PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPA

TENTANG MEDIA MAGNET MELALUI MODEL ROLE PLAYING

DI SD NEGERI WONOKERSO 1 KELAS V SEMESTER II

KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

 

Sukarno

SD Negeri Wonokerso 1 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen

 

ABSTRAK

Tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengetahui penggunaan media magnet melalui model role playing dilihat dari (1) Gaya magnet (2) Penerapan model role playing. Metode pengumpulan data, observasi, tes/tugas dan catatan lapangan. Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru kelas V, dengan menjaga validitas isi.             Teknik analisis data dilakukan secara penelitian tindakan kelas. Analisis kualitatif untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran penelitian tindakan kelas Analisis kualitatif dengan metode alur, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian tindakan kelas adalah, (1) penggunaan media magnet dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa SD Negeri Wonokerso 1 Kelas V Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen. Kemampuan menggunakan media magnet, diamati dari indikator (a) kemampuan menyatakan tugas (b) kemampuan memberi contoh,(c) kemampuan menggunakan, dan memilih prosedur tertentu. Sebelum tindakan penelitian, prestasi belajar siswa diperoleh melalui latihan-latihan. Pada waktu tindakan kelas, baik tindakan kelas Siklus I rata-rata nilai 61,51.Sedangkan Siklus II prestasi belajar siswa diperoleh melalui tugas kelompok, tugas individu (tugas rumah), meningkat menjadi rata-rata nilai 77.

Kata Kunci: Media Magnet dan Model Role Playing

 

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam perlu diberikan pada semua siswa mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Pada dasarnya pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan untuk melatih berpikir logis, analitis dan sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan kerja sama.

 Dari pengamatan dan pengalaman, mengajar, penulis dapat menunjukan bahwa kegiatan belajar mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran akan menyulitkan pemahan siswa pada konsep- konsep yang dipelajarinya. Untuk itu peneliti dalam proses kegiatan belajar mengajar berusaha untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan media sesuai materi.

 Pembelajaran dikatakan berhasil baik apabila siswa dapat menuntaskan materi pembelajaran yang disampaikan guru. Dari pengalaman penulis, nilai tes mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V SD Negeri Wonokerso 1, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen masih banyak yang belum tuntas. Dari 33 siswa yang telah menuntaskan materi pembelajaran hanya 10 anak sedang lainnya belum menuntaskan nilai KKM yang ditentukan oleh guru. Kenyataan yang menunjukkan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa masih rendah, seperti yang ditunjukkan dalam ulangan di atas. Hal ini menunjukkan masih ada kesenjangan antar harapan dan kenyataan yang ada.

 Penerapan model pembelajaran role playing siswa diharapkan dapat membuahkan peningkatan prestasi belajar yang memuaskan. Salah satu pembelajaran role playing disini adalah untuk memberikan kemungkinan kepada siswa agar dapat menguasai sesuatu keterampilan melalui latihan dalam situasi tiruan. Pembelajaran harus menggunakan media belajar yang konkrit dengan model-model pembelajaran yang berbasis praktik penggunaan alat peraga/media belajar, siswa akan lebih aktif karena tidak hanya memperhatikan, tetapi juga terlibat secara fisik, panca indera yang terlihat lebih banyak, sehingga penanaman konsep akan lebih kuat dalam ingatan anak.

Dari latar belakang Masalah tersebut maka peneliti mengambil judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang Media Magnet melalui Model Role Playing pada siswa Kelas V Semester Genap SD Negeri Wonokerso 1 Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2017/2018”.

Berdasarkan latar belakang permasalahan maka bisa diidentifikasi sebagai berikut: (1) Siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang minat, atau kurang antusias. (2) Guru belum menggunakan metode yang tepat untuk kegiatan belajar mengajar, (3) Guru belum digunakan atau belum dipersiapkan alat perga yang tepat, (4) Prestasi belajar anak dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masih rendah. (5) Guru dalam menyampaikan materi monoton.

Berdasar latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah dengan Media Magnet melalui model Role Playing bisa meningkatkan motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V semester genap SD Negeri Wonokerso 1 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen? (2) Apakah dengan Media Magnet melalui model Role Playing bisa meningkatkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V semester genap SD Negeri Wonokerso 1 Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen?

Tujuan Penelitian: (1) Untuk meningkatkan penguasaan Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi gaya magnet menarik benda-benda tertentu. (2) Untuk menganalisa dampak penggunaan media/alat peraga belajar dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terhadap hasil belajar siswa. (3) Untuk mengoptimalkan ketuntasan belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Motivasi

Kata ” motif ” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan hasil tertentu demi mencapai tujuan. Berawal dari kata ”motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Adapun motivasi dapat diartikan sebagai tenaga yang menggerakkkan dan mengarahkan hasil seseorang (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 42). Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Motivasi internal berarti motivasi tersebut datang dari diri siswa sendiri. Adapun motivasi yang datang dari luar diri siswa itulah yang disebut dengan motivasi eksternal. Motivasi ekternal dapat diupayakan guru dengan pemilihan media yang menarik serta pembelajaran pembelajaran yang bervariatif.

 Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2014:73-103) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting antara lain; 1). Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. 2). Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling” afeksi seseorang. 3). Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Di samping itu ada motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Bentuk-bentuk motivasi dalam belajar itu terdiri antara lain; memberi angka, hadiah, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, dan minat.

Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1991:23), Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan – kesan yang mengakibatkan adanya perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar siswa.

 Sedangkan menurut Surtatinah Tirtonegro (1998:3) Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam pereode tertentu.

 Dari kedua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan prestasi belajar adalah suatu penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat dalam rangka pada individu sebagai hasil dari aktifitas belajar siswa.

 Menurut peneliti dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh masing –masing siswa dalam pereode tertentu sebagai hasil belajarnya berupa simbol, angka, huruf, maupun kalimat sebagai perwujudan dari prestasi belajar siswa.

Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

 Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Real Science is both product and process, inseparably Joint” (Agus. S. 2003: 11)

 Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Pengertian Media

 Kata Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengatar. Jadi menurut arti katanya media pembelajaran merupakan volume penyalur pesan/informasi pembelajaran kepada siswa sebagai subyek/penerima materi pembelajaran. Media dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Media merupakan alat perantara yang dipakai untuk menunjukan alat komunikasi.

 Media pendidikan atau pengajaran didefinisikan Gagne dan Reiser dalam Mulyani Sumantri (2001: 152) sebagai alat – alat fisik yang pesan-pesan instruksionalnya dikumunikasikan. Selanjutnya Dinje Borman Rumumpuk dalam Mulyani Sumantri (2001:152) mendefinisikan media pengajaran sebagai setiap alat yang dipergunakan sebagai media komunikasi data yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar.

 Dari pendapat kedua ahli tersebut oleh peneliti yang dimaksutd dengan media pengajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan guru sebagaim perantara untuk menyampaikan bahan- bahan instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tugas pengajaran.

Menurut Arif S Sadiman,dkk.(2002:6) media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Sedang menurut Gagne dalam Arif S Sadiman, dkk.(2002:5), media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

 Sementara Bringgs dalam Arif S Sadiman, dkk.(2002: 26), media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

 Dari ketiga pendapat para ahli tersebut yang disebut media oleh peneliti adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengerim kepenerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Pengertian Model Role Playing

 Role Playing (main peran) adalah penampilan suatu peran yang ditentukan terlebih dahulu. Istilah ini erat sekali hubungannya sama simulasi, Role Playing dan Sosiodrama. Sosiodrama adalah main peran oleh suatu kelompok yang difokuskan pada masalah hubungan antara manusia. Sedangkan Simulasi (Simulation Games) adalah permainan dimana siswa memegang peran tertentu seolah-olah betul-betul terlibat dalam situasi sebenarnya. (Esti Ismawati, 2009)

Kerangka Pikir

 Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pikir adalah apabila proses pembelajaran menggunakan model role playing yang tepat maka tingkat keberhasilan konsep pengetahuan akan lebih tinggi. Proses dasar penelitian tindakan kelas didasarkan atas menyusun rencana tindakan bersama, bertindak dan mengamati secara individual dan bersama, kemudian mengadakan refleksi atas berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan. Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan penelitian ini meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

 

 

Hipotesis Tindakan

 Dalam Peningkatan motivasi dan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam tentang media magnet melalui pendekatan Model Role Playing di SD Negeri Wonokerso 1 Kelas V Semester genap Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen dapat tercapai sesuai apa yang diharapkan siswa dapat berhasil meningkat secara maksimal dan dapat memuaskan. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini menggunakan hipotesis sebagai berikut:

1.     Dengan penerapan strategi pembelajaran yang efektif dari guru, siswa akan lebih terfokus pada materi pembelajaran.

2.     Dengan media magnet melalui model role playing siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran sehingga prestasi siswa akan meningkat secara optimal.

3.     Dengan role playing siswa terpancing untuk berani menyampaikan pendapatnya.

4.     Dengan role playing siswa untuk berani tampil didepan.

METODE PENELITIAN

Setting Penelitian

 Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2018 dari bulan Januari 2018 sampai dengan bulan Mei 2018. Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas V SD Negeri Wonokerso 1, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen tahun 2017/2018. Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Subjek penelitian ini adalah anak sejumlah 33 siswa terdiri dari Laki-laki 17 dan perempuan 16 siswa. Peneliti sendiri yang mengajar dengan materi energi dan perubahan dalam gaya magnet yaitu menggunakan media magnet melalui model Role Playing (main peran) Kelas V di SD Negeri Wonokerso 1, Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen.

Sumber Data

Sumber data utama adalah guru dan siswa, meliputi nilai hasil ulangan, hasil pengamatan selama proses pembelajaran. Sedangkan data pendukung berasal dari teman sejawat yang ikut menjadi observer.

Ada dua hal yang menjadi objek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1.     Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang tergantung dan sebagai variable akibat. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah penggunaan media magnet.

2.     Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut variabel sebab. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah Model Role Playing.

Teknik Pengumpulan Data

 Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan dengan melalui tes, observasi dan dokumentasi. (1) Tes: berupa tugas praktek menggambar bentuk untuk melihat sejauhmana penguasaan siswa. (2) Observasi: Menurut Husain Usman (2003:54) Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang diteliti. Dalam hal ini yang diamati adalah semangat mengikuti proses belajar mengajar dalam materi kreativitas menggambar bentuk.

c). Dokumentasi: Data yang diambil dari dokumen berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, gambar/foto, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsini- Arikunto, 2006: 206). Dokumen yang diteliti adalah buku daftar nilai siswa.

Alat Pengumpulan Data

1.    Alat yang digunakan dalam tes adalah praktek mengelompokkan benda magnetis dan bukan magnetis.

2.    Alat yang digunakan dalam observasi adalah lembar observasi

3.    Alat yang digunakan dalam dokumentasi adalah dokumen-dokumen terkait dengan pembelajaran.    

Analisis Data

 Analisis data pada penelitian ini dimulai sejak awal sampai pengumpulan data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari setiap siklus kemudian data yang ditemukan tersebut dikomparasikan atau dibandingkan sehingga diperoleh kesimpulan. Teknik analisis kualitatif mengacu pada model analisis interaktif H.B Sutopo (2006:120) yang dilakukan dalam tahapan, yaitu reduksi data, sajian data dan penarik kesimpulan.

Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini digunakan model siklus atau putaran. Digambarkan dengan alur kegiatan peneliti sebagai berikut: Bahwa penelitian terdiri atas dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, dan Refleksi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Per Siklus

 Dibawah ini disajikan data yang diperoleh selama proses pembelajaran sebelum diadakan tindakan dan kegiatan perbaikan pembelajaran pada dua siklus dilaksanakan pre tes awal. Observasi pada siklus ini guru/peneliti melakukan pengamatan dengan mencatat semua perilaku yang muncul akibat perlakuan/tindakan yang diberikan kepada siswa. Hasil Nilai Kondisi Awal Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas V Semester II SD Negeri Wonokerso 1sebagai berikut: Nilai rata-rata 42, siswa yang tuntas 10 siswa, belum tuntas 23 siswa. Nilai tertinggi 70, nilai terendah 40.

Deskripsi Hasil Siklus I

Dari hasil pengamatan pada saat melakukan demontrasi dari kegiatan inti sampai kegiatan akhir menunjukkan peningkatan hasil belajar meskipun rata-rata baru 42,72, namun jelas beberapa siswa berani dan mampu mengerjakan tugas ke depan dan berpendapat dibandingkan dengan kondisi awal terjadi sedikit peningkatan terbukti dari jumlah 33 siswa yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan 15 anak dan 18 anak lainya kurang aktif. Setelah diadakan ulangan ternyata juga ada peningkatan. Tabel 4 Hasil Nilai Siklus 1 Mapel IPA Kelas V Semester II SD Negeri Wonokerso 1sebagai berikut: Nilai tertinggi 80, nilai terendah 40, Nilai rata-rata 61,51. Siswa yang tuntas 17 siswa, belum tuntas 16 siswa.

Deskripsi Hasil Siklus II

Observasi pada siklus II ini guru/peneliti melakukan pengamatan dengan mencatat semua perilaku yang muncul akibat perlakuan/tindakan yang diberikan kepada siswa. Hasil ulangan yang diperoleh pada siklus II ini sangat memuaskan hal ini dibuktikan dengan diadakannya ulangan semua siswa tuntas. Adapun hasil ulangan tersebut sebagai berikut: nilai tertinggi 90, nilai terendah 60, nilai rata-rata 70,6. Siswa yang tuntas 33 siswa (100%).

Pembahasan

 Dari hasil yang diperoleh terlihat bahwa sebagian besar siswa belum mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar (pada pra siklus/kondisi awal), dikarenakan dalam proses pembelajaran belum menggunakan media yang tepat, dan masih ada siswa yang belum memusatkan perhatiannya pada proses pembelajaran. Siswa belum mampu menyerap materi yang diberikan oleh guru dengan baik dan benar sehingga pada tahap evaluasi mereka mendapat hasil yang kurang memuaskan. Setelah melakukan refleksi diri guru menggunakan media dan memberi penguatan siswa dalam memahami materi ternyata hasilnya lebih baik (pada Siklus I). Suasana belajar terlihat hidup dan siswa sangat bergairah. Kalau ditinjau dari hasil tes formatif ternyata ada peningkatan rata-rata kelas dari 42 menjadi 61,51. Namun demikian masih ada juga beberapa siswa mendapat nilai belum memuaskan.

 Hasil refleksi guru mengambil kesimpulan ternyata perlu adanya perubahan teknis pelaksanaan. Akhirnya pada siklus dua guru menggunakan media secara merata, yang melibatkan siswa secara langsung, dengan tujuan penggunaan media belajar siswa akan lebih aktif, karena tidak hanya memperhatikan, tetapi juga terlibat secara fisik, panca indera yang terlihat lebih banyak, sehingga penanaman konsep akan lebih kuat dalam ingatan siswa. Disamping itu, memberikan pengalaman kongkrit, suasana lain, bagi siswa tidak monoton, sehingga akan tercipta suasana belajar yang semangat aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan. Ternyata hasil Tes Formatif sangat menggembirakan nilai rata-rata kelas 70, 6 dibawah ini dicantumkan ketiga kegiatan yaitu sebelum perbaikan, siklus pertama, siklus kedua.

Deskripsi Temuan dan Refleksi

Temuan

 Berdasarkan hasil tabel yang telah diuraikan di depan terlihat nilai Perbaikan pembelajaran sebelum adanya perbaikan menunjukkan rata-rata nilai kelas 42 yang belum tuntas 23 anak, yang tuntas 10 anak. Kemudian setelah perbaikan siklus I rata-rata nilai kelas menjadi 61,51 yang belum tuntas 17 anak, yang tuntas 16 anak. Kemudian pada siklus II perolehan rata-rata nilai kelas 70, 6 semua menunjukkan ketuntasan. Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar dari sebelum ada tindakan ke siklus I ke siklus II, yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang menjadi fokus perbaikan pembelajaran dan refleksi yang dilakukan adalah: (1) Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga siswa lebih aktif. (2) Penanaman konsep dasar kepada siswa akan lebih riel tidak abstrak lagi. (3) Dengan menggunakan media penanaman konsep menjadi lebih mudah. (4) Refleksi Hasil Temuan.

Kurangnya minat dan perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung memerlukan perbaikan pembelajaran, misalnya dengan mempergunakan alat peraga yang tersedia, memberi pujian, hadiah ataupun penguatan lainnya secarta tepat, dapat membangkitkan keaktifan, motivasi sekaligus minat dan perhatian siswa sehingga mencapai peningkatan prestasi belajar yang maksimal.

Pembahasan Hasil Penelitian

 Dalam proses pembelajaran IPA diharapkan pada kendala rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Hal tersebut disebabkan kurangnya minat/perhatian dan keaktifan saat pembelajaran berlangsung serta tidak maksimalnya penggunaan alat peraga. Berdasarkan hasil diskusi secara kontinyu, perbaikan pembelajaran mengalami kemajuan yang sangat berarti.

Untuk mengatasi masalah siswa kurang menguasai konsep yang berakibat timbulnya kendala rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, maka dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut: penggunaan alat peraga yang tepat, efesien, dan efektif, penanaman konsep pembelajaran dari yang sederhana menuju konsep yang komplek. Terbukti hasil pembelajaran mengalami peningkatan. Studi awal menunjukkan dari 33 anak yang tuntas hanya 10 anak setelah ada beberapa perbaikan maka ditemukan ada peningkatan yang signifikan. Tingkat penguasaan materi, minat, dan perhatian saat pembelajaran berlangsung semakin meningkat yang ditunjukkan dengan keaktifan siswa di dalam kelas dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal. Dengan langkah-langkah atau prosedur tersebut, menurut peneliti, siswa dapat terangsang keberaniannya, kemampuan dan kemauannya untuk memacu diri meningkatkan prestasi belajar.

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I masih belum memuaskan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil ulangan siswa yang mendapat nilai 60 keatas baru 17 anak dari 33 siswa yang ada. Kurang keberhasilan pada tindakan perbaikan pertama karena dalam penyampaian mata pelajaran guru belum secara maksimal menggunakan alat peraga, sehingga siswa tidak kreatif dan merasa bosan.

 Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran siklus II sudah berhasil. Hal ini ditunjukkan semua siswa sudah menuntaskan hasil belajar atau hasil ulangan yang dicapai siswa diatas nilai ketuntasan yang telah dicanangkan oleh guru. keberhasilan siklus II karena penyampaian materi pelajaran, guru menggunakan alat peraga dan benar – benar di gunakan secara maksimal, sehingga siswa lebih jelas, aktif, kreatif, dan merasa senang hasil belajar yang dicapai bisa meningkat sesuai dengan harapan guru.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dua siklus dengan menerapkan pembelajaran ilmu pengetahuan alam tentang penggunaan media magnet melalui model role playing pada siswa kelas V Sekolah Dasar Wonokerso 1 Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen dapat diketahui bahwa:

1.   Kemauan dan kemampuan siswa dalam menangkap dan memahami materi pelajaran yang disampaikan guru dapat lebih meningkat. Setelah guru dalam menjelaskan materi pembelajaran organ pernapasan dengan menggunakan alat peraga magnet dalam pembelajaran dan lembar tugas yang harus dikerjakan.

2.   Kemampuan siswa menyerap materi pelajaran yang diberikan oleh guru sangat berpengaruh terhadap perolehan nilai tes formatif baik secara individu maupun nilai rata- rata.

3.   Alat peraga merangsang perhatian anak terhadap pemahaman materi pembelajaran sehingga penguasaan siswa pada materi meningkat.

4.   Pada pembelajaran dengan menggunakan media magnet pembelajaran pada kondisi awal nilai rata- rata 42, pada siklus pertama naik rata-rata menjadi 61,51 dan pada siklus kedua nilai rata-rata menjadi 70, 6

Dengan demikian pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi gaya magnet menarik benda tertentu yang dilaksanakan siswa Kelas V dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

 

 

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ada beberapa saran untuk dipertimbangkan sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang meliputi bagi sekolah, bagi guru, bagi siswa dan bagi orang tua.

1.     Kepada Sekolah.

Bagi sekolah selalu berupaya menciptakan iklim belajar yang kondusif dan di dalam menjelaskan materi pelajaran selalu menggunakan media sehingga siswa dapat lebih termotifasi dan bergairah dalam mengikuti kegiatan yang akan menunjang dalam penanaman konsep-konsep IPA secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktifitas belajar siswa.

2.     Kepada guru

Bagi guru sebelum melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar hendaknya mempersiapkan secara cermat dan tepat perangkat pendukung pembelajaran IPA dan fasilitas belajar khususya media benda konkrit agar materi yang disampaikan tidak verbalisme. Karena media sangat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Guru selalu berupaya mengaktifkan siswa, melakukan inovasi dalam proses belajar mengajar dan memberikan motivasi sehingga siswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran, yang pada ahkirnya berpengaruh pada proses belajar dan prestasi belajar siswa.

3.   Kepada siswa

Bagi siswa akan lebih aktif dan bergairah dalam setiap mengikuti proses pembelajaran tidak ada rasa takut atau malu bertanya maupun menyampaikan pendapatnya sehingga akan memperoleh hasil atau prestasi yang optimal.

4.     Kepada Orang Tua

Peran serta orang tua dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan siswa, sebab waktu yang paling banyak adalah di rumah. Oleh karenanya pengawasan siswa di rumah lebih banyak dari pada di sekolah Pendidikan akan berhasil apabila ada kerja sama antara orag tua dan guru, bimbingan orang tua di rumah sangat berarti dalam kemajuan belajar siswa, tanpa bantuan orang tua, pendidikan anak tidak optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi. Revisi, PT, Rineka Cipta, Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta dan Depdikbud.

Djauhar Siddiq, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Diknas Jakarta.       

Frans Mulyono. 2003. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta. Universitas Terbuka.

Ismawati, Esti. 2009. Perencanaan Pengajaran Bahasa. Penerbit: CawanmasYogyakarta.

Mulyani Sumantri, 2001, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Maulana

Mulyono Abdurrahman. 1999. Penelitian Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong, M.A. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit: PT Rosda               Kary Bandung.

Ngalim Purwanto. 1990, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Remaja Rosdakarya

Rohadi, Arsito, Husein, Usman 2003, Media Belajar Mengajar, Bandung: Maulana

Sardiman, A.M.. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sadiman, Arif, S, dkk.. 2002. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Santoso, Puji, dkk 2007. Materi dan pembelajaran bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Syaiful Bahri Djamarah. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

 Supardi, Suharjono, 2012. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan KelasPenerbit: Andi Yogyakarta.

Surtatinah Tirta Negroro, 1988. Anak Sup Normal dan Program

             Pendidikannya. Jakarta Bina Aksara

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Sebelas Maret Surakarta.