Peningkatan Minat dan Kreativitas Gerak Dasar Dengan Metode Modeling
PENINGKATAN MINAT DAN KREATIVITAS GERAK DASAR
ROLL DEPAN DENGAN METODE MODELING PADA SISWA KELAS V
SD NEGERI 5 TANGGUNG KECAMATAN TANGGUNGHARJO
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Istamar
SD Negeri 5 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan gerak dasar rol depan dengan menerapkan metode modeling. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 5 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data dengan metode observasi, tes, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan bahwa penggunaan metode modeling dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar rol depan pada siswa. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pada awal nilai rata-rata siswa 55,19 meningkat menjadi 63,70 pada siklus I dan 73,70 pada siklus II. Persentase ketuntasan meningkat dari 23,33% atau 6 siswa, meningkat menjadi 14 siswa atau 53,33% dan 96,66% pada siklus terakhir.
Kata kunci: gerak dasar, metode modeling, rol depan.
Latar Belakang
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untukmeningkatkan kebugaran jasmani. Mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan jasmani adalah pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektif dan psikomotor selain itu pendidikan jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spritual. Salah satu masalah utama dalam Penjasorkes di Indonesia dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran Penjasorkes di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjasorkes dan terbatasnya kemampuan guru Penjasorkes untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran Penjasorkes .
Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas besar dan berjangka waktu yang panjang karena masalahnya menyangkut pendidikan bangsa. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia harus melalui proses pendidikan yang baik dan terarah serta terprogram, sehingga tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai. Salah satu pendukung utama tercapainya tujuan pendidikan adalah suasana kelas yang baik dalam arti seluas-luasnya. Di kelaslah segala aspek pengajaran bertemu dan berproses, sehingga diharapkan di kelas akan terwujud suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.
Berbagai cara digunakan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya dari Kurikulum sampai ke hal yang menyangkut tata tertib sekolahnya, dari kelas yang dilaksanakan di lingkup ruangan yang dibatasi tembok sampai kelas yang dilakukan di alam terbuka, semua demi meningkatkan mutu pendidikan maupun menarik perhatian calon siswa. Begitu juga dengan mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, tidak hanya identik dengan mata pelajaran lari-lari atau mengeluarkan tenaga saja tetapi sudah saatnya Pendidikan jasmani harus sejajar dengan mata pelajaran yang lain.
Dalam hal ini seorang guru pendidikan jasmani dituntut untuk lebih kreatif dalam mengemas paket mata pelajaran pendidikan jasmani, termasuk berusaha untuk memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Seorang guru pendidikan jasmani yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau memodifikasi yang sudah ada tetapi disajikan dengan cara yang semenarik mungkin, sehingga anak didik akan merasa senang mengikuti pelajaran Penjasorkes yang diberikan. Banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh guru pendidikan jasmani untuk kelancaran jalannya pendidikan jasmani, diantaranya dengan pendekatan modifikasi. Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada dalam kurikulum dapat disajikan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik anak.
Proses pendidikan dapat berjalan dan berhasil dengan baik seperti yang diharapkan juga ditentukan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal yang harus didukung oleh semua pihak baik sekolah, pemerintah, maupun masyarakat, terutama dalam penyampaian materi yang diberikan oleh pendidik terhadap anak didiknya dengan baik. Sesuai dengan hal tersebut bahwa seorang pendidik (guru) setidaknya harus menggunakan suatu metode pembelajaran pendidikan jasmani yang tepat agar siswa usia sekolah dasar yang masih rawan dan memerlukan pembinaan serta bimbingan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat karakteristiknya.
Salah satu cabang olahraga yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan siswa baik secara mental maupun fisik adalah senam lantai. Pada senam lantai, siswa dilatih agar memiliki tubuh yang lentur dan kuat sehingga dapat melaksanakan aktivitas dan dapat menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik. Senam – senam lantai memiliki nomor-nomor lainnya seperti senam aerobic, rol depan, rol belakang, kayang dan cabang-cabang lainnya. Rol depan merupakan suatu kegiatan dalam senam lantai yang berfungsi untuk membentuk badan yang kuat, terutama bagian punggung. Selain itu rol depan digunakan untuk melatih konsentrasi dan kemampuan siswa dalam menempatkan badanya setelah melakukan rol depan.
Pada jenjang sekolah dasar pembelajaran senam lantai, khususnya pada materi rol depan dan rol belakang, kemampuan siswa perlu dikembangkan terutama pada teknik dasar melakukan gerakan dengan baik dan benar. Hal ini perlu dilakukan sejak dini agar siswa di sekolah dasar memahami teknik dasar dalam melakukan gerakan rol depan dan rol belakang sehingga menjadi dasar dalam pengembangan kemampuannya di sekolah lanjutan.
Dari pengamatan awal di SD Negeri 5 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo terlihat bahwa pada umumnya siswa belum dapat melakukan rol depan dengan baik. Dari 23 orang siswa terdapat 5 orang atau 21,73% dalam melakukan rol depan dengan kategori sangat kurang, dengan kategori baik dengan perolehan rata-rata hasil belajar sebesar 5 atau 25,00%. Dalam permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan gerak dasar roll depan pada SD Negeri 5 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo, khususnya siswa kelas V masih di bawah rata-rata dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Hal ini perlu dicari solusi untuk meningkatkan gerak dasar roll depan pada siswa tersebut, yaitu salah satunya perubahan penggunaan metode belajar dalam proses pembelajaran.
Surakhmad (1961:24) mengatakan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan proses pengajaran atau bagaimana teknis sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid di sekolah. Salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan adalah dengan metode modeling. Daruma (1993: 2) memberikan pengertian bahwa “Modeling berarti mengadakan suatu contoh yang baik atau pola tingkah laku untuk klien yang tidak mengetahui dan memahami bagaimana bertindak secara tepat dalam berbagai situasiâ€. Menurut teori ini yang terpenting adalah kemampuan orang yang mengamati obyek atau sedang belajar melalui imitasi dan identifikasi untuk mengabstraksikan informasi dan tingkah lau orang lain, mengambil keputusan mengenai tingkah laku yang akan di tiru dan selanjutnya akan melakukan pilihannya.
Kajian Teori
Hakekat Kemampuan Dasar Rol Depan
Senam merupakan kegiatan kebugaran tubuh yang dapat dilakukan oleh semua orang, termasuk siswa . Senam mulai dibiasakan pada siswa sejak duduk di sekolah dasar. Hal dimaksudkan agar anak terbiasa melakuakn aktivitas olahraga, terutama senam. Menurut Wikipedia (2008:1) bahwa senam ialah suatu cabang olahraga yang melibatkan performa gerakan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan keserasian gerakan fisik. Bentuk modern dari senam ialah: palang tak seimbang, balok keseimbangan, dan senam lantai. Salah satu gerakan senam lantai yang perlu dipahami oleh siswa adalah teknik dasar gerakan rol depan. Berdasarkan unsur gerakan dari senam lantai, roll depan merupakan jenis gerakan senam yang dilakukan dengan mengguling.
Menurut Pribadi, Ono Sudiana & H.D. Lukman (1994: 35) bahwa, “Gerakan rol depan yaitu: posisi badan membungkuk dengan kedua kaki lurus dan kedua tangan lurus menempel pada matras. Kemudian posisi kepala harus ditekuk ke bagian dalam, lalu menjatuhkan badan dengan pundak diikuti oleh badan dan kedua tangan ditekuk untuk membantu mengangkat badan dan kedua kaki mengikuti dengan lurus ke depan hingga posisi dudukâ€.
Sedangkan Suyati & Agus Margono (2000: 101-102) membedakan gerakan roll depan menjadi dua macam yaitu, “(1) Guling depan dengan tungkai bengkok dan (2) guling depan tungkai lurusâ€. Rol depan atau guling depan menurut Ranupraja (2008:10-11) adalah guling yang dilakukan ke depan. Adapun langkah-langkah untuk melakukan guling kedepan adalah sebagai berikut: (1) berdiri tegak, kedua tangan lurus disamping badan; (2) angkat kedua tangan ke depan, bungkukkan badan, letakan kedua telapak tangan di atas matras; (3) siku kesamping, masukan kepala diantara kedua tangan; (4) sentuhkan bahu ke matras; (5) bergulinglah ke depan; (6) lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut; (7) sikap akhir guling depan adalah jongkok kemudian berdiri tegak.
Sedangkan langkah guling belakang bulat yaitu sebagai berikut (1) jongkok, tekuk kedua siku tangan menghadap ke atas di dekat telinga, dagu dan lutut tarik ke dada; (2) guling badan ke belakang hingga bahu menyentuh matras, lutut dan dagu tetap mendekat dada, telapak tangan di dekat telinga; (3) bahu menyentuh matras, kedua telapak tangan menyentuh matras, gerakan kaki untuk dijatuhkan ke belakang kepala; (4) jatuhkan ujung kaki ke belakang kepala; (5) dorong lengan ke atas; (6) jongkok dengan lengan lurus ke depan.
Kongo (2007:2) mengemukakan bahwa rol depan merupakan salah satu konsentrasi. Rol depan dilakukan dengan cara: (1) berdiri tegak, kedua tangan lurus disamping badan, (2) angkat kedua tangan ke depan, bungkukan badan, letakan kedua telapak tangan di atas matras; (3) siku ke samping, masukkan kepala diantara kedua tangan; (4) sentuhkan bahu di atas matras; (5) bergulinglah ke depan (6) lipat kedua lutut, tarik dagu dan lutut ke dada dengan posisi tangan merangkul lutut; (7) sikap akhir guling depan adalah jongkok kemudian berdiri tegak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rol depan adalah kegiatan untuk melatih kekuatan tubuh dengan melakukan kegiatan bergulingan ke depan melalui serangkaian teknik yang berurutan dan terstruktur dengan baik.
Lebih lanjut Hermawan (2005:45) mengemukakan bahwa gerakan rol depan mempunyai manfaat yang sangat penting bagi tubuh manusia. Manfaat tersebut adalah (1) melatih kekuatan tubuh, terutama tangan dan punggung; (2) meningkatkan konsentrasi; (3) meningkatkan kelenturan tubuh; (4) membiasakan diri untuk melakukan teknik-teknik gerakan rol depan dengan baik dan benar. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa gerakan rol depan (guling ke depan) merupakan serangkaian gerakan yang berurutan dan terstruktur dengan baik yang mempunyai manfaat penting bagi kesehatan tubuh dan pikiran manusia.
Hakekat Metode Modeling
Surakhmad ( 1961:24) mengatakan bahwa metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan proses pengajaran atau bagaimana teknis sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada murid di sekolah. Salah satu metode mengajar yang dapat diterapkan adalah dengan metode modeling. Daruma (1993: 2) memberikan pengertian bahwa “Modeling berarti mengadakan suatu contoh yang baik atau pola tingkah laku untuk klien yang tidak mengetahui dan memahami bagaimana bertindak secara tepat dalam berbagai situasiâ€.
Menurut teori ini yang terpenting adalah kemampuan orang yang mengamati obyek atau sedang belajar melalui imitasi dan identifikasi untuk mengabstraksikan informasi dan tingkah lau orang lain, mengambil keputusan mengenai tingkah laku yang akan di tiru dan selajutnya akan melakukan pilihannya.
Modeling sangat berperan dalam pengembangan dan perubahan banyak tingkah laku manusia. Ia mengemukakan tiga akibat utama modeling yang masing-masing mempunyai implikasi yang penting dalam praktek.
Pertama, adalah perolehan respon-respon baru atau keterampilan performansi itu semua akkibat belajar dengan mengamati, menunjuk untuk pengintegrasian pola-pola tingkah laku baru berdasarkan atas pengamatan pada suatu contoh. Misalnya belajar keterampilan dalam olahraga, khususnya pada cabang olahraga permainan.
Kedua, adalah suatu hambatan pada respon takut yang terjadi apabila tingkah laku siswa terhambat. Dalam hal ini medeling yang melaksanakan respon takut yang terkadang tidak menderita konsekuensi negatif atau sebenarnya mendapatkan konsekuensi positif.
Ketiga, adalah mempermudah terjadinya respon dalam hal mana suatu modeling memberikan bagi orang-orang lain untuk berusaha menandingi. Akibatnya dapat mempertinggi tingkah laku yang telah dipelajari individu. Misalnya modeling anak usia belasan tahun yang mempunyai keterampilan olahraga yang bagus. Siswa lain yang melihat advertensi tersebut mungkin akan mengikuti untuk mencobanya.
Dalam penggunaan tiga tipe modeling tersebut siswa harus benar benar peka terhadap berbagai kesempatan yahg tepat untuk memberikan bantuan melalui modeling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan bersama dengan siswa . Pemberian modeling pada umumnya ditampilkan dalam dua cara yaitu siswa sendiri yang bertindak sebagai model atau orang lain seperti teman siswa bertindak sebagai model, kedua model simbolis yang ditampilkan melalui alat peraga. (Bandura(dalam, Daruma 1993: 2).
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (Clasroom Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas atau di sekolah tempat mengajar dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya (Sunardi, 2012: 16). Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan penelitian melalui dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 5 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 23 orang siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan siklus yang berkelanjutan. Penelitian ini dilaksanakan sampai pembelajaran berhasil, tiap siklus dilakukan tiga kali pertemuan selama 5 x 35 menit. Pelaksanaan siklus II merupakan perbaikan dari siklus I yang belum mencapai keberhasilan. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap pengamatan, dan (4) tahap refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kondisi Awal
Pada kondisi prasiklus diketahui bahwa siswa tergolong dalam kriteria tuntas 5 siswa atau sebanyak 21,73%, dan siswa yang belum tuntas sebanyak 18 siswa atau 78,26%.
Dari tabel penilaian hasil belajar pada prasiklus diketahui bahwa siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 5 siswa 21,73%, karena mendapat nilai 70 atau lebih, Sebanyak 18 siswa atau 78,26%.dinyatakan belum tuntas. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan sebagai acuan keberhasilan dalam penelitian ini, yakni 85% siswa dapat melakukan teknik dasar rol depan dengan kategori baik, maka penelitian ini dinyatakan selesai. Dari data observasi awal tersebut kemampuan siswa dalam teknik dasar rol depan masih jauh dari indikator kinerja yang ditetapkan. Dengan demikian, perlu ditingkatkan melalui pemberian tindakan yaitu Siklus I dengan menggunakan metode Modeling.
Pelaksanaan Siklus I
Siswa dalam kriteria tuntas 15 siswa atau sebanyak 65,21%, dan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 siswa atau 34,78%. Dari perolehan nilai-nilai di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran masih harus dilanjutkan pada siklus berikutnya karena belum memenuhi kriteria keberhasilan yaitu minimal 85% dari jumlah siswa meningkat kemampuannya dalam melakukan gerakan rol depan.
Siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 15 siswa 65,21% karena mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan sisanya sebanyak 8 siswa atau 34,78% dinyatakan belum tuntas. Adapun penjelasan mengenai nilai rata-rata hasil belajar sebesar 70,00. Dari perolehan nilai-nilai di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran masih harus dilanjutkan pada siklus berikutnya karena belum memenuhi kriteria keberhasilan yaitu minimal 85% dari jumlah siswa dinyatakan tuntas belajarnya atau mendapat nilai minimal 70.
Pelaksanaan Siklus II
Siswa tergolong dalam kriteria tuntas 23 siswa atau sebanyak 100%, dan siswa yang belum tuntas tidak ada. Dari perolehan nilai-nilai di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua karena telah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu minimal 85% dari jumlah siswa meningkat kemampuannya dalam melakukan gerakan rol depan.
Siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 23 siswa 100% karena mendapat nilai 70 atau lebih, sedangkan semuanya tuntas. Adapun penjelasan mengenai nilai rata-rata hasil belajar sebesar 74,35 Dari perolehan nilai-nilai di atas maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus kedua karena telah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu minimal 85% dari jumlah siswa dinyatakan tuntas belajarnya atau mendapat nilai minimal 70.
Pembahasan
Diketahui bahwa secara umum terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada materi rol depan selama proses pembelajaran yang dilaksanakan dua siklus. Pada kondisi awal, terdapat 6 siswa tuntas atau 23,33%, pada siklus I persentase ketuntasan siswa mencapai 53,33% atau 14 siswa. Pada siklus II persentase ketuntasan siswa mencapai 96,66% atau 26 siswa, dengan peningkatan nilai rata-rata hasil belajar dari 61,30 menjadi 63,70 dan 73,70 pada siklus II.
Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Gerakan Rol Depan
Pembelajaran menggunakan metode modeling dalam mata pelajaran Pendidikan jasmani dan Kesehatan untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar teknik dasar roll depan pada siswa V SD Negeri 5 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran berdampak positif. Terbukti bahwa prestasi belajar dan kemampuan melakukan gerakan rol depan meningkat.
Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori dan pelaksanaan tindakan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengetahuan awal siswa dalam materi senam lantai khususnya teknik dasar rol depan masih dalam kategori kurang, setelah diberikan tindakan selama dua siklus terjadi peningkatan yaitu 61,30 menjadi 70,00 pada siklus I dan 74,35 pada siklus II dengan persentase ketuntasan dari 21,73% atau 5 siswa, meningkat menjadi 15 siswa atau 65,21,% dan 100% pada siklus terakhir.
2. Peningkatan kemampuan siswa dalam melkakukan gerakan rol depan, pada awal ada 6 siswa tuntas atau 23,33%, meningkat menjadi 53,33% atau 14 siswa pada siklus I, dan 96,66% atau 26 siswa pada siklus II.
Saran
Setelah melaksanakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V di SD Negeri 5 Tanggung Kecamatan Tanggungharjo, disarankan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan siswa maka setiap guru harus menerapkan tahapan-tahapan pembelajaran secara sistematis dan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
2. Setiap guru pendidikan jasmani dan kesehatan dalam meningkatkan keterampilan rol depan harus sesuai tahapan-tahapan pembelajaran pada senam lantai.
DAFTAR PUSTAKA
Indra, Setiadi 2006. Kemampuan dalam melakukan senam lantai. Bandung: Rosdakarya
Kongo, Agus 2007. Teknik dasar Senam Lantai. Jakarta: Pustaka jaya
Mahendra, Agus. 2000. Senam. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.
Mahmudi Sholeh. 1992. Olahraga Pilihan Senam. Jakarta: Depdikbud
Margono, Agus. 2011. Senam. Surakarta: UNS Press.
Muhammad Danupraja, 2006. Metode Mengajar yang Efektif. Bandung: Alfabeta
Pribadi, Eka, Ono Sudiana dan H.D. Lukman. 1994. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Yudhistira.
Ranupraja, 2008. Senam Lantai. Jakarta: Balai Pustaka
Soekarno, Wuryati. 1986. Teori dan Praktek Senam Dasar. Yogyakarta: PT Intan Pariwara.
Sunardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Salatiga: Widyasari Press.
Suyati & Agus Margono. 2000. Teori dan Praktek Senam I. Surakarta: UNS Press.
Surakhmad, Winarno. 1994. Metode dan Tekhnik dalam bukunya Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tekhnik., Bandung: Tarsito,.
Syarifuddin, Aip & Muhadi. 1991. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.