLOGI PENELITIAN
Setting Penelitian
Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan pada hari Kamis, tanggal 8, 15, dan 22 Januari 2015 untuk siklus 1, siklus 2 pada hari Kamis, tanggal 5, 12, dan 26 Februari 2015 .
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas II Sekolah Dasar Negeri Karangduren 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, yang merupakan objek Penelitian.
Alasan Penelitian Dilakukan di SD Negeri Karangduren 1
Sesuai dengan dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) antara lain bahwa penelitian dilakukan atau dalam upaya menyelesaikan masalah pembelajaran yang dirasakan oleh guru dan siswa atau permasalahan yang aktual yang dirasakan oleh guru dan siswa. Berdasarkan dari uraian yang dipaparkan pada latar belakang alasan mengapa penelitian dilakukan di kelas II, karena minat siswa kurang dalam pembelajaran penjasorkes lompat tinggi pada siswa kelas II SD Negeri Karangduren 1.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Karangduren 1, Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 20 orang yang terdiri dari 6 perempuan dan 14 laki-laki.
Sumber Data
Siswa
Sumber data siswa diperoleh dari hasil observasi yang diperoleh secara sistemik selama pelaksanaan siklus pertama sampai siklus ketiga dari hasil evaluasi dan hasil observasi.
Guru
Sumber data berasal dari validasi ahli guru penjasorkes.
Data Dokumen
Sumber data dokumen yang berupa data awal dan data dari keterangan guru sebelum dilakukan tindakan, foto, angket respon siswa.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik nontes.
Observasi
Menurut Sudijono(2009) observasi adalah cara menghimpun keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi dalam penelitian ini berisi catatan atau kumpulan data yang menggambarkan aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran tematik menggunakan model kooperatif tipe picture and picture.
Dokumentasi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, arti dari kata “dokumentasi”, adalah sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya (Arikunto, 2006:231). Dalam menggunakan metode dokumentasi peneliti memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah ditentukan.
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai awal siswa, bukti aktivitas siswa dan guru dalam bentuk foto saat pembelajaran berlangsung.
Prosedur Penelitian
Perencanaan
Rancangan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, dengan tahapan sebagai berikut:
- Mengkaji atau menelaah materi pembelajaran tema “Pengalamanku” dan indikator bersama tim
- Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan skenario pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning dengan media audio visual.
- Mempersiapkan sumber dan media
- Menyiapkan alat evaluasi hasil belajar yang berupa tes tertulis, dan lembar kerja kelompok melalui pengamatan proses dan
- Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru dan aktivitas
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yang telah ditetapkan yaitu mengenai tindakan kelas (Arikunto, 2009: 18). Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan dari rancangan strategi maupun skenario pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, pada saat bersamaan kegiatan pelaskanaan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.
Observasi
Observasi merupakan suatu teknik yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat (Arikunto, 2009: 19). Kegiatan observasi ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru kelas untuk mengamati proses pembelajaran tema “Pengalamanku” pada siswa kelas II SD N Karangduren 01. Observasi ini menitik beratkan pada keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tema “Pengalamanku” melalui model Kooperatif tipe picture and picture.
Refleksi
Menurut Arikunto (2009: 19), refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan kolaborator untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.
Setelah mengkaji proses pembelajaran yaitu mengenai keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar dalam pembelajaran tema “Pengalamanku” melalui model Kooperatif tipe picture and picture, apakah sudah efektif dengan melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada siklus pertama, serta mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus pertama. Kemudian peneliti bersama kolabolator membuat perencanaan tindak lanjut untuk siklus berikutnya.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENULISAN
Deskripsi Kondisi Awal
Gambaran Sekolah
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Karangduren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang, dengan subyek penelitian siswa Kelas II sebanyak 20 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Karangduren 01 berada di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Sekolah Dasar Negeri Karangduren 01 terletak di daerah desa Karangduren Kecamatan Tengaran. Berdiri di tengah tengah lingkungan pendidikan karena berbatasan langsung dengan SMP N 2 Tengaran serta SMK N Tengaram. Selain berbatasan langsung dengan kedua sekolah, SD N Karangduren 01 juga berbatasan langsung dengan rumah warga.
Keadaan Siswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah, keadaan siswa Kelas II SDN Karangduren 1 Desa Karangduren pada semester II diperoleh data yaitu dari 20 siswa, terdiri atas 6 perempuan dan 14 laki-laki.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Tematik, siswa kurang antusias dalam menghadapi pelajaran, hal yang menjadi salah satu penyebabnya adalah guru belum menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat.
Kemampuan Siswa
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Karangduren 1 pada siswa kelas II yang berjumlah 20 siswa, terdiri atas 6 perempuan dan 14 laki-laki. Sebelum penelitian dilakukan dalam pembelajaran tematik guru sering menggunakan metode ceramah dengan media yang tidak dimodifikasi.
Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 14 siswa atau 70%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 6 siswa dengan persentase 30%.
Deskripsi dan Pembahasan Siklus 1
Tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah dengan menggunakan model Kooperatif tipe picture and picture, siswa dalam kegiatan belajar akan dikelompokkan berpasang pasangan, dengan tujuan agar siswa dapat bertukar pikiran tentang materi yang dipelajari sehingga memperoleh kesempatan yang lebih banyak dalam melaksanakan kegiatan.
Tabel 4.7 Ketuntasan Siklus I
No. | Ketuntasan Belajar | Jumlah Siswa | |
Jumlah | Persen (%) | ||
1. | Tuntas | 10 | 50 |
2. | Belum tuntas | 10 | 50 |
Jumlah | 20 | 100 |
Ketuntasan belajar siswa siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 10 siswa atau 50%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 10 siswa dengan persentase 50%.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dan masalah pada siklus I, kemudian peneliti mengidentifikasi permasalahan dan merumuskan masalah.Peneliti melihat kembali efektivitas pengerjaan lembar kerja diskusi kelompok, media gambar kedudukan matahari (pagi,siang dan sore) dan cara penyampaian yang efektif. Peneliti memeriksa dan menyiapkan rencana pembelajaran tematik,lembar diskusi kelompok,lembar evaluasi, lembar observasi keterampilan guru serta aktivitas siswa untuk siklus II. Peneliti juga memeriksa kembali media dan prasarana yang diperlukan sebagai penunjang pembelajaran.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) data hasil perolehan nilai siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.11.
Tabel 4.11 Ketuntasan Siklus II
No. | Ketuntasan Belajar | Jumlah Siswa | |
Jumlah | Persen (%) | ||
1. | Tuntas | 17 | 85 |
2. | Belum tuntas | 3 | 15 |
Jumlah | 20 | 100 |
Ketuntasan belajar siswa siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 3 siswa atau 15%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 17 siswa dengan persentase 85%.
Refleksi Pelaksanaan Siklus 2
Hasil pengamatan dengan teman sejawat disimpulkan bahwa secara umum pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II telah dapat dinyatakan berhasil dan sesuai dengan tujuan. Penelitian hanya sampai pada siklus II karena sudah meningkat signifikan 85% yaitu dari rata-rata kelas 69,7 menjadi 75 apabila ditemukan kelemahan pada siklus II akan diadakan perbaikan pada kesempatan lain..Selanjutnya, hasil pengumpulan data, hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan siklus I sampai Siklus II dijadikan dasar pembuatan laporan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
Berikut ini akan disajikan peningkatan hasil keterampilan guru, aktivitas siswa, prestasi belajar siswa dalam pembelajaran Tematik melalui metode Kooperatif Tipe Picture and Picture dengan pada siklus 1 dan Siklus 2 yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.18 Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture pada Siswa Kelas II dalam Pembelajaran Tematik
No | Aspek yang diamati | Sebelum Perbaikan | Siklus 1 | Siklus 2
|
1 | Ketrampilan Guru | Cukup | Baik | Sangat Baik |
2 | Aktivitas Siswa | Cukup | Baik | Sangat Baik |
4 | Hasil Belajar | 30% Tuntas | 50% Tuntas | 85% Tuntas |
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa keterampilan guru sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih sangat baik pada siklus 2. Aktivitas siswa sebelum perbaikan termasuk dalam kriteria cukup, pada siklus 1 menjadi baik, dan mengalami peningkatan lagi menjadi lebih sangat baik pada siklus 2. Persentase ketuntasan klasikal hasil belajar sebelum perbaikan 30%, siklus I 50% dan siklus II 85%. Pelaksanaan tindakan dari siklus 1 sampai dengan siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan beberapa paparan di atas disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas II di SD N Karangduren 01 melalui model Kooperatif tipe picture and picture. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada hasil belajar siswa.
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa, keterampilan guru dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Tematik melalui model Kooperatif tipe picture and picture diperoleh hasi sebagai berikut:
- Model Kooperatif tipe picture and picture meningkatkan keterampilan guru hal ini ditunjukkan dengan peningkatan keterampilan guru pada setiap siklusnya, siklus I skor 20 kategori baik siklus II skor 25.5 kategori sangat baik
- Model Kooperatif tipe picture and picture meningkatkan aktivitas siswa ditunjukkan dengan peningkatan siklus I jumlah rata-rata skor 19,75 kategori baik siklus II skor 26.10 kategori sangat
- Model Kooperatif tipe picture and picture meningkatkan hasil belajar siswa dengan peningkatan ketuntasan klasikal dari pra siklus sebesar 30%, pada siklus I mejadi 50% serta siklus II tuntas sebanyak 85%.
- Model Kooperatif tipe picture and picture meningkatkan kualitas pembelajaran hal ini ditunjukkan dengan peningkatan keterampilan guru, aktivitas siswa serta hasil
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan diatas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
- Dalam pembelajaran seorang guru perlu mengikuti perkembangan informasi khususnya mengenai penggunaan pendekatan, model, model, dan strategi pembelajaran yang terbaru, sehingga guru dapat menerapkannya di kelas dan diharapkan mampu mengadakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang mampu memotivasi keaktifan siswa dalam
- Dalam pembelajaran, hendaknya guru menggunakan berbagai macam media pembelajaran yang bervariasi untuk memudahkan siswa mempelajari
- Dalam kegiatan pembelajaran, siswa harus berani aktif serta mampu untuk memberikan pendapat atau
- Dalam pendekatan Picture and Picture memerlukan perencanaan waktu yang lama agar dapat meningkatkan keaktifan siswa secara
- Penelitian tindakan dengan model Picture and Picture ini hendaknya dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian tindakan kelas selanjutnya maupun dikembangkan lagi sehingga kualitas pembelajaran dapat
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Aqib, Zainal.2013. Model– model, media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(inovatif). Bandung: Yrama Widya
Anggoro,Toha dkk.2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka Arikunto,Suharsimi dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Andi, Widodo. 2012. Aktivitas Belajar. http://widodoandy.blogspot.com/2012/06/dalam-proses- pembelajaran-tentu.html
Aprudin.2012. Model Pembelajaran Picture and Picture. http:// 007 indien.blogspot.com/2012/06/ model-pembelajaran-picture-and- picture-html
Faridah Hulwah, Asma.2012.Definisi Belajar Menurut para ahli. http//widhiieaprilia.blogspot.com/P/blog-page 16.html
Harlina.2012.Penelitian Tindakan Kelas model kooperatif picture and picture.Palangkaraya: STAIN Palangkaraya
Poerwanti,Endang,dkk.2008.Asesmen Pembelajaran SD.Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.