Peningkatan Minat Dan Hasil Belajar IPA
PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI TAMBAKAGUNG
KECAMATAN KALIORI KABUPATEN REMBANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Isni Yulikatun
Guru Kelas VI SD Negeri Tambakagung
ABSTRAK
Permasalahan yang umum terjadi di SD adalah rendahnya minat dan hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan hasil pengamatan faktor kesulitan belajar IPA yang dialami oleh siswa-siswa SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang disebabkan dua faktor, yakni faktor guru dan faktor siswa. Karena aktivitas dan hasil belajar IPA rendah, maka perlu ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) meningkatkan minat belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan 2) meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah semua siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung, Kaliori, Rembang yang berjumlah 23 orang, terdiri atas 9 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, angket dan tes. Agar data yang diperoleh terpercaya, data divalidasi dengan teknik triangulasi. Selanjutnya data dianalisis dengan teknik persentase. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terbukti dapat meningkatkan minat belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil angket dan observasi diketahui rata-rata minat belajar pada siklus I sebesar 74,8%, naik menjadi 76,6% pada akhir siklus II, dan pada akhir siklus III meningkat menjadi 78,7%. (2) Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ternyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini dibtuktikan dengan rata-rata hasil belajar IPA dari kondisi awal sampai dengan akhir siklus 3 secara berturut-turut adalah (59,57), (66,52), (70,43), dan (75,65). Terjadi kenaikan jumlah siswa yang tuntas belajar dari kondisi awal sampai dengan akhir siklus 3. Sedangkan ketuntasan belajar dari kondisi awal, siklus 1, siklus 2, siklus 3 secara berturut-turut yaitu 12 orang (52,17%), 14 orang (60,87%), 17 orang (73,91%), dan 22 orang (95,65%).
Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, Jigsaw, IPA
PENDAHULUAN
Permasalahan yang dihadapi guru kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang adalah rendahnya hasil belajar IPA. Berdasarkan pengalaman penulis mengajar di kelas VI, hasil ulangan harian pada kompetensi dasar 5.1 Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda” belum tuntas secara klasikal. Dari 23 siswa hanya 12 (52,17%) siswa yang tuntas (pada tes formatif) dengan nilai rata-rata kelas 59,57 sedangkan ketuntasan minimal (KKM) adalah 65. Nilai siswa tidak seimbang, ada beberapa siswa yang nilainya tinggi namun juga banyak yang nilainya sangat kurang. Jadi terjadi perbedaan yang sangat mencolok, nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 45.
Gejala yang tampak adalah siswa kurang bergairah dalam kegiatan pembelajaran dan bersikap pasif. Siswa hanya menghafal sehingga kurang memahami konsep. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa pengetahuan itu bias ditransfer dari pikiran seseorang ke pikiran orang lain, sehingga guru yang aktif dalam pembelajaran untuk memindahkan pengetahuan yang dimilikinya seperti mesin, mereka mendengar, mencatat, dan mengerjakan tugas yang diberikan guru, sehingga pembelajaran berpusat pada guru dan pemahaman yang dicapai siswa bersifat instrumental.
Dilihat dari faktor guru, penyebab rendahnya hasil belajar IPA yaitu dalam menyampaikan pelajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah yang mungkin dianggap para guru adalah metode yang paling praktis, mudah, dan efisien dilaksanakan tanpa persiapan. Mengajar yang hanya menggunakan metode ceramah saja mempersulit siswa memahami konsep dalam pelajaran IPA. Jadi, siswa tidak bisa menerima pelajaran yang telah diberikan gurunya sehingga hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kurang dari yang diharapkan. Demikian juga pembelajaran IPA di SD Negeri Tambakagung kurang maksimal karena pembelajarannya masih tradisional dimana siswa hanya menerima informasi secara pasif dan pembelajarannya bersifat individual. Jadi, siswa tidak diberi kesempatan untuk saling bertukar pengalaman dengan teman yang lain.
Hasil diskusi dengan teman sejawat dan kepala sekolah diindikasikan bahwa rendahnya hasil belajar tersebut antara lain disebabkan tidak tepatnya penggunaan metode pembelajaran. Pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran secara konvensional yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru sebagai satu-satunya sumber belajar, kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran sehingga pembelajaran sangat verbal.
Pembelajaran IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Sehingga tidak tepatlah jika pembelajaran hanya dilaksanakan dengan metode ceramah yang kemungkinan kecil dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Seperti dalam (Depdiknas 2003: 2).
Mengingat pentingnya pembelajar-an IPA materi pokok “Memahami saling hubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda” SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang khususnya, dan di SD-SD pada umumnya, berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat perlu adanya Penetitian Tindakan Kelas guna meningkatkan hasil belajar, mingingkatkan minat dan ide-ide siswa, menyenangkan bagi siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang diajukan ada dua macam:
1. Apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan minat belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015?
2. Apakah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015?
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah 1) mening-katkan minat belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, 2) meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan pembelajaran koopera-tif tipe jigsaw.
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Menurut Sugianto (2007: 1960), belajar adalah proses perubahan pengeta-huan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara Individu dengan ling-kungannya.
Menurut Anita Lea (2008: 3) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki sis-wa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, kon-sep-konsep, prinsip-prinsip, proses pene-muan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidik-an Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdik-nas, 2006: 2).
Menurut Arthur (1963: 95), minat sebagai perasaan suka yang berhubungan dengan suatu reaksi terhadap suatu yang khusus atau situasi tertentu. Minat dapat diartikan sebagai sebagai aktivitas yang menyertai seorang individu melalui nilai-nilai, perasaan-perasaan, dan pikiran-pikiran yang disukainya.
Pembelajaran kooperatif menurut Sugiyanto (2008:35) merupakan pendekat-an pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan.
Jigsaw merupakan suatu model yang dikembangkan oleh Eliot Aronson dari Universitas Texas yang kemudian diadopsi oleh Slavin. Model ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain sehingga siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan tetapi juga harus memberikan materi tersebut kepada kelompoknya maka secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan.
Isjoni (2009:54) mengemukakan bahwa jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Pembelajaran kooperatif tipe Jig-saw dapat melatih membiasakan siswa melakukan tanggung jawabnya secara pribadi maupun kelompok serta melatih siswa untuk mau menerima saran, kritik, koreksi dari semua orang. Berlangsung dan berhasilnya pembelajaran juga didukung oleh sistem pengelolaan kelas dan ling-kungan.
Hasil belajar yang mengakomodasi kemampuan kognitif, afektif dan psikomo-torik direncanakan pencapaiannya dengan pengukuran lewat instrument penilaian yang tepat. Siswa diusahakan dapat mem-bangun pengetahuannya secara runtut melalui demonstrasi keterampilan dan penyajian informasi tahap demi tahap dengan bimbingan dan pelatihan dari guru. Proses belajar sedapat mungkin dihubungkan dengan lingkungan sehingga siswa dapat menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan September s.d. November 2014 pada siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015.
Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa dan guru. Siswa yang dimaksud adalah perserta didik kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015. Perserta didik berjumlah 23 orang, terdiri atas 9 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Guru berperan sebagai peneliti dibantu oleh observer yakni kepala sekolah.
Data penelitian yang dikumpulkan berupa infomasi tentang hasil belajar IPA, minat belajar siswa, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembela-jaran dan melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembela-jaran) di kelas.
Alat pengumpulan data berupa 1) Lembar observasi dan lembar tes, 2) Butir evaluasi untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar setiap siklusnya dibuat sesuai materi pokok yang dipelajari, 3) Instrumen observasi, yaitu berupa skala penilaian yang akan diisi oleh pengamat saat proses pembelajaran yang berhubungan perilaku pengajar dan aktivitas belajar siswa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAS-AN
Deskripsi Kondisi Awal
Data hasil observasi yang dilaksa-nakan oleh peneliti pada pelajaran IPA kelas VI di semester I menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 65. Data hasil belajar ditunjukkan dengan nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 80, dari 23 siswa diperoleh data nilai siswa yang tidak tuntas dalam pelajaran IPA sebesar 47,83% (11 siswa) mendapatkan nilai di bawah KKM. Sebanyak 52,17% (12 siswa) telah menda-pat nilai di atas KKM. Dengan melihat hasil belajar dan pelaksanaannya tersebut sa-ngat perlu untuk ditingkatkan kualitasnya.
Deskripsi Siklus I
Pada pertemuan pertama materi IPA yang diajarkan sebagai inti pembela-jaran adalah hubungan antara suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda. Sebagai kegiatan awal guru mengadakan tanya ja-wab yang mengarah pada materi yang akan diajarkan. Setelah itu guru meng-adakan pembentukan kelompok kerja. Terbentuklah 5 kelompok kerja dari hasil prasiklus.
Kelompok 1 mengerjakan lembar kerja 1 (percobaan dengan garpu), kelom-pok 2 (percobaan dengan sendok), kelom-pok 3 (percobaan dengan potongan kayu), kelompok 4 (percobaan dengan kawat), dan kelompok 5 (percobaan dengan kain). Selesai kerja kelompok lewat juru bicara masing-masing kelompok melaporkan hasil kerjanya, dan ditanggapi oleh kelompok yang lain. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan. Siswa mengerjakan soal tes formatif secara individu. Guru memberikan saran dan tindak lanjut untuk pembelajaran selanjut-nya. Siswa diberi tugas untuk mencatat hasil kerja kelompok sebagai PR.
Pada pertemuan kedua materi IPA adalah menjelaskan alasan pemilihan ben-da dalam kehidupan sehari-hari berdasar-kan kemampuan menghantarkan panas. Kegiatan diawali dengan tanya jawab tentang benda-benda yang biasanya digunakan untuk pegangan alat masak, setrika, dan alat penggoreng.
Guru menyampaikan tujuan pem-belajaran kemudian masing-masing ketua kelompok seperti pada pertemuan 1 dipanggil untuk memperoleh penjelasan tentang tugas kelompok. Masing-masing kelompok mengerjakan tugas sesuai dengan lembar kerja yang diterima. Selesai mengerjakan tugas, masing-masing ketua kelompok atau salah satu anggota kelompok melaporkan hasilnya dan kelompok, yang lain menanggapinya.
Guru memberi penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan. Siswa mengerjakan soal tes formatif secara individu. Guru memberikan saran dan tindak lanjut untuk pembelajaran selanjut-nya. Siswa diberi tugas untuk mencatat hasil kerja kelompok sebagai PR.
Pada pertemuan ketiga materi IPA yang diajarkan adalah alasan pemilihan benda dalam kehidupan sehari-hari berda-sarkan kemampuan menghantarkan panas. Untuk memotivasi belajar, guru dan siswa mengadakan Tanya jawab. Kemudian Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang anggotanya tetap seperti pertemuan 1 dan 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
Pada pertemuan ini mempelajari kembali tentang alasan pemilihan benda dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan menghantarkan panas. Guru memanggil ketua-ketua kelompok untuk mengambil materi tugas. Masing-masing kelompok membahas materi tugas yang diberikan. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara atau ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan. Pada kegiatan akhir, siswa mengerjakan tes formatif secara individu. Guru memberikan saran dan tindak lanjut untuk pembelajaran selanjutnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan, pada siklus 1 pada materi “sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda” sudah mengalami perubahan atau peningkatan, walaupun masih ada beberapa siswa yang tidak atau belum mengalami perubahan sama sekali. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa cukup aktif melakukan percobaan-percoba-an bersama anggota kelompok masing-masing, dengan tugas yang berbeda dengan kelompok yang lain. Namun masih sedikit siswa yang dapat bekerja sama menyelesaikan tugas, sehingga berpenga-ruh pada kemampuan menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
Pada akhir siklus I, diadakan tes akhir siklus. Soal yang digunakan berbentuk pilihan ganda berjumlah 20 butir. Setelah lembar jawab dikoreksi, didapatkan hasil belajar siswa adalah 66,52. Jm siswa yang tuntas KKM adalah 14 orang (60,87%) sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas belajar berjumlah 9 orang (39,13%).
Deskripsi Siklus II
Dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw digabung metode eksperimen tentang “Menjelaskan alasan pemilihan benda dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan menghantarkan panas”, tindakan yang ditempuh yaitu peneliti melakukan tes awal sebagai dasar untuk pembentukan kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Anggota kelompok siklus 2 berbeda dari siklus 1 (berganti anggota) agar masing-masing kelompok telah ada yang pernah melakukan percobaan pada siklus 1.
Karena pada siklus 1 pada pertemuan 1 dan 2 belum semua kelompok melakukan semua percobaan sehingga hasil tes formatif kurang bagus. Setiap kelompok melakukan percobaan untuk menjelaskan alasan pemilihan benda dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemam-puan menghantarkan panas. Masing-ma-sing wakil kelompok melaporkan hasil kerja kelompok, dan ditanggapi oleh kelompok lain. Guru memberikan penjelasan singkat dan menyimpulkan. Memberi penguatan dengan menyanyikan lagu ”Pelajar yang Jitu”. Siswa yang belum jelas diberi kesempatan untuk bertanya, yang kemudi-an ditanggapi oleh guru.
Dalam siklus 2 ini hasil kerja kelompok dipajangkan. Guru juga mema-jangkan ringkasan materi (kesimpulan) agar semua siswa dapat memahaminya de-ngan mudah. Selama proses pembelajaran pada masing-masing pertemuan, observer dan peneliti mengamati aktivitas atau partisipasi siswa. Pada setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi atau penilaian hasil belajar, dilanjutkan dengan pemberian tugas rumah sebagai tindak lanjut.
Hasil analisis data dan diskusi balikan terhadap pelaksanaan pembela-jaran IPA pada siklus 2, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan, di mana guru dalam melaksanakan pembela-jaran semakin mantap dan luwes walaupun masih ada kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kurang kontrol waktu. Persen-tase aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat. Mereka lebih banyak memper-hatikan dan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan. Demikian sebaliknya bagi kelompok yang menyampaikan hasil kerja juga mampu memberikan keterangan secara aktif.
Kemampuan dan keterampilan da-lam menyampaikan hasil dan menanggapi masalah pun meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyelesaiakan soal-soal dalam ulangan secara tertulis. Dengan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi hidup dan menyenangkan. Hasil belajar IPA siswa kelas VI pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 1.
Pada akhir siklus II, diadakan tes akhir siklus. Soal yang digunakan berben-tuk pilihan ganda berjumlah 20 butir. Setelah lembar jawab dikoreksi, didapat-kan. Jumlah siswa yang tuntas KKM adalah 14 orang (60,87%) sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas belajar berjumlah 9 orang (39,13%).
Deskripsi Siklus III
Dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw digabung metode eksperimen tentang “Memahami faktor penyebab per-ubahan benda”, tindakan yang ditempuh yaitu peneliti melakukan tes awal sebagai dasar untuk pembentukan kelompok, yang setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa berdasarkan nilai siklus 2.
Pada siklus 2 pada pertemuan 1 dan 2 belum semua kelompok melakukan semua percobaan sehingga hasil tes formatif kurang bagus. Untuk itu, pada si-klus 3 setiap kelompok melakukan perco-baan untuk menjelaskan alasan faktor penyebab perubahan benda. Masing-ma-sing wakil kelompok melaporkan hasil kerja kelompok, dan ditanggapi oleh kelompok lain. Guru memberikan penjelasan singkat dan menyimpulkan. Memberi penguatan dengan menyanyikan lagu ”Pelajar yang Jitu”. Siswa yang belum jelas diberi kesempatan untuk bertanya, yang kemudi-an ditanggapi oleh guru.
Dalam siklus 3 ini hasil kerja kelompok juga dipajangkan. Guru juga me-majangkan ringkasan materi (kesimpulan) agar semua siswa dapat memahaminya dengan mudah. Selama proses pembelajar-an pada masing-masing pertemuan, obser-ver dan peneliti mengamati aktivitas atau partisipasi siswa. Pada setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi atau penilaian hasil belajar, dilanjutkan dengan pemberian tugas rumah sebagai tindak lanjut.
Hasil analisis data dan diskusi ba-likan terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA pada siklus 3, secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes walaupun masih ada kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kurang control waktu. Persen-tase aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat.
Mereka lebih banyak memperhati-kan dan mengemukakan pertanyaan-perta-nyaan. Demikian sebaliknya bagi kelompok yang menyampaikan hasil kerja juga mampu memberikan keterangan secara aktif. Kemampuan dan keterampilan dalam menyampaikan hasil dan menanggapi masalah pun meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyelesaiakan soal-soal dalam ulangan secara tertulis. Dengan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran yang semakin meningkat, suasana kelas pun menjadi hidup dan menyenangkan.
Hasil belajar IPA siswa kelas VI pada siklus 3 menunjukkan adanya pening-katan dibandingkan dengan pembelajaran pada siklus 2. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa dari 70,43 pada siklus 2 menjadi 75,65 pada siklus 3. Dengan demikian maka hasil pembelajaran telah menunjuk-kan peningkatan yang signifikan. Telah sesuai dengan kriteria belajar tuntas dan sesuai dengan indikator kinerja. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran telah meningkatkan proses dan mengoptimalkan strategi pembelajaran. Dengan demikian hasil pelaksanaan siklus 3 menunjukkan adanya peningkatan pada semua aspek yang dinilai. Pembelajaran berjalan lancar dan cukup menyenangkan, tidak ada kendala yang cukup berarti, walaupun hasilnya belum tuntas 100% namun sudah menunjukkan kriteria belajar tuntas dan telah mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Pembahasan
Berdasarkan analisis hasil peneliti-an dapat diketahui bahwa setelah diadakan tindakan melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, hasil belajar IPA siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung mengalami peningkatan. Pada kondisi awal rata-rata nilai sebesar 59,57 meningkat menjadi 66,52 pada siklus 1. Peningkatan juga terjadi pada siklus 2 sebesar 70,43 dan meningkat lagi pada siklus 3 sebesar 75,65.
Ditinjau dari segi ketuntasan belajar, telah terjadi peningkatan siswa yang tuntas belajar. Ketuntasan belajar dari kondisi awal, siklus 1, siklus 2, siklus 3 secara berturut-turut yaitu 12 orang (52,17%), 14 orang (60,87%), 17 orang (73,91%), dan 22 orang (95,65%).
Hasil Penelitian
1. Aktivitas siswa selama proses pembela-jaran IPA dengan pembelajaran ko-operatif tipe jigsaw semakin baik. Siswa semakin aktif menyumbangkan ide-idenya pada kegiatan diskusi. Hal ini terbukti dengan diselesaikannya kegiatan praktik maupun isian lembar kerja siswa yang disediakan.
2. Terjadi peningkatan minat belajar IPA. Hal ini tampak pada kegiatan bertanya, menjawab, mempresentasikan hasil diskusi yang mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil angket, minat siswa secara berturut-turut dari siklus 1 s.d. siklus 3 mengalami peningkatan. Skor keberanian bertanya secara beturut-turut (74,80); (76,60); dan (78,70).
3. Rata-rata hasil belajar IPA dari kondisi awal sampai dengan akhir siklus 3 secara berturut-turut adalah (59,57), (66,52), (70,43), dan (75,65).
4. Terjadi kenaikan jumlah siswa yang tuntas belajar dari kondisi awal sampai dengan akhir siklus 3. Ketuntasan belajar dari kondisi awal, siklus 1, siklus 2, siklus 3 secara berturut-turut yaitu 12 orang (52,17%), 14 orang (60,87%), 17 orang (73,91%), dan 22 orang (95,65%).
5. Terjadi penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas belajar dari kondisi awal hingga akhir siklus 3, yakni (11 0rang/47,83%), (9 0rang/39,13%), (6 0rang/26,09%), dan (1 0rang/4,35%).
6. Aktivitas pembelajaran tiap siklus mengalami kenaikan baik ditinjau dari segi kualitas proses dan kualitas hasil. Namun demikian, sampai akhir siklus masih ada seorang siswa yang tidak tuntas (nilai di bawah 65).
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, berikut ini peneliti menyam-paikan simpulan dan saran sebagai berikut:
Simpulan
1. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terbukti dapat meningkatkan minat belajar IPA pada siswa kelas VI SD Ne-geri Tambakagung Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang Tahun Pelajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil angket dan observasi diketahui rata-rata minat belajar pada siklus I sebesar 74,8%, naik menjadi 76,6% pada akhir siklus II, dan pada akhir siklus III meningkat menjadi 78,7%.
2. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ternyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri Tambakagung Kecamatan Ka-liori Kabupaten Rembang Tahun Pela-jaran 2014/2015. Hal ini dibtuktikan dengan rata-rata hasil belajar IPA dari kondisi awal sampai dengan akhir siklus 3 secara berturut-turut adalah (59,57), (66,52), (70,43), dan (75,65). Terjadi kenaikan jumlah siswa yang tuntas belajar dari kondisi awal sampai dengan akhir siklus 3. Sedangkan ke-tuntasan belajar dari kondisi awal, siklus 1, siklus 2, siklus 3 secara berturut-turut yaitu 12 orang (52,17%), 14 orang (60,87%), 17 orang (73,91%), dan 22 orang (95,65%).
Saran
1. Bagi teman-teman guru, untuk meng-atasi permasalahan pembelajaran IPA yang cenderung tidak disukai oleh siswa, maka sebagai alternatif penyele-saiannya adalah menerapkan pembela-jaran kooperatif tipe jigsaw.
2. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lanjutan sesuai dengan pe-nelitian ini juga disarankan agar mem-buat persiapan yang lebih sempurna terutama dalam mempersiapkan instru-men pengamatan beserta rubrik-rubrik yang jelas pada saat kegiatan kuis. Juga disarankan agar tim pengamat minimal dua orang, karena menurut pengalaman peneliti peneliti dan observer sangat sibuk dalam menilai jawaban soal dan mengobservasi siswa pada saat kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie, 2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.
Arends (http://anwarholil.blogspot.com diunduh tanggal 2 Januari 2010)
Aronson, Elliot. 2009. Instractional strategies Online.
http://olc.spsd.sk.ca/de/pd/instr/strats/jigsaw/ diunduh tanggal 16 April 2010
Arthur, Jones. 1963. Principles of guidance. New York: Mc.Graw-Hill Book Company.Inc.
Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya.
Depdiknas, 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta bekerjasama dengan Depdikbud.
Gagne N.Land Berliner, David C. 1976. Essential of Learning for Instructional; terjemahan Abdillah Hanafi dan Abdul Manan. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional
Isjoni. 2009. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta.
Nasution et al. 1981. Minat membaca sastra pelajar SMA kelas III DKI Jakarta: Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa Depdikbud.
Nattiv, Amalya. 1994. ”Helping Behaviors and Math Acievement Gain of Students Using Cooperative Laerning”. The Elementary School Journal. Vol. 94 (3), 267.
Novi Emildadiany. 2008.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/31/cooperative diunduh tanggal 16 April 2011.
Slameto. 2003 Belajar dan faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Slavin, R.E., & Oickle.E. 1981. “Effects of Cooperative Learning Teams on Student Achievement and Race Relations: Treatment by Race Interactions“. Journal of Educational Sociology Vol. 54 (3), 174-180.
Sugiyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Suwandi, Sarwiji dan Sutarmo. 2008. Bahasa Indonesia 3: Bahasa Kebanggaanku untuk SMP/MTs Kelas IX. Cet.1. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Tarigan, H,G. 1989. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Angkasa.
Thorindike, Robert L, dan Hage, Elizabeth P.1977. Measurement and Evaluation in Psychology and Education, New York: Jhon Wiley & Sons.