PENINGKATAN MOTVASI DAN PRESTASI BELAJAR

MENYIMAK GAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXZAMPLES NON EXZAMPLES PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI JATI 3 SEMESTER GENAP

KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Sri Sunarti

SDN Jati 3 Kec. Sumberlawang Kab. Sragen

ABSTRAK

Secara umum, PTK ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan belajar menyimak gambar melalui model pembelajaran Exzamples Non Exzamples pada siswa Kelas V SD Negeri Jati 3 Semester genap Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2014/2015. Metode pengumpulan data, observasi, tes dan catatan lapangan. Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra guru kelas V, dengan menjaga validitas isi. Teknik analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif, untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran dan menghitung persentase siswa yang tuntas. Analisis kualitatif dengan metode alur, yaitu planning, Acting, Obervasi dan refleksi. Hasil Penelitian Tindakan Kelas adalah, (1) Pembelajaran model pembelajaran Exzamples Non Exzamples dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar menyimak gambar, denah siswa Kelas V SD Negeri Jati 3 Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Kemampuan menyimak gambar, denah, diamati dari indikator (a) kemampuan menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu, dan (d) kemampuan mengaplikasikan gambar ke pemecahan masalah, dan (2) Model pembelajaran melalui model pembelajaran Exzamples Non Exzamples dapat meningkatkan belajar siswa SD Negeri Jati 3 Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

Kata kunci: Motivasi dan Model pembelajaran Exzamples Non Exzamples, Menyimak gambar.


PENDAHULUAN

Pada umumnya pendidikan di In-donesia bertujuan untuk membentuk manusia dengan unsur-unsur hakiki yang seimbang. Unsur-unsur tersebut meliputi cipta, rasa, dan karsa. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk membentuk manusia dengan pemikiran yang cemerlang, tetapi juga manusia yang bermoral yang memiliki seperangkat sifat dan kepribadian yang baik. Dalam Garis Besar Haluan Negara disebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani. Terlepas dari uraian di atas, fenomena yang ada saat ini menunjukkan hal yang sebaliknya. Pendidikan di Indonesia dikatakan belum berhasil mencapai tujuannya. Adanya krisis multidimensional yang berakar dari krisis moral merupakan bukti nyata belum tercapainya tujuan pendidikan tersebut.

Keterampilan mendengarkan yang merupakan kunci menuju pembelajaran menyimak dan meniru (imitasi) sudah selayaknya menjadi perhatian guru karena penguasaan terhadap keterampilan mendengarkan ini pada masa sekarang masih rendah terutama motivasi membaca, sehingga hasilnya masih di bawah.

Untuk memotivasi dan mewujud-kan tercapainya kemampuan dasar berbahasa dalam membaca siswa, guru perlu bertindak hati-hati dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan. Apabila guru kurang tepat menggunakan metode pembelajaran maka tujuan pengajaran bahasa yang terfokus pada keterampilan tidak akan mencapai sasaran yang ditentukan oleh kurikulum.

Keterampilan mendengarkan yang diperoleh pada membaca dan menulis permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut di tingkat kelas yang lebih tinggi. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya, kemampuan mendengarkan harus benar-benar mendapat perhatian guru. Sebab kemampuan mendengarkan itu pada dasarnya jika kurang memperoleh perhatian dari guru, maka mengakibatkan pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan. Padahal dengan membaca siswa dapat memperluas pengetahuan, mempertajam daya pikir dan penalaran, dan mencapai kemajuan seiring dengan perkembangan jaman.

Keterampilan mendengarkan/menyimak juga merupakan dasar atau factor penting bagi suksesnya seseorang dalam belajar membaca secara efektif bagi anak untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berba-gai bidang studi di kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar mendengar-kan agar ia dapat mendengarkan untuk belajar. Demikian juga untuk kemampuan menulis, tanpa memiliki kemampuan menulis siswa akan mengalami kesulitan dalam menyalin, mencatat dan menyele-saikan tugas sekolah.

Proses pembelajaran mendengar-kan pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Tidak dipungkiri lagi bahwa proses belajar mengajar seringkali tidak berjalan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Hal ini menjadikan permasalahan tersendiri bagi pembelajaran siswa. Dengan kata lain proses belajar mengajar yang tidak dilaksanakan akan menghambat aktivitas dan kreativitas siswa. Proses pembelajaran yang masih menekankan pada pengembangan aspek kognitif, dimana kemampuan mental yang di pelajari sebagian besar berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan dan ingatan.

Kebiasaan mendengarkan/menyi-mak yang sering muncul dari siswa kadang-kadang berlaku secara spontanitas dan terbatas, dalam hal ini dilakukan untuk keperluan-keperluan tertentu. Pemberian tugas oleh guru merupakan indikator pembinaan terhadap siswa untuk lebih banyak membaca. Tingkat mendengarkan sering berkurang dalam kurun waktu yang tidak menentu, merasa malas mendengar-kan, kurang senang dalam mendengarkan, merasa jenuh mendengarkan. Dalam hal ini memungkinkan kegemaran mendengarkan tidak diminati oleh siswa.

Di Kelas V SD Negeri Jati 3 Keca-matan Sumberlawang, Kabupaten Sragen siswa mengenal mendengarkan/menyimak dan meniru secara bertahap. Pengenalan itu dimulai dari huruf demi huruf yang kemudian dirangkai menjadi kata. Apalagi siswa dapat membaca dan menulis, maka dengan sendirinya siswa dapat memahami akan apa yang dimaksud dalam bacaan dan tulisan yang dipilih oleh guru tersebut.

Dengan demikian, peneliti memilih salah satu Sekolah Dasar yang berada di Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Untuk penelitian pembelajaran mendengarkan suatu gambar denah di Sekolah SD Jati 3 Kelas V Semester genap Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini bila dikaitkan dengan keterampilan siswa dalam mendengarkan/menyimak dan meni-ru di SD masih sangat rendah. Di sini guru dituntut untuk dapat mengatasi masalah yang ditemui dalam pembelajaran mende-ngarkan/menyimak gambar denah/lam-bang di SD yang dilaksanakan pada SD Ne-geri Jati 3 Kelas V Kecamatan Sumberla-wang, Kabupaten Sragen Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015.

Dengan alasan Sekolah SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang, Kabupa-ten Sragen tempatnya strategis tidak terla-lu ramai belum pernah digunakan sebagai tempat penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran mendengarkan/menyimak dan selain itu akan memberikan kesem-patan untuk meningkatkan motivasi belajar bagi siswa dalam pembelajaran mende-ngarkan serta merupakan dasar awal permulaan anak masuk pendidikan formal.

Untuk menyikapi permasalahan tersebut diperlukan metode pembelajaran Examples non Examples yang dapat me-ningkatkan kualitas pembelajaran mende-ngarkan penjelasan tentang petunjuk de-nah dan symbol daerah/lambang korps. Model pembelajaran Examples non Examples adalah metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berakar dari kesulitan siswa dalam menguraikan unsur intrinsik terutama mendengarkan serta mengungkapkan kembali secara lisan atau tulis penjelasan tentang symbol daerah/lambang korps.

Model pembelajaran Examples non Examples tersebut juga dapat digunakan guru untuk menyusun langkah-langkah pembelajaran secara sistematis dengan berbagai kreasi teknik pembelajaran yang bervariatif yang telah direncanakan. Di samping itu, guru dapat menggunakan model pembelajaran Examples non Examples ini untuk meringkas materi serta menampilkan dengan lebih bervariatif dan berwarna. Dengan demikian, guru diharapkan dapat membangkitkan minat siswa dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran mendengarkan.

Implikasi dari uraian di atas dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah perlu dilakukannya peningkatan motivasi dan prestasi belajar dengan model pembelajaran Examples non Examples pada siswa SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dalam uraian di atas, permasalahan dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) apakah kualitas pembelajaran mendengarkan dapat meningkat setelah menggunakan model pembelajaran Examples non Examples diterapkan? (2) apakah kemampuan mendengarkan siswa dapat meningkat setelah model pembelajaran Examples non Examples diterapkan?

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) meningkatkan motivasi dan prestasi belajar pembelajaran mendengarkan dengan penerapan model pembelajaran Examples non Examples pada siswa Kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang Tahun Ajaran 2014/2015. (2) meningkatkan kemampuan mendengarkan siswa dengan penerapan model pembelajaran Examples non Examples pada siswa Kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang Tahun Ajaran 2014/2015.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. Penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat digunakan untuk. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pembelajaran bahasa khususnya pada model pembelajaran Examples non Examples. (a). Bagi Siswa (1) pembelajaran mendengarkan menjadi lebih bermakna (2) melatih siswa untuk berpikir kreatif dan inovatif (3) meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mendengarkan penjelasan siswa (b) bagi Guru, (1). meningkatkan kinerja guru. (2) Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang PAIKEM. (3) Mengatasi permasalahan pembelajaran mendengarkan petunjuk denah. (c) Bagi Peneliti (1) Mengembangkan wawasan dan pengalaman peneliti. (2) Pengaplikasian teori yang telah diperoleh.

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Pengertian Motivasi

Motivasi didefinisikan sebagai suatu kondisi yang menggerakkan arah suatu tujuan tertentu, sedangkan motivasi kerja merupakan kondisi yang berkontribusi membangkitkan, mengarahkan dan memelihara, perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. (Sardiman, 2014: 73). Motivasi kerja adalah kondisi yang menggerakkan pegawai dalam untuk meningkatkan produktifitas kerja dalam rangka mencapai tujuan.

Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tumuan tertentu (Depdikbud, 1995:666) dengan demikian dalam motivasi terdapat sejumlah konsep seperti dorongan, kebutuhan, rangsangan, ganjaran, penguatan, ketetapan tujuan, harapan dan sebagainya.

Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dan sebagainya) (Depdikbud RI, 1986: 700). Selanjutnya menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994:88) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, menyatakan bahwa Prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Jadi pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai oleh anak dalam belajar yang berupa pengetahuan, sikap, tingkah laku serta keterampilan yang ada di sekolah diwujudkan dalam bentuk prestasi.

Pengertian Belajar

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Oemar Hamalik, 2005: 36). Senada dengan definisi tersebut, Max Darsono (tt: 4) menyatakan bahwa belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena pengalaman. Lebih lanjut, Winkel (2005: 36) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Keterampilan menyimak/mendengarkan

Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mula-mula, pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, catur-tunggal (Dawson, 1963:27).

Jadi pembelajaran menyimak/ mendengarkan adalah pembelajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca yang diberikan oleh guru melalui bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak dan meniru dengan suatu pemahaman.

Macam-macam Model-model Pembelajaran

Model pembelajaran Examples non Examples (Dyah Sulistyowati, 2010) Model pembelajaran ini adalah pembelajaran mencontoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Langkah-langkahnya antara lain: a).

Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran. b). Guru menempelkan gambar di papan tulis atau ditanyangkan melalui OHP. c). Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar. d). Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas. e). Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. f). Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang dicapai. g). Kesimpulan.

Dari penjelasan model-model pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan mendengarkan/menyimak dalam menggunakan model pembelajaran Examples non Examples adalah untuk memperoleh ilmu, mencontoh model yang disimak serta direkam oleh anak dalam penguasaan kecakapan berbicara menemukan fakta-fakta yang terdapat dalam gambar, denah/lambang korps, kemudian memberikan penilaian terhadap fakta-fakta tersebut, mengambil gagasan kesimpulan pokok dan garis besar dalam gambar, denah/lambang korps, mengungkapkan isi hati setelah mendengarkan, mengungkapkan keindahan yang terdapat dalam suatu gambar, denah/lambang korps, agar pendengar memiliki keterampilan mendengarkan dengan petunjuk-petunjuk, gambar, denah/lambang korps yang benar dan tepat. Menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning) selama bertahun-tahun di sekolah. Hal tersebut berkaitan dengan faktor yang dapat mempengaruhi siswa adalah teknik pelaksanaan pembelajaran keterampilan mendengarkan/menyimak di Sekolah SD Negeri Jati 3 Kelas V Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen rendah.

METODE PENELITIAN

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dengan jumlah 20 anak terdiri atas laki-laki 13 dan perempuan 7 anak.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, tahun ajaran 2014/ 2015. Peneliti mengambil tempat ini karena kelas ini mempunyai permasalahan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Waktu Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2015 dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Juni 2015. Beberapa tahap yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini, diantaranya: a). Tahap pertama persiapan dilaksanakan tanggal: 10 Pebruari sampai dengan tanggal 20 Pebruari 2015. b). Tahap ke dua siklus I dilaksanakan tanggal: 2 Pebruari sampai dengan tanggal 28 Pebruari 2015. c). Tahap ke dua siklus II dilaksanakan tanggal: 30 Maret sampai dengan tanggal 4 April 2015.

Prosedur Penelitian

Penelitian di SD Negeri Jati 3 Kelas V Kecamatan Sumberlawang , Kabupaten Sragen dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas terdiri dari dua (2 ) siklus. Langkah-langkah dalam siklus terdiri dari: perencanaan (planning) , pelaksanaan (acting), Observasi (observing), dan Refleksi ( reflecting).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Siklus I

Dalam Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk standar Kompetensi Dasar mendengarkan/menyimak sebuah gambar kemudian dipahami, dihayati, dan diartikan yang menggunakan model pembelajaran Examples non Examples hasil yang dicapai oleh siswa kurang baik. Siswa masih perlu adanya penanganan yang khusus untuk memperbaiki pembelajaran. Maka diadakan suatu tindakan perbaikan. Sedang pelaksanaan perbaikan itu disebut siklus 1. Hal ini disebabkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran masih rendah. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran diawali apersepsi dengan maksud menarik perhatian dan minat siswa terhadap pelajaran yang disajikan. Selanjutnya memperkenalkan materi gambar, denah/lambang korps dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples.

Untuk lebih memudahkan siswa dalam menguasai materi peneliti menunjukkan/menggunakan model pembelajaran Examples non Examples. Karena pada siklus pertama hasil yang diharapkan belum sesuai dengan apa yang dicanangkan guru (KKM) dari 20 siswa yang mencapai nilai tuntas hanya 8 anak sehingga siswa yang belum tuntas pembelajarannya ada 12 anak dan tidak masuk 1 anak, karena hal yang demikian itu maka perlu ada perbaikan pembelajaran lanjutan pada siklus ke 2.

Deskripsi Siklus 2

Tindakan pada siklus ke 2 ini merupakan lanjutan pada tindakan siklus pertama. Terutama memperhatikan pada siswa – siswa yang belum menuntaskan pada tindakan siklus pertama yaitu 12 anak. Siklus ini dilaksanakan setelah mempelajari hasil refleksi pada siklus sebelumnya yaitu dengan berusaha lebih ditingkatkan dengan memfokuskan pada pembuatan gambar denah dan memperhatikan gerak-gerik siswa yang belum menuntaskan pembelajarannya. Peneliti merumuskan pertanyaan-pertanyaan dengan singkat, jelas dan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa. Dengan lebih memaksimalkan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples, siswa semakin mampu membuat gambar denah/lambang dengan baik. Dan hasil ulangan yang dicapai menunjukkan semua siswa mengalami peningkatan yang dratis dalam hasil belajarnya.

Deskripsi Kegiatan Tiap Siklus dan antar Siklus

Hasilobservasi sebelum siklus adalah sebagai berikut: kualifikasi A 2 orang, kualifikasi B 8 otang, dan kualifikasi C 10 orang (50%). Artinya sebagian besar siswa tergolong kualifikasi C. Pada siklus ke-2, kualifikasi A masih 2 orang, tapi pada kualifikasi B sudah meningkat menjadi 14 orang (70%), kualifikasi C tinggal 4 orang (20%). Untuk siklus ke-2, ada lonjakan hasil, karena yang kualifikasi A mencapai 8 orang (40%) (60%), kualifikasi B 12 orang, sedangkan yang kualifikasi C sudah nihil.

Pembelajaran berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan. Penguasaan materi dan keberanian semua siswa sudah terlihat. dari 20 siswa. Semua menuntaskan pembelajaran dengan hasil pembelajaran pada siklus II nilai rata-rata 75,5 atau 100% dari nilai ketuntasan yang dicanangkan oleh guru. Ternyata siklus demi siklus mengalami penyempurnaan secara bertahap. Siklus kedua merupakan siklus yang paling sempurna. Kemampuan dan keberanian secara personal lebih nyata. Hal ini terbukti dengan hasil pembelajaran siswa pada siklus ke dua menunjukkan hasil yang optimal. Nilai ketuntasan semakin naik. Dari hasil diskusi dengan guru teman sejawat maka disepakati untuk menghentikan penelitian pada siklus ke dua.

Deskripsi Temuan dan Refleksi

1. Temuan.

Berdasarkan hasil tabel yang telah diuraikan di depan terlihat nilai: Perbaikan pembelajaran sebelum adanya perbaikan menunjukkan rata-rata nilai kelas 56,84 atau (57) yang belum tuntas 12 anak, yang tuntas 8 anak tidak ikut 1 anak. Kemudian setelah perbaikan siklus I rata-rata nilai kelas menjadi 63 yang belum tuntas 9 anak, yang tuntas 11 anak. Kemudian pada siklus II perolehan rata-rata nilai kelas 75,5 semua menunjukkan ketuntasan. Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan sudah menunjukkan kemajuan. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan hasil belajar dari sebelum ada tindakan ke siklus I begitu juga ke siklus II, yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang menjadi fokus perbaikan pembelajaran dan refleksi yang dilakukan adalah: (a) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples. (b) Penanaman konsep dasar kepada siswa akan lebih riel tidak abstrak lagi. (c) Dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples membuat gambar, denah/lambang menjadi lebih mudah.

2.   Refleksi Hasil Temuan

Kurangnya minat untuk belajar dan perhatian siswa terhadap saat pembelajaran mendengarkan/menyimak berlangsung memerlukan perbaikan pembelajaran, misalnya dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples metode yang tepat, memberi pujian, hadiah ataupun penguatan lainnya secarta tepat, dapat membangkitkan keaktifan, motivasi sekaligus minat dan perhatian siswa sehingga mencapai peningkatan prestasi belajar yang maksimal.

Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam proses pembelajaran mendengarkan/menyimak pelajaran Bahasa Indonesia dihadapkan pada kendala rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Hal tersebut disebabkan kurangnya minat belajar/perhatian dan keaktifan saat pembelajaran berlangsung serta tidak tepatnya metode yang digunakan oleh guru. Berdasarkan hasil diskusi secara kontinyu, perbaikan pembelajaran mengalami kemajuan yang sangat berarti.

Untuk mengatasi masalah siswa kurang menguasai gambar yang berakibat timbulnya kendala rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, maka dapat diatasi dengan cara-cara sebagai berikut: penggunaan alat peraga yang tepat, efesien, dan efektif, model pembelajaran Examples non Examples yang tepat pembelajaran dari yang sederhana menuju gambar yang komplek dan sesuai. Terbukti hasil pembelajaran mengalami peningkatan. Studi awal menunjukkan dari 20 anak yang tuntas hanya 8 anak setelah ada beberapa perbaikan maka ditemukan ada peningkatan yang signifikan. Tingkat penguasaan materi, minat, dan perhatian saat pembelajaran berlangsung semakin meningkat yang ditunjukkan dengan keaktifan siswa di dalam kelas dan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal. Dengan langkah-langkah atau prosedur tersebut, menurut peneliti, siswa dapat terangsang keberaniannya, kemampuan dan kemauannya untuk memacu diri meningkatkan prestasi belajar.

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I masih belum memuaskan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai hasil ulangan siswa yang mendapat nilai tuntas baru 7 anak dari 20 siswa yang ada. Kurang keberhasilan pada tindakan perbaikan pertama karena dalam penyampaian mata pelajaran guru belum secara maksimal menggunakan alat peraga, sehingga siswa tidak kreatif dan merasa bosan. Bila dilihat dari prosentase yang ditunjukkan pada siklus I adalah yang sudah menuntaskan hasil belajar adalah 9 anak dari jumlah siswa 20 anak. Hal ini membuktikan bahwa pada siklus I belum berhasil menuntaskan semua siswa kelas V SD Negeri Jati 3 Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.

Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, perbaikan pembelajaran siklus II sudah berhasil. Hal ini ditunjukkan semua siswa sudah menuntaskan hasil belajar atau hasil ulangan yang dicapai siswa diatas 70. keberhasilan siklus II karena penyampaian materi pelajaran, guru menggunakan pendekatan komunikatif dan benar–benar digunakan secara maksimal, sehingga siswa lebih jelas, aktif, kreatif, dan merasa senang hasil belajar yang dicapai bisa meningkat sesuai dengan harapan guru. Bila dilihat prosentasenya adalah 100% anak tuntas.

Hal ini ditunjukkan dari perolehan rata-rata kelas pada siklus I dan siklus II ada peningkatan. Kemudian pada siklus II naik menjadi 100% jadi perbaikan siklus II membuktikan sudah berhasil.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples dapat meningkatkan motivasi dan hasil prestasi belajar membaca di SD Negeri Jati 3 Kelas V Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2014/2015.

Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas mata pelajaran Bahasa Indonesia supaya penguasaan materi penjelasan petunjuk gambar, denah/lambang korps oleh siswa meningkat anata lain: (1) guru hendaknya berperan aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar mengajar (2) gunakan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar. (3) berikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. (4) bimbinglah siswa dalam penyelesaian materi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Examples non Examples. (5) berikan kesimpulan setiap mengakhiri pengajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. 2010. Media Pembelajaran. Penerbit: Yuma Pustaka: Surakarta

A.Pribadi, Benny. 2009. Metode Pengajaran Sastra . Jakarta: PT.Rosda Karya.

…………………….. 2005. Metode Pengajaran Sastra . Jakarta: PT.Rosda Karya.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang

Pengembangan Berbahasa di Taman kanak-kanak. Penerbit: Putra Grafika Jakarta

————,2009. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di

Sekolah Dasar: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional.2000. Permainan Membaca dan Menulis di        Taman Kanak-kanak. Jakarta

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya

Djamarah, 1994. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.    Penerbit: Erlangga Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, Lexy .J 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT .Remaja     Rosda Karya.

Mulyaso, E, 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sardiman, A.M. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta Penerbit: Raja Grafindo Persada.

Slameto, St,Y. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. UNS:         Surakarta.

Suratno. 2006. Peningkatan menyimak Berita Melalui Media Audu Visual. UNNES Semarang.

Sutopo, HB, 2006. Metodologi Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: UNS.

Supardi, Suharjono 2012. Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit:            Andi Yogyakarta.

Tarigan, Henry, Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Penerbit Angkasa Bandung

 

Wina, Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran. Penerbit: Putra Grafika Jakarta.