Peningkatan Motivasi Belajar Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
PADA SISWA KELAS V SD KATOLIK MAUMERE 1
Aloysia Ota
Guru di SD Katolik Maumere 1, Sikka, Nusa Tenggara Timur
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas V SD Katolik Maumere 1. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang terdiri dari 29 siswa. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe jigsaw ternyata (1) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, nilai rata-rata siswa naik 6,8% dari kondisi awal 52,6 menjadi 59,4 pada siklus I, dan meningkat lagi 59,4% menjadi 70,8 pada siklus II. Siswa yang memperoleh nilai ≥65 meningkat 50% dari kondisi awal 0% menjadi 50% pada siklus I, dan meningkat lagi 50% menjadi 100% pada siklus II. Dengan demikian siklus II sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang ditentukan yaitu 75% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥75; (2) dapat meningkatkan aktifitas belajar, pada siklus I yaitu 65% meningkat 11% menjadi 76% pada siklus II. Rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 60 meningkat 10,3% menjadi 70,25, sehingga penelitian berhenti pada siklus II.
Kata Kunci: Motivasi Belajar, Pendidikan Agama Katolik, Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.
PENDAHULUAN
Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa khususnya dalam Pendidikan Agama Katolik tersebut saya lakukan dengan menerapkan model permbelajaran kooperatif (Cooperative learning) tipe Jigsaw.
Penerapan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan hasil refleksi terhadap proses pendidikan yang telah berlangsung selama ini. Sekolah cenderung menjadi arena persaingan. Menurut Anita Lie (2002:24) salah satu falsafah yang mendasari pola pendidikan kompetitif adalah teori evolusi Darwin, yang menyatakan siapa yang kuat dialah yang akan menang dan bertahan dalam kehidupan. Prinsip survival of the fittest kerap tercermin dalam pendidikan di sekolah. Hadiah dan penghargaan selalu diberikan kepada sang juara, yaitu mereka yang mampu mengalahkan yang lain.
Dalam buku Silabus Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar disebutkan bahwa,†Pendidikan agama di Sekolah Dasar dimaksudkan untuk membantu siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi kehidupan spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi kehidupan spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual maupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi kehidupan spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan.†(2007:9).
Berdasarkan latar belakang masalah seperti di atas maka kami menyusun Penelitian Tindakan Kelas ini dengan judul: “Peningkatan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Katolik Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Katolik Maumere 1.â€
METODE
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Katolik Maumere 1 Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas V.
Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Gasal tahun pelajaran 2018/2019, yaitu pada bulan September 2018 sampai dengan November 2018. Pelaksanaan penelitian ini sebagai upaya peneliti memperbaiki strategi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang telah berlangsung pada semester gasal ini.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus tindakan pembelajaran menerapkan model atau pendekatan kooperatif (Cooperative Learning) tipe Jigsaw. Penggunaan model atau pendekatan kooperatif (Cooperative Learning) tipe Jigsaw ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar yang salah satu indikatornya dapat dilihat pada meningkatnya hasil belajar siswa.
Perangkat atau instrumen yang digunakan meliputi: 1) Menentukan Kompetensi Dasar yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Peneliti mengambil KD 3 mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik Kelas V, yaitu: “Memahami karya keselamatan Allah melalui peristiwa-peristiwa Yesus yang menyelamatkanâ€; 2) Menentukan materi pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini, yaitu materi ke 9: Yesus Dicobai dan materi ke 10: Yesus Mengusir Roh Jahat; 3) Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi: a) RPP; b) LKS/LDS; c) Lembar Pengamatan diskusi; d) Lembar evaluasi.
Subyek penelitian di dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas V SD Katolik Maumere 1 yang beragama Katolik. Mereka berjumlah 29 orang dengan komposisi laki-laki 14 orang dan perempuan 15 orang. Data yang dihimpun di dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber yang meliputi:
Siswa, memberikan data tentang aktivitas dan hasil belajar; 2) Data dokumen, berasal dari data awal hasil tes, hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan hasil foto.
Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah observasi atau pengamatan, yang dipergunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini Guru sebagai peneliti terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran bersama siswa yang menjadi subyek penelitiannya.
Data yang yang dihimpun di dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dikelompokkan menjadi dua macam: 1) Data kuwalitatif, yaitu data yang berupa sejumlah informasi dalam bentuk kalimat yang menunjukkan gambaran (deskripsi) siswa, data tersebut dianalisis secara kuwalitatif; 2) Data kuwantitatif, yaitu data mengenai hasil belajar siswa yang dihimpun melalui instrumen test.
Indikator kinerja di dalam Penelitian Tindakan Kelas ini meliputi: 1) Siswa meliputi:
a) Observasi: bagaimana perhatian, antusiasme, motivasi, dan rasa kepercayaan diri siswa dalam aktivitas pembelajaran yang sedang berlangsung; b) Wawancara: pandangan dan sikap siswa terhadap metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan; c) Tes: nilai rata-rata ulangan harian yang dilakukan dalam setiap siklus; 2) Guru, meliputi: a) Dokumentasi: mengenai kehadiran siswa; b) Observasi: hasil pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa.
Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan pendekatan atau model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Jigsaw sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Katolik Maumere 1pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik..
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dari kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik yang diterapkan pada kelas V menimbulkan dampak pada pemerolehan hasil belajar siswa. Gambaran kondisi awal didukung oleh pemberian pra tindakan berupa soal Pendidikan Agama Katolik yang diberikan kepada siswa kelas V sebanyak 2 siswa.
Hasil belajar siswa pada pra tindakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa pada Pra Tindakan
No |
Keterangan |
Pra Tindakan |
1. |
Nilai <75 |
68,96% |
2. |
Nilai ≥75 |
31,03% |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 20 siswa atau 100% siswa yang memperoleh nilai <75. Hanya ada 9 siswa yang memperoleh nilai >75. Nilai rata-rata siswa pada pra tindakan yaitu 52.6. Data tersebut menunjukkan bahwa kurang lebih 70% dari jumlah siswa yang belum memperoleh nilai ≥75, hal tersebut masih jauh dari target yang diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi dan pra tindakan yang telah dilakukan terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, maka disusunlah rencana perbaikan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Katolik pada siswa kelas V SD Katolik Maumere 1 Semester Gasal Tahun Pelajaran 2018/2019.
Siklus I
Kegiatan pembelajaran siklus pertama dilaksanakan dalam dua pertemuan pembelajaran, masing-masing kegiatan pembelajaran terdiri dari empat tahapan.
Perencanaan (Planing)
Perencanaan (Planing) yaitu sejumlah kegiatan persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas meliputi: a) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar (KD) yang akan disampaikan dalam pembelajaran kepada siswa; b) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) kooperatif tipe Jigsaw; c) Membuat Lembar Diskusi siswa (LDS); d) Membuat instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian; e) Membuat alat evaluasi belajar siswa.
Pelaksanaan (Acting)
Pada awal pembelajaran (pertemuan pertama) Siklus pertama pelaksanaan pembelajaran belum dapat berjalan sebagaimana diharapkan. Hasil pengamatan menunjukkan: a) Masih ada anak yang datang terlambat; b) Anak merasa keberatan ketika harus masuk ke dalam kelompok heterogen, mereka menginginkan berkelompok dengan teman yang disenangi; c) Anak belum mau melibatkan diri sepenuhnya dalam diskusi/tugas-tugas kelompok.
Masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran seperti di atas disebabkan: a) Anak masih terbiasa dengan pola pembelajaran individual, mereka belum terbiasa belajar berkelompok; b) Anak belum sepenuhnya memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw; c) Anak yang lebih mampu merasa kurang mendapat keuntungan dari anggota kelompok yang kurang mampu.
Upaya-upaya konkret yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas adalah: a) Peneliti menjelaskan kembali tujuan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang sedang dilaksanakan dalam pembelajaran ini;
– Peneliti menjelaskan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pembelajaran sesuai dengan pendekatan yang digunakan; c) Peneliti
secara lebih intensif membimbing, mengarahkan, dan memotivasi keterlibatan siswa di dalam kelompok; 3) Pada akhir pembelajaran peneliti menyampaikan topik pembelajaran yang akan datang sehingga siswa dapat lebih menyiapkan diri.
Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran pada siklus pertama dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Siswa mulai menunjukan minat belajar yang lebih baik; b) Siswa mulai memahami tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw; c) Siswa lebih aktif melibatkan diri dalam tugas kelompok; d) Siswa yang lebih mampu mulai memotivasi temannya yang kurang mampu demi tujuan kelompok yang harus mereka capai.
Pengamatan
Hasil Belajar
Evaluasi terhadap kemampuan penguasaan materi pembelajaran pada penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa Siklus I
|
No |
Keterangan |
Siklus I |
|
1. |
Nilai <70 |
51,72% |
|
2. |
Nilai ≥70 |
5% |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 15 siswa atau 51,72% memperoleh nilai <70. Sedangkan 14 siswa atau 48,27% memperoleh nilai ≥70. Nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 64,0. Data tersebut menunjukkan bahwa 50% dari jumlah siswa yang belum memperoleh nilai ≥70, hal tersebut belum memenuhi target yang telah diharapkan oleh peneliti.
Aktivitas Siswa
Hasil observasi/pengamatan terhadap situasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siklus pertama belum mencapai hasil yang optimal, namun telah mengalami perkembangan yang cukup signifian. Beberapa perkembangan situasi dan prilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel 3: Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus I
No |
Item |
(%) |
Kategori |
|
Penilaian |
|
|
|
|
|
|
1 |
Minat |
65 |
Baik |
|
|
|
|
2 |
Perhatian |
62 |
Cukup |
|
|
|
|
3 |
Partisipasi |
54 |
Cukup |
|
|
|
|
4 |
Presentasi |
59 |
Cukup |
|
|
|
|
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa siklus I di atas yang dilakukan terlihat bahwa 65% dari jumlah siswa memiliki minat baik, 62% dari jumlah siswa memiliki perhatian yang cukup, 64% dari jumlah siswa cukup melakukan partisipasi, 59% dari jumlah siswa melakukan presentasi dengan cukup benar. Rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 60 dengan kategori cukup.
Refleksi (Reflecting)
Penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe jigsaw pada siklus pertama telah menunjukan hasil yang cukup baik walaupun belum optimal. Beberapa kendala yang kesulitan yang maih dihadapi dalam siklus pertama ini adalah: 1) Peneliti masih disibukan untuk menjelaskan langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe jigsaw sehingga masih kurang memberikan pendampingan terhadap siswa dalam kegiatan kelompok dan perhatian terhadap penguasaan materi masih kurang; 2) Siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe jigsaw, siswa masih terbiasa dengan model pembelajaran yang bersifat individual; 3) Sebagian siswa belum dapat memberikan dukungan terhadap siswa lain sehingga kelompok tidak dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya; 4) Ada siswa yang ngambek karena merasa tidak nyaman dengan anggota kelompok yang lain sehingga membutuhkan pendampingan khusus untuk menanamkan sikap kooperatif dalam pembelajaran; 5) Peningkatan hasil belajar masih relatif rendah, pada akhir siklus pertama baru mencapai 59.4%.
Upaya yang perlu dilakukan oleh peneliti untuk memperbaiki beberapa kelemahan yang masih terjadi dan meningkatkan hasil yang dicapai pada siklus pertama adalah merencanakan pembelajaran pada siklus kedua dengan beberapa penekanan sebagai berikut: a) Memberikan motivasi kepada anggota kelompok belajar (siswa) agar lebih aktif terlibat di dalam proses pembelajaran; b) Memberikan bimbingan secara lebih intensif terutama kepada siswa yang masih mengalami kesulitan di dalam pembelajaran; c) Memberikan balikan baik terhadap proses belajar maupun hasil yang dicapai baik kepada kelompok maupun perorangan; d) Lebih memberikan penghargaan sebagai penguatan terhadap hasil belajar yang telah dicapai ataupun meningkatkan motivasi untuk memperbaiki beberapa kekurangan atau kelemahan yang masih terjadi.
Siklus II
Siklus kedua dilaksanakan seperti pada siklus pertama dengan tahap – tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.
Perencanaan (Planing)
Perencanaan (planing) pada siklus kedua ini dibuat berdasarkan refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama, yaitu: a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Instrumen observasi dan evaluasi; b) Memberikan motivasi kepada anggota kelompok belajar (siswa) agar lebih aktif terlibat di dalam proses pembelajaran c) Memberikan bimbingan secara lebih intensif terutama kepada siswa yang masih mengalami kesulitan di dalam pembelajaran.
Pelaksanaan (Action)
a) Suasana pembelajaran pada siklus kedua ini sudah semakin kondusif. Tugas kelompok yang diberikan guru dengan menggunakan Lembar Diskusi Siswa (LDS) dapat berjalan lebih baik dibandingkan pada siklus pertama. Siswa mulai berani menanyakan kepada rekan sekelompok atau guru hal-hal yang belum mereka fahami dengan baik. Siswa dalam satu kelompok mulai menunjukan dukungannya satu terhadap yang lain. Suasana belajar makin terasa bersahabat (friendship); b) Siswa juga mulai termotivasi mengungkapkan pendapatnya atau menanggapi pendapat teman dari kelompok lain pada saat mempresentasikan hasil diskusi; c) Siswa merasa senang dengan penghargaan berupa pujian atau aplause yang diberikan oleh sesama teman atau guru.
Observasi
Hasil Belajar
Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Hasil Belajar Siswa Siklus II
No |
Keterangan |
Siklus II |
1. |
Nilai <75 |
0% |
2. |
Nilai ≥75 |
100% |
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang memperoleh nilai <75. Semua siswa atau 100% siswa memperoleh nilai ≥75. Nilai rata-rata siswa pada siklus II yaitu 70,8. Data tersebut menunjukkan bahwa 100% dari jumlah siswa sudah memperoleh nilai ≥75, hal tersebut sudah memenuhi target yang diharapkan.
Aktivitas Siswa
Hasil observasi/pengamatan terhadap situasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) pada siklus pertama belum mencapai hasil yang optimal, namun telah mengalami perkembangan yang cukup signifian. Beberapa perkembangan situasi dan prilaku siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel 5: Persentase setiap Aspek Aktivitas Siswa pada Siklus II
|
No |
Item |
(%) |
Kategori |
|
|
Penilaian |
|
|
|
|
|
|
|
|
1 |
Minat |
76 |
Baik |
|
|
|
|
|
|
2 |
Perhatian |
73 |
Baik |
|
|
|
|
|
|
3 |
Partisipasi |
65 |
Baik |
|
|
|
|
|
|
4 |
Presentasi |
67 |
Baik |
|
|
|
|
|
Berdasarkan tabel di atas, hasil pengamatan aktivitas siswa siklus II yang dilakukan terlihat bahwa 76% dari jumlah siswa memiliki minat baik, 73% dari jumlah siswa memiliki perhatian yang baik, 65% dari jumlah siswa melakukan partisipasi dengan baik, 67% dari jumlah siswa melakukan presentasi dengan baik. Rata-rata aktivitas siswa siklus II adalah 70,25 dengan kategori cukup.
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw, hasil belajar sikus II sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan. Siswa yang mencapai kriteria keberhasilan tindakan pada siklus II adalah 2 siswa atau 100%. Itu artinya 100% dari jumlah siswa memperoleh nilai ≥75. Dari hasil yang telah terpenuhi maka dari itu penelitian ini dihentikan pada siklus II.
Refleksi (Reflecting)
Penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe jigsaw pada siklus kedua menunjukan hasil yang lebih baik dibandikan dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama.
Upaya yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki beberapa kelemahan yang masih terjadi dan meningkatkan hasil yang dicapai pada siklus kedua menunjukan beberapa hasil sebagai berikut: a) Motivasi belajar siswa meningkat, hal ini tampak dari meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan Proses belajar mengajar (PBM) yang didukung oleh meningkatnya keterlibatan guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang kooperatif. Guru secara intensif membimbing siswa memahami hakekat, tujuan dan langkah-langkah konkret pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) tipe Jigsaw; b) Peningkatan motivasi dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran ternyata juga mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar mereka. Hal ini dapat kita lihat dari peningkatan hasil belajar yang dicapai pada siklus pertama, 59.4 meningkat menjadi 70.7 pada siklus kedua; c) Suasana pembelajaran menjadi lebih menyenangkan karena siswa mengalami didukung oleh kelompoknya, umpan balik dan penghargaan yang diberikan oleh guru membuat siswa lebih percaya diri.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas di SD Katolik Maumere 1; 2) Meningkatnya motivasi siswa dapat dilihat dari semakin tingginya keterlibatan siswa dalam aktivitas pembelajaran dan terciptanya suasana pembelajaran yang lebih kooperatif. Suasana pembelajaran yang kondusif berkat metode pembelajaran yang kooperatif memungkinkan siswa untuk menentukan sendiri langkah-langkah dalam mencari penyelesaian masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran, mencerna informasi dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan sehingga prestasi siswa dengan sendirinya juga meningkat; 3) Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membuat pelajaran Agama Katolik yang terkesan menjemukan dapat menjadi lebih menyenangkan.
Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa saran sebagai berikut:
1) Guru kiranya dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagai salah satu metode pembelajaran dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa;
2) Jumlah siswa yang mengikuti pendidikan Agama Katolik khususnya di sekolah-sekolah negeri pada umumnya sangat sedikit. Dalam kelompok belajar yang kecil seperti ini penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat menjadi salah satu alternatif menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan agar siswa tidak merasa cepat jemu karena merasaa kurang tertantang;
3) Karena metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ternyata sangat bermanfaat meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiataan pembelajaran kami menyarankan untuk dipergunkan secara berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad, Dr., Prof. Pd, MA, 2007, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bandung, PT. Imperial Bhakti Utama (PT. INTIMA).
Arikunto, Suharsimi, Prof, (et.al), 2010, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, PT. Bumi Aksara.
Jacobs, Tom, Dr, SJ, 1992, Silabus Pendidikan Iman Katolik Melalui Pelajaran Agama Katolik pada Tingkat Pendidikan Dasar 9 Tahun, Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Komisi Kateketik KWI, 2007, Menjadi Murid Yesus Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar, Buku Guru, Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Lie Anita, 2002, Cooperative Learning, Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Jakarta, PT. Grasindo.
Sugiyono, Dr., Prof, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Penerbit Alfabeta.
Suciati, Dr, et.al, 2005, Belajar dan Pembelajaran 2, Jakarta, Universitas Terbuka Depdiknas.
Sekretariat KWI, 1991, Kitab Hukum Kanonik, Jakarta Penerbit Obor.
Telaumbanua, Marinus, Dr, OOFMCap, 1999, Ilmu Kateketik Hakekat, Metode, dan Peserta Katekese Gerejawi, Jakarta, Penerbit Obor.