PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BAGI GURU

DI SD NEGERI TARAMAN 3 KECAMATAN SIDOHARJO

SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2018/2019

 

Muji Hastuti

SD Negeri Taraman 3 Kecamatan Sidoharjo

 

ABTRAK

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkam motivasi dan kemampuan melaksanakan pembelajaran melalui supervisi akademis bagi guru di SD Negeri Taraman 3 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Data dikumpulkan melalui data primer (hasil tes atau ulangan), dan data sekunder (pengamatan berperan dari guru kolaborator). Analisis data dilaksanakan sebelum di lapangan dan selama di lapangan. Adapun tindakan dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan 4 kali pertemuan. Masing-masing siklus melalui 4 tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa upaya meningkatkan motivasi dan kemampuan melaksanakan pembelajaran metode Demonstrasi dengan media wayang kardus dalam kompetensi dasar Menceritakan tokoh wayang pandhawa pada siswa Kelas IV Semester I di SD Negeri Taraman 3 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019 dapat dikategorikan baik serta dapat menerima hipotesis penelitian. Hal ini didasarkan pada peningkatan 15% perolehan skor motivasi belajar pada pra siklus sebesar 82% menjadi 97% pada siklus 2. Sedangkan skor prestasi belajar mengalami peningkatan 32% dari 53% anak tuntas pada prasiklus, menjadi 85% anak tuntas pada siklus 2.

Kata kunci : Motivasi, prestasi, wayang, pandawa.

 

PENDAHULUAN

Kemampuan melaksanakan pembelajaran yang rendah itu dapat dilihat dalam Instrumen Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) yang merupakan hasil penilaian supervisi pembelajaran guru di kelas. Secara kuantitas nilai rata-rata belum memenuhi harapan dan secara kualitas belum menunjukkan prestasi yang berarti. Nilai Supervisi pelaksanaan pembelajaran guru yang dilakukan selama bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Juni 2018, rata-ratanya 60’an. Nilai tersebut termasuk kategori kurang. Kepala sekolah selama ini belum menggunakan model supervisi yang dapat meningkatkan kinerja guru. Pembinaan atau supervisi yang dilakukan tidak berkelanjutan, hanya menilai pada saat dibutuhkan saja, yaitu untuk mendapatkan nilai angka kredit sebagai syarat mengusulkan kenaikan pangkat atau golongan.

Dari uraian di atas jelaslah terlihat adanya kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan harapan yang diimpikan. Di satu sisi kemampuan guru dalammelaksanakan pembelajaranmasih rendah dan di sisi yang lain adanya tuntutan permendiknas bahwa guru harus mampumelaksanakan kegiatan belajar mengajar yang optimal, sehingga berdampak pada peningkatan prestasi siswa.

Memang banyak sekali variabel penyebab rendahnya kemampuan guru dalam pelaksanan pembelajaran. Namun untuk memudahkan kerja maka dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) kali ini hanya akan membahas variabel pembinaan model supervisi. Itupun tidak semua model supervisi akan digunakaan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini, penelitian mengkhususkan pada pembinaan kemampuan melaksanakan pembelajaran guru melaluisupervisi akademik. Berdasarkan variabel dan model pembinaan yang digunakan maka Penelitian Tindakan Sekolah ini diberi judul: “Peningkatan Motivasi Dan Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Bagi Guru Di SD Negeri Taraman 3 Kecamatan Sidoharjo Semester I Tahun Pelajaran 2018/2019”.

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas maka dibuatlah perumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini sebagai berikut: (1) Apakah melalui supervisi akademik dapat meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan pembelajaran bagi guru SD Negeri Taraman 3 Sidoharjo pada Semester I tahun pelajaran 2018/2019? (2) Apakah melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi guru SD Negeri Taraman 3 Sidoharjo pada Semester I tahun pelajaran 2018/2019? (3) Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi guru SD Negeri taraman 3 Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2018/2019?

Tujuan Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah: (1) Meningkatkan motivasi pembelajaran melalui supervisi akademik bagi guru SD Negeri Taraman 3 Sidoharjo Korwil Pendidikan Kecamatan Sidoharjo pada Semester I tahun pelajaran 2018/2019. (2) Meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran melalui supervisi akademik bagi guru SD Negeri Taraman 3 Sidoharjo Korwil Pendidikan Kecamatan Sidoharjo pada Semester I tahun pelajaran 2018/2019. (3) Meningkatkan kualitas supervisi akademik bagi guru SD Negeri Taraman 3 kec. Sidoharjo kab. Sragen semester 1 tahun 2018/2019.

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Hakekat Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003).

Sedangkan Imam Badawi dikutip makmuroh (2009:20) mengartikan motivasi adalah tingkah laku atau tindakan yang bersifat lahiriyah seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan yang hendak dicapai dan juga dikatakan motivasi adalah faktor psikis ysng bersifat non intelektual dan peranannya untuk menumbuhkan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Makmuroh dalam (Sardiman, 2009: 20).

Pembinaan Guru

Secara terminologis, pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, Penilik Sekolah dan Pengawas serta Pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Jika yang dimaksud pembinaan guru adalah supervisi, maka banyak pakar yang memberikan pengertian berbeda dengan inti yang sama.

Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, makahasil belajar diharapkanjuga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha pembinaan profesional guru akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar (Depdikbud, 1986).

Supervisi Akademik

Dalam Buku Materi Penguatan Kemampuan Pengawas dan Kepala Sekolah tentang Supervisi Akademik bahwa supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Ditjen PMPTK Kemendiknas, 2010: 12).

Ada dua model supervisi akademik, yaitu model tradisional dan model kontemporer (masa kini). (1) Model Supervisi Tradisional meliputi: Observasi Langsung Supervisi, Pra-Obsevasi, Obsevasi, dan Post Observasi. (2) Supervisi akademik dengan cara tidak langsung meliputi: Tes dadakan, Diskusi kasus, Metode angket, dan Model konteporer (masa kini).

Kerangka Berpikir

Kondisi Awal

Pada kondisi awal diketahui bahwa kepala sekolah belum melakukansupervisi akademik untuk pembinaan guru dalam kemampuan melaksanakan pembelajaran.Dalam daftar nilai pada Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG)terlihat hasilpengamatan kunjungan kelasterhadap kemampuan gurumelaksanakan pembelajaran di kelas SD Negeri Taraman 3 Korwil Pendidikan Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2018/2019, adalah masih rendah.

Tindakan

Pada siklus I, kegiatan pembinaan atau supervisi akademik dilakukan secara kelompok atau bersama-sama. Pada hari Kamis guru dikumpulkan di ruangan untuk diberi beberapa penjelasan oleh Kepala Sekolah. Siklus I tersebut, kepala sekolah melakukan kunjungan kelas untuk mengamatikegiatanguru melaksanakan pembelajarandi kelas dan menilai kemampuan guru dengan menggunakan Instrumen Penilaiaan Kinerja Guru (IPKG). Pada siklus II, kegiatan pembinaan dengan melakukan supervisi akademik secara individu. Guru dikumpulkan di ruang kelas I untuk pembinaan. Materi pembinaan yaitu kepala sekolah mengevaluasi hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I pertemuan kedua, dan guru agar menyampaikan permasalahannya.

Kondisi Akhir

Dengan peningkatanpembinaan atau supervisi akademik dari siklus I ke siklus II diduga akan terjadi peningkatan kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi guru.Peningkatan pembinaan model supervisi akademikartinya pembinaan dan pembimbingan terhadap guru ditingkatkan. Di siklus I pembinaan atau supervisi akademik yang dilakukan secara kelompok, sedangkan di siklus II pembinaan atau supervisi akademik secara individu.

Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Melalui supervisi akademik, dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi guru-guru di SD Negeri Taraman 3 Kecamatan Sidoharjo kabupaten Sragen semester I tahun pelajaran 2018/2019.

METODOLOGI PENELITIAN

Setting Penelitian

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah 5 (lima) bulan. Penelitian dilaksanakan dengan mengambil waktu Semester I dari bulan Juli 2018 sampai dengan bulan November 2018. Penelitian Tindakan Sekolah ini kami lakukan di Sekolah Dasar Negeri Taraman 3 Korwil Pendidikan Kecamatan Sidoharjo. SDNegeri Taraman 3 pada Semester I tahun pelajaran 2018/2019 ini memiliki 10 orang guru yang terdiri dari 6 (enam) orang guru kelas, dan 4 (empat) orang guru mapel.

Sumber Data

Dalam Penelitian Tindakan Sekolah terdapat 2 sumber data, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah data yang bersumber dari subjek penelitian. Dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini sebagai sumber data primer adalah guru Sekolah dasar Negeri Taraman 3 Korwil Pendidikan Kecamatan Sidoharjo pada Semester I tahun pelajaran 2018/2019. Sumber data sekunder adalah data yang bersumber dari selain sumber data primer, misalnya siswa, komite sekolah, pengawas sekolah, dokumen keeper, data statistik, dan sebagainya.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini diperlukan teknik dan alat pengumpulan data. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat, maka akan memudahkan di dalam melaksanakan penelitian, menjadi jelas dan runtut akan langkah-langkah yang dilakukan.Selain itu, dengan alat pengumpulan data yang benar maka akan dapat diperoleh data yang akurat yang sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Data yang diambil dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah data tentang peningkatan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian Tindakan Sekolah terdapat 2 teknik pengumpulan datayaitu, teknik tes dan teknik nontes. Teknik pengumpulan data dengan teknik tes terdapat 3 bentuk tes, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik nontes dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah melalui wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri, dan skala pengukuran.

Untuk kepentingan pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini digunakan teknik nontes. Tidak semua nontes digunakan untuk pengumpulan data. Sesuai dengan kajian materi dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini, yaitu tentang “peningkatan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran”maka pengumpulan datanya menggunakan skala pengukuran.

Alat Pengumpul Data

Sesuai dengan teknik pengumpulan data sebagaimanan tertulis di atas maka alat pengumpulan data Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah berupa skala penilaian. Alat pengumpulan data yang berupa skala penilaian digunakan oleh peneliti untuk menilai peningkatan kemampuan melaksanakan pembelajaran guru SD Negeri Taraman 3 baik pada kondisi awal, kondisi siklus I, maupun kondisi siklus II.

Validasi Data

Supaya data yang diperoleh valid maka dibuatlah perangkat siklus yang terdiri dari:(1) petunjuk tentang penilaian kemampuan guru melaksanakan pembelajaran; (2) skala penilaian untuk menilai kemampuan guru melaksanakan pembelajran; (3) petunjuk penggunaan skala penilaian; dan pedoman penilaian kemampuan guru melaksanakan pembelajran. Perangkat siklus ini meliputi perangkat siklus I dan perangkat siklus II (terlampir).

Analisis Data

Setelah data dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini diperoleh maka selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data yang berupa nilai kemampuan guru melaksanakan pembelajaran, dianalisis dengan dua cara, yaitu (1) analisis deskriptif komparatif kuantitatif; dan (2) analisis deskriptif komparatif kualitatif (kategorial).Pada siklus I, kegiatan analisis dilakukan terhadap data pada kondisi awal dengan kondisi akhir siklus I. Pada siklus II kegiatan analisis dilakukan terhadap data pada kondisi akhir siklus I dengan kondisi akhir siklus II dan kondisi awal dengan kondisi akhir siklus II.

Prosedur Penelitian

Langkah pertama yang dilakukan seorang peneliti sebelum mengadakan penelitianadalah menentukan terlebih dahulu metode penelitian. Penelitian pada umumnya menggunakan metode kualitatif ataupun kuantitatif. Namun dalam Penelitian Tindakan Sekolah tidak menggunakan keduannya. Metode penelitian dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah dilakukannya serangkaian tindakan sekolah yang disebut siklus. Ada tindakan dilakukan peneliti pada tiap-tiap siklus. Banyaknya siklus dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini ada dua, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, planning (perencanaan), acting (tindakan),observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Nilai kinerja pada kondisi awal dalam melaksanakan pembelajaran yang rendah itu dapat dilihat dari daftar nilai pada Instrumen Penilaian Kemampuan Guru (IPKG) Kompetensi Pedagogik dan Profesional tentang pelaksanaan pembelajaran yang merupakan nilai supervisi hasil pengamatan kunjungan kelas yang dilakukan pada akhir tahun ajaran 2018/2019, rata-rata perolehan nilai masih belum memenuhi harapan. Untuk supervisi terhadap 10 guru tentang kemampuan melaksanakan pembelajaran, berturut-turut diperoleh nilai rata-rata supervisi guru sebagai berikut:

Rekapitulasi Nilai Supervisi Kondisi Awal

No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase (%)
1 91-100    
2 76-90    
3 61-75 1 10
4 51-60 7 70
5 50-59 2 20
Jumlah 10 100%

 

Dilihat dari sisi kepala sekolah masih memprihatikan. Kepala Sekolah sebagai pembina atau supervisor selama ini belum bisa tekun sepenuhnya membimbing atau menyupervisi dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini di antaranya dikarenakan banyaknya tugas sampingan yang memaksa kepala sekolah untuk meninggalkan sekolah.Selain itu,kepala sekolah dalam melakukan pembinaan guru khususnya dalam kegiatan pembelajaran belum menggunakan model supervisi akademik. Kepala Sekolah lebih dominan melakukan pembinaanatau supervisi, hanya saat akan digunakan oleh guru untuk persyaratan kenaikan pangkat atau golongan. Jadi, hanya untuk mendapatkan nilai semata yang tidak berpihak pada kemampuan dan prestasi serta kinerja guru yang sesungguhnya yang berdampak positif pada keberhasilan siswa.

Deskripsi Hasil Siklus I

Observasi sebagai evaluasi guru akhirsiklus I dapat diselesaikan dalam waktu satu kali pertemuan untuk setiap guru atau enam pertemuan untuk peneliti. Seluruh subjek penelitian yaitu guru SD Negeri Taraman 3 tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah enam orang, semuanya dapat melaksanakan pembelajaran untuk evaluasi akhir siklus I.Dari jumlah tersebut dibuat enam tahap, dan setiap tahap terdiri dari seorang guru.

Pada akhir observasi untuk evaluasi siklus I diketahui bahwa dari enam guru secara umum ada perubahan lebih baik.Dari 20 komponen atau aspek penilaian hasil observasi guru, yang diperoleh oleh masing-masing guru, sebagai berikut:

Rekapitulasi Nilai Siklus I

No Rentang Nilai Frekuensi Prosentase (%)
1 91-100    
2 76-90 1 10
3 61-75 7 70
4 51-60 2 20
5 50-59    
Jumlah 10 100%

 

Setelah melakukan penilaian di akhir siklus I diperoleh nilai tertinggi 80, nilai terendah 60 dan rata-rata nilainya adalah 69. Dari hasil di atas terlihat bahwa 1 guru (10%) mendapat nilai pada rentang nilai 76 – 90 termasuk kelompok kategori Baik (B), 7 guru (70%)mendapat nilai pada rentang nilai 61 – 75 termasuk kelompok kategori Cukup (C), dan 2 orang mendapatkan nilai rentang 51-60 masuk kelompok Kurang. Nilai rata-rata Kategori Cukup (C). dan Baik (B).

 

Refleksi

Refleksi dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap hasil pekerjaan atau kegiatan subjek penelitian sampai dengan berakhirnya siklus I. Analisis dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) analisis deskriptif komparatif kuantitatif dan (2) analisis deskriptif komparatif kategorial. Dua cara analisis tersebut dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dalam penelitian. Data yang diperbandingkan adalah data nilai kondisi awal dengan data nilai kondisi akhir siklus I. Ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu nilai hasil pekerjaan atau kegiatan subjek penelitian mengalami kenaikan, tetap atau mengalami penurunan.

Deskripsi Hasil Siklus II

Pengamatan sebagai evaluasi guru akhirr siklus II dapat diselesaikan dalam waktu satu kali pertemuan untuk setiap guru atau enam pertemuan untuk peneliti. Seluruh subjek penelitian yaitu guru SD Negeri Taraman 3 tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah enam orang, semuanya dapat melaksanakan pembelajaran untuk evaluasi akhir siklus II.Dari jumlah tersebut dibuat enam tahap, dan setiap tahap terdiri dari seorang guru.

Pada akhir pengamatan untuk evaluasi siklus II diketahui bahwa dari enam guru secara umum ada perubahan yang cukup signifikan.Dari 20 komponeni atau aspek penilaian hasil pengamatan guru,yang diperoleh oleh masing-masing guru, sebagai berikut:

Kepala Sekolah peneliti pada setiap tahapan, memberitahukan kekurangan yang dialami oleh setiap guru yang diobservasi dan menunjukkan bagaimana seharusnya.

hir siklus II diperoleh nilai tertinggi 90, nilai terendah 70 dan rata-rata nilainya adalah 79, sebagaimana terlihat pada tabel dan grafik di atas. Bila diurutkan dari nilai tertinggi sampai dengan nilai terendah beserta jumlah guru yang memperolehnya adalah seperti terlihat dalam tabel rentang nilai di bawah ini:

RENTANG NILAI SUPERVISI SIKLUS II

NOMOR RENTANG NILAI FREKUENSI
1 91 – 100 0
2 76-90 8
3 61-75 2
4 51-60 0
5 50<…. 0
JUMLAH 10

 

Dari tabel di atas terlihat bahwa seorangguru (16,67%) mendapat nilai padarentang nilai 91 – 100 termasuk kelompok kategori Baik Sekali (BS) dan 5 guru (83,33%)mendapatnilaipadarentang nilai 76 – 90 termasuk kelompok kategori Baik (B).Bila nilai keenam guru di rata-rata menjadi 89,33 termasuk kelompok kategori Baik (B).

Refleksi

Refleksi dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap hasil pekerjaan atau kegiatan subjek penelitian sampai dengan berakhirnya siklus I. Analisis dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) analisis deskriptif komparatif kuantitatif dan (2) analisis deskriptif komparatif kategorial. Dua cara analisis tersebut dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dalam penelitian. Data yang diperbandingkan adalah (1)data kondisi akhir siklus I dengan data kondisi akhir siklus II; (2) data kondisi awal dengan data kondisi akhir siklus II. Ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu nilai hasil pekerjaan atau kegiatan subjek penelitian mengalami kenaikan, tetap atau mengalami penurunan.

Pembahasan Antar Siklus

Tindakan

Sebagaimanatercantum pada tindakan yang terdapat dalambab II bahwa kepala sekolahpeneliti dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini melakukan kegiatan-kegiatan pokok yang terdapat pada kondisi awal, kegiatan pada siklus I, dan kegiatan pada siklus II.

Pada kondisi awal, kepala sekolah peneliti dalam pembinaan belum menggunakan model supervisi akademik. Pada siklus I, kepala sekolah peneliti dalam pembinaan sudah menggunakan model supervisi akademik secara kelompok. Sedangkan pada siklus II, kepala sekolah peneliti dalam pembinaan terhadap guru tentang kemampuan melaksanakan pembelajaran sudah menggunakan model supervisi akademik secara individual.

Kepala sekolah peneliti menggunakan pembinaanatau supervisi akademik pada siklus I. Model supervisi akademik yang digunakan supervisi tradisional yang dilakukan secara kelompok dapat memotivasi guru dalam melaksanakan pembelajaran, walaupun masih ada keterikatan dan kekurangterbukaan. Namun setidaknya model supervisi ini, dilakukan dengan melalui prosedur atau pentahapan. Dengan demikian hasil yang dicapai guru dalam observasi dan evaluasi melaksanakan pembelajaran dapat meningkat. Peningkatan kemampuan melaksanakan pembelajaranini dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai hasil pengamatan dan evaluasi supervisi. Rata-rata nilai hasil supervisi pada kondisi awal yang hanya 69 meningkat menjadi 79, berarti terjadi peningkatan rata-rata nilai 10 atau sebesar10%.

Hasil pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru peneliti sejakdari kondisi awal, keadaan di akhir siklus I, sampai dengan keadaan di akhir siklus II,sesuai dengan data yang diperoleh ternyata terjadi peningkatan terus-menerus padarata-rata nilai supervisi guru.

Kesimpulan Hasil Penelitian

Menurut data empirik Penelitian Tindakan Sekolah sebagaimana tertulis di atas dapat disimpulkan bahwa melaluisupervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi guru SD Negeri Taraman 3 Semester I tahun pelajaran 2018/2019.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Kesimpulan

Sebagaimana tertulis pada bab IV bahwa tindakan penelitian pada siklus I berhasil meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran subjek penelitian. Nilai rata-rata pada kondisi awal 59 meningkat menjadi 69 pada akhir siklusI. Perubahan teknik supervisi akademikpada siklus II lebih meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran subjek penelitian, sehingga nilai rata-ratanya 69 menjadi 79.

Berdasarkan data empirik bahwa tindakan penelitian berhasil meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi guru Sekolah Dasar Negeri Taraman 3Sidoharjo pada Semester I tahun pelajaran 2018/2019.

Kesimpulan berdasarkan data empirik tersebut sesuai dengan pengajuan hipotesis yang berdasarkan kajian teoretissebagaimana tercantum dalam bab II, yang berbunyi: “Melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi guru SD Negeri Taraman 3SidoharjoSemester Itahun pelajaran2018/2019.”

Dengan demikian dapat disimpulkan hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini terbukti, yaitu “Melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi guru SD Negeri Taraman 3Semester I tahun pelajaran2018/2019.”

Saran

Dengan terbuktinya hipotesis tindakan Penelitian Tindakan Sekolah ini, yaitu:”Melalui penggunaan supervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran bagi guru SD Negeri Taraman 3 Sidoharjo Semester I tahun pelajaran 2018/2019,” maka kita semakin meyakini bahwa dengansupervisi akademik dapat meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran guru. Dengan demikian diharapkan dapat menambah wacana berpikir dan dijadikan dasar bertindak bagi peneliti dan dunia pendidikan pada umumnya. Selain itu, juga dapat sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya, baik oleh penelitiPenelitian Tindakan Sekolah ini maupun peneliti-peneliti lainnya.

Kepada pemangku kepentingan pembelajaran di sekolah, yaitu siswa, guru, kepala sekolah, dan petugas perpustakaan sekolah dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

Saran kepada Siswa

Para siswa hendaknya lebih bersemangat dan termotivasi untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar, karena kebarhasilan dalam pembelajaran meningkat apabilaadanya peran serta siswa yang mendudkung.

Saran kepada Guru

Para guru hendaknya lebih bersemangat dan termotivasi dalammeningkatkan pelaksanaan pembelajaran yang berpedoman pada Instrumen Penilaian Kemampuan Guru. Gunakan beberapa metode yang relevan; alat peraga yang tepat, kuasai materi, laksanakan evaluasi serta tindak lanjut, dan sebagainya.

Saran kepada Kepala sekolah

Kepala Sekolah sebagai EMASLIME atau terdapat didalamnya sebagai supervisor hendaknya selalu berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan pembinaan atau supervisi denngan menggunakan supervisi akademik untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan pembelajaran, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentangStandar Isi untuk SatuanPendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

——-. 2007.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang:”Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru”. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1986.Kurikulum Sekolah Dasar: Pedoman Pembinaan Guru. Jakarta. Depdikbud.

——-. 1975. Kurikulum Sekolah Dasar 75. Buku III D. Pedoman Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta. Depdikbud.

Direktorat Jendral PMTK. 2010. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas dan Kepala Sekolah,: SUPERVISI AKADEMIK. Jakarta.

Ditjend Tenaga Kependidikan. 2010. Pedoman Standarisasi Kompetensi Guru.Bp. Panca Bhakti.

Indrfachrudi, Soekarto. 2006. Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif. Galia Indonesia. Bogor.

Karnadi. 2010. Pedoman Pelaksanakan Tugas Guru dan Pengawas Serta Peran Kepala Sekolah. BP. Cipta Jaya. Jakarta.

Lembaran Negara Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional. Jakarta.

Sabri, Ahmad. H. 2007. Strategi Belajar mengajar dan Micro Teaching. PT. Ciputat Press.

Sudjana, Nana. 2008. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. SinarBaru Algensindo. Bandung.

Sudjana, Nana. Ibrahim. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Uno, Hamzah B. 2010. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarata.

Wiles, Kimball, 1955. Supervision for Better School. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.